pelaksanaan pemelajaran, siswa dapat melaksanakannya di sekolah dan/ atau
di ... Memberikan kepuasan bagi dunia usaha atau industri karena memperoleh.
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.
Praktik Kerja Industri Pada proses pembelajaran di SMK, peserta didik mengikuti program pendidikan dan pelatihan (diklat) dengan acuan kurikulum yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja setempat dan daerah dimana lulusan diproyeksikan akan bekerja. Dalam pelaksanaan pemelajaran, siswa dapat melaksanakannya di sekolah dan/ atau di dunia kerja. Proses pembelajaran di sekolah dimaksudkan untuk mengembangkan potensi akademis dan kepribadian siswa, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dunia kerja. Proses pembelajaran/ pelatihan di dunia
kerja
dimaksudkan
agar
siswa
menguasai
kompetensi
terstandar,
mengembangkan dan menginternalisasi sikap dan nilai professional sebagai tenaga kerja yang berkualitas unggul, baik bekerja pada pihak lain maupun sebagai pekerja mandiri. Sebelum mengaktualisasikannya, maka diperlukan persiapan-persiapan yang meliputi inventarisasi sumber daya pemelajaran dan penilaian kesiapan pemelajaran. Inventarisasi tempat pemelajaran yang sesuai untuk pemelajaran berbasis kompetensi adalah tempat dimana kompetensi yang dipelajari diimplementasikan (dunia kerja sesungguhnya),
atau
setidak-tidaknya
merupakan
replika
dari
kondisi
yang
sesungguhnya. Untuk itu peserta didik perlu melaksanakan praktek kerja industri di DU/DI dalam kurun waktu 2 bulan, setara dengan 400 jam
Praktik kerja industri adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematis dan sinkron program pendidikan di sekolah dan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan belajar langsung didunia kerja terarah untuk mencapai tingkat keahlian tertentu (Depdikbud dalam Indro, 2004:1). Menurut Depdikbud dalam Indro (2004:12) hal-hal yang terkait dengan praktik kerja industri sebagai berikut : Penyelenggaraan pendidikan system ganda bertujuan untuk : 1. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian professional ( dengan tingkat pengetahuan, ketrampilan, dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja ) 8
2. Memperkokoh “ link and macth” antara sekolah dengan dunia kerja 3. Meningkatkan efesiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas professional. 4. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadappengalaman kerja sebgai bagian dari proses pendidikan. Pelaksanaan Praktik Kerja Industri di SMK N 2 Kudus dilaksanakan oleh siswa kelas XI/XII semester 4 atau 5 selama 2 bulan dengan didahului pembekalan. Praktik tersebut dapat dilaksanakan pada industri besar, menengah, kecil, home industri, ataupun unit produksi sekolah. Keuntungan Praktik Kerja Industri 1. Bagi Sekolah Pemberian keahlian profesional siswa lebih terjamin. Dengan praktik kerja industri diharapkan kompetensi yang telah diajarkan disekolah akan dilengkapi di tempat prakerin sehingga siswa akan lebih profesional dalam menggunakan keahliannya.Terdapat kesesuaian antara program pendidikan dengan lapangan pekerjaan. Dengan praktik kerja industri siswa mengetahui dunia usaha apa yang sesuai dengan program pendidikan yang mereka ikuti di sekolah sehingga dapat menjadikan
bekal
mereka
setelah
lulus.
Memberikan
kepuasan
bagi
penyelenggara pendidikan, kepentingan tamatannya, kepentingan dunia kerja dan kepentingan bangsa.Dengan praktik kerja industri diharapkan dapat mencapai target kompetensi yang telah ditetapkan sekolah dengan KTSP, dan dunia kerja sebagai user juga merasa mantap untuk dapat merekrut siswa karena telah mempunyai andil untuk menyiapkan mereka. 2. Bagi DuDi Mengenal lebih dini kualitas calon pegawai, dengan praktik kerja industri dunia kerja jadi lebih tahu kualitas anak yang dihasilkan karena mereka merasa mempunyai andil dalam membentuk kompetensi siswa tinggal mencocokan dengan attitude yang mereka butuhkan. Memperoleh keringanan pajak , dengan adanya praktik kerja industri, dunia kerja selama beberapa bulan tidak merekrut pekerja sehingga ada pengurangan pajak yang harusnya dibayarkan karena siswa magang tidak dikenakan pajak penghasilan. 9
Mempermudah perijinan pengembangan usaha.Dengan praktik kerja industri, dunia kerja dapat menjadikan siswa praktik untuk menjadi kekuatan industri sehingga akan lebih mudah untuk perijinan pengembangan usaha. Memberikan kepuasan bagi dunia usaha atau industri karena memperoleh pengakuan ikut serta menentukan hari depan bangsa melalui pendidikan dengan praktik industri. 2.2.
