BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan ...

10 downloads 365 Views 24KB Size Report
Keberhasilan pendidikan di mulai dari pendidikan di usia dini atau masa ... usia dini. Orang tua dan pendidik sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak.
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Keberhasilan pendidikan di mulai dari pendidikan di usia dini atau masa kanak-kanak. Pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan lemah fisik maupun psikis, walaupun demikian ia telah memilki kemampuan bawaan dari lahir. Potensi yang di bawa itu hanya memerlukan pengembangan dan bimbingan yang tepat pada usia dini. Orang tua dan pendidik sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak terutama di usia dini.Sopan santun dan budi pekerti merupakan masalah yang sangat penting, terlebih lagi pada anak usia dini atau setingkat TK. Mendidik sopan santun dan budi pekerti akan lebih baik apabila dimulai dari semenjak usia dini agar ketika anak menjadi remaja dan dewasa nanti menjadi orangyang sopan dan berbudi pekerti mulia.Akan tetapi mendidik sopan santun dan budi pekerti anak bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan, tentunya diperlukan suatu cara mendidik yang tepat yang harus di lakukan oleh seorang pendidik.Pada saat anak usia dini atau setingkat TK, di saat mereka masih benar-benar mencontoh dan meniru, di saat itulah waktu yang paling tepat untuk mendidik sopan santun dan budi pekerti.Dengan demikian mendidik sopan santun dan budi pekerti anak di taman kanak-kanak (TK)adalah cara yang tepat untuk membentuk kepribadian anak. tidak akan pernah berubah sehingga mereka harus senantiasa mentaati tanpa perlu mempertanyakannya. Mereka juga cenderung menaati peraturan secara kaku

2

dan menilai kebenaran atau kebaikan berdasarkan konskuensi perilaku, bukan berdasarkan maksud atau motivasi si pelaku. Pada tahap ini juga berkembang ide immanent justice (keadilan abadi), yaitu suatu pemikiran bahwa pelanggaran peraturan pasti akan mendapatkan hukuman, dari orang, objek atau tuhan. Misalnya peserta didik yang berbohong kepada ibunya dan kemudian jatuh dari sepeda sehingga lututnya terluka, akan berpikir bahwa kecelakaan itu terjadi sebagai hukuman karena ia telah berbohong kepada ibunya Pada tahap moralitas berdasarkan hubungan timbal balik, anak sudah menyadari bahwa peraturan merupakan kesepakatan sosial yang dapat berubah dan dapat dipertanyakan. Anak juga sudah mampu melihat bahwa ia tidak perlu patuh terhadap keinginan orang lain dan bahwa pelanggaran peraturan tidak merupakan kesalahan atau pasti akan mendapat hukuman.

Dalam

menilai

perilaku

orang

lain,

anak

sudah

mampu

mempertimbangkan perasaan dan melihat dari sudut pandang orang tersebut. Pada tahap ini juga berkembang ide equalitarianisme, dimana anak percaya bahwa keadilan hukum harus ditetapkan pada semua orang. Anak sudah menyadari bahwa pemberian hukuman harus berdasarkan pertimbangan maksud si pelaku dan kondisi saat terjadinya pelanggaraan, dan hukuman yang diberikan tidak harus berbentuk kekerasan, namun juga dapat berupa pembelajaran agar si pelaku menjadi lebih baik dikemudian hari Piaget berpendapat bahwa seraya berkembang, anak juga menjadi lebih canggih dalam berfikir tentang persoalan-persoalan sosial. Piaget yakin bahwa peningkatan pemahaman sosial ini terjadi melalui interaksi peserta didik dengan lingkungannya, terutama orang tua dan teman sebaya. Sejalan dengan Piaget yang melihat perkembangan moral dari segi kognitif, Kohberg juga menjelaskan tahapan perkembangan peserta didik . Hanya saja lebih kompleks dari teori piaget . Menurut Kohlberg, perkembangan moral peserta didik menengah dan akhir secara umum

3

berada pada tingkat prakonvensional dan konvensional.Menurut Hurlock (1993), perkembangan moral anak yang sesungguhnya dapat dilihat dari dua aspek yaitu perkembangan konsep moral dan perkembangan perilaku moral. Perkembangan konsep moral, seperti yang dijelaskan oleh Piaget dan Kohlberg, tidak menjamin timbulnya tingkah laku moral, karena tingkah laku moral tidak hanya semata-mata dipengaruhi oleh pengetahuan tentang konsep moral, tetapi juga ditentukan oleh banyak faktor seperti tuntutan sosial, konsep diri anak, dan sebagainya. Salah satu faktor yang penting dalam menentukan prilaku moral anak adalah adanya self regulation (pengaturan diri) yaitu kemampuan mengontrol perilaku perilaku sendiri tanpa harus diawasi atau diingatkan oleh orang lain. Dengan adanya pengaturan ini, anak akan mampu menunjukan atau menahan perilaku tertentu secara tepat sesuai dengan kondisi yang dihadapinya. Mereka bagaikan botol dot bayi, si bayi tidak akan bisa mengisi botolnya dengan susu sendiri mereka memerlukan orang dewasa untuk mengisinya,hanya saja tidak ada batasan siapa orang dewasa yang dimaksud,yang terbaik atau yang terburuk?. Menurut Standart kompetisi Taman Kanak-Kanak(TK) / Raodathul Anfal (RA) (Depdi8knas,2004) Mencontoh dan meniru itu yang perlu di tekankan,untuk menyikapi mendidik sang anak.Mereka mengenali konsep mana yang baik dan mana yg salah,namun tidak bisa membedakan perbuatan yang salah dan benar.Untuk itu dalam proses karya tugas akhir ini penulis berencana membuat suatu bentuk elearning yang mengangkat tentang contoh-contoh ringan yang ada di lingkungan taman kanak-kanak mengenai sopan santun yang setiap hari mereka lakukan.Di sini penulis memberikan pencerahan memberikan pengenalan terhadap mereka tentang yang mana yang benar dan yang mana yang salah.Buku tentang "sejauh mana kamu

4

tahu tentang sopan santun?" Cynthia MacGregor (2007) dan buku "ketahui tentang sopan

santun"

Sterling

publishers

private

limited-BIP

kelompok

gramedia(2005),menjadi kiblat penulis untuk membuat visual e-learning ini. Dalam kedua buku ini mereka mengangkat harapan penulis tidaklah muluk-muluk,penulis beranggap mengenalkan perilaku yang baik atau buruk setidaknya pasti akan mempengaruhi perilakunya kelak dan semoga dapat memberikan pengaruh yang baik pula kepada teman sebayanya.

1.2 Lingkup Proyek Tugas Akhir

Melihat dari Tema yang di singgung, Penulis Menggunakan e-learning sebagai bentuk persentasinya,dan 3d animasi sebagai mediatornya karena e-learning 3d animation dapat membantu efektif memberikan informasi-informasi dalam bentuk pengajaran.Penulis rasa memberikan contoh dengan target anak-anak( 5-7 tahun) menggunakan e-learning 3d animation akan menarik minat mereka,karena pada dasarnya e-learning menyajikan syncronisasi antara bentuk visual dan audio

Suggest Documents