sebagainya, serta tak luput dari penggambaran tokoh sesuai dengan usianya :
.... Jean Piaget merupakan salah seorang tokoh pelopor aliran konstruktivisme,.
71 BAB IV
KONS EP
4.1. Landasan Teori
4.1.1. Teori Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris “communication”, serta bahasa Latin “communicatus”, yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama. Disini komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktivitas komunikasi tersebut.
Webster’s New Collegiate Dictionary menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambanglambang, tanda-tanda atau tingkah laku.
Dalam perkembangan ilmu komunikasi modern, bahasa adalah kombinasi kata yang diatur dan dikelola secara sistematis dan logis sehingga bisa dimanfaatkan sebagai alat komunikasi. M anusia tak hanya memakai tanda tapi juga menciptakannya (homo symbolicus). Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gesture, dan broadcasting. Komunikasi dapat berupa interaktif, transaktif, bertujuan, atau tak bertujuan.
72 Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. M enurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah:
1. Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain. 2. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain. 3. Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. Dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara. 4. Penerima / komunikan (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain. 5. Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.
4.1.2. Teori Ilustrasi
M enurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilustrasi adalah gambar (foto, lukisan) untuk membantu memperjelas isi buku, karangan, dsb. M erupakan gambar, desain atau diagram untuk penghias (halaman sampul, dsb).
Sedangkan menurut wikipedia.org, ilustrasi adalah visualisasi seperti gambar, lukisan, foto atau karya seni lain yang lebih menekankan pada subjek daripada
73 bentuk. Tujuan utama dari sebuah ilustrasi adalah untuk menerangkan atau menghiasi informasi teks (cerita, puisi atau artikel koran) dengan memberikan representasi visual.
Fungsi ilustrasi : 1. M emberikan tampilan kepada karakter dalam sebuah cerita 2. M enampilkan contoh dari barang yang dijelaskan dalam buku teks akademis (misalnya tipologi) 3. M emvisualisasikan sekumpulan langkah instruksional dalam tekhnis manual 4. M engkomunikasikan tema dasar dalam cerita 5. M enghubungkan merk dengan ide dari ekspresi manusia, kepribadian dan kreativitas 6. M enginspirasikan audience untuk merasakan emosi untuk memperluas aspek bahasa pada narasi.
4.1.2.1. Ilustrasi dalam Buku Cerita Anak
Ilustrasi bagi anak
akan
membantu
mereka menikmati,
menghayati,
berimajinasi dan meresapi persepsi visual yang kaya dan mengesankan. Anakanak lebih tertarik pada komunikasi visual yang komunikatif, bukan sekadar visualisasi yang bagus dan indah. Selain itu anak lebih tertarik pada ilustrasi yang menggunakan
warna-warna
cerah
menggunakan karakter tokoh yang lucu.
dan
mencolok
serta dengan
74 M enurut Drs. Suyadi dalam blognya di multiply.com, penggunaan ilustrasi dalam buku cerita anak mutlak diperlukan karena sejumlah alasan, diantaranya :
1. Ilustrasi membuat penampilan buku lebih menarik. Anak akan senang memiliki buku dengan gambar-gambar yang bagus dan menarik. 2. Ilustrasi dapat memperjelas teks. Kehadiran gambar memungkinkan pembaca dengan mudah mengikuti jalan cerita. 3. Ilustrasi memudahkan pembaca membayangkan secara benar. Dengan penggambaran yang tepat, ilustrasi bisa membimbing pembaca unluk membayangkan secara benar tentang kejadian, tempat kejadian serta situasi kejadian yang dituturkan oleh teks. 4. Ilustrasi dapat merangsang minat baca. Bila gambar-gambar dalam buku itu menarik, anak akan terangsang untuk membacanya.
M enurut beliau, penggunaan ilustrasi disini perlu dikaitkan pula dengan usia pembaca untuk mencapai sasaran yang tepat. Pada umumnya makin muda usia anak, makin banyak ilustrasi yang diperlukan dan sedikit teks yang ditulis. Pada buku bergambar atau picture book, ilustrasi sepertinya berperan lebih besar dari pada teksnya. Dalam hal ini ilustrasi harus bersifat naratif (bercerita).
Selain membantu dalam bercerita, ilustrasi harus juga mampu mengundang suasana, memberikan warna budaya tempat dan waktu di mana cerita berlangsung, misalnya suasana pedesaan, kota, daerah-daerah, kerajaan, masa lampau, alam fantasi, dsb. Ilustrasi juga memerlukan pemahaman akan watak-
75 watak manusia dengan mengetengahkan visualisasi yang tepat untuk watakwatak tertentu, seperti : baik hati, jahat, pemalu, pemarah, periang dan sebagainya, serta tak luput dari penggambaran tokoh sesuai dengan usianya : anak, remaja, orang dewasa, orang lanjut usia, dll.
