peran guru yang dilakukan oleh wali kelas dalam memberikan bimbingan ...
peningkatan peran guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa, setelah.
1
EFEKTIVITAS PELATIHAN PENINGKATAN PERAN GURU DALAM MEMBERIKAN BIMBINGAN KEPADA SISWA Azizah Rahmadhani. A Yulianti Dwi Astuti INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pelatihan peningkatan peran guru yang dilakukan oleh wali kelas dalam memberikan bimbingan kepada siswanya, sebelum dilakukannya pelatihan dengan sesudah dilakukannya pelatihan. Hipotesis awal dari penelitian ini adalah adanya efek positif dari pelatihan peningkatan peran guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa, setelah dilakukannya pelatihan. Subjek dalam pelatihan ini adalah guru-guru wali kelas baik dari wali kelas delapan (kelas dua) hingga wali kelas sembilan (kelas tiga), juga termasuk wali kelas akselerasi (percepatan kelas). Adapun alat ukur yang digunakan yaitu angket pelatihan peningkatan peran guru yang mengambil teori dari Priyatno (1999) yang diberikan kepada peserta sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan. Angket ini dibuat sendiri oleh penulis dengan mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Djumhur dan Surya (1998). Angket ini berjumlah 31 aitem untuk pretest dan postest untuk pelatihan peningkatan peran guru. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 10,0 untuk menguji apakah terdapat efek yang positif dari pelatihan yang ditujukan untuk meningkatkan peran guru dalam memberikan bimbingan pada siswa. Hasil analisis t-Test (uji beda) menunjukkan p=0,126 (p>0,005) dengan nilai t = -1,608. Pelatihan yang tidak efektif guna peningkatan peran guru, dalam memberikan bimbingan kepada siswanya. Jadi hipotesis penelitian ini : DITOLAK
Kata Kunci : Pelatihan, Peningkatan Peran, Bimbingan
2
1. PENDAHULUAN Pendidikan di jaman sekarang merupakan kebutuhan bagi setiap orang, baik pendidikan yang dimulai dari tingkat yang paling rendah seperti sekolah dasar (SD) hingga ke jenjang yang paling tinggi yaitu perguruan tinggi. Setiap jenjang pendidikan tersebut ditunjang oleh tenaga-tenaga pengajar dengan kualitas akademis yang baik, juga staf pembimbing untuk melaksanakan bimbingan dan konseling untuk siswa (Shetzer dan Stone, 1951) Peran guru dalam sekolah adalah sebagai orang yang mampu untuk mengarahkan dan membimbing siswanya menjadi orang yang kreatif dan mandiri juga berprestasi. Peran utama guru sebagai pengajar dan pendidik adalah membantu anak untuk mengajarkan dan membantu mendewasakan anak muridnya. Peran guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan intelektual, afektif, dan psikomotor, melalui menyampaikan pengetahuan, pemecahan masalah, latihanlatihan aktif dan keterampilan. Saat guru menyampaikan pengetahuan, tidak terlepas dari upaya mendewasakan anak, guru berperan dalam menanamkan nilainilai yang menjadi nilai ideal dan standar di masyarakat. Bukan hanya sebagai orang yang mengajarkan nilai-nilai tetapi sebagai model memberi contoh untuk anak didiknya. Guru adalah salah satu komponen dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu guru yang merupakan salah satu unsur dibidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedududukannya
3
sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Sekolah yang baik seyogyanya memiliki guru yang bisa memberikan arahan atau bimbingan kepada siswanya, terutama untuk bimbingan karier dan akademis. Menurut Natawijaya (1999) bimbingan harus diberikan kepada peserta didik secara berkesinambungan agar individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntunan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Oleh karena itu, di zaman yang penuh kompetensi ini, peran guru dalam memberikan bimbingan kepada siswanya di sekolah menjadi sangat penting. Rao (1981) menyatakan bahwa peran bimbingan dalam meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sangatlah besar, karena terkadang mereka mengalami tekanan dalam proses belajar mereka baik itu saat mereka berada di sekolah maupun saat mereka mengerjakan tugas-tugas di rumah.
