1 hubungan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar biologi ...

88 downloads 387 Views 184KB Size Report
BELAJAR BIOLOGI DAN RETENSI SISWA KELAS X DENGAN. PENERAPAN .... Materi yang diajarkan adalah materi kelas X semester 1 yaitu SK 1 yang terdiri ..... te.org/acve/docs/tia00107.pdf, diakses 3 September 2012). Jamaluddin. 2009 .
HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DAN RETENSI SISWA KELAS X DENGAN PENERAPAN STRATEGI PERMBERDAYAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) DI SMAN 9 MALANG

Cahyani Ardila, Aloysius Duran Corebima, dan Siti Zubaidah Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Email: [email protected]

ABSTRACT: Metacognitive skill is one of the important factors for the successful learning. The objectives of this study were to determine (1) correlation between metacognitive skill and student achievement, (2) correlation between metacognitive skill and retention, after TEQ (Thinking Empowering by Questioning) strategy of learning had been applied. This study used the correlational type of research. Populations were all class X of State Senior High Schools in Malang. Sample used was X-6 class of State Senior High School 9 Malang consisting 36 students. Data had been collected by pretest, posttest, and retention test (3 weeks after posttest). Metacognitive skill had been measured by the metacognitive rubric integrated with student achievement test. Data analysis by correlation and regression techniques showed that: (1) there was a significant correlation between metacognitive skill and student achievement; the contribution of metacognitive skill to student achievement was 52,9% with correlation coefficient value (r) was 0,727; the regression equation was Y=0,857X+17,904; (2) there was no significant correlation between metacognitive skill and student retention after TEQ strategy of learning had been applied. Keywords: metacognitive skill, student achievement, retention, TEQ.

Pembelajaran konstruktif (yakni belajar yang bermakna) dipandang sebagai tujuan pendidikan yang penting. Corebima (2006) menyatakan bahwa hasil dari suatu pembelajaran bermakna berpeluang besar bermakna, baik yang terkait dengan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Ketercapaian tujuan suatu pembelajaran dapat terlihat melalui hasil belajar siswa. Namun, hasil belajar yang lebih disoroti sebagai indikator ketercapaian tujuan pembelajaran adalah yang terkait dengan ranah kognitif. Hasil belajar kognitif tentunya akan lebih bermakna jika tidak mudah segera hilang di ingatan. Dalam hal ini, retensi memegang peranan yang penting.. Pencapaian hasil belajar kognitif dan retensi ini erat kaitannya dengan kemandirian siswa dalam belajar. Kemandirian siswa tersebut berkaitan dengan keterampilan metakognitif siswa. Keterampilan metakognitif dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir siswa yang selanjutnya juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Livingston (1997) menyatakan bahwa metakognitif memegang salah-satu peranan kritis (sangat penting) agar pembelajaran berhasil. Metakognitif mengarah pada kemampuan berpikir tinggi (high order thinking) yang meliputi kontrol aktif terhadap proses kognitif dalam pembelajaran. Aktifitas seperti merencanakan bagaimana menyelesaikan tugas yang diberikan, memonitor pemahaman, dan mengevaluasi perkembangan kognitif merupakan metakognitif yang terjadi dalam sehari-hari. Keterampilan metakognitif memungkinkan siswa untuk melakukan perencanaan, mengikuti perkembangan, dan memantau proses

