1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan berasal dari ...

11 downloads 419 Views 180KB Size Report
Pendidikan berasal dari bahasa Yunani kata Pedagogia yang terdiri dari kata paedos .... dengan materi pelajaran yang berhubungan dengan bahasa Jepang,  ...
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan berasal dari bahasa Yunani kata Pedagogia yang terdiri dari kata paedos yang berarti anak dan agoge yang berarti saya membimbing, hal ini menunjuk kepada seorang pelayan pada zaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak ke dan dari sekolah. Berawal dari pengertian tersebut, maka pengertian pendidikan berkembang menjadi usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensipotensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan (Supriyatno, 2001). Salah satu negara yang juga memiliki potensi pendidikan yang tinggi di dunia adalah Jepang. Pendidikan formal di Jepang dimulai dari hasil adaptasi budaya Cina pada abad keenam. Setelah Restorasi Meiji pada tahun 1868, metode dan struktur dari pengajaran Barat pun mulai masuk ke Jepang dengan maksud untuk membuat Jepang menjadi negara modern dan lebih kuat (Kelly, 1999:522). Pada masa sekarang, Jepang memiliki struktur pendidikan yang mirip dengan Indonesia. Mulai dari Taman Kanak-kanak dari usia 3 sampai dengan 6 tahun, Sekolah Dasar dari usia 6 tahun sampai dengan 12 tahun, Sekolah Menengah Pertama dari usia 12 tahun sampai dengan 15 tahun, Sekolah Menengah Atas dari usia 15 tahun sampai dengan 18 tahun, dan dilanjutkan dengan がくしゅうしどうようりょう

tingkat perkuliahan. Hal ini dapat dilihat dalam Curriculum guidelines (学習指導要領 ). Gakushuushidouyouryou adalah sebuah standar yang dicanangkan oleh

Menteri

1

Pendidikan, Budaya, Olahraga, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi yang menentukan bahan diajarkan di seluruh Sekolah Dasar, Sekolah Menengah dan Tinggi di Jepang, baik pemerintah atau swasta (Japanese Government, 2007). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Jepang adalah salah satu dari banyak negara yang mempunyai perhatian mendalam dalam hal pendidikan. Berkaitan dengan pendidikan bukan hanya satu bidang saja yang harus dikuasai untuk menilai pendidikan seseorang. Dalam bukunya, Arikunto yang mengutip pendapat seorang ahli Ilmu Jiwa Pendidikan bernama Carl Witherington, yang mengemukakan pendapatnya sehubungan dengan tanda-tanda anak yang pandai atau yang memiliki intelijen tinggi adalah anak yang mempunyai kemampuan untuk bekerja dengan bilangan, kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan baik, kemampuan untuk menangkap sesuatu yang baru (cepat mengikuti pembicaraan orang lain), kemampuan untuk mengingat-ingat, kemampuan untuk memahami hubungan (termasuk menangkap kelucuan), dan kemampuan untuk berfantasi. (Arikunto, 2008:11-12). Dengan kata lain, bukan teori semata yang diperlukan dalam mengukur tingkat keberhasilan sasaran pengajaran dan tingkat kepintaran seseorang, melainkan juga harus ditinjau dari segi praktik yang pada akhirnya berupa hasil evaluasi. Hasil evaluasi tersebut juga sangat berkaitan dengan banyak hal di antaranya, media pemelajaran. Proses Kegiatan Belajar Mengajar (selanjutnya penulis singkat menjadi KBM) memuat hal yang berkaitan dengan buku-buku pelajaran, tenaga pengajar (mediator), alat-alat atau fasilitas pemelajaran, dan sebagainya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis sangat tertarik untuk menganalisa hubungan antara media pemelajaran dengan daya ingat seseorang. Pada umumnya, 2

