yang menyadari cinta Tuhan itu menanggapinya dengan iman. .... B. Iman. 1.
Pengertian dan Sifat iman. Iman adalah penyerahan diri secara total (
menyeluruh) ...
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
BAB I AGAMA DAN KEBEBASAN BERAGAMA
A. Pengertian Agama 1. Pengertian Umum Agama adalah hubungan manusia dengan Sang Penguasa Suci Tertinggi yang oleh umat beragama disebut Allah 2. Pengertian Khusus Agama adalah hubungan cinta Tuhan kepada manusia dan sebaliknya serta hubungan manusia dengan sesama dan dirinya sendiri. Dalam hal ini Tuhan lebih dulu mencintai manusia dan manusia yang menyadari cinta Tuhan itu menanggapinya dengan iman. Hubungan yang erat antara cinta Tuhan dan manusia ditegaskan oleh Yesus dalam Injil ( Mat, 22 : 34-40 ; Mrk, 12 : 28-34 )\
B. Kebebasan Beragama 1. Pengertian Kebebasan Beragama Kebebasan beragama berarti bahwa setiap manusia bebas memilih, melaksanakan dan pindah agama menurut keyakinannya, dan dalam hal ini tidak boleh dipaksa oleh siapapun, entah oleh pemerintah, pejabat agama, masyarakat, maupun orang tua sendiri. 2. Dasar Kebebasan Beragama Dasar dari kebebasan beragama bukan hukum negara, bukan kebijaksanaan pemerintah, melainkan martabat manusia. Martabat adalah kenyataan bahwa manusia memiliki akal budi dan kehendak merdeka yang kedua-duanya merupakan inti hakiki manusia. Dapat juga dikatakan bahwa dasar dari kebebasan agama adalah kehendak Tuhan sendiri yaitu agar manusia menggunakan akal, budi dan pikirannya untuk menghayati kemerdekaan. 3. Dokumen tentang Kebebasan Beragama a. Dokumen Internasional 1). Deklarasi tentang hak-hak asasi manusia (declaration of human rights) yang ditanda tangani di New York tanggal 10 Desember 1948 dan menjadi piagam PBB.( Pasal 1, 18, dan 19 ) Pokok deklarasi tersebut menjelaskan tentang hak-hak asasi manusia yaitu hak hidup, hak akan hidup yang merdeka, hak akan hidup yang layak ( dalam arti sosial ekonomi). Pasal pertama mengatakan :”Semua manusia dilahirkan bebas merdeka dan sama dalam kemuliaan martabat dan hak-haknya. Mereka dianugerahi Tuhan dengan akal bido dan sudah selayaknya mereka bertindak terhadap sesamanya dengan semangat persaudaraan.”
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
Pasal 18 merumuskan kebebasaan agama sbb :’ Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, keinsafan batin dan agama; dalam hal ini sebenarnya termasuk kebebeasan berganti agama atau kepercayaan dan kebebasan untuk menyatakan agama atau kepercayaannya itu”. Pasal 19 memberikan tambahan yang sangat berharga yaitu : “ Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat; dalam hal ini termasuk kebebasan mempunyai pendapat dengan tidak mendapat gangguan dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan keterangan dan pendapat dengan cara apapun juga dan tidak memandang batas-batas.” 2). Deklarasi Konsili Vatikan II tentang Kebebasan Agama Sidang Konsili Vatikan II pada tanggal 7 Desember 1965 memperdalam dasar dari kebebasan agama dan menyatakan bahwa kebebasan agama berakar dalam wahyu ilahi sendiri. Konsili mengatakan bahwa Allah memanggil manusia untuk mengabdi-Nya secara rohani dan benar. Manusia dalam iman menanggapi panggilan Allah dengan rela. b. Dokumen Nasional 1). UUD 1945, pasal 29 : (a). Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, (b). Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanyadan kepercayaannya itu” 2). Keputusan MPRS, Juni 1966, dalam ketetapan 27 memperkokoh kembali kebebasan agama yaitu semua agama yang diakui pemerintah diberikan kesempatan yang sama. c. Manifestasi Agama yang Merugikan Agama meskipun dipuji-puji kerap kali tak mampu memenuhi harapan manusia. Agama sejauh Nampak dalam hidup sehari-hari, lepas dari teori yang muluk-muluk mencemaskan terutama dalam tiga bentuk yaitu fanatisme, takhayul dan fatalism yang sering dosebut tiga penyakit agama. 