4
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 1. Pengertian Bimbingan Rumusan tentang bimbingan formal telah diusahakan, setidaknya sejak awal abad ke-20, yaitu sejak dimulainya bimbingan yang diprakarsai oleh Frank Parson tahun 1908. Sejak itu rumusan demi rumusan tentang bimbingan bermunculan sesuai dengan perkembangan pelayanan bimbingan itu sendiri sebagai suatu pekerjaan yang khas yang ditekuni oleh tenaga pengajar(Priyatno, 1999). Manusia sebagai pribadi memiliki kemauan yang merdeka. Kemerdekaan kemauan dapat menentukan pilihan-pilihan pribadinya dan mengorganisir kehidupan perasaan dan hasrat manusia dengan prinsip-prinsip yang rasional. Pribadi demikian membutuhkan masalahnya.
pertolongan Siswa
yang
orang seperti
lain ini
untuk
membantunya
membutuhkan
seorang
memecahkan guru
untuk
membimbingnya menentukan pilihan karir yang cocok. Menurut McDanielle (1996) bimbingan yaitu membantu individu untuk memahami dan menggunakan secara luas kesempatan-kesempatan pendidikan, jabatan, pribadi yang mereka miliki atau dapat mereka kembangkan dan sebagai suatu bentuk bantuan yang sistematik melalui siswa mana yang dibantu untuk dapat memperoleh penyesuaian yang baik terhadap sekolah dan terhadap kehidupan. Berdasarkan definisi Pepinsky dan Pepinsky (1954) yang telah dijelaskan diperoleh beberapa pengertian tentang bimbingan dan poin-poin pentingnya yaitu: a. Bimbingan merupakan interaksi yang terjadi antara dua orang, yang satu disebut pembimbing dan yang lainnya adalah orang yang dibimbing
5
b. Proses bimbingan berlangsung dalam kerangka profesional c. Tujuan bimbingan agar kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada orang yang telah mendapatkan bimbingan. Diperoleh kesimpulan dari arti bimbingan itu sendiri yaitu merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan secara proffesional oleh pihak yang ahli yang disebut sebagai konselor atau guru bimbingan konseling untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswanya agar ia bisa menjadi orang yang lebih bahagia dan dapat menyesuaikan diri saat berinteraksi dengan lingkungannya di mana tempat ia tinggal.
2. Peran Wali Kelas dalam memberikan Bimbingan Arti khusus seorang wali kelas dapat dikatakan bahwa setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Hal ini wali kelas tidak semata-mata sebagai tenaga pengajar tetapi juga sebagai pendidik yang dapat mengarahkan dan menuntun siswanya dalam belajar, baik akademis maupun pergaulan. Berkaitan dengan ini maka, sebenarnya wali kelas memiliki peranan tersendiri dalam proses konseling dan sebagai mediator antara siswa dan konselor (Sardiman, 2000). Kedudukan guru sebagai pendidik dan pembimbing tidak bisa dilepaskan dari guru sebagai pribadi. Kepribadian guru sangat mempengaruhi peranannya sebagai pendidik dan pembimbing. Guru mendidik dan membimbing para siswa tidak hanya dengan bahan yang ia sampaikan atau dengan metode-metode penyampaian yang
6
digunakannya, tetapi dengan seluruh kepribadiannya. Mendidik dan membimbing tidak hanya terjadi dalam interaksi formal, tetapi juga dalam interaksi informal, tidak hanya diajarkan
tetapi juga ditransfer. Pribadi guru merupakan satu kesatuan
antara sifat-sifat pribadinya dan peranannya sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing. Adapun tugas wali kelas sebagai berikut : 1. Informator. Yaitu sebagai sumber informasi untuk siswanya terutama dalam permasalahan akademik maupun permasalahan umum lainnya. 2. Organisator. Semua kegiatan guru yang berhubungan dengan komponen kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi belajar siswa 3.
Motivator. Yaitu wali kelas dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk dapat mendinamisasikan siswa.
4. Pengarah. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan belajar mengajar 5. Inisiator. Guru harus dapat memberikan ide-ide yang dapat mendorong kreativitas anak didiknya 6. Transmitter. Dalam keggatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan 7. Fasilitator. Dalam hal ini wali kelas akan memberikan fasilitas kemudahan dalam proses belajar mengajar
7
8. Mediator. Wali kelas harus mampu menjadi penengah antara siswa dengan konselor, bila siswa ada masalah dan masih bisa diatasi lebih awal maka wali kelas yang berhak memberikan solusi awal sebelum konselor.