1

2

belajarnya (Imel, 2002). Coutinho (2007) menyatakan bahwa ada hubungan positif antara prestasi belajar dengan matakognisi. Siswa yang memiliki keterampilan metakognitif yang baik akan menunjukkan prestasi belajar yang baik pula dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan metakognitif rendah. Fakta di SMAN 9 Malang menunjukkan bahwa keterampilan metakognitif siswa belum berkembang dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari siswa yang hanya belajar saat ada tugas rumah ataupun ujian. Tidak hanya itu, tidak jarang dari mereka yang mencontek pekerjaan temannya, baik pada saat ujian maupun mengerjakan tugas rumah. Selain keterampilan metakognitif yang masih rendah, hasil belajar kognitif siswa pun juga demikian. Rata-rata hasil belajar Biologi siswa kelas X di SMAN 9 Malang tahun pelajaran 2011/2012 adalah 78. Kriteria ketuntasan minimum (KKM) di sekolah ini adalah 76. Meskipun rata-rata nilai siswa tersebut telah mencapai KKM, namun angka tersebut tidak terlalu signifikan. Menghadapi kenyataan tersebut, diperlukan suatu upaya memberdayakan keterampilan metakognitif siswa agar nantinya berdampak pada peningkatan hasil belajar maupun retensi siswa sendiri. Salah satu caranya adalah dengan penerapan strategi pembelajaran yang dapat mendorong siswa mengembangkan keterampilan metakognitifnya. Beberapa strategi pembelajaran telah terbukti dapat memberdayakan keterampilan metakognitif siswa yang selanjutnya berhubungan dengan hasil belajar dan retensi siswa. Penelitian Zen (2010) mengungkapkan adanya hubungan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif siswa pada penerapan strategi inkuiri dan PBL. Demikian pula dengan penelitian Basith (2010) yang membuktikan hal tersebut melalui penerapan strategi Jigsaw dan TPS. Hasil penelitian Atunasikha (2010) juga menunjukkan bahwa kenaikan keterampilan metakognitif diikuti dengan kenaikan pemahaman konsep siswa yang diajarkan dengan strategi PBMP dipadu dengan TPS. Tidak hanya itu, hubungan keterampilan metakognitif dan retensi juga telah diungkap oleh Muhiddin (2012) pada penerapan strategi PBL yang diintegrasikan dengan jigsaw. Strategi pembelajaran yang juga diyakini dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan metakognitif siswa adalah Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP). Pemberdayaan berpikir selama pembelajaran termasuk pembelajaran Biologi sangat penting dan sangat strategis (Corebima, 2006). PBMP merupakan pola pembelajaran yang dilaksanakan dengan tidak ada proses pembelajaran yang langsung secara informatif, seluruhnya dilakukan melalui rangkaian atau jalinan pertanyaan yang telah dirancang secara tertulis dalam lembar kerja siswa. Struktur umum lembar siswa tersebut adalah sediakan, lakukan, ringkasan (pikirkan), evaluasi dan arahan (Corebima, 2001). Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa penerapan strategi PBMP baik sendiri maupun dipadukan dengan beberapa strategi kooperatif- berpengaruh terhadap keterampilan metakognitif siswa (Nofitasari, 2011; Puspitasari, 2010; Wahyu, 2010; Jamaluddin, 2009). Tidak hanya itu, penerapan PBMP juga terbukti dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Lebih lanjut dinyatakan oleh Nofitasari (2011) bahwa meningkatnya pemahaman konsep siswa merupakan implikasi dari meningkatnya keterampilan metakognitif dan kemampuan berpikir siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui

3

ada tidaknya hubungan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar dan retensi siswa pada penerapan strategi PBMP. METODE Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang ditujukan untuk mencari hubungan antara keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif dan retensi siswa. Semua siswa dalam satu kelas mendapatkan perlakuan yang sama yaitu pembelajaran dengan menggunakan strategi PBMP (Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan). Pengumpulan data dilakukan dengan pretest, posttest, dan tes retensi (3 minggu setelah postest). Soal yang digunakan baik saat pretest, posttest, maupun retensi adalah sama yaitu soal essay dengan jumlah 17 soal. Materi yang diajarkan adalah materi kelas X semester 1 yaitu SK 1 yang terdiri atas KD 1.1 dan 1.2 serta SK 2 yang terdiri atas KD 2.1, 2.2, dan 2.3. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X SMA di Malang. Sampel yang diambil adalah kelas X-6 SMAN 9 Malang yang berjumlah 36 siswa tahun pelajaran 2012/2013. Pemilihan kelas sampel dilakukan secara acak. Adapun instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Semua perangkat pembelajaran disusun berpola PBMP. Instrumen pengukuran terdiri atas soal tes dan rubrik keterampilan metakognitif. Soal tes yang digunakan telah diuji validitas isi dan validitas konstruk dan reliabilitas soal tesnya tergolong tinggi. Rubrik keterampilan metakognitif yang digunakan adalah yang dikembangkan oleh Corebima (2009). Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi regresi dengan bantuan program SPSS for Windows. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai signikansi baik pada uji parallel maupun koinsiden yaitu 0,000 < 0,05 yang berarti tidak signifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pola PBMP yang dilaksanakan belum konsisten. Grafik Garis Regresi Keterlaksanaan Pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 1. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov diketahui bahwa baik data keterampilan metakognitif, hasil belajar, dan retensi terdistribusi normal. Data yang digunakan untuk menganalisis hubungan keterampilan metakognitif dan hasil belajar kognitif adalah data keterampilan metakognitif terkoreksi dan data hasil belajar kognitif terkoreksi. Berdasarkan hasil uji regresi antara keterampilan metakognitif dan hasil belajar kognitif siswa pada penerapan strategi PBMP didapatkan nilai F sebesar 38,175 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis penelitian diterima sehingga ada hubungan antara keterampilan metakognitif dan hasil belajar kognitif siswa pada penerapan strategi PBMP. Berdasarkan hasil uji regresi tersebut didapatkan persamaan regresi yaitu Y=0,857X+17,904. Koefisien korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,727 yang dapat diinterpretasikan bahwa korelasi antara keterampilan metakognitif dan hasil belajar kognitif pada penerapan strategi PBMP tergolong