Struktur Kurikulum Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. 2.2.1. Acuan Penyusunan KTSP Acuan operasional Penyusunan KTSP disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan dan takwa serta akhla mulia. b. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik. Krikulum disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat, kecerdasan intelektual, emosional, spiritual dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan karakteristik lingkungan, karenanya kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah.
10
d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional Pengembangan
kurikulum
harus
memperhatikan
keseimbangan
tuntutan
pembangunan daerah dan nasional. e. Tuntutan dunia kerja Kurikulum harus memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan kebutuhan dunia kerja khususnya bagi mereka yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan iptek, dan seni. g. Agama Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan toleransi dan kerukunan umat beragama dan memperhatikan norma agama yang berlaku di lingkungan sekolah. h. Dinamika perkembangan global Kurikulum harus dikembangkan agar peserta didik mampu bersaing secara global dan dapat hidup berdampingan dengan bangsa lain. i. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan Kurikulum harus mendorong wawasan dan sikap kebangsaan dan persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. j. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. k. Kesetaraan jender Kurikulum harus diarahkan kepada pendidikan yang berkeadilan dan mendorong tumbuh kembangnya kesetaraan jender. l. Karakterstik satuan pendidikan Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi dan ciri khas satuan pendidikan
11
2.2.2. Struktur Kurikulum Struktur kurikulum spectrum 2010 SMK N 2 kudus meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun, mulai kelas X, XI, dan XII. Struktur kurikulum yang digunakan meliputi dua unsure utama : a. Struktur kurikulum baku yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional sebagai acuan dasar dalam pembuatan Kurikulum spectrum 2010 SMK Negeri 2 kudus. b. Kurikulum Spektrum 2010 SMK Negeri 2 Kudus sebagai struktur kurikulum implementatif. a.1. Struktur kurikulum baku Kelompok Normatif : Pendidikan Agama, Pendidikan Kwarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dan Seni budaya. 2. Kelompok Adaptif : Matematika, Bahasa Inggris, Fisika, Kimia, IPA, IPS, Kewirausahaan dan KKPI 3. Kelompok Produktif : Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan. 4. Muatan Lokal : Bahasa Jawa b.1. Struktur Kurikulum Implementatif Bidang Keahlian
: Teknologi dan Rekayasa
Program Studi Keahlian
: Teknik Otomotif
Kompetensi Keahlian
: Teknik Kendaraan Ringan
1. Mata Pelajaran : -
Normatif : Pendidikan Agama, Pendidikan Kwarganegaraan,Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Seni budaya
-
Adaptif : Bahasa Inggris, Matematika, IPA, Fisika, , IPS, KKPI, Kewirausahaan
2. Muatan Lokal 3. Pengembangan Diri
12
2.2.3. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran,
kegiatan
pembelajaran,
indikator
pencapaian
kompetensi untuk indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Silabus harus mampu menjawab pertanyaan: (1) apa kompetensi yang harus dikuasai siswa, (2) bagaimana cara mencapainya dan (3) bagaiamana cara mengetahui pencapaian. 2.2.4. Pengembangan Silabus Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 17 ayat (2) yang berbunyi: Sekolah dan komite sekolah atau madrasah dan komite madrasah,mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA dan SMK dan departemen yang menangani urusan pemerintah di bidang agama untuk MI, MTs, MA dan MAK. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomoer 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 20 yang berbunyi: Perencanaan proes pembelajaran meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar 2.2.4.1. Prinsip Pengembangan Silabus a. Ilmiah secara keilmuan. Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan tingkat perkembangan fisik, intelektural, sosial, emosional dan spiritual peserta didik. b.