1). Fanatisme, adalah sikap menonjolkan agamanya sendiri dengan kecenderungan menghina agama lain dan mengurangi hak hidupnya. Fanatisme. sering mengarah menuju dominasi politis dan cita-cita untuk mendirikan Negara agama. Fanatisme agama disebabkan oleh beberapa hal di antaranya : (a). Kurang mengenal agama lain karena hidup di daerah/tempest yang tertutup (b). Pendidikan agama yang sempit karena hanya mencari-cari kesalahan atau menjelek-jelekkan agama lain (c). Rasa bangga yang berlebihan atas kejayaan agamanya sendiri serta tidak melihat kekurangan-kekurangan diri (d). Rasa takut akan kemajuan (kemajuan agama lain menjadi ancaman), dan (e). Tidak adanya keyakinan yang tenang, dewasa, realistis dan terbuka.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
2). Takhyul, adalah kepercayaan yang terlalu besar akan benda atau acara tertentu untuk dengan demikian mendapat bantuan dari Tuhan. Dalam hal ini orang lebih percaya akan benda atau acara tertentu daripada akan Tuhan/Allah sendiri. Takhyul terutama merajalela di kalangan penganut agama primitif yaitu animisme. Di dalam takhyul kita berhubungan dengan bayangan, fantasi dan gagasan khayal yang menguasai jiwa manusia, sehingga menyebabkan berbagai gangguan jiwa dan membuat manusia selalu hidup dalam ketakutan. 3). Fatalisme, adalah sikap mudah menyerah pada nasip/takdir. Nasip dianggap sebagai sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Tuhan, akibatnya manusia tidak mau berusaha menghadapi penderitaan dan tantangan hidup, melainkan menghibur diri dengan acara-acara keagamaan sambil menanti surga. Orang-orang fatalis mempunyai pandangan tentang Tuhan yang picik dan paham yang tidak realistis tentang dunia. Tuhan seakan-akan menakdirkan segala nasip buruk atau rohroh jahat yang dikhayalkan oleh orang fatalis. Ia mudah lari ke dalam impian idealisme. Misalnya jika jika perkawinan gagal atau usaha gagal, ia cepat menyimpulkan bahwa hal itu tidak dikehendaki atau telah ditakdirkan Tuhan, sehingga orang menyerah begitu saja.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
BAB II MEMAHAMI AGAMA KATOLIK
A. Memahami Kekhasan Agama Katolik 1. Kesamaan dasar agama monoteis a. Bagaimana mencari yang ilahi apapun namanya b. Menawrkan arti hidup, yakni apa arti hidup manusia di bumi yang fana ini. c. Mengjarkan cara hidup, yakni bagaimana manusia mengatur pola tingkah lakunya agar dapat berbahagia. d. Membantu mengatassi penderitaan. Hidup manusia yang tak putus ditimpa kemalangan dan penderitaan tidak jarang membuat manusia frustasi atau putus asa. Agama mendampingi manusia untuk mencoba mengerti dan mengatasi penderitaan. 2. Ciri Khas agama Kristen a. Mempunyai hubungan diri yang khusus dengan orang yang disebut sebagai Yesus Kristus b. Dalam hidup bersama, dalam pola hidup dan pengetahuan, agama Kristen menjadikan pribadi Yesus (ajaran dan perbuatannya) sebagai tolok ukur. c. Agama Kristen mengakui kedudukan dan hubungan Yesus yang menentukan dengan Allah dan konsekuwensinya untuk hidup orang-orang Kristen d. Meyakini bahwa yang menghimpun dan menyatupadukan umat adalah Yesus Kristus
3. Kebiasaan Orang Kristen Setiap masyarakat mempunyai tradisi atau kebiasaan yang mampu menopang dan melestarikan masyarakat itu sendiri. Gereja sebagai masyarakat kaum beriman, juga memiliki bermacam-macam kebiasaan. Dalam perjalanan sejarah, kebiasaan itu telah membentuk, menopang dan membangun jemaat beriman. Kita ditantang untuk mengamalkan, menyegarkan kemudian mewariskannya kepada generasi yang akan datang. Adapun kebiasaan-kebiasaan baik yang perlu dilestarikan oleh umat beriman Katolik di antaranya adalah : a. Berhimpun pada hari Minggu (mengikuti Ekaristi/Ibadat) b. Membaca kitab Suci c. Melaksanakan Ibadat harian d. Berdoa bersama dalam keluarga e. Berdoa secara pribadi
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
f. Terlibat dalam kehidupan jemaat setempat (Kring, Lingkungan, Stasi, Paroki) g. Terlibat dalam nasyarakat h. Berpuasa dan berpantang i. Memeriksa batin j. Mengku dosa di hadapan Imam
