KEBIASAAN MINUM-MINUMAN BERALKOHOL SEBAGAI PERILAKU. SOSIAL
.... Dan dalam hal ini akan membahas landasan teori yang berkaitan dan.
1
KEBIASAAN MINUM-MINUMAN BERALKOHOL SEBAGAI PERILAKU SOSIAL MENYIMPANG ( Studi Kasus Pada Remaja Desa Ponteh Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan) Sunarti
Di bawah bimbingan pembimbing utama Dr. Sri Hidayati., M. Si Pembimbing kedua Syamsu Budiyanti, S.Sos., M.Si
Abstract The research was conducted in the village of Ponteh, District Galis, Pamekasan with the title: "Hard Habit Alcohol As a Social Deviant Behavior (Case Study in Rural Adolescents Ponteh, District Galis, Pamekasan)", which aims to understand the phenomenon of drinking- alcohol in the village teen ponteh. The theory used in this study is the theory of deviant behavior and symbolic interactionism. This study is a qualitative research which refers to the social definition paradigm, the approach used is a phenomenological approach. Informants this study were young Ponteh village. Because it is a case study and consideration that the informant can answer the habit of drinking. Data collection techniques are based on two groups of data collection, namely primary and secondary data. Secondary data obtained through books, articles, previous research results related to the problems studied. Primary data obtained through observation and in-depth interviews with research subjects. Techniques of data analysis in this study used qualitative analysis techniques. Results of this study found that: has acquired social reality adolescent deviant behavior in the habit of drinking seen in the village ponteh arising from alcohol drinking habits often ignore the advice from parents, also often disobey
Universitas Trunojoyo Madura
2
parents, often quarreled with the parents, lack of intimacy also occur in any family member who has a habit of teen drinking. When he and his friends were drunk, people steal things, asked for money by force if there are guests from outside the village and often teens fight. Another thing that more people hated about it is customary to steal what belongs to a neighbor who then sold to buy alcohol. Benefits of the research to know the habits of drinking in adolescents in the Village District Ponteh Pamekasan Galis, to determine the effect of drinking habits are socially demonstrated by adolescents Village Ponteh through drinking habits and to determine the cause of drinking habits adolescents.
Keywords: Deviant Behavior, Alcohol Drinks, Concept Teens
Universitas Trunojoyo Madura
3
Pendahuluan Remaja adalah masa transisi dari anak ke dewasa. Menghadapi remaja memang bukan pekerjaan mudah. Mereka dihadapkan pada berbagai kontradiksi dan aneka ragam pengalaman moral menyebabkan mereka bingung mana yang baik dan mana yang buruk untuk mereka. Hal ini nampak jelas yang terjadi pada kebiasaan merokok dikalangan remaja, terutama mereka-mereka yang hidup dikota-kota besar di indonesia seperti kota surabaya
dan
kota
metropolis
lainnya,
yang
berusaha
mencoba
mengembangkan diri ke arah yang disangka maju dan modern, dimana berkecemuk beraneka ragam kebudayaan asing yang masuk seolah-olah tanpa saingan (Sarwono, 2004:103-112). Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat mengantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik, dengan kualitas kinerja dan mental akan mempengaruhi dan menentukan ciri individual dalam bertingkah laku terhadap masyarakat sekitar. Memahami kalangan remaja berarti memahami berbagai masalah dan kesulitan, pemahaman tersebut akan membantu orang tua, pendidik, dan masyarakat agar dapat mendidik anaknya dengan baik dan terhindar dari kenakalan remaja. Perilaku remaja menyimpang (Juvenile Delequqncy) makin hari menunjukkan kenaikan jumlah dalam kualitas kejahatan dan peningkatan dalam kegarangan. Masyarakat indonesia adalah ciri masyarakat yang akan beranjak dari keadaan tradisional menuju kepada kondisi yang lebih modern. Begitupun kondisi kalangan remaja. Hanya sebagian kecil remaja, yaitu tinggal di masyarakat yang belum terjangkau prasarana komunikasi (misalnya dikalangan suku terasing atau pedesaan yang terisolir), yang masih hidup di alam yang bener bener masih tradisional. Sebagian besar remaja yang lain, apalagi yang tinggal dikota-kota besar, sudah jelas harus berhadapan dengan masyarakat yang sedang dalam keadaan transisi (Sarwono, 2004:109). Era globalisasi telah membuat perubahan yang signifikan, dan telah terjadi degredasi moral dan sosial budaya yang cenderung kepada pola