Sistematis Relevan
13
c. Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan komponen silabus berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi Komponen. d.
Konsisten Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.
e. Memadai Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. f. Aktual dan Kontekstual Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. Kurikulum harus memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan kebutuhan dunia kerja khususnya bagi mereka yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. g. Fleksibel Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. h. Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor). 2.3 .
Belajar Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang penting.
Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar , dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu, adalah penting sekali bagi 14
setiap guru memahami sebaik-biknya tentang proses belajar siswa. Teori belajar sangat beraneka ragam , dimana setiap teori mempunyai landasan sebagai dasar perumusan. Bila ditinjau dari landasan itu, teori belajar dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu : a) Asosiasi yakni hubungan stimulus dengan respon yang bertambah kuat jika sering diulangi dan respon yang tepat diberi ganjaran berupa makanan atau pujian atau cara lain yang memberikan kepuasan dan kesenangan, b) Gestalt memandang belajar terjadi bila diperoleh insight pemahaman (Ali, 2004 : 15). 2.3.1. Pengertian Belajar Belajar sebagai tindakkan dan perilaku siswa yang kompleks sehingga belajar yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pemebalajaran (Moedjiono dan Dimyati 2002 : 10) sehingga pernegrtian belajar tersebut terdapat tiga ciri utama belajar yaitu proses, perubahan perilaku dan pengalaman hanya dialami oleh siswa sendiri. Hasil belajar berupa kapabilitas setelah siswa memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi. Belajar adalah merupakan suatu kegiatan, dimana seseorang membuat atau menghasilkan perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan (Sunaryo, 1989:1). Sedangkan Witherington dalam bukunya “Educational Phsycology” mengemukakan, bahwa belajar adalah suatu perubahan kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian (Daryono, 1997:211). Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman ( learning is defined as the modification or streng thening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini , belajar adalah merupakan suatu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalamihasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan(Oemar Hamalik, 1994:36) Berdasarkan definisi tersebut diatas, dapat penulis simpulkan ciri pokok belajar adalah bahwa belajar suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya usaha yang disengaja dan direncanakan, sehingga seseorang yang belajar akan mendapatkan
kecakapan,
sikap,
kebiasaan,
keterampilan. 15
kepandaian,
pengetahuan
serta
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku melalui kegiatan. Jadi tidak mungkin belajar tanpa melibatkan aktivitas. Itulah sebabnya belajar merupakan prinsip yang paling penting dalam interaksi belajar mengajar. Dalam proses belajar yang berlangsung didalam kelas sebenarnya banyak melibatkan aktivitas siswa. Para siswa sudah dituntut aktivitasnya untuk mendengarkan, memperhatikan dan mencerna pelajaran yang diberikan guru. Disamping itu sangat dimungkinkan para siswa memberiikan balikan berupa pertanyaan kepada guru segala sesuatu yang tidak jelas sehingga menuntut siswa untuk bertanya atau sebaliknya. Aktivitas atau tugas yang dilakukan siswa hendaknya menarik perhatian siswa. Metode yang banyak melibatkan aktivitas siwa diantaranya metode discovery, inkuiri, diskusi, demonstrasi dan eksperimen ( Ibrahim, 1996: 27). Dalam bukunya ”Interaksi dan Motivasi Belajar’’Sardiman A.M. mengatakan aktivitas belajar adalah aktivitas fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas tersebut selalu terkait . kaitan antara keduanya akan mengakibatkan proses belajar secara optimal. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah gerakan atau tindakan seseorang untuk dpat memenuhi kebutuhan baik melalui perasaan, pikiran maupun gerakan nyata. Aktivitas belajar dapat terjadi disekolah maupun diluar sekolah. Banyak aktivitas yang dilakukan oleh siswa disekolah, antara lain sebagai berikut: (1)
Visual activities, yang termasuk didalamnya memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
(2)
Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, intrupsi.
(3)
Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi, musik pidato.
(4)
Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan lapora, angket, menyalin.
(5)
Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, membuat peta diagram.