B. Iman 1. Pengertian dan Sifat iman Iman adalah penyerahan diri secara total (menyeluruh) kepada kehendak Allah. Iman juga bisa diartikan sebagai hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. Sifat-sifat iman itu adalah : a. mengatur manusia kepada keselamatan b. iman yang hidup c. iman yang dihayati dan diamalkan d. iman yang berbuah banyak e. segala tindakan kita akhirnya merupakan bukti pengungkapan iman
2. Pokok-Pokok Iman dan Pedoman Hidup Kristen Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Kreana iman kita mengerti bahwa alam semesta ini telah dijadikan oleh Allah (Ibr.11:1-3). Karena iman semua orang dibenarkan (Gal,2;16b; Rom, 3:28. 5:1). Karena iman kita diselamatkan ( 2Tim, 3 :15). Oleh iman akan Kristus, kita memperoleh pengampnnan dosa dan mendapat bagian dalam kebahagiaan yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan ( Kis, 26:18b). Guna menjaga khazanah iman, Gereja merumuskan pokok-pokok iman yang tertuang dalam Syahadat. Tetapi sekarang kita memiliki iman yang sempurna, jika tidak mempunyai kasih, kita sama sekali tidak berguna (1Kor, 13: 2b). Maka iman harus diamalkan dalam kasih. Dan hokum kasih telah diberikan oleh Yesus sendiri (Mrk, 12 : 30-31). Iman dan kasih harus diamalkan secara nyata dalam perbuatan, karena iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong (Yak, 2:17). Beberapa pedoman hidup Kristen selain Kitab Suci, seperti ; Syahadat Para Rasul (Gredo), Hukum Kasih, Sabda Bahagia, Sepuluh Perintah Allah, Lima Perintah Gereja, dan sebagainya dapat menjadi sarana kongrit mengamalkan iman dan kasih dalam perbuatan.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
3. Kewajiban seorang beriman a. Ketaatan beriman: Seorang beriman patuh kepada Allah bukan karena terpaksa atau takut melainkan katena menyadari bahwa Allah merupakan inti dan pusat perhatiannya. Ia sudah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan telah mempercayakan diri pada-Nya. b. Mencari tahun dan memperdalam iman ; Hubungan iman mulai dengan tahap Allah mengundang dan memperkenalkan diri dan ingin membina hubungan dengan manusia. Oleh karena itu dari pihak manusia memang dituntut agar mencari tahu tentang Allah, berupaya mempererat hubungan dengan Tuhan, merefleksikan iman serta memperdalam iman. c. Hidup dari iman : Seorang beriman selayaknya hidup berdasarkan pola imannya dan hidup di jalan iman. d. Mempertahankan dan menyebarkan iman : Seorang beriman yang tidak akan tinggal diam, melainkan terdorong untuk berbicara tentang Tuhan
serta maksud dan rencanan-
Nya.Kabar gembira yang diterima dalam iman merupakan dorongan besar dan kuat untuk menyebarluaskannya
serta
menjadi
pewarta
(penyebar)
iman
dan
sekaligus
mempertahankannya 4. Cara-cara memperdalam iman a. Sering dan selalu berdoa b. Membaca Kitab Suci c. Mengikuti Kegiatan-kegiatan rohani d. Membaca kisah tokoh-tokoh beriman
C. Sumber dan Pedoman Iman Tuhan Yesus menjadi sumber iman dan pedoman iman kita adalah Kitab Suci 1. Pengertian Kitab Suci Kitab Suci Agama Kristiani disebut Alkitab. Kitab Suci yaitu Firaman (Sabda) Tuhan yang ditulis dalam bahasa manusia dan penulisnya diilhami oleh Roh Kudus. Kitab Suci menyajikan sejarah keselamatan Allah yang memuncak dalam diri Yesus Kristus yang merupakan Sabda Allah yang kekal dan sempurna. Bahasa asli Kitab suci adalah : a. Perjanjian Lama : Bhs. Ibrani b. Kitab Esra, Daniel : Bhs.Aram c. Perjanjian Baru
: Bhs.Yunani
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
2. Cara Membaca Kitab Suci Dalam membaca Kitab Suci tidak hanya dihafal secara harafiah, tetapi hendaknya dipahami makna yang terkandung di dalamnya. Misalnya memahami makna perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus. 3. Pedoman Membaca Kitab Suci Sebelum membaca Kitab Suci, kita perlu menenangkan diri, bersikap hening dan berdoa memohon pimpinan Tuhan. Setelah itu dengan perlahan kita baca dalam hati teks yang kita pilih (beberapa kali), sebelum kita merenungkannya. Ketika kita membaca teks tersebut , mungkin ada kata-kata atau kalimat yang mengesan /menyentuh hati kita. Berhentilah pada bagian tersebut dan renungkan, apa maksud Tuhan melalui Firman/Sabda-Nya itu. Kemudian berdoalah