kematian, dan kejahatan narkoba. Berbeda dengan dua perguruan tinggi
sebelumnya, responden dari perguruan tinggi berafiliasi agama Katolik memiliki
sikap ...
124
BAB 5
SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1. Sim pulan
Sikap mahasisw a dari ketiga universitas berafiliasi agama menunjukkan persentase sikap responden yang beragam. Responden dari perguruan tinggi berafiliasi agama Islam dan Kristen Protestan lebih banyak yang mendukung praktik hukuman mati pada enam kejahatan yang memiliki ancaman tersebut yakni pembunuhan berencana, kejahatan pencurian yang mengakibatkan kematian, kejahatan pelayaran yang mengakibatkan kematian, pemerasan dan pengancaman yang mengakibatkan kematian, kejahatan penerbangan yang mengakibatkan kematian, dan kejahatan narkoba. Berbeda dengan dua perguruan tinggi sebelumnya, responden dar i perguruan tinggi berafiliasi agama Katolik memiliki sikap yang variatif terhadap praktik hukuman mati yang ditinjau enam kejahatan yang memiliki ancaman hukuman tersebut. Mayoritas responden mendukung praktek hukuman mati pada kejahatan pelayaran yang menyebabkan kematian dan narkoba. Sedangkan sikap tidak mendukung banyak terdapat pada kejahatan pembunuhan berencana, pencurian yang mengakibatkan kematian, dan penerbangan yang mengakibatkan kematian. Selain itu, responden yang mendukung dan tidak mendukung praktik
125
hukuman mati pada kejahatan pemerasan dan pengancaman yang mengakibatkan kematian memiliki jumlah yang sama. Berdasarkan perhitungan statistik, ketiga kelompok mahasisw a fakultas hukum berafiliasi agama ternyata tidak memiliki perbedaan sikap yang signifikan pada praktik hukuman mati yang ditinjau dari enam kejahatan yang memiliki ancaman hukuman tersebut. Sikap responden yang ditinjau berdasarkan agama yang dianut juga bervariasi. Responden beragama Islam mayoritas mendukung praktik hukuman mati pada keenam kejahatan tersebut kecuali pada kejahatan penerbangan yang menyebabkan kematian. Pada responden beragama Kristen Protestan, mayoritas responden mendukung praktik hukuman mati pada keenam kejahatan tersebut. Responden beragama Buddha memiliki sikap mendukung terhadap praktik human mati pada keenam kejahatan tersebut kecuali kejahatan narkoba. Sedangkan responden beragama Hindu mendukung praktik hukuman mati pada keenam kejahatan tersebut kecuali kejahatan pencurian yang mengakibatkan kematian dan narkoba. Mayoritas responden beragama Katolik mendukung praktik hukuman mati hanya pada kejahatan narkoba dan pelayaran yang mengakibatkan kematian sedangkan sikap tidak mendukung ditunjukan pada kejahatan pencurian yang mengakibatkan kematian, pemerasan dan pengancaman yang mengakibatkan kematian,
penerbangan
yang
mengakibatkan
kematian,
dan
pembunuhan
berencana. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahw a responden yang menganut agama Islam, Kristen Protestan, Buddha, dan Hindu pada penelitian ini
126
lebih banyak yang mendukung praktik hukuman mati ketimbang responden beragama Katolik.
5.2. Diskusi
Hasil penelitian telah menggambarkan sikap para responden yang berasal dari tiga universitas berafiliasi agama Islam, Kristen Protestan, dan Katolik. Dari data tersebut masih terlihat adanya perbedaan persentase responden yang memilih mendukung dan tidak mendukung. Walaupun demikian, masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahw a sikap responden merupakan cerminan derajat penghayatan responden pada agama mereka masing- masing. Perlu ada kajian yang lebih mendalam terkait dengan isu tersebut. Mengenai pertanyaan, “apakah mahasiswa yang kelak menjadi hakim akan menunjukkan sikap yang serupa?”, pada dasarnya penelitian ini bukan ditujukan untuk menjaw ab pertanyaan tersebut. Kendati demikian, bukan berarti tidak ada jaw aban atas pertanyaan tersebut. Berdasarkan Bornstein dan Miller (2009), agama seseorang menjadi suatu unsur yang penting karena dapat memengaruhi sikap invididu dalam membuat keputusan.