4 kuat. Nilai koefisien determinasi (r2) adalah 0,529. Besarnya sumbangan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif siswa adalah 52,9%. Tabel 1. Ringkasan Anova Hubungan Keterampilan Metakognitif Terhadap Hasil Belajar Kognitif pada Penerapan Strategi PBMP Model Sum of Squares df Mean square F Sig. 1 Regression 830,473 1 830,473 38,175 ,000a Residual 739,640 34 21,754 Total 1570,114 35 a. Predictors: (Constant), Keterampilan metakognisi akhir terkoreksi b. Dependent variable: Hasil belajar akhir terkoreksi Tabel 2 Ringkasan Regresi Hubungan Keterampilan Metakognitif Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Penerapan Strategi PBMP Adjusted R Square 1 ,727a ,529 ,515 a. Predictors: (Constant), Keterampilan metakognisi akhir terkoreksi Model

R

R square

Std. Error of the Estimate 4,66413

Hasil uji regresi antara keterampilan metakognitif dan retensi siswa pada penerapan strategi PBMP didapatkan nilai F sebesar 0,682 dengan nilai signifikansi 0,415 > 0,05 yang berarti tidak signifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol diterima dan hipotesis penelitian ditolak sehingga tidak ada hubungan antara keterampilan metakognitif dan retensi siswa pada penerapan strategi PBMP. Tabel 3. Ringkasan Anova Hubungan Keterampilan Metakognitif Terhadap Retensi Siswa pada Penerapan Strategi PBMP Model Sum of Squares df Mean square Regression 5,443 1 5,443 Residual 271,479 34 7,985 Total 276,922 35 a. Predictors: (Constant), Retensi keterampilan metakognisi terkoreksi b. Dependent variable: Retensi hasil belajar terkoreksi 1

F ,682

Sig. ,415a

Gambar 1. Grafik Garis Regresi Keterlaksanaan Pembelajaran

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji hipotesis, didapatkan nilai F sebesar 38,175 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti ada hubungan antara keterampilan metakognitif dan hasil belajar kognitif siswa pada penerapan strategi PBMP. Hasil