Universitas Trunojoyo Madura
4
perilaku yang menyimpang hal ini sebagai dampak pengaruh budaya luar yang tidak terkendali oleh sebagian remaja. Pengaruh budaya luar ditelan mentahmentah tanpa mengenal jauh-jauh nilai budaya luar dengan tanpa penuh tanggungjawab. Kehadiran teknologi yang serba digital banyak menjebak kaum remaja untuk mengikuti perubahan. Pola pengaruh era globalisasi sering dianggap sebagai simbol kemajuan dan mendapatkan dukungan dari kalangan remaja. Globalisasi saat ini melanda dunia yang dapat diibaratkan sebuah pisau bermata dua. Pada satu sisi, proses globalisasi telah menciptakan pertumbuhan ekonomi dan kelimpahan material yang menakjubkan serta pertumbuhan iptek yang sangat pesat, sedang pada sisi lain peradaban manusia, salah satunya adalah masalah kemiskinan, urbanisasi, kriminalitas dan kenakalan remaja. Masalah sosial yang dikategorikan dalam perilaku menyimpang di antaranya adalah kenakalan remaja. Berdasarkan penelitian yang diperoleh dihasilkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kenakalan remaja dengan keberfungsian keluarga. Artinya semakin meningkatnya keberfungsian sosial dalam keluarga dalam melaksanakan tugas kehidupan, peranan, dan fungsinya maka akan semakin rendah tingkat kenakalan anak-anaknya atau kualitas kenakalannya semakin rendah. Di samping itu penggunaan waktu luang yang tidak pernah terarah merupakan sebab yang sangat dominan bagi remaja untuk melakukan perilaku menyimpang (Mr. Windu, 12 april 2009). Kenakalan remaja merupakan masalah sosial yang terus-menerus muncul setiap waktu, yang selalu dibahas dan dikaji untuk dicari jalan keluarnya. Karena disatu sisi remaja merupakan harapan penerus bangsa, sedangkan disisi lain remaja dianggap sebagai pribadi yang labil, yang ingin mengekspresikan jiwa mudanya yang bebas dengan melakukan hal-hal yang dikehendaki dan dianggap menyimpang. Seperti perkelahian antar kelompok atau gank, antar sekolah, pencurian, pemalakan, minum-minuman beralkohol, kebebasan seksual, dan meluasnya penyalahgunaan narkotika. Hal yang sangat meresahkan timbulnya kekacauan dan tindakan kriminalitas yang
Universitas Trunojoyo Madura
5
disertai dengan kekerasan karena pengaruh minum-minuman beralkohol dan perilaku merokok diusia muda. Remaja adalah masa transisi dari anak yang dewasa. Menghadapi remaja memang bukan pekerjaan mudah. Mereka dihadapkan pada berbagai kontradiksi dan aneka ragam pengalaman moral yang menyebabkan mereka bingung mana yang baik dan mana yang buruk untuk mereka. Hal ini nampak jelas yang terjadi pada kebiasaan minum-minuman beralkohol dikalangan remaja, terutama mereka-mereka yang hidup di kota-kota besar di indonesia seperti kota surabaya dan kota metropolis lainnya, yang berusaha mencoba mengembangkan diri ke arah yang disangka maju dan modern, dimana berkecemuk beraneka ragam kebudayaan asing yang masuk seolah-olah tanpa saingan (Sarwono, 2004:103-112). Lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tua, saudara dan serta karabat dekatnya. Melalui lingkungan seperti itulah si anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari. Orang tua, saudara maupun kerabat terdekat lazimnya mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anak supaya anak memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik melalui penanaman serta penyaringan (Soekanto, 1990:494-495). Seorang remaja yang masih dalam masa pencarian jati diri selalu berusaha mencoba-coba hal yang baru, sehingga apabila tidak adanya kontrol dari orang dewasa maka dikalangan remaja tersebut akan terjerumus dalam perbuatan yang bersifat negatif. Dalam hal ini, kebiasaan minum-minuman beralkohol dikalangan remaja, banyak sekali kasus-kasus yang dialami seringkali membayakan diri sendiri dan juga orang lain seperti kasus-kasus remaja yang meninggal akibat mengkonsumsi minum-minuman beralkohol. Akan tetapi sampai sekarang ini para remaja masih banyak yang mengkonsumsi minum-minuman beralkohol. Akibat dari minum-minuman beralkohol, seorang remaja menjadi lebih berani dari biasanya dan mudah tersinggung memicu terhadap kekerasan dan kriminalitas.
