1 PENDAHULUAN Latar Belakang Industri minyak kelapa sawit ...

64 downloads 1707 Views 306KB Size Report
Industri minyak kelapa sawit telah berkembang dibanyak negara yang ... Dalam pengembangan budidaya kelapa sawit di lahan gambut, pembibitan.
PENDAHULUAN Latar Belakang Industri minyak kelapa sawit telah berkembang dibanyak negara yang disebabkan oleh kenaikan permintaan dunia. Pengembangan terbesar industri ini dilakukan terutama oleh 2 negara masing-masing Malaysia sejak 1960 dan Indonesia ditahun 1980. Didukung kesesuaian iklim dan tanah yang subur, kedua negera berhasil menjadikan kelapa sawit sebagai sektor industri strategis. Pengembangan areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus bertambah sehubungan dengan ketersediaan lahan yang sesuai. Apriantono (2009 dalam Sinartani 2009) menyatakan bahwa bagi Indonesia, kelapa sawit berperan penting dalam pengembangan perekonomian nasional dan merupakan salah satu komoditas andalan penghasil devisa bagi negara. Hingga akhir 2008 jumlah pendapatan negara dari ekspor sawit mencapai 10,7 miliar dollar AS. Nilai tersebut belum lagi menghitung pendapatan pemerintah dari pungutan ekspor (Apriantono A, 2009). Saat ini Indonesia menjadi negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan total luas areal mencapai 7.5 juta ha. Selain pada faktor kesesuaian iklim

dan

tanah,

peningkatan

areal

tanam

dan

produksi

juga

harus

mempertimbangkan pada penguasaan teknologi dan kemampuan managerial (Bangun dan Samosir, 2010). Di Indonesia, terdapat sekitar 26 juta hektar lahan diperkirakan potensial untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit, 5,6 juta hektar diantaranya adalah gambut.

1 Universitas Sumatera Utara

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan spesies tanaman yang memiliki kemampuan beradaptasi yang baik pada berbagai lingkungan. Sebagai tanaman yang mampu beradaptasi dengan baik, kelapa sawit sangat toleran terhadap ketidaksesuaian dalam penanganannya dan biasa pertumbuhannya dapat segera pulih dengan baik dari stress akibat pindah tanam, kekeringan, kebakaran dan gangguan lainnya (Gillbanks, 2003). Dengan kemampuan adaptasi yang baik tersebut, pengembangan perkebunan kelapa sawit dilahan gambut dimulai di Indonesia pada tahun 1900-an tepatnya di Negeri Lama, Kabupaten Labuhan Batu, Propinsi Sumatera. Dalam pengembangan budidaya kelapa sawit di lahan gambut, pembibitan merupakan tahapan dalam penyiapan bibit untuk kebutuhan penanaman di lapangan. Pemanfaatan gambut sebagai media tanam di pembibitan baik pada phase awal (pre nursery) maupun lanjutan (main nursery) sudah lama dilakukan baik pada skala kecil maupun besar. Walaupun gambut dapat digunakan sebagai media tanam namun secara teknis masih memiliki kekurangan khususnya pada penyediaan unsur hara mikro seperti Cu (tembaga). Hal ini sesuai dengan pendapat Sidhu et al., (2001) yang menyatakan bahwa pemanfaatan tanah gambut sebagai media tanam di pembibitan biasanya menghasilkan pertumbuhan bibit yang kurang baik yang secara umum ditandai dengan adanya gejala kekurangan unsur hara mikro (Sidhu et al., 2001). Dengan berbagai karakteristik gambut yang tidak sesuai untuk pertumbuhan kelapa sawit seperti tingkat kemasaman yang tinggi, penurunan permukaan yang dapat terjadi secara spontan, miskin hara dan status hara yang tidak berimbang (Gurmit Singh, 1999) menyebabkan gambut dalam bentuk gambut mentah tidak disarankan untuk digunakan sebagai media tanam di pembibitan kelapa sawit. 2 Universitas Sumatera Utara

Sama halnya dengan gambut, tanah salin juga merupakan jenis tanah yang kurang sesuai untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Persoalan pada tanah salin yang utama diantaranya adalah tingginya kandungan Na dan Cl dari medium perakaran tanaman sehingga tekanan osmotik larutan tanah naik. Gejala pertumbuhan tanaman pada tanah dengan tingkat salinitas yang cukup tinggi adalah pertumbuhan yang tidak normal seperti daun mengering di bagian ujung dan gejala khlorosis. Gejala ini timbul karena konsentrasi garam terlarut yang tinggi menyebabkan menurunnya potensial larutan tanah sehingga tanaman kekurangan air. Sifat fisik tanah juga terpengaruh antara lain bentuk struktur, daya pegang air dan permeabilitas tanah. Semakin tinggi konsentrasi NaCl pada tanah, semakin tinggi tekanan osmotik dan daya hantar listrik tanah (Nassery et al. dalam Basri, 1991). Selain pengaruh tersebut di atas, kandungan Na+ yang tinggi dalam air tanah akan menyebabkan kerusakan struktur tanah. pH tanah menjadi lebih tinggi karena kompleks serapan dipenuhi oleh ion Na+ . Hal ini akan meningkatkan persentase pertukaran Natrium (Exchangeable Sodium Percentage, ESP). Secara drastis pertumbuhan tanaman akan menurun bila ESP mencapai 10% (Singh et al. dalam Basri, 1991). Walaupun gambut dan tanah salin secara umum kurang sesuai untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit berdasarkan sifat fisik, kimia maupun biologinya namun gambut maupun salin masing-masing secara khusus masih memiliki beberapa sifat yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pertumbuhan vegetative maupun generative tanaman kelapa sawit. Tabel 1 berikut menunjukkan beberapa sifat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman tidak terdapat pada bahan gambut namun ditemukan pada tanah salin dan sebaliknya. 3 Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Beberapa sifat dari media tanam gambut dan tanah salin : Gambut

