Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa Jepang memiliki ...

25 downloads 134 Views 35KB Size Report
tersebut juga meliputi pembelajaran bahasa asing, termasuk Bahasa Jepang. Sakubun (mengarang) merupakan salah satu kegiatan pembelajaran bahasa.
Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Bahasa Jepang memiliki daya tarik yang besar bagi orang asing untuk dipelajari. Hal ini menyebabkan makin banyaknya minat pelajar tingkat mahasiswa yang mengambil jurusan Sastra Jepang. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh The Japan Foundation pada tahun 2009 terhadap lembaga pendidikan bahasa Jepang dari 125 negara di 5 benua, Indonesia menempati posisi ke-3 jumlah pemelajar bahasa Jepang terbanyak dengan 716.353 orang. Jumlah ini meningkat pesat sebanyak 162,7% dibandingkan dengan survey tahun 2006 dimana Indonesia menduduki peringkat ke-4 (Nihongo kyouiku kikan chousa 2009: Kaigai no Nihongo kyouiku no genjyou, 2009). Bagi orang Indonesia mempelajari Bahasa Jepang tentunya memiliki tingkat kesulitan tersendiri, misalnya Bahasa Indonesia hanya mengenal abjad romawi sedangkan Bahasa Jepang mengenal hiragana, katakana, dan kanji. Menurut Richards dan Renandya dalam Methodology in Language Teaching (2005:23), kegiatan

pembelajaran

bahasa

meliputi

speaking

(berbicara),

listening

(mendengar/menyimak), reading (membaca), dan writing (menulis). Empat elemen tersebut juga meliputi pembelajaran bahasa asing, termasuk Bahasa Jepang. Sakubun (mengarang) merupakan salah satu kegiatan pembelajaran bahasa Jepang yang melatih kemampuan pemelajar untuk menulis. Mimaki (2003:100) mengatakan bahwa kegiatan menulis melatih kemampuan menggunakan bahasa Jepang yang terpadu dan menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari seperti

1

pengetahuan tata bahasa, bahasa ekspresi, perbendaharaan kata, kanji, gaya penulisan dan sebagainya. Pengajar dan pemelajar merupakan dua komponen penting dalam proses pengajaran. Sampai abad ke 19 dunia pengajaran bahasa didominasi oleh pandangan implisit yang mengatakan bahwa pengajar adalah pemilik ilmu, sedangkan pelajar tidak lain hanya merupakan obyek saja (Sumardi, 1992:19). Namun seiring dengan kemajuan jaman, pengajaran bahasa asing terus berkembang. Di masa sekarang pemelajar dituntut agar lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran, sedangkan pengajar lebih bersifat sebagai fasilitator atau stimulator. Dengan konsep ini diharapkan proses belajar berlangsung secara dua arah (two ways) dan bukan satu arah (one way). Dari sini terciptalah pendekatan Cooperative

Language

Learning,

yaitu

pendekatan

pengajaran

yang

memaksimalkan manfaat aktifitas belajar yang kooperatif, melibatkan kelompok kelompok belajar di dalam kelas (Richards, 2007:192). Salah satu contoh metode pendekatan kooperatif adalah metode TeamGames-Tournament (TGT). Metode ini dicetuskan oleh David DeVries yang kemudian penelitiannya dilanjutkan oleh Robert Slavin pada tahun 1978. Metode TGT membagi pelajar ke dalam kelompok kelompok belajar, yakni pelajar akan bekerja sama dalam mengolah materi yang diberikan oleh pengajar (Team). Kemudian akan diadakan permainan akademik untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran (Games). Kelompok dengan nilai tertinggi memenangkan turnamen dan mendapatkan penghargaan tim berupa sertifikat dengan predikat tertentu (Tournament). Penelitian penerapan metode TGT pada pembelajaran bahasa asing dilakukan oleh Puspitasari (2011). Pada penelitian tersebut metode TGT diterapkan

2

dalam keterampilan membaca Bahasa Jerman pelajar sekolah menengah atas (SMA). Dari penelitian diketahui bahwa metode TGT mampu memberikan suasana belajar yang baru dan menyenangkan di dalam kelas, serta membantu pelajar memahami materi pembelajaran bahasa Jerman. Berangkat dari hal tersebut, penulis merasa bahwa metode TGT merupakan metode yang patut diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Jepang. Pada pra penelitian yang dilakukan sebelum menyusun skripsi, penulis mendapati bahwa dalam pembelajaran bahasa Jepang, sakubun merupakan salah satu mata kuliah yang dianggap “menakutkan”. Sakubun membutuhkan kecakapan pelajar dalam membaca, menulis, tata bahasa, dan perbendaharaan kanji secara terpadu. Selain itu, pengajaran sakubun berhubungan erat dengan happyou atau presentasi, dimana banyak pelajar yang tingkat kemampuan bahasa Jepangnya belum mahir merasa tidak percaya diri dan tertekan. Oleh karenanya, proses pembelajaran sakubun dianggap sulit sehingga suasana belajar menjadi intens dan serius. Hal inilah yang mendasari penulis untuk mengangkat tema penelitian mengenai metode pengajaran kooperatif Team Games Tournament pada pembelajaran sakubun Bahasa Jepang. Dalam skripsi ini penulis mengambil tema pengajaran, yaitu meneliti efektifitas metode TGT sebagai salah satu metode Cooperative Learning pada mata kuliah Sakubun to Happyou II. DeVries (1990:3) mengatakan: “The purpose of TGT is to create an effective classroom environment in which all student are actively involved in the teaching-learning process and consistently receive encouragement for sucessful performance”. Tujuan (metode) TGT adalah untuk menciptakan lingkungan ruang kelas yang efektif yakni murid ikut serta secara aktif dalam proses pengajaranpembelajaran dan menerima dorongan semangat secara konsisten untuk performa (belajar) yang sukses.