sekali lagi mohon kekuatan untuk hidup sesuai dengan Firman-Nya itu ( yang baru saja kita baca) dan Taatilah Firman itu. 4. Pengelompokan Kitab Suci Kitab Suci Agama Kristiani disebut Alkitab. Alkitab dibagi menjadi dua golongan besar yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kitab Perjanjian Lama terdiri dari 46 kitab yang dapat dikelompokkan menjadi : a. Kitab Sejarah : memuat kitab taurat Musa (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan), kitab Yosua, Hakim-hakim, Samuel, Raja-Raja, tawarikh, Esra, Nehemia, Makabe, Tobit, Yudit dan Ester b. Kitab Kebijaksanaan : Kitab Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan Salomo dan Sirakh c. Kitab Nabi-Nabi : Yesaya, Yeremia, Ratapan, barukh, Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, hagai, Zakaria dan Maleakhi. Perjanjian Baru terdri dari 27 kitab yang dikelompokkan menjadi 6 bagian yakni : a. Injil : terdiri dari 4 kitab yakni Injil : Mateus, Markus, Lukas dan Yohanes. b. Kisah Para Pasul : merupakan karangan Lukas c. Surat-Surat Paulus : jumlahnya ada 13 yaitu Surat Paulus kepada kelompok umat yaitu kepada Jemat di Roma, Korintus I & II, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, Tesalonika I & II. Selain itu ada Surat Paulus kepada perorangan seperti Timotius I & II, kepada Titus, dan Filemon. d. Surat kepada Orang Ibrani ; kemungkinan dari seorang murid Paulus e. Surat-surat Katolik : terdiri dari Surat Yakobus, Surat Petrus I & II, Surat Yohanes I-III, dan Surat Yudas.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
f. Kitab Wayu : merupakan bagian terakhir dari keseluruhan Alkitab yang ditulis oleh Yohanes. Dalam Alkitab khususnya Alkibat Katolik terdapat kitab tambahan yang disebut Deoterokanonika. Kitab Deoterokanonika juga diterima oleh Gereja Katolik dan Yunani Ortodok, tetapi tidak diterima oleh Gereja Kristen Protestan. Alkitab yang tidak memuat deoterokanonika disebut kitab kanonika yang diterima oleh semua Gereja. Kitab deoterokanonoka terditi dari : kitab Tobit, Yudit, Serakh, Kebijaksanaan Salomo, Barukh , Mmakabe I & II, Tambahan Kitab Ester dan tambahan Kitab Daniel.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
BAB III TENTANG YESUS KRISTUS
A. Bangsa dan Tanah Air Yesus 1. Keadaan Geogafis Palestina, Tanah Air Yesus Pada awal tarikh masehi zaman hidup Yesus, Palestina terdiri dari 3 propinsi yaitu : -
Galilea : daerah subur, murid-murid Yesus berasal dari Galilea, dan selama 30 tahun Yesus tinggal di Gelilea ( Naseret )
-
Samaria : terletak antara Yudea dan Galilea, orang Samaria adalah campuran Israel asli dan imigran dari Asyria, dan orang Samaria dianggap lebih rendah oleh orang-orang Israel sebab tidak asli lagi
-
Yudea : daerah tandus, tempat Yesus dilahirkan (Betlehem)
2. Situasi Sosial Politik Zaman Yesus Pada abad pertama sesudah masehi ,bangsa-bangsa di seputar Laut Tengah dijajah oleh bangsa Romawi. Roma menempatkan seorang gubenur dengan tentaranya di setiap provinsi. Mereka bertugas menjaga ketentraman masyarakat dan menjamin pemasukan pajak. Pada waktu Yesus dihukum mati : Pontius Pilatus menjadi Gubenur Roma di Palistina sedang yang menjadi raja adalah Herodes. Roma tidak campur tangan dalam hidup sosial dan keagamaan bangsa yang dijajah, asal mereka tidak memberontak dan rajin bayar pajak. Dengan pajak itu pemerintah Roma mampu membiayaai seluruh aparatur pemerintah dan militer juga melayani kehidupan mewah kalangan atas orang-orang Roma serta para penguasa. Pajak tetap membebani rakyat miskin. Selain pajak kepada pemerintah penjajah masih ada lagi pajak keagamaan bagi Bait Allah dan pajak bagi pemerintah darah. Kesadaran politik rakyat jelata sangat tipis. Mereka menerima dan memikul saja beban dari pemerintah meskipun sangat berat. 3. Hidup keagamaan zaman Yesus Yesus seorang Yahudi. Bangsa Yahudi zaman itu agak unik. Mereka menganggap dari bangsa khusus yang terpilih oleh Allah dan Allah menjalin hubungan khusus (perjanjian) dengan mereka. Sementara
bangsa-bangsa
lain
menyembah
macam-macam
dewa-dewi.