Tanah Salin

pH rendah

pH tinggi

Bearing capacity rendah

Bearing capacity tinggi

Merupakan bahan organik

Bahan organik sangat rendah

Kadar garam terlarut rendah

Kadar garam terlarut tinggi

Bulk Density rendah

Bulk density tinggi

Koloid organik tinggi

Koloid organik rendah

Koloid liat rendah

Koloid liat tinggi

Porositas tinggi

Porositas rendah

Kaitannya kepada pemanfaatan gambut sebagai bahan organik campuran untuk tanah salin, bahan organik di dalam tanah dapat berperan sebagai sumber unsur hara, memelihara kelembaban tanah, sebagai buffer dengan mengkhelat unsur-unsur penyebab salinitas sehingga dapat meningkatkan ketersediaan unsurunsur hara (Buckman dan Brady, 1982). Kekurangan unsur hara mikro seperti Cu (tembaga) pada gambut dan ketersediaan tanah salin yang cukup besar terutama disepanjang garis pantai Indonesia melatarbelakangi penelitian ini.

Perumusan Masalah Beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit yang berada di lahan gambut biasanya memanfaatkan campuran tanah mineral non salin yang diambil dari dataran yang lebih tinggi atau lebih jauh dari daerah pantai dengan gambut sebagai media tanam di pembibitan lanjutan (main nursery). Kebijakan ini dilakukan dengan mempertimbangkan kendala-kendala teknis khususnya penyediaan unsur hara mikro yang biasanya ditemukan di gambut. Permasalahan teknis yang dihadapi perkebunan kelapa sawit khususnya yang berada di areal gambut pesisir (coastal peat land) yang memanfaatkan 4 Universitas Sumatera Utara

campuran tanah mineral dan gambut sebagai media tanam bibit kelapa sawit terutama pada phase pembibitan lanjutan (main nursery) adalah berupa penyediaan tanah mineral non salin yang berasal dari luar kebun. Penyediaan tanah mineral non salin sebagai campuran media tanam dengan gambut di pembibitan lanjutan (main nursery) mengalami berbagai hambatan (permasalahan) terutama pada aspek jarak dan transportasi. Kendala penyediaan ini dapat mempengaruhi target penanaman dan pindah tanam dari phase pembibitan awal (pre nursery) ke phase lanjutan (main nursery). Keterlambatan pindahtanam dapat menyebabkan bibit mengalami masa adaptasi akibat transplanting shock yang lebih panjang. Pada aspek penyediaan alat transportasi, biaya yang dikeluarkan akan menjadi lebih tinggi terutama apabila jarak antara lokasi pembibitan kebun relatif jauh dengan sumber tanah tanah mineral non salin. Kenaikan biaya transportasi ini menyebabkan biaya pembibitan mengalami peningkatan.

Tujuan Penelitian 1.

Mengetahui pengaruh dari kombinasi terbaik media tanam gambut dan tanah salin terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit di pembibitan lanjutan (main nursery).

2.

Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk tembaga (Cu) yang sesuai untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit di pembibitan lanjutan (main nursery).

3.

Mengetahui pengaruh dari kombinasi perlakuan media tanam dan pemupukan tembaga (Cu) untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit di pembibitan lanjutan (main nursery).

5 Universitas Sumatera Utara

Hipotesis Penelitian 1.

Komposisi tanah gambut dan salin 1 : 1 memberikan hasil pertumbuhan bibit kelapa sawit yang lebih baik dibandingkan komposisi lainnya.

2.

Pemberian pupuk mikro Cu di tahap pembibitan main nursery pada media tanah gambut yang dikombinasi dengan tanah salin memberikan pengaruh pada pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.).

Manfaat Penelitian 1.

Memberikan peluang pemanfaatan kombinasi tanah gambut dan salin sebagai media tanam bibit kelapa sawit di daerah pasang surut (coastal peatland) dengan sumber tanah mineral liat non salin yang kurang.

2.

Pemanfaatan tanah salin sebagai media tanam yang lokasinya dekat dengan pembibitan utama di areal gambut dapat mengurangi biaya pembibitan karena tidak menggunakan tanah mineral non salin yang biasanya di introduksi dari lokasi lain yang jaraknya relatif jauh.

6 Universitas Sumatera Utara