1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kita ...

8 downloads 160 Views 15KB Size Report
Selain itu, contoh memudarnya nilai-nilai ajaran agama remaja di Jakarta ... Bugil Depan Kamera menyatakan bahwa dari riset yang ia lakukan kota-kota yang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kita sering menjumpai fenomena yang terjadi di masyarakat begitu sangat memprihatinkan, banyak pemberitaan baik di media cetak maupun elektronik yang memnggambarkan memudarnya nilai-nilai ajaran agama pada diri seseorang. Kasus yang sering terjadi biasanya selalu bertentangan dengan nilainilai ajaran agama, misalnya kasus pemerkosaan, pembunuhan, pencurian, korupsi, dan berbagai macam hal yang menyinggung pelanggaran nilai-nilai ajaran agama yang ada. Sebagai contoh kasus yang belum lama terjadi yaitu kasus “Xenia Maut” di area sekitar tugu tani, Jakarta Pusat. Menurut artikel yang ditulis oleh Saut (2012) akibat mengemudikan mobil setelah melakukan pesta NARKOBA, Afriyani Susanti menabrak 12 pejalan kaki di area sekitar tugu tani, Jakarta Pusat yang 9 diantaranya meninggal dunia. Selain itu, contoh memudarnya nilai-nilai ajaran agama remaja di Jakarta juga tergambar dalam perilaku seks bebas maupun rasa candu remaja terhadap pornografi, seperti dalam artikel yang ditulis oleh Fadillah (2010) disebutkan bahwa mahasiswa dan anak sekolah menjadi konsumen terbesar situs maupun film porno. Dalam artikel tersebut Peri Umar Farouk selaku ketua Gerakan Jangan Bugil Depan Kamera menyatakan bahwa dari riset yang ia lakukan kota-kota yang paling banyak pelajar dan mahasiswanya justru yang paling banyak mengakses situs porno, urutan teratas adalah Yogyakarta, Semarang, Medan, Malang, dan Jakarta.

1

2

Penelitian yang dilakukan oleh Gailiot, Gitter, Baker, dan Baumeister (2012),

ditemukan bahwa self-control yang rendah meningkatkan berbagai

pelanggaran aturan sosial. Fenomena yang terjadi menggambarkan remaja pada saat ini sudah kurang atau bahkan tidak memiliki self-control pada dirinya. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan, karena apabila seseorang khususnya remaja sudah tidak memiliki kontrol pada dirinya untuk bisa membedakan mana yang patut dan harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan maka akan mengakibatkan kerusakan pada tatanan kehidupan manusia. Menurut Praptiani (2013) Self-control merupakan kemampuan individu untuk berperilaku yang tenang dan tidak meledak-ledak, dapat memikirkan resiko dari perilakunya, berusaha mencari informasi sebelum megambil keputusan, tidak mengandalkan kekuatan fisik dalam menyelesaiakan masalah dan tidak bersikap egois atau mudah marah. Dengan demikian, muncul pertanyaan di benak penulis apakah memudarnya self-control pada remaja, khususnya di Jakarta diakibatkan karena memudarnya nilai-nilai agama yang ada pada diri mereka? Nilai-nilai ajaran agama yang tertanam pada diri seseorang sehingga mempengaruhi rasa ketaatan terhadap Tuhan dan agama yang dianutnya, dan pada akhirnya membentuk kereligiusitasan pada individu tersebut. Menurut Myers (1996) religiusitas sendiri memiliki arti sebuah perilaku individu yang di pengaruhi oleh ketaatan terhadap aturan dan ajaran agama yang dianutnya, sehingga tercermin di dalam kehidupan sehari-hari.

3

Beberapa penelitian juga menemukan bahwa religiusitas pada diri seseorang dapat menumbuhkan atau bahkan meningkatkan self-control pada seseorang, seperti penelitian yang dilakukan oleh Desmond, Ulmer, dan Bader (2013), mengatakan bahwa agama merupakan suatu hal yang dapat meningkatkan self-control seseorang. Lebih jauh lagi mereka mengatakan bahwa self-control seperti otot seorang yang rajin berolahraga, maka program yang berbasis agama dapat berfungsi sebagai media pelatihan dari “otot” self-control tersebut. Religiusitas dapat berfungsi sebagai media pelatihan dari “otot” self-control mungkin saja di karenakan semakin seseorang taat dan menjalankan ajaran agamanya semakin individu tersebut memiliki self-control yang baik di dalam dirinya (Desmond, Ulmer, & Bader, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh McCullough dan Willoughby (2009) juga menemukan bahwa agama secara positif berkaitan dengan self-control serta sifatsifat seperti kesadaran dan keramahan. Mereka menyebutkan bahwa seorang yang memiliki tingkat relgiusitas yang lebih tinggi percaya bahwa setiap tingkah laku mereka diawasi oleh Tuhan, sehingga mereka cenderung memiliki self-monitoring yang lebih tinggi dan pada akhirnya memunculkan self-control pada dirinya. Penelitian lain yang dilakukan oleh Welch, Tittle, dan Grasmick (2006) menyebutkan bahwa seorang yang memiliki religiusitas yang tinggi juga memiliki self-control yang bagus dibandingkan dengan seorang yang religiusitasnya rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Carter, McCullough, dan Carver (2012) juga menyebutkan

bahwa religiusitas berkorelasi positif dengan self-control.

Seorang yang memiliki tingkat religiusitas yang lebih tinggi percaya bahwa setiap tingkah laku mereka diawasi oleh Tuhan, sehingga mereka cenderung memiliki

4

self-monitoring yang lebih tinggi dan pada akhirnya memunculkan self-control pada dirinya. Menurut Wood (2012) ketika individu berpikir tentang agama, maka akan memicu tingkat self-control yang lebih baik pada dirinya. Ia menyatakan lebih jauh bahwa hal yang paling menarik yang ditemukan dalam studinya adalah ketika konsep agama ternyata mampu mengisi “bahan bakar” dari self-control seseorang, oleh karena itu tingkat self-control dapat ditingkatkan ketika individu memasukan nilai-nilai agama di dalam kehidupan sehari-harinya. 1.2 Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara religiusitas dan self-control di kalangan remaja? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk melihat adanya hubungan antara religiusitas dan self-control di kalangan remaja.