16
(6)
Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain berkebun, beternak.
(7)
Mental activities, sebagai contoh misalnya: mengingat, menanggapi, menganalisa, memecahkan soal, melihat hubungan, mengambil keputusan.
(8)
Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat bergairah, berani, tenag, gugup. ( Sardiman. A.M, 1992:99-101). Bentuk aktivitas belajar lain adalah mengerjakan pekerjaan rumah yang
diberikan guru. Alasan mengenai pekerjaan rumah adalah untuk memotivasi siswa belajar lebih lanjut (Sudjono, 1988: 107). Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan materi yang telah dipelajari didalam kelas sehingga diharapkan timbul aspirasi untuk memperluas pengetahuannya. Siswa yang aktif dalam mengerjakan pekerjaan rumah akan memperoleh hasil yang baik. 2.3.2. Prinsip-prinsip Belajar Prinsip-prinsip belajar adalah hal-hal yang sangat penting yang harus ada dalam suatu proses belajar dan pembelajaran. Adapun prinsip-prinsip belajar adalah : (1) Kesiapan belajar Faktor kesiapan, baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik dan psikologis yang kurang baik akan mempengaruhi faktor-faktor lain yang dibutuhkan untuk belajar. (2) Perhatian Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu objek atau banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan. Oleh karena itu guru perlu mengetahui berbagai kiat menarik perhatian siswa pada saat awal dan selama proses pembelajaran berlangsung. (3) Motivasi Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif. Dalam hal ini guru harus berusaha
17
memotivasi siswa. Kalau siswa dibiarkan untuk bermotivasi maka siswa akan mencapai tujuan belajar. (4) Keaktifan siswa Siswa adalah pelaksana kegiatan belajar sehingga siswa harus aktif. Dengan bantuan guru siswa harus mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan pengetahuan yang dimilikinya. Siswa harus dipandang sebagai makluk yang dapat diajar dan mampu belajar yang dilengkapi seperangkat kemampuan potensial baik fisik maupun psikologis. Dengan demikian guru seharusnya mambelajarkan siswa sedemikian rupa sehingga keaktifan siswa betul-betul terwujud. (5) Mengalami sendiri Prinsip pengalaman diri ini sangat penting dalam belajar dan erat kaitannya. dengan prinsip keaktifan. Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri (tidak minta orang lain ) akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang lebih mendalam (6) Pengulangan Untuk mempelajari materi sapai pada taraf pemahaman siswa perlu membaca, berfikir mengingat dan latihan. Dengan latihan siswa akan mengulang-ulang materi yang dipelajari sehingga materi tersebut semakin mudah diingat. (7) Materi yang menantang Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi pula oleh rasa ingin tahu nak terhadap suatu persoalan. Dengan sikap ini maka motivasi anak akan meningkat. (8) Balikan dan penguatan Balikan adalah masukan yng sangat openting baik bagi siswa maupun bagi guru. Dengan balikan siswa mengetahui sejauh mana kemapuannya dalam suatu hal dengan kekuatan dan kelemahannya. (Darsono, 2000: 27) Menurut Oemar Hamalik (2003:170), konsep aktivitas belajar dinyatakan bahwa: Siswa adalah suatu organisme yang hidup dimana di dalam dirinya terdapat prinsip aktif. Prinsip aktif inilah yang mengendalikan tingkah laku siswa.
18
Setiap siswa memiliki berbagai kebutuhan yang setiap saat berubah dan bertambah, sehingga dengan sendirinya perbuatan yang dilakukan semakin banyak dan beraneka ragam pula. Menurut Mehl-Mills-Douglass yang mengemukakan The Principles of Activity bahwa: “One learns only by some activities in the neural system: seeings, hearing, smelling, feeling, thinking, physical or motor activity. The learner must actively engage in the „learning‟, wether it be of information a skill, an understanding, a habit, an ideal, an attitude, an interest, or the nature of a task”. Maksudnya adalah seseorang yang belajar melibatkan beberapa aktivitas sistem syaraf seperti melihat, mendengarkan, mencium, merasakan, berpikir, aktivitas motorik atau fisik. Siswa harus lebih terlibat aktif dalam “belajar”, apakah itu berupa informasi, pemahaman, kebiasaan, teladan, sikap, keinginan, atau pertanyaan yang bersifat mendasar. Dalam kemajuan metodologi lebih menonjolkan unit activity dalam asas aktivitas. Sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai. 2.4.