3

Metode TGT dianggap dapat menciptakan suasana belajar yang efektif dan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap murid untuk aktif dalam proses pembelajaran, juga memberikan dorongan untuk menampilkan yang terbaik. Oleh karena itu penulis memutuskan untuk meneliti dengan menggunakan kelas penelitian pada mata kuliah Sakubun to Happyou II.

1.2 Rumusan Permasalahan Adapun rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode TGT (Team Games Tournament) dalam pengajaran bahasa Jepang.

1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada penggunaan metode TGT dalam pengajaran Sakubun to Happyou II kepada mahasiswa semester enam tahun ajaran 2012/2013. Penulis melakukan penelitian pada 40 orang responden yang terbagi menjadi dua kelas, 06PAN dengan 20 orang sebagai kelas eksperimen, dan 06PBN dengan 20 orang sebagai kelas kontrol atau non-eksperimen.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keefektifan metode TGT dalam pembelajaran Sakubun to Happyou II dibandingkan dengan metode konvensional.

4

Selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini memberikan manfaat kepada pengajar bahasa Jepang, yaitu dapat menjadikan metode TGT sebagai salah satu metode alternatif pembelajaran bahasa Jepang.

1.5 Metode Penelitian Dalam skripsi ini penulis akan melakukan penelitian dengan pendekatan kuantitatif, yaitu melalui pengujian, survey, dan eksperimen yang menghasilkan pengukuran pengukuran berupa angka yang akan di analisis. Penulis akan melakukan penelitian kepada mahasiswa semester enam dalam mata kuliah Sakubun to Happyou II. Metode TGT akan diberikan kepada kelas 06PAN sebagai kelas eksperimen dengan 20 orang. Sedangkan perlakuan yang berbeda akan diberikan pada kelas 06 PBN sebagai kelas kontrol, yaitu 20 orang tidak diberikan perlakuan seperti pada siswa kelas 06PAN. Menjelang dilakukan eksperimen, kedua kelompok diuji dengan variabel yang relevan, disebut dengan pre test. Pada tahap berikutnya dilakukan uji lagi pada kedua kelompok, disebut dengan istilah post test. Hasil pra uji dan pasca uji dari kedua kelompok kemudian dibandingan untuk mengetahui efek perlakuan pada kelompok eksperimen. (Sulistyo-Basuki:2010) Setelah itu penulis akan menggunakan metode kuisioner untuk mengetahui tanggapan responden yang diajarkan dengan menggunakan metode Team Games Tournament dari angket pertanyaan yang disebarkan kepada responden kelas eksperimen.

5

Dari teori - teori yang berkaitan dengan metode pengajaran TGT yang telah dikumpulkan, penulis akan menganalisis data yang dikumpulkan dari penelitian dengan metode deskriptif analisis.

1.6 Teknik Pengumpulan Data 1. Pre Test Pre Test diberikan kepada responden di awal penelitian, yaitu pada pertemuan pertama. Bertujuan untuk mengukur kemampuan awal responden sebelum diberikan metode pengajaran TGT. 2. Post Test Post Test diberikan kepada responden diakhir penelitian, yaitu pada pertemuan terakhir. Bertujuan untuk mengukur kemampuan responden setelah diberikan metode pengajaran TGT. 3. Angket Angket dibagikan untuk mendapatkan informasi dari responden mengenai metode pengajaran TGT dan menjadi data pendukung dari hasil post test.

1.7 Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun dalam 5 (lima) bab, yang masing masing bab terdiri atas beberapa bagian yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Sistematika penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab 1 (pendahuluan), akan diuraikan latar belakang penelitian, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian yang dipakai serta sistematika penulisan. 6

Bab 2 (landasan teori), akan dibahas teori – teori yang menjadi dasar dari penyusunan skripsi ini, baik teori – teori dasar maupun khusus yang berkaitan dengan tema yang diangkat dalam skripsi ini. Bab 3 (analisis data), akan dipaparkan perbandingan hasil pre test dan hasil post test nilai kelas eksperimen dengan kelas non-eksperimen yang telah diperoleh dari evaluasi yang dilakukan oleh penulis. Bab 4 (penutup), berisi simpulan mengenai hasil yang di dapat setelah menyelesaikan penulisan skripsi ini serta saran – saran mengenai apa yang harus dilakukan untuk penyempurnaan dan pengembangan lebih lanjut dari metode pengajaran Bahasa Jepang. Bab 5 (ringkasan), berisi ringkasan dari keseluruhan bab – bab sebelumnya yang telah dipaparkan, kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Jepang dan dituliskan pada genkouyoushi yang disebut juga dengan gaiyou.

7