Dalam Attitude-Behavior
Consistency
Theory,
individu
memiliki
kencederungan menjaga konsistensi antara sikap dan perilaku (Fazio, dalam Fabrigar, Mac Donald, & Wegener, 2005). Dengan demikian, berangkat dar i pendapat Bornstein dan Miller dan Fazio maka jaw aban atas pertanyaan tersebut adalah “ya, kelak sebagai hakim, mahasiswa akan menunjukkan sikap yang serupa”.
127
Namun pada sisi lain, per ilaku individu tidak hanya dibentuk oleh satu faktor saja. Dalam Planned Behavior Theory, Ajzen (1991) menjelaskan perilaku dibentuk oleh sikap terhadap perilaku (attitude toward the behavior), norma subjektif (subjective norm) dan kontrol perilaku yang dirasakan (perceived behavioral control) yang kemudian membentuk niat (intention) individu dan selanjutnya memunculkan perilaku (behavior). Menurut Bandura (dalam Ajzen 1991), perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh keyakinan mereka akan kemampuan diri sendiri (self efficacy). Dengan demikian, berangkat dari pendapat Ajzen dan Bandura, maka jaw aban atas pertanyaan tersebut adalah “belum tentu, kelak sebagai hakim, mahasiswa akan menunjukkan sikap yang serupa”. Banyak negara yang telah menghapus hukuman mati untuk semua jenis kejahatan dari peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini juga dilakukan oleh Belanda yang telah menelorkan Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) di tanah air (Amnesty International, 2010). Berbagai organisasi pembela hak asasi manusia (HA M) juga mendesak Indonesia untuk menghapus hukuman mati karena alasan kemanusiaan. Desakan tersebut menjadi sinyal bahw a masyarakat seluruh dunia perlu menaruh simpati terhadap pelaku kejahatan. Sebaliknya, bagaimana dengan korban? Keluarga korban? Apakah permintaan penghapusan hukuman mati telah mempertimbangkan hak asasi manusia ( HAM) korban? Hingga saat ini, Indonesia masih memberlakukan hukuman mati, namun kebijakan tersebut bisa saja berubah seiring dengan ber jalannya w aktu dan pergantian generasi. Dengan demikian, nasib hukuman mati di masa yang akan
128
datang sangat bergantung pada generasi yang sedang mendalami ilmu hukum saat ini.
5.3. Saran
Penelitian deskriptif bermanfaat untuk memunculkan penelitian lanjutan. Guna membangun penelitian-penelitian yang berkualitas, beberapa saran penulis diharapkan dapat ber manfaat untuk penelitian selanjutnya. Jumlah responden yang berpartisipasi diharapkan lebih banyak dar i penelitian ini. Hal ini berguna untuk lebih memastikan terpenuhinya validitas eksternal yakni generalisasi hasil penelitian. Sehingga temuan penelitian dapat diterapkan pada individu yang tidak terlibat dalam penelitian. Selain itu, fokus penelitian dapat dilakukan pada satu objek sikap saja, misalnya praktik hukuman mati yang ditinjau berdasarkan kejahatan pembunuhan berencana. Hal ini ber manfaat untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih spesifik dan mendalam. Mengingat adanya denominasi 22 agama, maka penelitian juga dapat ditujukan pada responden dari berbagai denominasi agama. Penelitian selanjutnya juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode campur (mix method) yang mengombinasikan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dengan tipe ini dapat memperkaya temuan penelitian dari sisi sebaran data serta analisa yang mendalam terhadap responden penelitian.
22
Denominasi adalah mazhab a tau aliran yang dianut oleh peme luk agama.