Di samping itu, ilustrasi dalam buku anak sebaiknya berwarna, meskipun hal ini bukanlah satu keharusan mutlak. Selain warna dapat memberi suasana semarak dan menarik, ia dapat juga membuktikan kebenaran yang ada dalam teks, misalnya warna tubuh Buto Ijo adalah hijau, buah apel berwarna merah, dsb.
4.1.2.2. Gaya Ilustrasi
Terdapat berbagai aliran dalam seni lukis yang kemudian diterapkan dalam pemilihan gaya ilustrasi. Berikut penjelasan gaya ilustrasi buku anak yang dibatasi pada gaya ilustrasi yang digunakan dalam buku cerita anak pop-up “M ari Berkebun”.
4.1.2.2.1. Surealisme
M enurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, surealisme merupakan suatu aliran dalam seni yang mementingkan aspek bawah sadar manusia dan non-rasional dalam citraan (di atas atau di luar realitas atau kenyataan).
76 Surealisme merupakan suatu gerakan revolusioner yang bermula pada tahun 1920 dalam berbagai bidang, baik kultur, artistik dan intelektual, yang berorientasi pada kebebasan pikiran dengan menitikberatkan pada kemampuan kritis dan imajinatif alam bawah sadar dan pencapaian yang melebihi realitas. Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang sering ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk secara keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek untuk menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk aslinya.
Dalam surealisme banyak ditemukan penggunaan citra fantastis dan objek-objek yang ditemui dalam alam mimpi ataupun bawah sadar untuk merepresentasikan pemikiran dan imajinasi penciptanya. Karena itu karya surealisme dapat dikatakan merupakan suatu dunia mimpi dan khayalan yang berpadu dalam dunia nyata sehari-hari dalam suatu “realitas absolut, sebuah surealitas.”
Ciri utama karya surealis ialah adanya kejutan (element of surprise), kombinasi unik dan non-sequitur (wikipedia.org). Citra surealistik dilandasi pada dua prinsip penting, yakni paduan keganjilan (incongruous combination) dan prinsip metamorfosis (principle of metamorphosis). Pada kedua prinsip dipergunakan teknik yang berbeda seperti kolase, montase, decalcomania, automatic drawing, dll.
77 Pemilihan aliran ini sebagai acuan gaya ilustrasi buku cerita anak pop-up “M ari Berkebun” didasarkan pada hasil survey dan pengamatan penulis terhadap target audience buku ini. Berdasarkan pengamatan penulis, anak lebih menyukai gaya ilustrasi yang bersifat fantasi dan imajinatif, dengan berbagai figur lucu dan di luar realitas. Hal ini juga sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Primadi Tabrani, dalam bukunya yang berjudul “Bahasa Rupa”, bahwa anak lebih akrab dengan Sistem Ruang Waktu Datar (RWD) yang menggambarkan sesuatu dari aneka arah, aneka jarak dan aneka waktu, dengan sejumlah adegan dan objek-objek yang bergerak dalam ruang dan waktu dengan lebih bebas tanpa harus berpaku pada teori illusionism Barat yang kaku dan mementingkan perspektif. Anak berpikir sesuai dengan imajinasinya yang sangat luas tanpa harus terus menerus memperhitungkan segi benar-salah suatu hal ataupun hubungannya dengan realitas.
4.1.2.2.2. Naturalisme
M enurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, naturalisme adalah aliran dalam seni yang menggambarkan sesuatu sebagaimana adanya, karya seni rupa yang memiliki sifat kebenaran fis ik dari alam. Sedangkan menurut wikipedia.org, naturalisme dalam seni rupa adalah usaha menampilkan objek realistis dengan penekanan setting alam. Naturalisme merupakan aliran seni yang mementingkan akurasi dan presisi dalam detail.
78 Pemilihan aliran ini sebagai salah satu acuan gaya ilustrasi buku cerita anak pop-up “M ari Berkebun” didasarkan pada arahan tujuan dan isi dari buku ini, yang merupakan suatu media edukatif yang menjadi panduan bagi anak untuk melakukan praktek langsung berkebun, sehingga unsur non-fiksi dalam ilustrasi perlu tetap dipertimbangkan, selain unsur imajinasi dalam aliran surealisme sebagai unsur penarik minat anak. M elalui gaya naturalisme, ilustrasi dapat menampilkan objek-objek alam secara detail dan sesuai dengan aslinya, sehingga ketika anak melakukan praktek berkebun langsung, mereka dapat menemukan kemiripan antara hasil praktek nyata dengan ilustrasi dalam buku ini.
4.1.2.2.3. Art Nouveau
M enurut wikipedia.org, art nouveau adalah suatu gaya arsitektur dan dekorasi internasional yang berkembang pada tahun 1880 dan 1890, yang merupakan sumber dan akar inspirasi perkembangan arsitektur, desain grafis, desain industri, gaya surealisme dan seni abstrak. Ia merupakan suatu cara berpikir dan metode produksi masyarakat modern, untuk menggambarkan kembali arti dan alam dari suatu karya seni.