sering kali pelajar merasa jenuh apabila dihadapkan dengan sebuah media yang monoton. Penulis merasa gambar juga berpengaruh untuk membantu seseorang agar lebih tertarik dalam melihat, mempelajari, dan mengingat sesuatu. Di satu sisi, waktu yang ada untuk mempelajari sesuatu hal seperti ilmu pengetahuan baru tersebut cukup terbatas. Akan tetapi, seiring dengan adanya perkembangan di dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, maka semakin banyak pula hal yang harus dipelajari. Untuk menggunakan waktu yang ada tersebut secara efektif dengan tujuan mempelajari sesuatu hal, baik yang sudah ada maupun yang baru, maka banyak peneliti yang berupaya mencari solusi yang tepat. Di antaranya penggunaan media gambar dalam belajar. Dalam penelitian pendahuluan yang telah dilakukan oleh Hesty Puspita Sari kepada siswa kelas 6 SDN Singkalanyar Aku Prambon Nganjuk, diperoleh kesimpulan sebagai berikut, bahwa menggunakan gambar lebih baik daripada terjemahan untuk mengajar kosa kata bagi siswa SD, ini berarti media gambar lebih efektif dibandingkan terjemahan mengajar kosa kata untuk siswa SD. Selain itu simpulan menunjukkan bahwa menggunakan terjemahan tidak lebih efektif daripada menggunakan gambar untuk mengajari kosa kata. Hasil penelitian tersebut menyiratkan bahwa menggunakan gambar adalah teknik yang efektif untuk mengajarkan kosa kata bagi siswa SD, karena mereka memiliki motivasi tinggi. Akan tetapi, terjemahan tidak lebih efektif untuk diterapkan kepada orang-orang yang memiliki motivasi rendah. Oleh karena itu, direkomendasikan kepada guru bahasa sebaiknya mengembangkan berbagai teknik mengajar kosa kata dengan menggunakan gambar karena hal ini berguna sebagai salah satu strategi yang berarti untuk mengatasi masalah pemelajar dalam meningkatkan kosa kata (Puspita, 2009). Selain penelitian tersebut, juga ada penelitian lain yang menyebutkan media

3

gambar mempunyai peranan dalam belajar meskipun dengan metode gambar yang berbeda. Penelitian ini dilakukan oleh Yun Lung Lin, Ming Chung Chen, Ting Fang Wu, dan Yao Ming Yeh. Mereka melakukan penelitian yang menggunakan gambar yang akan menghilang secara bertahap (gradually fading pictures), mereka mengatakan hal ini efektif untuk diaplikasikan dalam pengenalan kosa kata kepada anak-anak yang mengalami hambatan dalam hal menghafal (Lin, 2007:715-720). Berkaitan dengan penelitian pendahuluan tentang media gambar, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian media gambar yang kemudian akan penulis kaitkan dengan materi pelajaran yang berhubungan dengan bahasa Jepang, yaknijidoushi 自動詞 (自動詞) dan tadoushi (他動詞). Jidoushi dan tadoushi sendiri adalah sebuah pola kalimat intransitif yang dalam bahasa Jepang disebut sebagai jidoushi dan transitif yang dalam bahasa Jepang disebut sebagai tadoushi. Penulis memilih untuk menganalisis jidoushi dan tadoushi dikarenakan cukup banyak mahasiswa Sastra Jepang Universitas Bina Nusantara yang merasa kesulitan ketika mempelajari jidoushi dan tadoushi. Oleh sebab itu, dalam Skripsi ini penulis akan mengukur serta menganalisis efektivitas media gambar dalam pengajaran bahasa Jepang di Universitas Bina Nusantara, dengan responden

mahasiswa Sastra Jepang semester empat dalam

menghafal bentuk jidoushi dan tadoushi. Harapan penulis agar Skripsi ini kelak dapat berguna bagi mahasiswa Sastra Jepang Universitas Bina Nusantara khususnya, dan kepada seluruh pembelajar bahasa Jepang umumnya.

4

1.2 Rumusan Permasalahan Penulis ingin mengukur efektivitas penggunaan media gambar dalam mempelajari 自 動詞 (jidoushi) dan 他動詞 (tadoushi).

1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Ruang lingkup permasalahan dalam skripsi ini adalah penulis ingin mengukur efektivitas penggunaan media gambar dalam menghafal jidoushi (自動詞) dan tadoushi (他動詞) kepada sepuluh responden mahasiswa Sastra Jepang Semester empat tahun 2009/2010 Universitas Bina Nusantara. Sedangkan materi jidoushi dan tadoushi akan penulis batasi hanya jidoushi dan tadoushi yang terdapat pada buku Minna no Nihon Go I dan II.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengukur efektivitas penggunaan media gambar dalam menghafal jidoushi ( 自 動 詞 ) dan tadoushi ( 他 動 詞 ) dengan cara random sampling (responden yang dipilih secara acak), yakni dua puluh mahasiswa Sastra Jepang. Manfaat Penelitian ini adalah agar mahasiswa Sastra Jepang Universitas Bina Nusantara diharapkan dapat belajar dengan menggunakan media yang tepat sehingga waktu belajar dapat digunakan dengan lebih efektif di kemudian hari. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan manfaat teoritis agar penulis dan para pemelajar bahasa

5

Jepang dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran dan menggunakan strategi belajar yang baik. Sedangkan secara manfaat praktis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat yang lebih luas, yakni dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan.

