1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asia Timur ...

57 downloads 1050 Views 50KB Size Report
Asia Timur merupakan wilayah yang sejak lama penuh dengan dinamika ... akibat konflik warisan sejarah masa lalu seperti Perang Dunia ke-2 dan Perang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asia Timur merupakan wilayah yang sejak lama penuh dengan dinamika dalam hal hubungan antar negara didalamnya. Di kawasan ini terdapat negara seperti Republik Rakyat China dengan jumlah peduduk terbesar di dunia dan perkembangan ekonomi yang pesat, lalu Jepang dengan keunggulan teknologinya, Korea Utara dengan kekuatan nuklirnya, serta Taiwan dengan ketegasan untuk tetap berdiri sendiri sebagai sebuah negara bebas. Dibalik potensi ekonomi yang besar dan derasnya arus perdagangan di kawasan Asia Timur, ternyata kawasan ini memiliki tingkat kerawanan dalam hubungannya satu sama lain, yang berupa masalah sengketa teritorial, ketegangan akibat konflik warisan sejarah masa lalu seperti Perang Dunia ke-2 dan Perang Korea.

Ancaman

terhadap

keamanan

nasional

masing-masing

negara

menimbulkan ketegangan dan kecurigaan sehingga memicu peningkatan kapabilitas militer. Keamanan nasional secara sederhana dapat dimengerti sebagai suasana bebas dari segala bentuk ancaman bahaya, kecemasan, dan ketakutan sebagai kondisi tidak adanya ancaman fisik (militer) yang berasal dari luar. Terdapat kecenderungan bahwa suatu bangsa berada dalam keadaan aman selama bangsa itu tidak dipaksa untuk mengorbankan nilai-nilai yang dianggapnya penting, jika dapat menghindari perang atau terpaksa melakukannya, negara tersebut akan berusaha untuk dapat keluar sebagai pemenang.

1

Suatu keadaan yang dapat membahayakan keamanan nasional merupakan perpaduan dari ancaman dan kerawanan yang sangat erat kaitannya

dengan

keamanan nasional maupun internasional. Hal yang dapat dilakukan oleh suatu negara adalah membuat kebijakan keamanan nasional yang berfokus pada negara itu sendiri, sekaligus dengan tidak melupakan kebijakan luar negeri untuk mengurangi ancaman dari luar. Republik Rakyat China (RRC) merupakan negara terbesar di kawasan Asia Timur dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Dewasa ini, dunia dibuat kagum akan akselerasi luar biasa yang ditunjukkan negeri tirai bambu dalam berbagai bidang mulai dari bidang ekonomi -dengan menjadi yang terbesar kedua setelah Amerika Serikat- sampai dengan modernisasi militer yang sangat menakjubkan. Pembangunan kekuatan militernya sedikit demi sedikit menjadikan China sebagai salah satu kekuatan baru di Asia dan Dunia, bukan hanya kualitas senjatanya tapi juga kuantitas tentaranya. Jika menilik sejarah jauh kebelakang, titik awal (turning point) yang menjadi momentum bagi Republik Rakyat China untuk bangkit dari keterpurukan adalah Reformasi yang dipelopori oleh Deng Xiao Ping. Ketika itu, Deng mengubah China yang sebelumnya tertutup, miskin, radikal, dan terasing dari dunia luar semasa kepemimpinan Mao Zedong, menjadi China yang lebih maju dan progressif. China kemudian lebih membuka diri untuk melakukan kerjasama dengan negara lain dan lebih aktif dalam berbagai permasalahan dalam kancah internasional.