5

penelitian ini sejalan dengan penelitian Atunasikha (2010) yang menunjukkan bahwa ada hubungan keterampilan metakognitif dan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran yang menerapkan strategi PBMP yang dipadu dengan strategi kooperatif Think Pair Share (TPS). Dalam hal ini, pemahaman konsep siswa secara tidak langsung mengarah kepada hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif. Demikian pula dengan penelitian Singh (2012) yang menunjukkan bahwa korelasi antara kemampuan metakognitif dan hasil belajar pada pelajaran sains siswa kelas XI adalah positif dan signifikan. Besarnya sumbangan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif siswa adalah 52,9%. Namun, sumbangan tersebut tidak begitu besar jika dibandingkan dengan beberapa strategi lainnya pada penelitian sebelumnya. Pada penelitian Basith (2010), besar sumbangan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif pada strategi Jigsaw dan TPS adalah 66,6% dan 82,4%. Potensi strategi lain yaitu inkuiri dan PBL juga dilaporkan oleh Zen (2010). Sumbangan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif pada strategi inkuiri adalah sebesar 69,9%. Akan tetapi, pada strategi PBL, besar sumbangan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif lebih rendah daripada strategi PBMP pada penelitian ini, yaitu 43,7%. Sementara itu, Chikmiyah (2012) juga melaporkan adanya hubungan antara pengetahuan metakognitif dengan hasil belajar siswa pada penerapan strategi TPS dengan sumbangan relatif sebesar 65,45%. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan rendahnya besar sumbangan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif tersebut. Salah satunya adalah keterlaksanaan sintaks pembelajaran. Adanya pemberian informasi kepada siswa oleh guru dan rendahnya motivasi dan konsentrasi siswa dapat mempengaruhi keterlaksanaan pembelajaran. Livingston (1997) menjelaskan bahwa self-questioning adalah salah satu strategi metakognitif yang umum. Lebih lanjut dijelaskan bahwa aktifitas seperti merencanakan bagaimana menyelesaikan tugas yang diberikan, memonitor pemahaman, dan mengevaluasi perkembangan kognitif merupakan metakognitif yang terjadi dalam sehari-hari. Pembelajaran dengan pola PBMP sejalan dengan aktifitas metakognitif tersebut. Siswa diminta menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada pada lembar siswa tersebut secara mandiri. Dalam hal ini, tentunya siswa harus mengatur dan merencanakan sendiri strategi belajarnya sehingga ia dapat mempelajari dan menyelesaikan LS PBMP tersebut sebelum didiskusikan di kelas. Hal ini dapat mengembangkan keterampilan metakognitif mereka. Siswa yang memiliki keterampilan metakognitif tinggi akan berusaha untuk mempelajari apa yang ada pada lembar kerja tersebut dan memonitor sendiri perkembangan belajarnya yang selanjutnya berdampak pada hasil belajar siswa tersebut. Pertanyaan pada tiap bagian dalam LS PBMP disusun berhubungan satu sama lain. Pertanyaan pada tahap renungkan biasanya dimunculkan kembali dalam bagian pikirkan dan evaluasi namun dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Dengan demikian, siswa didorong untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari di tahap renungkan. Livingston (1997) menjelaskan jika siswa menyadari bahwa ia tidak bisa menjawab atau ia tidak mengerti materi yang sedang didiskusikan, ia akan menentukan apa yang ia perlukan untuk menyelesaikan tujuan kognitifnya atau pemahaman materinya. Ia mungkin akan memutuskan untuk kembali membaca materi tersebut agar dapat menjawab

6

pertanyaan. Dengan demikian, siswa dapat memonitor sendiri perkembangan belajarnya. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan pada tahap evaluasi merupakan intisari dari materi ajar yang mengarah pada indikator pencapaian kompetensi. Tahap evaluasi ini sejalan dengan aktifitas metakognisi dimana siswa dapat mengevaluasi tujuan kognitifnya sendiri. Siswa yang memiliki keterampilan metakognitif yang baik akan menunjukkan prestasi belajar yang baik pula dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan metakognitif rendah (Coutinho, 2007). Tidak hanya itu, seperti yang dijelaskan Pierce (2003) bahwa metakognisi mempengaruhi motivasi belajar siswa. Lebih lanjut dijelaskan bahwa semakin sering siswa sadar akan proses berpikir mereka saat mereka belajar, maka mereka akan semakin dapat mengontrol tujuan, kepribadian, serta perhatiannya. Hal ini tentunya akan berdampak pada keterampilan metakognitif siswa. Sementara itu, hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan tidak ada hubungan antara keterampilan metakognitif dan retensi siswa yang dibelajarkan dengan strategi PBMP. Hal ini tidak bersesuaian dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya, yaitu Muhiddin (2012). Tidak adanya hubungan antara keterampilan metakognitif dan retensi ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya kegagalan mengingat kembali informasi yang tersimpan dalam ingatan siswa. Hal-hal yang dapat menyebabkan siswa tidak dapat mengingat apa yang telah dipelajarinya ada dua, yakni terjadinya proses lupa dan belum diolahnya informasi tersebut di otak atau disebut sebagai ‘keluar’. Terjadinya proses lupa pada siswa menyebabkan siswa tidak dapat mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Lupa berkaitan dengan fase penggalian dan fase prestasi yang ada di otak. Lupa menunjukkan kesulitan untuk menggali informasi yang telah diperhatikan, diolah, dan dimasukkan ke dalam ingatan jangka panjang (Winkel, 2005). Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya lupa pada seseorang. Salah satu faktor yang kemungkinan besar terjadi adalah faktor gangguan (interference/retroactive inhibition) (Winkel, 2005; Slavin, 2008). Gangguan terjadi ketika informasi yang dipelajari sebelumnya hilang karena infomasi tersebut bercampur dengan informasi baru dan agak mirip. Hal ini dapat dipahami karena pembelajaran PBMP dalam penelitian ini dilakukan selama satu semester sehingga ada banyak materi baru yang diterima siswa setelah suatu materi selesai dipelajari. Informasi-informasi baru tersebut kemungkinan juga menyebabkan terganggunya informasi yang sebelumnya sehingga proses lupa dapat terjadi. Waktu yang lewat setelah kegiatan belajar juga dapat berpengaruh terhadap ingatan siswa (Nasution, 2011). Proses penggalian informasi (postes dan tes retensi) dilakukan pada akhir semester dengan keseluruhan materi. Sehingga, terdapat jarak waktu yang cukup lama sebelum proses penggalian informasi dilakukan. Selama jarak waktu tersebut, selain adanya informasi baru, juga dimungkinkan adanya kegiatan yang mengganggu sehingga proses penggalian menjadi gagal. Kemungkinan kedua adalah belum diolahnya informasi tersebut di otak. Hal ini menunjuk kepada fase konsentrasi dan pengolahan di otak. Ada kemungkinan bahwa siswa tidak memberikan perhatian atau atensi kepada apa yang sedang dipelajari sehingga tidak terjadi proses pengolahan di otak. Tentu saja, tidak dapat dilakukan penggalian untuk hal yang kedua ini karena memang informasi belum tersimpan di memori. Atensi berhubungan erat dengan motivasi