9. Evaluator. Wali kelas memiliki hak untuk memberikan penilaian akhir pada anak didiknya terutama yang berhubungan dengan prestasi anak didiknya, baik dalam bidang akademis maupun tindak sosialnya, sehingga dapat menentukan keberhasilan anak didiknya
3. Aspek-aspek Bimbingan 1. Bimbingan Konseling merupakan lembaga yang dapat membantunya untuk menyelesaikan permasalahannya dan memberikan bimbingan untuk siswanya untuk pemilihan jurusan studi atau karir 2. Konselor memiliki kepribadian yang baik seperti bersahabat, ramah, menyambut klien dengan baik, memiliki pengalaman, dan mampu menjaga kerahasiaan permasalahan klien 3. Bimbingan
konseling
bukan
lagi
lembaga
yang
hanya
bertugas
untuk
memberikan hukuman kepada anak yang nakal disekolah, tetapi menjadi lembaga yang mampu untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran atau dalam permasalahan pribadi 4. Kegunaan riil program bimbingan terletak pada keseimbangan fungsi korektif, preventif, dan pengembangan. Para petugas bimbingan menyadari bahwa para remaja membutuhkan pertolongan untuk melepaskan kesulitan-kesulitan yang mungkin menyusahkannya.
8
4. Pelatihan Peningkatan Peran Guru a. Pengertian Pelatihan adalah proses sistematik pengubahan perilaku para pegawai dalam suatu arah, guna meningkatkan tujuan-tujuan organisasional. Pelatihan dan pengembangan penting karena keduanya merupakan cara yang digunakan oleh organisasi untuk mempertahankan, menjaga, memelihara organisasi dan sekaligus meningkatkan keahlian anggotanya untuk dapat meningkatkan produktivitasnya (Soetjipto, 2002). Menurut Hamalik, 2000 pengertian pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak dan upaya yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja
peserta
dalam
bidang
tertentu
guna
meningkatkan
efektivitas
dan
produktivitas dalam suatu organisasi. Pelatihan untuk wali kelas sangat sederhana bahwa bagaimana seorang pelatih dapat memberikan pertolongan kepada orang yang dilatih untuk memiliki keterampilan dalam memberikan bimbingan kepada siswanya, dengan memahami teknik-teknik pemberian bimbingan yang baik. Pelatihan ini akan meningkatkan kesan akan tanggung jawab pada pilihan mereka sebagai pengajar atau profesi dan umumnya akan membangkitkan kualitas pengajar dalam bagian dunia pendidikan. Adapun tujuan dari pelatihan ini adalah :
9
1. Mengembangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa dan administrator sekolah 2. Menyempurnakan komunikasi dan mengembangkan informasi diantara orang yang penting 3. Mengajak tenaga pengajar yang memiliki peranan dan fungsi bermacammacam untuk menyempurnakan lingkungan belajar 4. Memperluas pengetahuan pendidikan untuk guru dan administrasi sekolah
C. Dinamika Psikologis Antara Pelatihan dengan Peran Guru dalam Memberikan Bimbingan pada Siswa Memberikan pelatihan kepada guru bidang studi merupakan cara yang harus dilakukan untuk memberikan pengertian yang jelas perihal memberikan bimbingan di sekolah karena selama ini berbagai pengertian yang salah terhadap guru dalam memberikan bimbingan banyak yang terlontar dari siswa sekolah menengah dan pendapat mereka yang mengatakan bahwa guru yang memberikan bimbingan merupakan orang yang tidak sepenuhnya mengerti kemampuan dan keinginan siswa untuk memilih jurusan, terutama dalam memberikan bimbingan karir (Kompas 2003). Perlunya pelatihan untuk guru ini diberikan, agar guru mendapat pengetahuan dan keterampilan untuk memberikan pendekatan kepada siswanya. Tidak hanya mendekati siswa untuk urusan yang berhubungan dengan akademis dan prestasi belajar saja, tetapi juga bagaimana cara mereka untuk memberikan
10
bimbingan pada siswanya, terutama untuk siswa yang berada di tingkat akhir jenjang pendidikan sekolah menengah. Pemberian bimbingan untuk siswa tingkat akhir sangat diperlukan, terutama dalam pemilihan jurusan atau sekolah lanjutan yang sesuai dengan kemampuan mereka. Pelatihan peningkatan peran guru dalam pemberian bimbingan bermaksud memanfaatkan dinamika program bimbingan konseling dalam upaya membimbing individu-individu yang memerlukan. Dinamika pelatihan ini adalah hal yang unik dan hanya mampu ditemukan dalam suatu sekolah yang memiliki tenaga pengajar yang sangat perduli pada keadaan siswanya. Bimbingan yang hidup adalah yang berdinamika, bergerak dan aktif berfungsi untuk memenuhi suatu kebutuhan siswa untuk membantu siswa mencapai tujuannya (Gazda, 1978).