2

Open Door Policy menggerakkan modernisasi di China lewat empat sektor yang menjadi fokus utamanya yaitu, Bidang pertanian, industri dan teknologi, pendidikan, serta pertahanan. Khusus untuk bidang pertahanan, China mengalokasikan dana yang sangat besar demi membangun armada militer yang kuat. Sejak awal tahun 2000, anggaran militer China yang semula berjumlah 14,6 Milliar Dolar Amerika terus mengalami peningkatan hingga diperkirakan akan mencapai 44,9 miliar dolar Amerika pada tahun 20091. Bahkan Badan Intelijen Australia memperkirakan bahwa China menyembunyikan modernisasi militernya yang melampaui pertahanan nasional dan mengancam stabilitas regional. Sebuah perkiraan strategis oleh badan tersebut mengungkapkan bahwa dana militer China pada 2006 berjumlah sebesar 90 miliar dolar AS berlipat ganda dari dana yang diumumkan oleh Beijing sebesar 45 miliar dolar AS2. Anggaran ini berhasil memperkecil kesenjangan militer China terhadap kekuatan militer Barat. Selain itu, China juga mengarahkan program militernya pada strategi memenangkan perang modern dalam kondisi teknologi tinggi. Dalam proses ini, kekuatan laut China juga ditingkatkan dengan strategi pertahanan pantai (offshore defence strategy) dan konsep Blue Water Navy. China saat ini sudah tidak terlalu bergantung pada pembelian peralatan militer dari luar. Lewat kekuatan ekonomi dan sumber daya yang memadai, China sudah membangun Swadaya Militer dengan memproduksi sendiri peralatan militer mereka. Hasil produksi mereka antara lain, Jet Tempur Jian-10, Jet latih lanjut lokal tipe FTC-2000 Shanying (Elang Gunung) Nanchang JL-15 Falcon, 1

.Yahyan Muhammad Yani,Makna Strategis Pembangunan Militer China, hal.19 Dennis J. Blasko, The Chinese Army Today: Tradition and Transformation for the 21st Century,Routhledge, 2005 2

3

pesawat tempur SU-27 SK, pesawat militer F-11 J-XX 4th Generation Fighter, kapal selam kelas KILO, dan kapal selam diesel kelas Song3. Mesin yang digunakan oleh pesawat tempur ini bukan lagi mesin buatan Rusia tapi murni buatan China. Kehadiran RRC sebagai salah satu kekuatan baru yang agresif dalam mengembangkan kekuatan militer secara signifikan akhir-akhir ini, telah menimbulkan efek khawatir yang cukup besar bagi negara-negara di dunia. Efek ini tentunya paling dirasakan oleh negara-negara tetangga China sendiri khususnya regional Asia Timur seperti Jepang, Korea Selatan, dan Korea Utara. Keempat negara ini merespon peningkatan militer China dengan memperkuat persenjataan dan anggaran militer. Kawasan Asia Timur yang dihuni oleh negara-negara dengan kekuatan besar baik secara ekonomi maupun militer menyimpan berbagai potensi konflik. Potensi konflik yang muncul dilatar belakangi oleh masalah sengketa teritorial, ketegangan akibat konflik warisan sejarah masa lalu seperti Perang Dunia ke-2 dan Perang Korea, serta ketegangan yang diakibatkan oleh kecurigaan dalam peningkatan kapabilitas militer dari masing-masing negara. Untuk China dan Jepang, Permusuhan dua negara terjadi sejak perang China-Jepang pertama pada tahun 1890-an, Perang Dunia I dan II, sampai kepada tabrakan kapal patroli Jepang dengan kapal nelayan China

pada 7 September 2010 lalu yang

memanaskan hubungan kedua negara Sementara China dan Korea Selatan terlibat konflik perbatasan seperti status kepemilikan Li a n c o u r t R o c k s .

3

http://cnair.top81.cn/FT-7_K-8_L-15.htm, di akses pada tanggal 11 November 2010.

4

Kerentanan masalah keamanan di Asia Timur khususnya antara China dengan Jepang, Korea Utara dan Korea Selatan menjadi poin yang menarik untuk penulis teliti lebih jauh. Mengingat keempat negara tersebut memegang peranan kunci dalam stabilitas kawasan dilihat dari kapabilitas militer yang mereka miliki dan daya tawar politiknya masing-masing. Kondisi ini menyebabkan terjadinya Security Dilemma4, yaitu kondisi dimana keinginan suatu negara untuk memperkuat militer dianggap sebagai ancaman sehingga menimbulkan respon negara lain juga dengan memperkuat militer yang dimiliki. Akhirnya perlombaan senjata menimbulkan saling curiga antar negara dikawasan tersebut. Ketertarikan utama yang mendorong penulis untuk meneliti masalah ini adalah munculnya kesan bahwa perkembangan militer China yang kian pesat menjadi booster atau faktor pendorong bagi negara besar lain di Asia Timur dalam hal militer. Penulis melihat bahwa dengan meneliti topik perkembangan militer China dan dampaknya terhadap Asia Timur maka kita bisa mengukur seberapa jauh perkembangan China dan seberapa berpengaruh hal tersebut kepada negara tetangganya sehingga mampu menjadi bahan informasi baru. B. Batasan dan Rumusan Masalah Akibat pengaruh modernisasi militer China yang pesat telah menimbulkan kekhawatiran berbagai negara di dunia. Asia Timur adalah salah satu regional yang paling merasakan pengaruh tersebut, hal ini tidak lain karena kedekatan letak 4