Universitas Trunojoyo Madura
6
Masalah minum-minuman beralkohol dan pemabuk pada kebanyakan masyarakat pada umumnya tidak berkisar pada apakah minuman beralkohol boleh atau dilarang dipergunakan. Persoalan adalah siapa yang boleh menggunakannya, di mana, bila mana, dan dalam kondisi yang bagaimana, akibatnya kaum awam berpendapat bahwa minuman beralkohol merupakan suatu stimulan. Sedangkan stimulan itu sendiri adalah meningkatkan keaktifan susunan saraf pusat sehingga merangsang dan meningkatkan kemampuan fisik seorang, padahal sesungguhnya minum-minuman beralkohol merupakan racun protoplasmik yang mempunyai efek depresan pada sistem saraf. Akibatnya, seseorang pemabuk semakin kurang kemampuannya untuk mengendalikan diri, baik secara fisik, psikologis maupun sosial namun perlu dicatat bahwa ketergantungan pada minum-minuman beralkohol merupakan suatu proses tersendiri, yang memakai waktu (Soekanto, 1990: 418). Dalam kaitannya dengan perilaku remaja menyimpang tersebut penulis mencoba meneliti tentang kebiasaan minum-minuman beralkohol di Desa Ponteh, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan. Bagi mereka minumminuman beralkohol sudah tidak lagi menjadi hal yang tabu dalam kehidupan sehari-hari mereka da mereka juga mengkonsumsinya dalam acara formal seperti acara pernikahan. Hal ini tentunya sangat bertentangan dengan kultur dan budaya masyarakat itu sendiri.
Fokus Masalah Fokus dan rumusan masalah yang diambil dari dalam penelitian ini bertujuan untuk membatasi studi, yaitu penetapan batas-batas permasalahan dengan untuk menghindari pembahasan masalah yang menyimpang dari sasaran atau permasalahan yang sesungguhnya. Penetapan fokus penelitian ini adalah tentang kebiasaan minum-minuman beralkohol sebagai perilaku remaja menyimpang di desa ponteh kecamatan galis kabupaten pamekasan. Adapun rumusan masalah sebagai berikut: 1) Mengapa remaja di Desa Ponteh melakukan kebiasaan minum-minuman beralkohol? 2) Bagaimana kebiasaan
Universitas Trunojoyo Madura
7
minum-minuman beralkohol pada remaja di Desa Ponteh Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan? Teori yang Digunakan Penelitian tentang kajian fenomena perilaku remaja menyimpang di Pamekasan (studi kasus kebiasaan minum-minuman beralkohol) di Desa Ponteh Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan yang belum pernah di lakukan. Dan dalam hal ini akan membahas landasan teori yang berkaitan dan berhubungan dengan judul skripsi tersebut.
Teori Perilaku Menyimpang Perilaku menyimpang dapat di definisikan sebagai perilaku yang keluar dari ketentuan yang nerlaku dalam masyarakat (norma, agama, hukum, dan etika). A. Berdasarkan Sudut Pandang Sosiologi 1. Teori Labeling Teori ini dikemukakan oleh edwin m.lemert, menurutnya seseorang berperilaku menyimpang karena proses labeling yang diberikan masyarakat kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap, etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan “penyimpangan primer” karena itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat.