11
3. METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Variabel bebas
: Efektivitas pelatihan
Variabel tergantung
: Peran Guru dalam bimbingan konseling
B. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket, dengan alat ukur berbentuk skala. Jenis data yang dikumpulkan melalui skala, yaitu untuk mengungkap seberapa jauh pemahaman guru tentang pemberian bimbingan untuk siswanya sebelum guru-guru wali kelas diberikan pelatihan tentang peningkatan peran guru. Skala akan diberikan lagi kepada guru setelah guru-guru wali kelas diberikan pelatihan, untuk mengetahui apakan ada perbedaan hasil dan efektivitas pelatihan yang diberikan mengenai peningkatan peran guru. Secara keseluruhan Skala konseling terdiri dari 40 aitem. Alternatif jawaban yang disediakan untuk item-item yang favourable yaitu Sangat Setuju (SS) dengan skor 4 sebagai skor tertinggi, Setuju (S) dengan skor 3,Tidak Setuju (TS) dengan skor 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 1 sebagai skor terendah. Sedangkan pada item-item unfavourable, skor jawaban yaitu Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 4, Tidak Setuju (TS) dengan skor 3, Setuju (S) dengan skor 2, dan skor
12
terendah pada Sangat Setuju (SS) dengan skor 1. Tabel di bawah ini adalah tabel sebaran aitem Skala Pelatihan peningkatan peran guru.
4. HASIL PENELITIAN Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dapat dideskripsikan dalam tabel, dibawah ini : 1. Hasil Analisis Deskriptif Persepsi Terhadap Bimbingan Konseling Variabel Pretest Posttest
X Min 31 31
Hipotetik X Max Mean 124 139.5 124 139.5
SD 15.5 15.5
X Min 88 86
Empirik X Max Mean 114 99.4 121 104.56
SD 6.95 9.69
Adapun rumus kategori diagnosis adalah sebagai berikut : 1. rendah = X < (µ -1.0s ) 2. Sedang = (µ -1.0s )< X < (µ + 1.0s )
3. Tinggi
= (µ + 1.0s ) < X
Hasil Uji Hipotesis Pelatihan Bimbingan Konseling untuk Guru a. Hasil uji asumsi normalitas menunjukkan nilai K-SZ untuk skor variabel pelatihan peningkatan peran guru pada peserta pelatihan adalah sebesar 0,376 dengan P = 0,920 ( P > 0,05 ) jadi hasil uji normalitas menunjukkan sebaran pelatihan peningkatan peran guru mengikuti distribusi normal. b.
Selanjutnya dilakukan analisis uji-t dengan Paired sample t-test. Uji perbedaan dilakukan pada skor pretest peserta pelatihan dengan skor posttest peserta
13
pelatihan, Uji hipotesis untuk skor pretest dengan skor posttest kelompok eksperimen adalah nilai t menunjukkan = -1,608 dengan nilai P = 0,126 ( P > 0,05 ). Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dengan skor posttest pada peserta pelatihan.