Art nouveau mendukung penggunaan style alam yang tinggi sebagai sumber inspirasi. Pola dekoratif yang berasal dari jalinan bentuk-bentuk organik, garis melengkung, burung, serangga, floral atau vegetal, dan
79 semacamnya banyak digunakan. Ciri khas gaya ini adalah dinamis, mengalir, berombak-ombak, berkurva serta berirama.
Pemilihan aliran ini sebagai salah satu acuan gaya ilustrasi buku cerita anak pop-up “M ari Berkebun” didasarkan pada kebutuhan adanya ilustrasi bernilai estetika tinggi sebagai salah satu nilai tambah dalam pemilihan buku cerita anak berkualitas yang mampu mengembangkan bahasa rupa dan cita rasa estetika anak, sebagaimana dikemukakan Joko D. Muktiono dalam bukunya yang berjudul “Aku Cinta Buku”. Selain itu pemilihan bentuk-bentuk floral dan natural bertujuan sebagai unsur dekoratif pengisi bidang yang menarik selain untuk memperkenalkan berbagai elemen tumbuhan pada anak, seperti bunga, daun, sulur, dsb.
4.1.3. Teori Perkembangan Anak
4.1.3.1. Fase Oedipal (3-6 Tahun)
4.1.3.1.1. Perkembangan Psikologik dan Intelektual
M enurut Freud, fase ini adalah fase phallus yang artinya kepuasan berkaitan dengan phallus (sesuatu yang menonjol). Pada fase ini anak mulai dapat membedakan fantasi dengan kenyataan, dan kesadarannya bertumbuh. Disini anak mulai mengenal sebab akibat dan mengontrol bahaya yang timbul.
80 Pada akhir periode ini super ego anak terbentuk. Anak akan belajar bahwa impuls agresif dapat diekspresikan dengan cara konstruksif, seperti persaingan sehat, bermain dan menggunakan mainan. Perkembangan super ego (hati nurani) membimbing anak untuk mengenal dan mengerti nilai-nilai moral (perasaan bersalah, baik dan buruk).
Sedangkan menurut Piaget, fase ini merupakan fase pra operasional. Anak
mulai berpikir
simbolik,
artinya mampu
membayangkan.
Kemampuan berbahasanya juga semakin berkembang.
4.1.3.1.2. Perkembangan S osial
M enurut Erik Erikson, anak 3-6 tahun dapat berinisiatif (sense of initiative) dalam aktivitas motorik dan intelektual. Inisiatif ini bertambah apabila diberikan kebebasan bergerak dan pemuasan keingintahuan dipenuhi. Pada akhir periode ini anak mampu mandiri. Dalam permainan anak juga mampu berinteraksi dengan teman.
4.1.3.1.3. Perkembangan Kepribadian
Kepribadian adalah pola yang menetap dari persepsi, cara mengadakan hubungan dan cara pikir tentang lingkungan dan diri sendiri, yang dinyatakan secara luas di dalam konteks kehidupan sosial dan hubungan pribadi seseorang.
81 Erikson melihat anak pada usia 3-5 tahun memasuki fase initiative vs guilt. Fase ini berkaitan dengan fungsi sosial secara keseluruhan. Pada fase ini anak ingin melakukan sesuatu yang spesifik, ingin berperan dalam lingkungan dan keluarga. Anak juga sering meniru (imitasi), serta memiliki fantasi agresif. Super ego anak juga berkembang. Disini anak belajar tentang moral baik dan buruk.
4.1.3.2. Fase Latensi (7-11 Tahun)
Selesainya fase latensi merupakan langkah awal menuju ke sosialisasi. Kebutuhan untuk mendapat pendidikan dan kepandaian menjadi faktor yang menentukan dalam perkembangan kepribadian selanjutnya. Super ego yang sudah terbentuk mengarahkan anak untuk membuat penilaian moral (benar dan salah) dan mengerti harapan masyarakat. Lebih jauh lagi anak akan berhadapan dengan kebutuhan
emosional dan intelektual yang ditempatkan oleh
lingkungannya.
4.1.3.2.1. Perkembangan Psikologik dan Intelektual
Pada fase ini, empati dan kepedulian anak pada orang lain mulai berkembang. Pada fase ini anak mulai mengembangkan kemampuan untuk mencintai, berbagi rasa dan kasihan. Keseimbangan antar sifat ketergantungan dan sifat mandiri juga dapat dilakukan dengan baik. Fase masuk sekolah disini juga berarti belajar menyesuaikan diri pada orang
82 dewasa dan teman sebaya. Hal ini juga merupakan fase peralihan dari sikap bermain ke sikap bekerja. Anak mengembangkan kemampuan mandiri, rasa tanggung jawab, dan rasa memiliki kewajiban.