Karena
adanya
label
tersebut,
maka
sang
pelaku
mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan itupun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunya. 2. Teori Sosialisasi Teori sosialisasi menyatakan bahwa seseorang biasanya menghayati nilai-nilai dan norma-norma dari bebrapa orang yang dekat dan cocok dengan dirinya. 3. Teori Pergaulan Berbeda ( Differential Association ) Teori ini diciptakan oleh Edwin H. Sutherland dan menurut teori ini penyimpangan bersumber dari pergaulan dengan sekelompok orang yang telah
Universitas Trunojoyo Madura
8
menyimpang. Penyimpangan didapatkan dari proses alih budaya (cultural transmission) dan dari proses tersebut seseorang mempelajari subkebudayaan menyimpangang (deviant subculture). Contoh teori pergaulan berbeda : perilaku tunasusila, peran sebagai tunasusila dipelajari oleh seseorang dengan belajar yaitu melakukan pergaulan yang intim dengan para penyimpang (tunasusila senior) dan kemudian ia melakukan percobaan dengan melakukan peran menyimpang tersebut. 4. Teori Anomie Konsep anomie di kembangkangkan oleh seorang sosiologi dari perancis, emile durkheim. Istilah anomie dapat diartikan sebagai ketiadaan norma. Konsep tersebut dipakai untuk menggambarkan suatu masyarakat yang memiliki banyak norma dan nilai yang satu sama lain saling bertentangan. Suatu mayarakat yang anomis (tanpa norma) tidak mempunyai pedoman mantap yang dapat dipelajari dan di pegang oleh para anggota masyarakatnya. Selain emile durkheim ada tokoh lain yang mengemukakan tentang teori anomie yaitu robert k. Merton, ia mengemukakan bahwa penyimpangan terjadi melalui struktur sosial. Menurut merton struktur sosial dapat menghasilkan perilaku yang konformis (sesuai dengan norma) dan sekaligus perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan. Merton berpendapat bahwa struktur sosial mengahasilkan tekanan kearah anomie dan perilaku menyimpang karena adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut. Hasil Penelitian Dari penelitian yang dilakukan di Desa Ponteh Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan dengan melibatkan 1 informan kunci dan 11 informan utama, mengindikasikan kebiasaan minum-minuman beralkohol di kalangan remaja dan faktor-faktor mengapa sampai saat ini remaja desa Ponteh Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan masih melakukan kebiasaan minumminuman beralkohol antara lain sebagai berikut:
Universitas Trunojoyo Madura
9
1. Penyebab Kebiasaan Minum-Minuman Beralkohol Kondisi Ekonomi Orang Tua Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat bahwa sebagian besar remaja yang mempunyai
kebiasaan
minum-minuman
beralkohol
di
Desa
Ponteh
Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan berasal dari ekonomi yang dapat digolongkan ekonomi bawah. Hal ini terlihat pada kondisi perekonomian orang tua mereka yang terbilang pas-pasan. Keseharian dari orang tua mereka, bekerja di sawah sebagai buruh tani dengan upah yang tidak banyak. Untuk tenaga kerja wanita, kerja setengah hari mendapatkan bayaran Rp. 8.000,biasanya kerja yang dilakukan adalah menanam padi, mengambil bibit padi dan mencabuti rumput di sawah. Sedangkan untuk tenaga laki-laki, kerja setengah hari mendapatkan bayaran Rp. 10.000,-. Namun, untuk laki-laki biasanya banyak yang bekerja sampai sore hari (lembur) mendapatkan bayaran sebesar Rp. 20.000,-, kerja yang biasa dilakukan adalah mencangkul. Berdasarkan
pengamatan
itu,
menunjukkan
betapa
minimnya