Kenneth N. Waltz, Theory of International Politics, Reading Masschusset: Addison Wesley, 1979, hal 118

5

geografis dengan China. Pada tulisan ini, penulis hanya akan membatasi pembahasan pada masalah kerawanan keamanan di Asia Timur yang diakibatkan oleh modernisasi kekuatan militer China. Dari masalah tersebut diatas, Maka penulis membuat pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apa yang mendasari pengembangan militer Republik Rakyat China? 2. Bagaimana dampak pengembangan militer Republik Rakyat China terhadap stabilitas keamanan Asia Timur? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui dan menjelaskan alasan utama Republik Rakyat China melakukan pengembangan terhadap kekuatan militernya. b. Untuk mengetahui dampak terhadap negara-negara di Asia Timur terhadap pengembangan militer yang telah dilakukan oleh Republik Rakyat China.

2. Kegunaan Penelitian a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional serta penelitian masalahmasalah internasional mengenai masalah pertahanan keamanan, khususnya kecenderungan modernisasi militer yang terjadi di kawasan Asia Timur.

6

b. Diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan dalam membuat kebijakan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut pertahanan keamanan, khususnya dalam membangun strategi keamanan nasional. D. Kerangka Konseptual Politik Internasional pada prinsipnya adalah a struggle for power dimana negara sebagai entitas politik yang berdaulat dan independen yang menjadi center of gravity5. Sebagai aktor utama, negara kemudian merumuskan kepentingan nasionalnya yang diperjuangkan di dunia internasional. Konsekuensinya adalah pertemuan antara kepentingan nasional yang satu dengan kepentingan nasional lainnya sehingga memunculkan persaingan. Situasi politik internasional bersifat dinamis atau berubah-ubah sehingga negara-negara yang terlibat di dalamnya juga mengalami perubahan pola hubungan. Seperti yang diungkapkan oleh Dahlan Nasution : Karena sifat sistem politik internasional tidak memberikan kepastian akan keberlangsungan hidup negara, maka setiap negara terpaksa harus mengatur hubungannya dengan dunia sedemikian rupa, agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya6.

Akibat dari kondisi yang serba tidak pasti, negara kemudian mengambil berbagai kebijakan antisipasi demi menjamin keamanan dan kepentingan nasionalnya. Salah satu contoh nyata adalah pengembangan kekuatan militer China yang diantasipasi oleh negara-negara lain di Asia Timur dengan mengembangkan kekuatan militer mereka. 5 6

Aleksius Jemadu,Politik Global dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta:Graha Ilmu, 2008.h.20 Dahlan Nasution, Politik Internasional: Konsep dan Teori, Erlangga, Jakarta, 1991.hal.33

7

Berdasarkan pendekatan realis, keamanan negara merupakan faktor utama yang penekanannya pada kekuatan (power) sebagai the driving force dari politik dunia khususnya kekuatan militer7. Oleh karena itu, meskipun negara-negara mulai mengadakan atau mengembangkan berbagai kerja sama dalam berbagai bidang, aspek militer tetap menjadi hal signifikan dan diperhitungkan. Dengan power, sebuah negara akan memiliki posisi tawar yang lebih kuat dan mampu mempengaruhi aktor negara lain untuk bertidak sesuai keinginannya. Menurut Hans J. Morgenthau, elemen dari kekuatan nasional (national power) adalah populasi, kondisi geografis, sumber daya alam, kapabilitas industri, kepemimpinan, karakter nasional, moral nasional, kualitas diplomasi dan kekuatan militer8. Kekuatan militer yang dibentuk dan dikembangkan oleh suatu negara bertujuan untuk menjaga kedaulatan dan kemanan nasional serta kepentingan strategis yang lebih luas di tingkat regional maupun tingkat global. Kualitas dan kuantitas militer suatu negara akan menjadi faktor deterrence terhadap negara lain, reaksi dari ancaman negara lain, ataupun sebagai upaya hegemoni seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap Irak. Jika sebuah negara memandang keamananan sebagai objek utama kebijakan luar negerinya, berarti negara tersebut sangat memperhatikan keamanan nasionalnya dan keamanan negara-negara lain di dunia. Kebijakan keamanan nasional sangat erat kaitannya dengan politik luar negeri. Tujuan utama politik luar negeri adalah mempertahankan kelangsungan hidup bangsanya dan mempertahankan kepentingan nasionalnya. Keamanan nasional sangat erat 7