4.1.3.2.2. Perkembangan Kepribadian
Pada fase ini anak mulai masuk sekolah, belajar bersosialisasi, menerima ketrampilan, bekerjasama dengan orang lain dan mengembangkan pembagian tugas. Anak belajar bahwa ia mampu membuat sesuatu dan yang terpenting dapat menyelesaikan tugas (menghasilkan sesuatu). Sense of industry yang terbentuk pada masa ini merupakan cikal bakal antisipasi kerja (menghasilkan sesuatu). Bila
kegagalan terjadi, maka akan
menimbulkan sense of inferiority, yakni kehilangan gairah untuk berkarya.
4.1.3.3. Perkembangan Kognitif
Jean Piaget merupakan salah seorang tokoh pelopor aliran konstruktivisme, dimana sumbangan pemikirannya banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu, yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Ia juga mengemukakan bahwa proses belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Anak hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
83 sebaya dan dibantu oleh pertanyaan rujukan dari guru, agar mereka mau berinteraksi secara aktif, mencari serta menemukan berbagai hal dari lingkungan.
4.1.3.3.1. Fase Pre Operasional (2-7 Tahun)
Perkembangan fungsi kognitif anak pada fase ini beralih dari hal yang konkrit
ke simbolik.
Tugas perkembangan
disini adalah
untuk
mempresentasikan hal-hal eksternal (objek, peristiwa, pengalaman) ke dalam penghayatan internal. Pada fase ini perkembangan bahasa amat penting untuk mencapai fungsi simbolik yang optimal. Agar bahasa berkembang pesat,
anak
dapat
distimulasi dengan
memperkaya
perbendaharaan katanya. Fase ini bercirikan : 1. Pengertian diinternalisasi 2. Ada asosiasi (penyamaan persepsi) 3. Sentralisasi (pemusatan perhatian pada satu titik) 4. Pola pikir transduktif (dari hal spesifik ke spesifik lainnya) 5. Belum ada reversible (kembali ke titik awal) 6. Belum mengerti transformasi (perubahan)
4.1.3.3.2. Fase Konkrit Operasional (7-11 Tahun)
Fase ini dimungkinkan karena adanya konservasi (pengawetan) simbolsimbol yang telah dipelajarinya. Ciri-ciri :
84 1. Reversible (dapat kembali ke titik awal) 2. Desentralisasi (tidak ada pemusatan pada satu titik) 3. Pola pikir induktif dan deduktif (induktif : hal umum ke spesifik, dedukif : hal spesifik ke khusus) 4. Sudah lebih banyak memahami transformasi
4.1.3.4. Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang memiliki arti bentuk atau konfigurasi. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. M enurut Koffka dan Kohler, ada enam prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
1. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship) M enganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang.
2. Kedekatan (proximity) Unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
3. Kesamaan (similarity) Sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
85 4. Arah bersama (common direction) Bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figur / bentuk tertentu.
5. Kesederhanaan (simplicity) Kecenderungan untuk menata bidang pengamatannya dalam bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan
6. Ketertutupan (closure) Kecenderungan untuk mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
4.1.3.5. Perkembangan dan Pemilihan Buku Anak
Sejalan dengan psikologi perkembangan sebagaimana diungkapkan dalam buku “Membina Minat Baca Anak” karya Kurtz Frans / Bernhard Meier, perkembangan literer anak terikat dalam pembagian lima usia tertentu seperti ditunjukkan oleh Ch. Buhler, yakni : 1. Usia fantasi (2-4 tahun) 2. Usia dongeng (4-8 tahun) 3. Usia petualangan (8-11/12 tahun) 4. Usia kepahlawanan (12-15 tahun) 5. Usia liris dan romantis (15-20 tahun)
86 Poin-poin dasar pemilihan buku cerita anak, sebagaimana dikemukakan Joko D. Muktiono dalam bukunya yang berjudul “Aku Cinta Buku”, antara lain :
Usia 3-6 tahun
Anak usia pra sekolah – taman kanak-kanak menyukai buku yang menggambarkan obyek atau pengalaman yang akrab dan mengasyikkan. M ereka menyukai buku-buku yang memberikan mereka kesempatan untuk melakukan kegiatan bermain yang konstruktif, dengan gambar-gambar yang bisa ditegakkan membentuk obyek-obyek yang indah (pop-up), bergerak, atau yang memberikan efek-efek menakjubkan.
Pada fase ini, anak mulai bisa menangkap apa dan bagaimana kegiatan membaca berlangsung, dari bagian mana sebuah buku mulai dibaca. Pilihan bacaan mereka menjadi cukup beragam, teristimewa bacaan yang dilengkapi dengan gambar menarik. Eksiklopedia anak-anak, kamus bergambar, dan atlas mulai bisa diberikan, terutama agar anak bisa lebih dulu mengeksplorasi gambar-gambarnya.