pendapatan masyarakat Desa Ponteh. Padahal kebutuhan hidup sehari-hari harganya sangat mahal. Upah hasil kerja, biasanya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok saja, misalnya untuk membeli beras dan lauk sederhany. Sedangkan kalau sisa, mereka bagikan kepada anak-anak mereka untuk membeli jajan atau untuk uang saku kalau ada diantara mereka yang mempunyai anak masih sekolah, itu juga pas-pasan. Biasanya anak-anak mereka yang mempunyai anak yang masih sekolah dasar diberi uang saku rata-rata Rp. 1000,-, untuk smp biasanya Rp. 3.000,- dan untuk sma rata-rata diberi uang saku Rp. 5000,-. Dengan pendapatan yang kurang itulah orang tua di Desa Ponteh kurang bisa memenuhi kebutuhan anaknya, apalagi anak mereka yang sudah remaja tidak bekerja dan jarang membantu orang tua sehingga beban ekonomi hanya orang tua yang menanggung. Dalam kehidupan sehari-hari, pengangguran di kalangan remaja dapat terlihat ketika remaja (terutama yang tidak sekolah) dari pagi hingga malam hari nongkrong dipinggir jalan raya atau gazebo (masyarakat Ponteh bilang gardu) di dekat rumah saya. Mereka jarang terlihat membantu orang tua
Universitas Trunojoyo Madura
10
mereka bekerja. Para remaja merasa lebih senang berkumpul untuk menghabiskan waktu atau berpesta minum-minuman beralkohol. Di sekolahan, mereka merasa merasa malu dengan teman-temannya karena baik uang saku, buku, maupun pakaian kurang baik dibanding temannya. Untuk mengurangi rasa mindernya, mereka sering menggunakan minum-minuman beralkohol dengan tujuan agar rasa rendah diri bisa berkurang. Karena seringnya menggunakan minuman beralkohol itu, sekarang mereka menjadi kecanduan. Penggunaan minuman beralkohol pada remaja Ponteh lebih banyak ditimbulkan oleh kondisi ekonomi yang kurang mapan baik pada dirinya maupun pada orang tua mereka. Pada kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan itu, sebagian besar remaja berupaya untuk menyelesaikan konflik batik dengan cara ke luar rumah. Dari seringnya bergaul di luar rumah timbullah diantara mereka pola-pola pergaulan bebas. Sebagai akibatnya adalah penggunaan minuman beralkohol. Kontrol Orang Tua Terhadap Remaja Di Desa Ponteh Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan 1) Orang Tua Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap orang tua di Desa Ponteh , terliha bahwa dengan mata pencaharian sebagai petani yang kesehariannya bekerja di sawah sangat menyita waktu. Hal ini berakibat perhatian untuk keluarga dan anak-anak menjadi kurang. Biasanya mereka pergi ke sawah pagi sekali kurang lebih pukul 05.30 wib dan pulang ke rumah sekitar pukul 17.30 wib. Mereka juga biasanya membawa perbekalan seperti nasi dan air minum untuk dimakan di sawah, sehingga pada waktu makan siang, mereka tidak usah pulang ke rumah. Dari beberapa pengamatan yang dilakukan, menunjukkan bahwa orang tua yang pulang dari sawah sampai di rumah langsung mandi, makan dan nonton TV atau lansung tidur, padahal anak-anak mereka sudah tidak ada di rumah dan bermain bersama remaja yang lain di pertigaan jalan. Biasanya mereka berkumpul sambil bernyanyi-nyanyi dan sering kali mereka meminum-minuman beralkohol. Mereka duduk-duduk
Universitas Trunojoyo Madura
11
ditempat itu sampai pukul 01.00 wib bahkan sampai pagi. Namun orang tua mereka terlihat tidak memperdulikannya. Mengenai kontrol orang tua kepada anak-anak, biasanya hanya dengan cara menasehati anaknya. bahwa sebagian besar orang tua dalam mengontrol pergaulan anaknya kurang sekali. Seperti penuturan beberapa informan yang selama ini tidak tahu kalau anaknya mempunyai kebiasaan minuman beralkohol, ia baru tahu ketika anaknya muntah-muntah sewaktu pulang daari pertigaan pukul 00.30 wib. Karena selama ini tidak mengurusi anaknya bergaulan dengan siapa atau dengan apa, tahu-tahu anaknya sekarang sudah menjadi pecandu minuman beralkohol. Dalam fase keluarga (Yusuf 2006) pola asuh dalam keluarga sangatlah berpengaruh. Stephen R. Covey menyatakan pada fase ini orang tua adalah panutan bagi si anak. Orang tua mewariskan cara berpikirnya kepada anak, yang kadang-kadang sampai generasi ketiga, keempat). (Muh. Aji bayu nugroho: 2008)