5. PEMBAHASAN Hasil analisis uji beda untuk skor pretest dan posttest persepsi terhadap kualitas bimbingan konseling adalah nilai t menunjukkan -1,608 dengan nilai P = 0,126 ( P > 0,05 ). Hipotesis penelitian yaitu adanya peningkatan peran guru dalam memberikan konseling pada siswa ditolak. Pentingnya peranan wali kelas sebagai orang yang memberikan bimbingan kepada siswanya di sekolah menurut Arbuckle (1963) yaitu dapat membantu memperbaiki emosional siswanya agar mereka menjadi orang yang bahagia dan terpuaskan oleh jalan keluar yang diberikan oleh wali kelasnya, guru di sekolah lanjutan pertama adalah guru yang selalu siap untuk memberikan bimbingan pa da siswanya dalam membuat suatu keputusan dalam memilih sekolah lanjutan atas yang dinilai bijaksana. Menurut Djumhur dan Surya (1975) pelatihan peningkatan
peran guru wali
kelas merupakan suatu proses belajar, yang masing-masing tahapannya memiliki tujuan yang saling berkesinambungan. Dasarnya, keterampilan yang ingin diperoleh dalam pelatihan ini adalah semua usaha pendidikan dan pengalaman untuk meningkatkan keahlian guru dan pegawai sekolah guna menyelaraskan pengetahuan
14
dan keterampilan mereka dengan kemajuan dan perkembangan bimbingan terutama yang dikembangkan untuk siswa sekolah menengah. Pelatihan itu sendiri merupakan suatu tuntutan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Tetapi hal yang lebih penting lagi dalam keberhasilan suatu bimbingan dan adalah subjek guru-guru bidang studi lain, terutama para wali kelas dimana kesan akan muncul siswa. Karena wali kelas merupakan orang yang dikategorikan dekat dengan siswanya di kelas, mengerti apa keinginan dan kebutuhan mereka, membuat suatu keputusan yang disetujui bersama siswanya dengan tujuan agar siswa tersebut dapat mempertanggungjawabkan semua keputusan yang telah mereka ambil.
15
5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak adanya efektivitas pelatihan peningkatan peran guru, hal ini ditandai dengan p=0,126 dengan nilai p>0.05 t= -1,608 dari sampel pelatihan peningkatan peran guru dalam memberikan bimbingan pada siswa menunjukkan bahwa pelatihan kurang memiliki arti yang penting dalam men ingkatkan peran guru dalam memberikan bimbingan pada siswa. “Tidak adanya peningkatan peran guru dalam memberikan bimbingan pada siswa”. Kesimpulan yang diambil bahwa penelitian kali ini ditolak, dan tidak memberikan efektivitas pada peran guru di sekolah.
6. SARAN Saran ditujukan untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat melakukan pelatihan dengan jangka waktu yang lebih lama, dan dalam melakukan post test juga pengambilan data untuk melihat efek dari pelatihan dilakukan dengan jarak paling tidak satu bulan dari jarak pelatihan. Karena bila jarak yang diambil terlalu dekat dengan pelatihan yang didakan, maka dikhawatirkan efek yang ada tidak terlalu terlihat pada subjek guru. Sebaiknya dilakukan penyeleksian peserta pelatihan, agar pelatihan tersebut bisa berjalan lebih efektif karena peserta yang ikut memang benar-benar membutuhkan pelatihan untuk meningkatkan kemampuannya dalam memberikan bimbingan untuk siswanya.
16
Saran untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya jika ingin melakukan penelitian, pilihlah waktu yang tepat dimana guru-guru tersebut memiliki waktu luang dan jangan melakukan pelatihan setelah akhir jam kerja karena mereka bisa kurang terfokus dengan materi yang diberikan. Sebaiknya pelatihan dilakukan saat pagi hari saat mereka memiliki waktu luang atau saat hari libur, karena itu akan membuat mereka lebih terfokus dengan pelatihan yang diadakan.
17
DAFTAR PUSTAKA Burks dan Steflerr. 1979. Psychoteraphy and counseling. Manhattan : Coloumbia PressCo. Crow dan Crow. An Introduction to Guidance. 1951.Second Edition. New York : American Book Company Djumhur dan Surya. 1998. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (guidance and Counseling). Bandung : CV Ilmu IKIP Bandung Faturochman.2002. SPSS. Makalah pelatihan (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Hamalik,O. 2000. Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan. Jakarta : Bumi Aksara Parson. 1998. Guidance of counseling (terjemahan). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Pepinsky & Pepinsky. 1995. Psychoteraphy and counseling (terjemahan). Jakarta : Kaifa Sukmadinata. 2003. Landasan psikologi proses Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Teguh dan Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu
18
BIODATA MAHASISWI Nama
: Azizah Rahmadhani. A
No. Mhs
: 01 320 336
TTL
: Jakarta, 15 Juni 1983
Alamat
: Jl. Kalisari Gg. LAPAN II no.60 Rt 009/01 Pekayon-Ps.Rebo Jakarta Timur 13710
Telefon
: 021-8712337/ 0818944684