Usia 6-8 tahun
Sebagian anak usia sekolah awal sudah mampu membaca dengan lancar pada fase ini. Disini buku bergambar dengan plot cerita kuat disertai dengan pengembangan karakter tokoh dan cerita yang to the point, tidak bertele-tele
87 dan menggunakan kata-kata yang dipakai sehari-hari merupakan pilihan tepat. Buku informatif bertema juga merupakan pilihan tepat karena dapat memuaskan rasa ingin tahu anak tentang subyek-subyek yang beragam.
Usia 9-12 tahun
Anak pada usia ini mulai menunjukkan kecenderungan sikap dan kegemaran. Disini kita perlu mempertimbangkan karakter dan kesukaan anak. Buku-buku informatif atau novel dengan jenis minat tertentu – seperti horor, petualangan, fantasi, fiksi-ilmiah, detektif, atau humor- sangat mereka sukai. Pemilihan buku dengan ilustrasi yang bagus juga perlu dipertimbangkan, agar mereka dapat mengapresiasi gambar-gambar tersebut, sehingga cita rasa estetika mereka juga terlatih, selain mendapat pengalaman membaca yang bermanfaat.
Dari penjelasan-penjelasan
di atas
dapat
ditarik
kesimpulan,
bahwa
ensiklopedia informatif bertema sederhana dengan ilustrasi menarik serta bernilai estetika tinggi, disertai penggunaan elemen pop-up (movable book) yang mampu mengajak anak untuk berpetualang dan bereskperimen langsung, merupakan pilihan tepat karena merupakan rangkuman minat anak (berusia 510 tahun sebagai target audience utama) pada ketiga fase perkembangan tersebut.
88 4.1.4 Teori Dasar Desain Grafis
4.1.4.1. Teori Warna
4.1.4.1.1. Klasifikasi Warna
Maria
L.
David dalam bukunya “Visual Design
in
Dress”,
menggolongkan warna menjadi dua, warna ekternal dan internal. Warna ekternal adalah warna yang bersifat fisika dan faali, sedangkan warna internal adalah warna sebagai persepsi manusia, cara manusia melihat warna kemudian mengolahnya di otak dan cara mengekspresikannya (Darmaprawira, 2002, p30).
Hideaki Chijawa dalam bukunya “Color Harmony” membuat klasifikasi warna yang didasarkan pada karakteristik dari warna tersebut, yakni : 1. Warna hangat : merah, kuning, coklat, jingga, warna yang berada dari merah ke kuning dalam lingkaran warna. 2. Warna sejuk
: dalam lingkaran warna terletak dari hijau ke ungu melalui biru
3. Warna tegas
: warna biru, merah, kuning, putih, hitam
4. Warna gelap
: warna-warna tua yang mendekati warna hitam (coklat tua, biru tua, dsb).
5. Warna terang : warna-warna yang mendekati warna putih. 6. Warna dull
: semua warna yang diberi campuran abu-abu.
89 4.1.4.1.2. Psikologi Warna
Warna merupakan salah satu elemen desain yang sangat penting, tidak hanya untuk menciptakan visual yang indah dipandang, tetapi juga turut mempengaruhi psikologi dari audience yang dituju dari sebuah perancangan komunikasi visual. Begitu besarnya nilai suatu warna, maka dalam dunia psikologi industri diciptakanlah suatu sub-bidang studi yang hanya mempelajari psikologi dari warna.
4.1.4.1.2.1. Cokelat
Cokelat merupakan warna dari ibu bumi, yang identik dengan warna tanah dan kayu yang memberi perasaan hangat dan dekat dengan alam, menciptakan kesan stabil dan aman, serta merepresentasikan sifat positif dan stabilitas. Cokelat merupakan warna yang bersifat netral dan sering dihubungkan dengan kesederhanaan yang abadi. Warna ini juga meredakan emosi dan ketakutan serta pikiran yang sempit.
4.1.4.1.2.2. Hijau
Hijau memiliki afinitas yang kuat dengan alam, membantu kita untuk berempati dengan alam dan sesama. Hijau sering diasosiasikan dengan kehidupan, kesehatan, pertumbuhan, harmoni, kesegaran, kesuburan dan keberuntungan. Warna ini menciptakan perasaan nyaman, relax,
90 teduh, mengurangi stress, serta menyeimbangkan emosi. Hijau juga banyak digunakan untuk penyembuhan, karena sifatnya yang menenangkan, segar, ringan dan menyenangkan. Pemilihan warna hijau dilakukan untuk menciptakan harmoni yang segar dan dekat dengan alam.
4.1.4.1.2.3. Merah
M erah merupakan warna pertama dalam spektrum warna yang dapat dilihat oleh mata manusia, dan karenanya merupakan warna yang paling menarik perhatian. Warna ini merepresentasikan kekuatan, energi, kemauan, hasrat, kehangatan, cinta dan romantisme. M erah sering dihubungkan dengan optimisme dan petualangan karena sifatnya yang aktif, mampu membangkitkan antusiasme dan menstimulasi energi serta meningkatkan semangat dan percaya diri.