Paul R.Viotti dan Mark Kauppi, International Relations and World Politics: Security Economy and Identity, Upper Saddle River: Prentice Hall, 1997, hal.18. 8 Hans J. Morgenthau. Politik Antar Bangsa, Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 1990.h.14

8

kaitannnya dengan keamanan regional. Apabila keamanan nasional terganggu maka otomatis keamanan regional juga akan terancam dan begitu pula sebaliknya. Suatu pandangan mengenai konsep kepentingan nasional dikemukakan oleh Morgenthau. Sebagai salah satu pakar ilmu hubungan internasional yang berpaham realisme ini mengatakan bahwa: Kepentingan nasional setiap negara adalah mengejar kekuasaan, yaitu apa saja yang bisa membentuk dan mempertahankan pengendalian negara terhadap negara lain. Interaksi antar negara ini bisa diciptakan melalui teknik paksaan ataupun melalui teknik kerjasama.9

Dari pandangan diatas, terlihat bahwa mengartikan kepentingan nasional sama dengan kekuasaan, dimana setiap negara akan selalu mempertahankan kekuasaan tersebut dengan cara atau teknik apapun dalam hubungannya dengan negara lain. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Kusumohamidjojo, bahwa:

Dalam forum internasional, terbukti dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan nasionalnya masing-masing, setiap negara tidak dapat menghindarkan diri dari interdependensi yang tidak hanya memaksa negara untuk bekerja sama, namun juga membuka kemungkinan berkompetisi.10

Meskipun, terdapat unsur-unsur kekuatan lain yang dapat digunakan untuk mencapai dan mepertahankan kepentingan nasional dan lebih bersifat non militer, seperti kekuatan diplomasi dan kekuatan ekonomi. Namun, tetap saja harus memperhatikan kemungkinan apabila suatu saat negaranya dituntut untuk menggunakan kekuatan militer dalam melindungi kepentingan nasionalnya.

9

Ibid, h. 244 Budiono Kusumohamidjojo. Hubungan Internasional: Kerangka Studi Analisis, Bandung: Bina Cipta, 1987, h.19 10

9

Konsep mengenai militerisme ini juga diungkapkan oleh Morgenthau, sebagai berikut: Militerisme adalah konsepsi, bahwa kekuatan suatu negara terdiri dari kekuatan militernya, yang khususnya dipahami dalam arti kuantitatif dengan angkatan darat dan laut yang terbesar maupun angkata udara yang tercepat di dunia, serta keunggulan senjata nuklirnya akan menjadi lambang yang sangat menonjol dan eksklusif dari kekuatan nasionalnya.11

Konsep yang dikemukakan diatas cenderung menyamakan arti kekuatan nasional dengan kekuatan militer suatu negara yang dipahami dari segi kuantitas dan kualitas personil serta persenjataan mereka. Negara yang mendasarkan kekuatan nasionalnya secara maksimum di bidang milter akan dihadapkan pada usaha-usaha maksimum dari negara sekitarnya. Perkembangan milter seperti ini mengakibatkan terganggunya stabilitas keamanan kawasan. Hal ini terjadi karena di satu sisi suatu negara akan meningkatkan kekuatan militernya seiring dengan meningkatnya kekuatan ekonomi negara tersebut. Di sisi lain peningkatan ini dapat dilihat sebagai ancaman oleh negara lain yang dalam usahanya mengantisipasi hal tersebut akan meningkatkan juga kapabilitas milter mereka. Akselerasi modernisasi kekuatan militer China di tengah persaingan global dan regional tak pelak memunculkan persaingan. Jepang, Korea Selatan, dan terlebih Korea Utara yang menyadari fakta modernisasi China membuat mereka baik langsung maupun tidak langsung, terlecut untuk meningkatkan kemampuan militer mereka untuk menjaga keseimbangan ancaman yang mungkin muncul sewaktu-waktu. 11