2) Kontrol Masyarakat Berdasarkan pengamatan mengenai kontrol masyarakat terhadap remaja, terlihat masyarakat di Desa Pontehkurang sekali menangani perilaku remajanya. Hal ini karena antara remaja dan masyarakat mempunyai hubungan yang tidak akrab atau kurang harmonis. Hal ini juga terlihat pula ketika para remaja yang berkumpul sedang minum-minuman beralkohol, masyarakat sekitar tidak memperdulikannya. Mereka tidak mengurusi anak dan remaja lain dalam pola pergaulannya. Menemukan fenomena perkelahian antara remaja Ponteh berkelahi dengan remaja Desa lain, namun masyarakat atau orang tua mereka tidak ikut campur. Masyarakat menganggap bahwa itu resiko mereka sendiri. Masyarakat yang sebagian besar adalah buruh tani yang kesehariannya di sawah beranggapan bahwa mengontrol remaja adalah suatu yang tidak penting. Hal yang terpenting adalah kontrol dari remaja itu sendiri. Orang tua atau masyarakat sudah bosan mengurusi tingkah laku mereka. Yang terpenting bagi masyarakat adalah mencari nafkah, untuk apa mengurusi anak orang.
Universitas Trunojoyo Madura
12
Berdasarkan pengamatan peneliti, Dalam hal-hal lain, masyarakat juga bersikap membiarkan perilaku remaja, misalnya ketika remaja mencuri sesuatu meskipun masyarakat mengetahuinya, namun tidak ada yang menindak secara tegas sehingga remaja merasa bebas dan membebaskan pergaulan remaja terlihat di Desa Ponteh. Hal ini dibuktikan ketika remaja yang sedang minum-minuman beralkohol tertawa dengan suara keras sambil bermain gitar, bernyanyi bahkan sambil mendengarkan musik yang cukup keras. Masyarakat sekitar maskipun tahu tidak memperdulikannya, sehingga karena secara terus-menerus dianggap tidak bermasalah, remaja merasa bebas.
3) Kontrol Perangkat Desa Ponteh Sudarsono (1990:94) generasi muda atau remaja merupakan bagian dari masyarakat, berarti remaja berada dalam cakupan masyarakat yang berhak memperoleh penyuluhan tentang kesadaran hukum. Arti penting penyuluhan hukum dikalangan remaja mengantung maksud untuk mendidik kalangan remaja tersebut sehingga mengerti hukum. Kemudian mereka akan menghargainya dan akhirnya mereka mampu mematuhi dengan sebaikbaiknya sisten hukum yang harus diketahui, duhayati dan dipatuhi oleh remaja yang tidak terbatas pada hukum tertulis.
Penutup Penelitian kualitatif tentang kebiasaan minum-minuman beralkohol pada remaja Desa Ponteh Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan, menghasilkan beberapa fakta menarik untuk diuraikan dan diteliti lebih lanjut. Dari hasil penelitian yang berhasil diperoleh, dapat ditarik beberapa kesimpulan. (1) Penyebab kebiasaan minum-minuman beralkohol di Desa Ponteh adalah: kondisi ekonomi orang tua yang kurang mampu (Rendah), kurangnya kontrol orang tua dan masyarakat Desa Ponteh terhadap perilaku menyimpang remaja, kehidupan keagamaan remaja di Desa Ponteh masih kurang, rasa ingin tahu, dan pelarian dari masalah yang dihadapi. (2) Kebiasaan minum-minuman beralkohol yang biasa dilakukan oleh remaja di Desa Ponteh sebagai berikut:
Universitas Trunojoyo Madura
13