Hakekat Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi, buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide dan film , audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadual dan metode pencpyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya. (Dr.Oemar Hamalik, 1994: 57 ).
19
Kegiatan pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari kegiatan belajar. Pembelajaran adalah usaha guru untuk membantu siswa atau anak didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan minatnya. Guru berfungsi sebagai fasilitator yaitu orang yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung agar siswa dapat mewujudkan kemampuan belajarnya (Darsono , 2000: 13). Proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan ( Tilaar, 2002:128) Pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran
dapat
dipermudah
(Fasilitated)
pencapaiannya
(Prawiradilaga,Siregar,2004:3) 2.5.
Fasilitas Pembelajaran Guna menghasilkan tamatan yang mempunyai kemampuan sesuai standard kompetensi lulusan, diperlukan pengembangan pembelajaran untuk setiap kompetensi secara sistematis, terpadu, dan tuntas (mastery learning). Pada pendidikan menengah kejuruan , di samping buku-buku teks, juga dikenalkan adanya lembar-lembar pembelajaran (instructional sheet) dengan nama yang bermacam-macam, antara lain: lembar tugas (job sheet), lembar kerja (work sheet), lembar informasi (information sheet) dan bahan ajar lainnya baik cetak maupun noncetak. Semua bahan yang digunakan untuk mendukung proses belajar itu disebut sebagai bahan ajar (teaching material). Disamping itu untuk mata pelajaran produktif fasiltas praktek sangat memegang peranan agar siswa trampil dan kompeten susai kompetensi keahliannya. Untuk pembelajaran yang bertujuan mencapai kompetensi sesuai profil kemampuan tamatan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diperlukan kemampuan guru untuk dapat mengembangkan yang tepat. Dengan pendekatan belajar tuntas (mastery learning) diharapkan siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi secara utuh, sesuai dengan kecepatan belajarnya. Untuk itu bahan ajar hendaknya disusun agar siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran mencapai kompetensi.
20
Terdapat dua istilah yang sering digunakan untuk maksud yang sama namun sebenarnya memiliki pengertian yang sedikit berbeda, yakni sumber belajar dan bahan ajar. Untuk itu maka berikut ini akan dijelaskan terlebih dahulu tentang pengertian sumber belajar
Menurut Association for Educational Communications and Technology sumber pembelajaran adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran. 2.5.1. Sumber Belajar
Sering kita dengar istilah sumber belajar (learning resource), orang juga banyak yang telah memanfaatkan sumber belajar, namun umumnya yang diketahui hanya perpustakaan dan buku sebagai sumber belajar. Padahal secara tidak terasa apa yang mereka gunakan, orang, dan benda tertentu adalah termasuk sumber belajar. Sumber belajar dalam website bced didefinisikan sebagai berikut: Learning Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau kombinasi dari berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa ataupun guru. Sadiman mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk belajar, yakni dapat berupa orang, benda, pesan, bahan, teknik, dan latar (Sadiman, Arief S., Pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pembelajaran, makalah, 2004). Menurut Association for Educational Communications and Technology (AECT, 1977), sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran. Dengan demikian maka sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku. Dari pengertian tersebut maka sumber belajar dapat dikategorikan: a. Tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat 21
melakukan belajar atau proses perubahan tingkah laku maka tempat itu dapat dikategorikan sebagai tempat belajar yang berarti sumber belajar, misalnya perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan dan lain sebagainya. b. Benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan
tingkah laku bagi peserta didik, maka benda itu dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya situs, candi, benda peninggalan lainnya. c. Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu di mana peserta didik
dapat belajar sesuatu, maka yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya guru, ahli geologi, polisi, dan ahli-ahli lainnya. d. Bahan yaitu segala sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman
elektronik, web, dll yang dapat digunakan untuk belajar. e. Buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta
didik dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya buku pelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedi, fiksi dan lain sebagainya. f. Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan,
peristiwa bencana, dan peristiwa lainnya yang guru dapat menjadikan peristiwa atau fakta sebagai sumber belajar. Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika tidak maka tempat atau lingkungan alam sekitar, benda, orang, dan atau buku hanya sekedar tempat, benda, orang atau buku yang tidak ada artinya apa-apa. 2.5.2. Bahan Ajar Dari uraian tentang pengertian sumber belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu teaching atau mengajar dan material atau bahan.