Hans J. Morgenthau, op. cit,

10

Respon akan perkembangan China seperti yang dilakukan oleh Jepang,dengan menambah jumlah armada kapal selamnya dari 16 buah menjadi 22 buah untuk mengimbangi kekuatan armada Angkatan laut China yang diperkiran memiliki sekitar 60 buah kapal selam. Menurut Profesor Takehiko Yamamoto dari Universitas Waseda, Tokyo. Penambahan armada laut Jepang adalah bentuk reaksi nyata terhadap China12. Ancaman terhadap stabilitas pun semakin besar mengingat bahwa Jepang dan China mempunyai hubungan rivalitas di masa silam pada saat Perang Dunia. Selain Jepang, negara lain yang juga memperlihatkan respon aktif adalah Korea Selatan. Sama halnya dengan Jepang, lewat dukungan Amerika Serikat, Korea Selatan terus meningkatkan kapasitas militer dengan motif utama mengimbangi China dan Korea Utara. Perkembangan kekuatan militer negara-negara dikawasan ini dilakukan untuk melindungi kepentingan nasionalnya atau hanya untuk menjaga superioritas suatu negara semata, bukan untuk menghadapi musuh tertentu. Perkembangan ini kemudian menimbulkan suatu sikap saling curiga terhadap pembangunan militer negara lain dan pada akhirnya mendorong perlombaan senjata terjadi. Fenomena diatas menunjukkan perlunya suatu konsep keamanan regional yang stabil dalam suatu kawasan. Stabilitas merupakan hal yang sangat penting dalam suatu kawasan, dimana setiap negara harus dapat menjaga hubungan baik dan berusaha untuk tidak bersikap lebih dominan terhadap negara lain. Seperti yang diungkapkan oleh Deutsch and Singer bahwa: 12

http://pickerflowers.blogspot.com/2010/12/jepang-memperingatkan-pertahanan.html, di akses pada tanggal 18 Desember 2010

11

Stabilitas adalah suatu kemungkinan bahwa sistem yang berlaku tetap memiliki semua ciri-ciri pokoknya, tidak satupun bangsa menjadi dominan, hampir semua anggotanya terus hidup dan perang besar tidak terjadi13.

Kestabilan secara sederhana umumnya diartikan sebagai kondisi aman tanpa konflik atau gejolak yang terjadi. Tapi karena konflik dan gejolak adalah hal yang lazim dalam percaturan politik internasional, maka kestabilan yang dimaksud adalah kondisi kawasan dimana perubahan ataupun gejolak yang muncul didalamnya tidak samapai pada tahap yang menggoyahkan dan menggerakkan pasukan militer sehingga mengganggu perasaan aman.

E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif eksplanatif. Dalam metode ini penulis memberikan penjelasan menganai faktor-faktor yang melandasi modernisasi militer Republik Rakyat China serta sasaran dan tujuannya. Kemudian penulis membuat analisa mengenai stabilitas keamanan di kawasan Asia Timur pasca modernisasi militer Republik Rakyat China. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah telaah pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan data dari literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Adapun tempat penelitian yang penulis kunjungi yaitu:

13

Daoed Joesoef, Konsep Perdamaian Dalam Sistem Internasional dan Startegi Nasional, Analisis CSIS No.1, jakarta:1989,Hal 19.

12

a. Perpustakaan Universitas Hasanuddin di Makassar b. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin di Makassar c. Perpustakaan Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional Fisip Unhas di Makassar d. Perpustakaan Wilayah Sulawesi Selatan di Makassar e. Perpustakaan Abd Rasyid Daeng Lurang di Sungguminasa, Gowa f. Rumah Baca Biblioholic di Makassar 3. Jenis Data Jenis data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari literatur, buku-buku, majalah-majalah, dokumen-dokumen, jurnal-jurnal, surat kabar, dan informasi yang diakses dari internet. 4. Teknik analisis data Teknik analisis data yang akan penulis gunakan adalah teknik analisis data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari berbagai literatur akan dikumpulkan dan diklarifikasi kemudian permasalahan dijelaskan dan di analisa berdasarkan fakta-fakta yang ada dan disusun menjadi suatu tulisan. Yang menjadi pokok analisa adalah dampak modernisasi militer Republik Rakyat China terhadap stabilitas keamanan kawasan di Asia Timur

13