4.1.4.1.2.4. Kuning
Kuning merupakan warna yang ceria dan menarik perhatian. Warna ini diasosiasikan dengan matahari sehingga merepresentasikan kehidupan, kebahagiaan, optimisme, harapan, persahabatan dan energi. Kuning juga diasosiasikan dengan kemampuan imajinasi karena mampu menstimulasi intelektual dan kreativitas. Kuning menstimulasi pikiran
91 dan membangkitkan memori serta komunikasi yang baik sehingga mampu membangun kepercayaan diri dan pembawaan yang optimis.
4.1.4.1.2.5. Orange
Orange adalah warna kedua dalam spektrum warna yang bersifat menyenangkan, merepresentasikan energi, kehidupan, kegembiraan, keseimbangan, kehangatan, antuasisme, dan kenangan indah. Orange bersifat bebas, menyampaikan emosi, meringankan perasaan, serta mengurangi rasa egois dalam diri.
Warna ini juga mampu
membangkitkan imajinasi dan kreativitas karena sifatnya yang muda, berenergi dan bergelora. Pemilihan warna orange dilakukan untuk menciptakan kesan fun, dan menarik perhatian audience terhadap apa yang disampaikan.
4.1.4.2. Teori Tipografi
Tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan merupakan properti visual yang pokok dan efektif. Hadirnya tipografi dalam sebuah media terapan visual merupakan faktor yang membedakan antara desain grafis dan media ekspresi visual lain seperti lukisan. Lewat kandungan nilai fungsional dan
nilai estetiknya, huruf memiliki potensi untuk
menterjemahkan atmosfir-atmosfir yang tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentuk-bentuk visual.
92 Pada dasarnya huruf memiliki energi yang dapat mengaktifkan gerak mata. Energi ini dapat dimanfaatkan secara positif apabila dalam penggunaannya senantiasa diperhatikan kaidah-kaidah estetika, kenyamanan keterbacaannya, sertainteraksi huruf terhadap ruang dan elemen-elemen visual di sekitarnya.
M enurut klasifikasi yang dilakukan oleh James Craig, huruf dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Roman Ciri dari huruf ini adalah memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip pada ujungnya. Huruf Roman memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras pada garis-garis hurufnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin.
2. Egyptian Adalah jenis huruf yang memiliki ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil.
3. Sans Serif Pengertian sans serif adalah tanpa sirip/serif, jadi huruf jenis ini tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien.
93 4. Script Huruf script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifat pribadi dan akrab.
5. M iscellaneous Huruf jenis ini merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental.
Untuk memaksimalkan fungsi keterbacaan dalam sebuah buku, maka perlu dipertimbangkan pemilihan huruf dengan memperhatikan unsur legibility (kemudahan pembacaan), readibility (kemampuan pembacaan), visibility (keterlihatan) dan clearity (kejelasan).
Dengan mempertimbangkan sejumlah kriteria di atas, maka dipilih jenis huruf Optima. Font Optima dirancang oleh Herman Zapf pada tahun 1958 dengan pertimbangan kombinasi huruf Palatino dan Sabon. Walaupun digolongkan ke dalam klasifikasi huruf sans serif, namun secara fisik huruf ini memiliki sentuhan serif yang membaur secara halus dengan stem. Dualisme ini menyebabkan Optima memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi sehingga baik digunakan sebagai text type. Bentuk huruf yang menarik dengan tingkat keterbacaan tinggi bagi anak inilah yang menjadi landasan pemilihan huruf Optima untuk digunakan dalam buku.
94 4.1.4.3. Teori Layout
M enurut Gavin Amborse & Paul Harris dalam bukunya yang berjudul “Layout”, layout adalah penyusunan dari elemen-elemen desain yang berhubungan kedalam sebuah bidang sehingga membentuk susunan artistik. Hal ini bisa juga disebut manajemen bentuk dan bidang.
Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah cara yang memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan. Adapun perbandingan layout yang digunakan dalam buku ini adalah 80% ilustrasi dan 20% teks.
4.1.4.3.1. Grid S ystem
Sebuah grid diciptakan sebagai solusi terhadap permasalahan penataan elemen-elemen visual dalam sebuah ruang. Grid system digunakan sebagai perangkat untuk mempermudah menciptakan sebuah komposisi visual. M elalui grid system dapat dibuat sebuah sistematika guna menjaga konsistensi dalam melakukan repetisi dari sebuah kompisisi yang sudah diciptakan. Tujuan utama dari penggunaan grid system dalam desain grafis adalah untuk menciptakan suatu rancangan yang komunikatif dan memuaskan secara estetik.