Minuman tersebut menjanjikan sesuatu yang menjadi rasa kenikmatan, kenyamanan, dan ketenangan. Pada awal pertama minum-minuman beralkohol karena seringnya diajak teman menemani minum, tawari minum dan tanpa disadari menjadi ketagihan. meskipun ada yang mencoba berhenti tapi diperantauan minum kembali. Selain itu mereka mengutamakan gengsi pada temen-temannya kalau misalnya berhenti minum-minuman beralkohol. Dengan demikian minum minuman beralkohol pada akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit dihentikan oleh remaja Desa Ponteh. Kebiasaan minum minuman beralkohol remaja pengkonsumsi minuman beralkohol biasanya bila mereka saling berjumpa maka mereka saling meminta atau menawarkan untuk minum minuman beralkohol. Atau sebelum mereka memulai percakapan mereka saling ngajak kumpul yang biasa mereka sebut minum, dengan demikian remaja tersebut sudah mengerti dan mereka jarang sekali untuk menolak karena mereka menganggap sebagai tanda persahabatan. Dari kebiasaan remaja yang minum minuman beralkohol tersebut, banyak diantara mereka hanya ikut-ikutan pada teman. Ada karena mencari perhatian dan ada pula yang meniru orang tua atau anggota keluarga lain yang pengkonsumsi minuman beralkohol. Remaja-remaja yang minum minuman beralkohol tersebut ada yang memang sudah berani minum minuman beralkohol dihadapan orang banyak, hanya dengan teman dan ada pula yang sembunyi-sembunyi. Dari remaja yang minum minuman beralkohol tersebut ada yang keluarganya memang ada yang minum minuman beralkohol dan ada pula remaja yang minum minuman beralkohol, tapi dalam keluarga tersebut tidak ada yang minum minuman beralkohol. Perilaku sosial remaja menyimpang pada kebiasaan minum-minuman beralkohol terlihat di Desa Ponteh yang terjadi akibat dari kebiasaan minum minuman beralkohol sering mengabaikan nasehat-nasehat dari orang tua, juga sering membantah perintah orang tua, sering bertengkar dengan orang tuanya, ketidak akraban juga terjadi dalam setiap anggota keluarga remaja yang mempunyai kebiasaan minumminuman beralkohol. Ketika ia dan teman-temannya dalam keadaan mabuk, mencuri barang-barang warga, meminta uang dengan paksa (memalak) jika
Universitas Trunojoyo Madura
14
ada tamu dari luar Desa dan sering kali remaja berkelahi. Hal lain yang lebih dibenci masyarakat sekitar adalah kebiasaan mencuri apa saja milik tetangga yang kemudian dijual untuk membeli minuman beralkohol.
Daftar Pustaka Atmasasmita, Romli, SH. LLM. 1993. Problema Kenakalan Anak/remaja (Yuridissosio-Kriminolog). Bandung. PT Armico. Horton, Paul B. 1987. Sosiologi. Jakarta. Penerbit Erlangga. I, Khaeruddin. 1985. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta. Penerbit Nurchaya. Johnson, Paul, Doyle. 1988. Teori Sosiologi Klasik dan Modern 1. Jakarta. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. , 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern 2. Jakarta. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Kartono, Kartini, Dra. 1983. Patologi Sosial Jilid 1. Jakarta. CV Rajawali. Mappirare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Usaha Nasional. Remaja. Moleong, J, Lexy. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Penerbit PT Remaja Karya. , 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandug. Rosdakarya. Ritzer, Goerge (Penyadur Alimandan). 1992. Sosiologi Ilmu Penegtahuan Berparadigma Ganda. Jakarta. PT Rajawali Pers. Ritzer, george dan douglas J Goodman. 2007. Teori Sosiologi Modern. Cetakan ke-4. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Universitas Trunojoyo Madura
15
.
,2004. Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam. Jakarta. Penerbit Kencan.
Sarwono, Sarlito, Wirawan, Dr. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta. CV Rajawali. Simandjutak, B, Drs, SH. 1994. Latar Belakang Kenakalan Remaja (Etimologi Juvenile Deliquency). Bandung. Pnerebit Alumni. Soekamto, Masri dan Soffian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES: Jakarta. Soetopo, Heribertus, 1988. Pengantar Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar Teoritis dan Praktis. Surakarta. Pusat Penelitian, Universitas Sebelas Maret. Zamroni, Dr. 1992. Pengantar Perkembangan Teori Sosial. Jakarta. Penerbit PT Tiara Wacana.
Universitas Trunojoyo Madura