7

siswa. Namun sayangnya, pada pembelajaran berpola PBMP yang dilakukan, motivasi siswa, terutama motivasi intrinsik siswa cenderung rendah yang mengakibatkan mereka tidak memberikan perhatian terhadap pembelajaran yang sedang dilakukan. Padahal, atensi menentukan diolah atau tidaknya suatu informasi ke memori. Motivasi yang rendah juga ditunjukkan pada saat pengerjaan LS PBMP. Pengerjaan LS PBMP ini dilakukan secara mandiri oleh siswa beberapa hari sebelum materi pembelajaran didiskusikan di kelas. Artinya, sebelum belajar tentang materi tersebut, siswa terlebih dahulu diminta untuk menyelesaikan dan mempelajari lembar PBMP tersebut. Dengan demikian, siswa telah mempunyai bekal atau pengetahuan awal tentang materi yang akan didiskusikan di kelas. Pengetahuan awal yang dimiliki siswa tersebut berpengaruh terhadap ingatan jangka panjangnya. Slavin (2006) menyatakan bahwa sejauh mana siswa mempelajari bahan tersebut sejak awal dapat mempengaruhi ingatan jangka panjang. Sayangnya, tidak semua siswa memiliki kesadaran untuk menyelesaikan LS PBMP nya sendiri. Beberapa siswa terkadang belum menyelesaikan LS PBMP nya saat diskusi di kelas dan baru menyelesaikannya saat diskusi itu juga. Hal ini mungkin dikarenakan soal yang ada pada LS PBMP terlalu banyak. Ketidaksiapan siswa tersebut juga menyebabkan diskusi kelas yang dilaksanakan menjadi tidak efektif sehingga memengaruhi informasi yang masuk ke memori siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang kuat antara keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas X pada pembelajaran Biologi dengan penerapan strategi PBMP di SMAN 9 Malang. Sumbangan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif adalah 52,9%. Persamaan regresi yang didapatkan yaitu Y=0,857X+17,904. Namun, tidak ada hubungan keterampilan metakognitif terhadap retensi siswa kelas X pada pembelajaran Biologi dengan penerapan strategi PBMP di SMAN 9 Malang. DAFTAR RUJUKAN Atunasikha, L. 2010. Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Pemahaman Konsep Siswa Laki-Laki dan Perempuan Kelas IV SDN Penanggungan Malang pada Pembelajaran SAINS dengan Strategi Pembelajaran PBMP dan Think Pain Share (TPS). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Basith, A. 2010. Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar Matapelajaran IPA Pada Siswa Kelas IV SD Dengan Strategi Pembelajaran Jigsaw dan Think Pair Share (TPS). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Chikmiyah, C & Sugiarto, B. 2012. Relationship Between Metacognitive Knowledge And Student Learning Outcomes Through Cooperative Learning Model Type Think Pair Share On Buffer Solution Matter. Unesa Journal of Chemical Education Vol. 1, No. 1, pp. 55-61 Mei 2012. (Online). Corebima, A.D. 2001. Pola Pengembangan Lembar PBMP (TEQ) dalam Pembelajaran IPA-BIOLOGI. Makalah disajikan dalam Lokakarya PBMP, Malang, 31 Agustus – 1 September.