95 4.1.4.3.2. The S ymetrical Grid
Dalam grid simetris, halaman kanan akan berkebalikan persis seperti bayangan cermin dari halaman kiri. Ini memberikan dua margin yang sama baik margin luar maupun margin dalam. Untuk menjaga proporsi, margin luar memiliki bidang yang lebih lebar. Layout klasik yang dipelopori oleh Jan Tschichold (1902-1974) seorang typographer dari Jerman ini didasari ukuran halaman dengan proporsi 2 : 3.
4.2. S trategi Kreatif
4.2.1. S trategi Komunikasi
4.2.1.1. Fakta Kunci
1. Berkebun merupakan salah satu hobby sekaligus media edukatif bagi anak untuk belajar mengenal dan melestarikan alam melalui metode learning by doing.
2. Berkebun memiliki banyak manfaat, diantaranya menstimulasi imajinasi anak, memicu daya ingat, meningkatkan kemampuan, keterampilan dan kosakata, melatih kemandirian, ketekunan, kesabaran, ketelitian, nilainilai sosial, moral, spiritual religius dan pendidikan sikap bagi anak serta menumbuhkan kecintaan akan alam.
96 3. Kurangnya pengetahuan dan kepedulian orang dewasa (orangtua, guru, dsb) mengenai besarnya manfaat kegiatan berkebun bagi perkembangan anak, menjadi faktor kurangnya minat untuk mengenalkan kegiatan berkebun kepada anak.
4. Sedikitnya media (buku, majalah, situs, dsb) lokal yang membahas mengenai kegiatan berkebun untuk anak.
4.2.1.2. Masalah yang Dikomunikasikan
Perancangan buku cerita anak dengan teknhik pop-up “M ari Berkebun” secara kreatif dan efektif, yang terbagi dalam 3 seri, yakni : 1. Seri I M enanam Sayuran : M ari Berkebun Tomat 2. Seri II M enanam Buah
: M ari Berkebun Strawberry
3. Seri III M enanam Bunga : M ari Berkebun Bunga M atahari
4.2.1.3. Tujuan Komunikasi
Tujuan dari perancangan buku cerita anak pop-up “M ari Berkebun” ini terdiri atas 3 sasaran utama, yakni:
1. M emperkenalkan kegiatan berkebun kepada anak, baik secara teori sebagai langkah awal dan praktek berkebun langsung sebagai lanjutan
97 sehingga diperoleh manfaat optimal bagi proses tumbuh kembang anak, melalui media buku bergambar yang dilengkapi dengan tekhnik pop-up.
2. M emberikan pengetahuan teoritis mengenai tumbuhan dan alam kepada anak, baik pengenalan dasar struktur tumbuhan, cara penanaman dan perawatan, proses tumbuh kembang, penyerbukan, pembuahan, serta fun facts mengenai kegiatan berkebun; yang diperkaya dengan berbagai pengetahuan lain yang ditemukan anak dalam praktek berkebun.
3. M enarik minat anak sebagai target audience primer dan orang dewasa terkait (orang tua, guru, dsb) sebagai target audience sekunder, untuk terus menggalakkan kegiatan berkebun secara berkelanjutan dan menumbuhkan kecintaan akan alam dan lingkungan.
4.2.1.4. Profil Target Komunikasi
4.2.1.4.1. Demografi
Primer Status
: Anak-anak
Usia
: 5-10 tahun
Jenis kelamin : Perempuan, laki-laki Pendidikan
: TK Besar – SD Kelas III
Strata sosial
: B-A+
98 Sekunder Status
: Anak-anak
Usia
: 10-15 tahun
Jenis kelamin : Perempuan, laki-laki Pendidikan
: SD Kelas IV – SM P Kelas III
Strata sosial
: B-A+
Tertier Status
: Orang tua, guru dan orang dewasa terkait
Usia
: 25-45 tahun
Jenis kelamin : Wanita, pria Pendidikan
: SM P, SMA, Universitas (S1, S2, S3)
Strata sosial
: B-A+
4.2.1.4.2. Geografi
Domisili
: Kota-kota besar Indonesia (Jakarta, Bandung, dsb)
4.2.1.4.3. Psikografi
Gaya hidup
: Gemar belajar dan membaca, ramah lingkungan, mencintai alam, bergaya hidup sehat, gemar menkonsumsi buah dan sayuran, gemar berpetualang dan mencari aktivitas baru yang bersifat positif.
99 Kepribadian : Aktif, dinamis, serba ingin tahu, gemar membaca, menyukai
tantangan
dan
mempelajari
hal-hal
baru,
mencintai alam dan lingkungan, memiliki ketertarikan terhadap tanaman dan kegiatan berkebun.
4.2.1.5. US P (Unique Selling Preposition)
Buku ini memadukan unsur entertaiment dan edukasi secara berkesinambungan melalui penggunaan elemen pop-up yang interaktif dan kandungan materi yang informatif dengan penggunaan gaya bahasa sederhana dan ilustrasi menarik untuk menunjang penyampaian materi. M emadukan pula unsur fantasi dengan edukasi sehingga semakin menarik minat anak untuk membaca lebih lanjut isi buku dan melakukan praktek berkebun langsung.