22
Dalam website Dikmenjur dikemukakan pengertian bahwa, bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. 2.6.
DU/DI Sebagai Tempat Prakerin DuDi sebagai tempat para siswa melaksanakan magang atau praktek kerja di lapangan , Karakteristik DuDi di Kabupaten Kudus dan sekitarnya tidak sama, tetapi pada prinsipnya dapat digunkan oleh siswa. Faktor yang menjadi komponen pendukung pelaksanaan adalah : Institusi Pasangan,
Program
Pendidikan
dan
Pelatihan Bersama, Kelembagaan Kerjasama, Nilai Tambah/ Kemanfaatan, dan Jaminan Keberlangsungan (Sustainability). Prakerin hanya mungkin dilaksanakan apabila terdapat kerjasama dan kesepakatan antara institusi pendidikan pelatihan kejuruan (dalam hal ini SMK N 2 Kudus) dan stakeholders (industri/ perusahaan atau institusi lain yang berhubungan dengan lapangan) yang memiliki sumber daya untuk mengembangkan keahlian kejuruan,
untuk
bersama-sama
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
keahlian kejuruan. Institusi lain yang meningkatkan diri untuk bekerjasama dengan lembaga pendidikan-pelatihan kejuruan itu disebut Institusi Pasangan. Program pendidikan dan pelatihan bersama. Dalam Keputusan Mendikbud No.060/U/1993 tentang penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan dalam dua jalur yaitu pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Dan karena Prakerin pada dasarnya merupakan milik dan tanggung jawab bersama antara lembaga pendidikan-pelatihan
kejuruan
dan
institusi
pasangannya,
maka
program
pendidikan yang akan digunakan harus merupakan program yang dirancang dan disepakati bersama oleh kedua belah-pihak. Program pendidikan dan pelatihan yang harus disepakati bersama, paling tidak meliputi : Standar Profesi (standar keahlian tamatan), Standar Pendidikan dan Pelatihan (materi, waktu dan pola pelaksanaan) dan sistem penilaian dan sertifikasi (jenis penilaian dan jenis sertifikat). 23
Prakerin pada dasarnya merupakan program bersama antara sekolah dan stakehoders (dunia usaha / industri). Dengan keputusan bersama Mendikbud dan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia No. 0267a/U/1994 dan No. 84/KU/X/1994 tanggal 17 Oktober 1994, kebersamaan
tersebut
diatur
dalam
organisasi tingkat pusat di sebut Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional, tingkat wilayah
disebut
Majelis
Pendidikan Kejuruan Propinsi, dan tingkat sekolah
disebut Majelis Sekolah. 2.7.