1.5 Metode Penelitian Menurut Crawford (1928) dalam Nazir (2005:45) pengelompokkan metode penelitian ada empat belas jenis, yaitu sebagai berikut, eksperimen, psikologis, survey, sejarah, case study, membuat kurikulum, interview, analisis pekerjaan, observasi, questioneair, pengukuran, tabel dan grafik, statistik, dan teknik perpustakaan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan menggunakan metode eksperimen. Penulis akan meminta kepada dua puluh mahasiswa semester empat Universitas Bina Nusantara tahun ajaran 2009/2010 sebagai responden. Kelas akan dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas non-eksperimen. Pada kelas eksperimen, penulis akan memberikan kosa kata yang berhubungan dengan jidoushi (自動詞) dan tadoushi (他動 詞) kepada sepuluh responden acak (random sampling) dan diberi perlakuan khusus. Penulis akan memberikan gambar sebagai media belajar. Sementara di kelas noneksperimen, akan penulis berikan kosa kata yang berhubungan dengan jidoushi (自動詞) dan tadoushi (他動詞) kepada sepuluh responden tanpa disertai gambar. Dalam waktu yang ditentukan, responden diminta untuk menghafalkan beberapa kosa kata yang berhubungan dengan jidoushi (自動詞) dan tadoushi (他動詞). Selanjutnya, responden tersebut akan penulis minta untuk mengerjakan tes tertulis dengan tujuan untuk

6

mengevaluasi hasil belajar responden, baik responden eksperimen maupun noneksperimen. Penulis akan menganalisis hasil evaluasi tersebut secara berkala sebanyak empat kali tatap muka. Untuk instrumen penelitian, terdiri dari soal-soal seperti multiple choice (pilihan ganda), mengisi, menjodohkan, melengkapi percakapan, betul-salah, menulis kembali kata-kata yang sudah dihafal, dan membuat kalimat berdasarkan gambar yang diberikan. Untuk skor dan pemberian nilai, penulis mengambil kriteria skor dan penilaian berdasarkan standar kriteria yang berlaku. Selain menggunakan metode eksperimen, penulis juga menggunakan angket dengan metode Likert untuk memperkuat data sebagai bahan analisis. Hariwijaya dan Triton (2005:61) mendefinisikan kuesioner atau angket merupakan alat pengumpulan data yang berupa serangkaian daftar pertanyaan yang diberikan untuk dijawab oleh responden. Selain itu, kuesioner juga dapat disebut interview tertulis, di mana responden dihubungi melalui daftar pertanyaan. Ada pun langkah-langkah penelitian mingguan yang penulis lakukan adalah sebagai berikut: 1.

Minggu I, eksperimen dan pembagian soal pre-test

2. Minggu II, eksperimen dan pembagian soal pertemuan 2. 3. Minggu III, eksperimen dan pembagian soal pertemuan 3. 4. Minggu IV, eksperimen, pembagian soal post-test, dan pengisian angket. Kemudian, langkah-langkah penelitian selanjutnya adalah penulis menggunakan studi kepustakaan untuk mengumpulkan literatur yang berhubungan dengan pengajaran, belajar dengan mengunakan media gambar, dan jidoushi (自動詞) tadoushi (他動詞).

7

Untuk menyimpulkan hasil tes eksperimen dan kuisioner, penulis melakukan analisis dengan cara deskriptif analitis.

1.6 Sistematika Penulisan Dalam Bab 1 memuat latar belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Dalam Bab 2 Landasan Teori, penulis akan menggunakan teori-teori mengenai jidoushi dan tadoushi, multimedia, dan hambatan dalam belajar. Dalam Bab 3 Analisa Data, memuat uraian analisis tentang evaluasi media gambar, perbandingan data responden eksperimen dengan non-eksperimen, dan analisis angket. Dalam Bab 4 memuat simpulan dan saran dari keseluruhan isi skripsi. Dalam Bab 5 memuat ringkasan dari seluruh pembahasan tema.

8