8

Corebima, A.D. 2006. Pembelajaran Biologi yang Memberdayakan Kemampuan Berpikir Siswa. Makalah disajikan pada Pelatihan Strategi Metakognitif pada Pembelajaran Biologi untuk Guru-guru Biologi SMA di Kota Palangkaraya, 23 Agustus 2006. Corebima, A.D. 2009. Metacognitive Skill Measurement Integrated In Achievement Test. (Online). (http://www.recsam.edu.my/cosmed/cosmed09/AbstractsFullPapers2009/Ab stract/ScienceParallelPDFullPaper/01.pdf), diakses 28 Maret 2013. Coutinho, A.S. 2007. The Relationship Between Goals, Metacognition, And Academic Success. Educate~ Vol.7, No.1, 2007, pp. 39-47. (Online). (http://www.educatejournal.org/), diakses 25 Januari 2013 Imel, S. 2002. Metacognitive Skills for Adult Learning, (Online),(http://www.cete.org/acve/docs/tia00107.pdf, diakses 3 September 2012). Jamaluddin. 2009. Pengaruh Pembelajaran PBMP Dipadukan Strategi Kooperatif dan Kemampuan Akademik Terhadap Keterampilan Metakognitif, Berpikir Kreatif, Pemahaman Konsep IPA-Biologi, dan Retensi Siswa SD di Mataram. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Livingston, J.A. 1997. Metacognition: An Overview. (Online). (gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/metacog.htm), diakses pada 25 April 2013. Muhiddin,P. 2012. Pengaruh Integrasi Problem Based Learning (PBL) dengan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan Kemampuan Akademik Terhadap Metakognisi, Berpikir Kritis, Pemahaman Konsep, dan Retensi Mahasiswa pada Perkuliahan Biologi Dasar di FMIPA Universitas Negeri Makassar. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Nasution, S. 2011. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Nofitasari, RD. 2011. Pengaruh Penerapan Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) dipadu Think Pair Share (TPS) Terhadap Kemampuan Metakognitif, Kemampuan Berpikir, dan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VIII SMPN 3 Peterongan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Pierce, W. 2003. Metacognition: Study Strategies, Monitoring, and Motivation. A Greatly Expanded Text Version of a workshop Presented November 17, 2004, at Prince George’s Community College. (Online), (http://academic.pg.cc.md.us/~wPierce/MCCCTR/metacognition.htm), diakses, 25 Januari 2013. Puspitasari, S. Pengaruh Strategi Pembelajara TPS dan TPS-PBMP Terhadap Kesadaran dan Keterampilan Metakognitif serta Pemahaman Konsep Pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV SD. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang Slavin, R. E. 2006. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik, Edisi Kedelapan Jilid 1. Terjemahan Marianto Samosir. 2008. Jakarta: PT. Indeks. Singh, Y.G. 2012. Metacognitive Ability of Secondary Students and Its Association With Academic Achievement in Science Subject. International Indexed & Referred Research Journal, April, 2012. ISSN- 0974-2832, RNIRAJBIL 2009/29954; VoL. IV * ISSUE-39. (Online). (http://www.ssmrae

9

.com/admin/images/46ea3b75e3be24e9aa5bbd27d42ba053.pdf), diakses 21 Februari 2013. Wahyu, T.A.H. 2010. Pengaruh Strategi Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan Think Pair Share (TPS) yang Dipadu PBMP (Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan) Terhadap Keterampilan Metakognitif, Kemampuan Berpikir Kritis, dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VIII SMPN 2 Singosari. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Winkel, W.S. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Zen, A.R. 2010. Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar (SD) Dalam Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Inkuiri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.