Hasil Pelaksanaan Pelaksanaan Prakerin Hasil pelaksanaan prakerin merupakan suatu kompetensi yang penilannya dilaksankan oleh pembimbing di DuDi , kompetensi ini merupakan hasil kerja siswa yang dapat mewakili tingkat kemampuan secara cognitif, ketrampilan dan sikap. Kompetensi ini dituangkan dalam bentuk angka (kuantitatif atau dengan kriteria (kualitatif) . Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk kuantitatif berupa angka : 7,8.9 , sedangkan untuk kualitatif dituangkan dalam bentuk pernyataan verbal misalnya, baik sekali, baik, sedang, kurang, dan sebagainya. Untuk memperoleh kompetensi / hasil belajar
yang baik harus dilakukan
dengan baik dan pedoman cara yang tepat. Setiap orang mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman atau cara
yang
satu
cocok
digunakan oleh seorang siswa, tetapi belum tentu cocok untuk siswa yang lain. Hal ini disebabkab karena mempunyai perbedaan individu dalam hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran khususnya praktik dilapangan. Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar / kompetensi yang baik harus mempunyai kebiasaan belajar yang baik. Aktivitas balajar individu memang tidak selamanya menguntungkan. Kadang- kadang juga tidak lancar, kadangmudah menangkap apa yang dipelajari,
24
kadang sulit mencerna materi pelajaran. Dalam keadaan dimana anak didik/ siswa dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut kesulitan belajar. cukup dan pimpinan perusahaan Praktik Kerja Industri adalah faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial. Dalam praktik kerja industri akan terjadi pengaruh – pengaruh baik yang bersifat baik maupun bersifat tidak baik. Hal ini tergantung pada industri yang ditempati untuk Prakerin, apabila mendapatkan tempat praktik yang mempunyai intensitas pekerjaan yang kurang dan pemilik tempat prakerin kurang kreatif dalam mencarikan pekerjaan sampingan untuk pegawainya, maka kecenderungan siswa akan tertular menjadi malas dalam bekerja, namun apabila tempat praktik mempunyai intensitas pekerjaan yang tempat praktik tersebut kreatif dalam mempekerjakan pegawainya serta berdisiplin dalam bekerja, maka siswa akan menjadi siswa yang giat bekerja. Hal tersebut di atas masih juga dipengaruhi mengenai kompetensi yang diajarkan di tempat praktik dengan kompetensi yang diajarkan di sekolah, rata – rata tempat praktik terutama industri yang tidak mempunyai kurikulum pendidikan untuk pegawainya hanya mengajarkan sebatas kompetensi yang sesuai dengan bidang kerjanta, contoh : apabila bengkel las pastinya akan mengajarkan tentang las dan tidak akan mengajarkan kompetensi yang lain, sedangkan disekolah kompetensi yang diajarkan tidak hanya las, namun masih banyak kompetensi yang diajarkan. Hal tersebut diatas akan menimbulkan siswa akan lebih pintar hanya pada kompetensi yang di ajarkan diindustri dan kompetensi lain yang diajarkan disekolah cenderung kurang menguasai. 2.8.
Kerangka Berfikir Dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah Praktik Kerja Industri menjadi ajang untuk dapat memenuhi kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai siswa, sehingga nantinya siswa dapat menguasai kompetensinya dan dapat menjadikannya bekal jika mereka lulus sekolah. Untuk dapat mengetahui hasil praktik kerja industri yang telah dilaksanakan perlu diketahui mengenai sejauhmana dukungan yang diberikan oleh komponen internal sekolah
baik kurikulum, fasilitas praktek dan pendukung lainnya. Juga
kepedulian pada DuDi sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan praktik kerja industri
25
yang diharapkan dapat menyediakan waktu, tenaga, dan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam praktik kerja industri. Selain dukungan dari internal sekolah dan dari pihak DuDi , juga perlu diketahui kesiapan siswa atau kompetensi yang dimiliki siswa
dalam rangka
pelaksanaan program tersebut, sejauh mana kesiapan siswa dalam bentuk kompetensi yang diharapkan, pembimbingan dari sekolah, serta dukungan lain yang dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan praktik kerja industri. Dengan mengetahui komponen tersebut di atas selanjutnya dicari korelasinya dengan hasil pelaksanaan pembelajaran praktik kerja industri, apakah hasil yang dicapai baik ataukah tidak baik. 2.9.
Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah , tujuan penelitian , dan kajian pustaka sebagaimana diuraikan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
2.9.1. Terdapat pengaruh yang signifikan struktur kurikulum
terhadap hasil
pelaksanaan praktik kerja industri siswa SMK N 2 Kudus . 2.9.2. Terdapat pengaruh yang signifikan fasilitas praktek terhadap hasil pelaksanaan praktik kerja industri siswa SMK N 2 kudus. 2.9.3. Terdapat pengaruh yang signifikan kompetensi siswa terhadap hasil pelaksanaan praktik kerja industri siswa SMK N 2 Kudus . 2.9.4. Terdapat pengaruh yang signifikan struktur kurikulum, fasilitas praktek dan kompetensi siswa danterhadap hasil pelaksanaan praktik kerja industri siswa SMK N 2 Kudus .
26