4.2.1.6. Positioning
Buku cerita anak pop-up “M ari Berkebun” merupakan satu-satunya buku edutainment untuk anak di Indonesia, yang menggunakan perpaduan sistem paper engineering kompleks dan ilustrasi menarik dengan tingkat estetika tinggi serta memiliki kandungan edukasi padat, untuk menjawab kebutuhan masyarakat secara umum dan target audience secara khusus terhadap pemenuhan buku cerita anak berkualitas.
100 4.2.1.7. Keyword
Kebun, anak, ceria, playful
4.2.1.8. Big Idea
Kita berkebun yuk, teman-teman!
4.2.1.9. Pendekatan Rasional & Emosional
Pendekatan rasional dicapai melalui pemberian pendidikan teoritis mengenai kegiatan berkebun, tumbuhan dan alam untuk memberikan pengetahuan logis.
Pendekatan emosional ditempuh dengan penggunaan berbagai elemen yang dapat menggugah keinginan anak untuk melakukan langsung praktek berkebun yang selanjutnya diharapkan akan menumbuhkan kecintaan terhadap alam dan lingkungan. Dengan tumbuhnya kecintaan tersebut diharapkan kegiatan berkebun ini dapat dilakukan berkelanjutan dan bermuara pada sejumlah kegiatan pelestarian alam lainnya di masa depan.
101 4.2.2. S trategi Desain
4.2.2.1. Tone & Manner
Kesan yang ingin disampaikan disini adalah fun, cheerful dan colorful namun sarat dengan unsur edukasi. Disajikan dengan cara yang menyenangkan, melalui elemen pop-up yang menarik dan elemen-elemen movable lainnya yang mampu bergerak, berputar, dan berdimensi. Unsur fun disini dicapai pula melalui ilustrasi yang penuh warna dan eye catching serta penggambaran karakter, setting, dan elemen lainnya yang lucu dan cheerful.
4.2.2.2. S trategi Verbal
Gaya bahasa yang digunakan bersifat ringan dan sederhana namun sarat dengan informasi dan unsur edukasi serta memungkinkan terdapatnya sejumlah istilah ilmiah yang nantinya dijelaskan secara lengkap dengan penjelasan sederhana sehingga mudah dimengerti oleh anak. Hal ini mengacu pada usia serta tingkat pendidikan target audience yang adalah anak-anak dari strata sosial cukup tinggi (menengah ke atas), sehingga memungkinkan adanya pengawasan serta bimbingan orang dewasa (orang tua, guru, dsb) dengan tingkat pendidikan cukup tinggi yang dapat memberikan penjelasan mengenai informasi yang kurang jelas (sulit dimengerti).
102 4.2.2.3. S trategi Visual
Unsur
dan
elemen-elemen
desain
yang digunakan
dipilih
dengan
pertimbangan usia, karakter, pendidikan dan strata sosial target audience serta pendekatan rasional – emosional terpilih, yakni :
1. Warna yang colorful untuk menunjang konsep fun yang bersifat gembira dan menyenangkan sebagaimana cerianya kegiatan berkebun dan bermain bagi anak-anak. Penggunaan warna yang colorful juga bersifat eye catching dan attracting.
2. Ilustrasi yang digunakan bersifat fun dan attracting dengan komposisi yang light dan terorganisir secara efektif.
3. Penggambaran karakter, setting dan penggunaan berbagai elemen pendukung lainnya yang lucu dan menarik bagi anak.
4. Penggunaan elemen pop-up yang dapat bergerak, berputar dan berdimensi (movable), sehingga menarik perhatian anak terhadap isi buku, dan meningkatkan minat anak untuk membuka, melihat dan membacanya berulang kali
103 4.3 Pemilihan Item / Media
Penggunaan media sangat berpengaruh dalam menunjang keberhasilan perancangan sebuah buku, disamping perhitungan berbagai aspek lainnya. Pemilihan media disini ditentukan oleh pertimbangan berbagai aspek kunci, seperti usia, jenjang pendidikan, dan strata ekonomi, serta psikografi target audience, maupun berdasarkan tujuan buku terkait serta karakteristik dari setiap media komunikasi. M edia-media tersebut antara lain:
1. Buku cerita anak pop-up “M ari Berkebun Tomat” 2. Buku cerita anak pop-up “M ari Berkebun Strawberry” 3. Buku cerita anak pop-up “M ari Berkebun Bunga M atahari” 4. Packaging bibit tomat bonus 5. Packaging bibit strawberry bonus 6. Packaging bibit bunga matahari bonus 7. Poster promosi buku 8. Shopping bag buku pop-up “M ari Berkebun Tomat” 9. Shopping bag buku pop-up “M ari Berkebun Strawberry” 10. Shopping bag buku pop-up “M ari Berkebun Bunga M atahari” 11. Pin 12. Elemen pendukung display