Kaum
Yahudi
mempertahankan dengan gigih Allah Yang Esa. Pusat agama Yahudi adalah Bait Allah di kota suci Yerusalem. Sejumah besar Imam menyelenggarakan ibadat di sana sesuai dengan peraturan Nabi Musa. Kehidupan agama di kota-kota lain dan di desa berpusat pada Sinagoga, tempat ibadat orang Yahudi. Pada hari Sabat (Sabtu) orang Yahudi dilarang berkerja.Mereka berkumpul di Sinagoga untuk mendengarkan Firman Tuhan.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
B. Pribadi dan Warta Yesus 1. Yesus bebas dalam pergaulan - Yesus makan dengan pemungut cukai dengan orang berdosa (Mrk.2:15-16) - Yesus dengan Zakheus (Luk, 19:1-11) - Yesus dengan orang perempuan Samaria (Yoh.4:6-9) - Yesus dan perempuan yang berbuat zinah (Yoh:8:1-11) Dari contoh di atas jelas bahwa pergaulan Yesus tampa melihat mengenai : kebiasaan, adat istiadat dan peraturan sosial. Yesus secara bebas bergaul dengan siapa saja.Yesus tidak mau terikat oleh apapun juga. 2. Yesus berani didalam pengajaran. Yesus mengajar di rumah ibadat (Mrk,6:2-3) a. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita : Janganlah membunuh, TETAPI AKU BERKATA kepadamu : setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum. b. Kamu telah mendengarkan Firman : Jangan berzinah, TETAPI AKU BERKATA kepadamu : Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya sudah berzinah dalam hatinya. c. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita : Jangan bersumpah palsu. TETAPI AKU BERKATA kepadamu : jangan sekali-kali bersumpah. d. Kamu telah mendengar firman Allah
: mata ganti mata, gigi ganti gigi TETAPI AKU
BERKATA kepadamu : kasihilah musuhmu. Jadi menurut Yesus (berdasarkan kutipan diatas) Sabda Allah tidak berguna kalau manusia dirugikan. Ibadat harus ditinggalkan kalau hubungan dengan sesama tidak beres. 3. Yesus berani dan bebas dalam perbuatan : Tentang hari Sabat ( Mrk,2 : 23,24-27 ) a. Hari Sabat dianggap hari Allah. Demi Allah hari Sabat dirayakan dengan ibadat dan bebas berkerja. b. Hari Sabat juga tanda khas seoarng Yahudi, biar dijajah atau hidup di pengasingan, hari Sabat tetap dirayakan sebagai ungkapan kesadaran nasional Yahudi. Barang siapa melanggar hari Sabat, berdosa melawan Allah dan mengkhianati bangsanya sendiri. Tetapi mengapa Yesus tak memperhatikannya ? Perintah Alah bukan demi kehormatan Allah dan bukan untuk meluhurkan nama Allah. Perintah Allah diberikan demi kehormatan manusia untuk meluruhurkan nama manusia. Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
4. Yesus membawa sesuatu yang baru ( Luk,6: 20-26) Yang meskin = yang tidak berdaya = yang tidak mampu dan = yang masa depan suram Pada zaman Yesus miskin berarti juga : -
Yang tidak sempat berdo’a
-
Yang tidak bisa beribadat
-
Yang tidak saleh
-
Yang tidak beragama
Orang-orang semacam ini oleh Yesus disebut dekat pada Allah yang baru yaitu : -
Allah dekat padamu di manapun
-
Allah mencintaimu
-
Allah mencari kemuliaan manusia
-
Allah menuntut hormat terhadap manusia
-
Kehendak Allah jelas supaya kita membahagiakan satu sama lain. Kenyataan menyolok sekali yang bertentangan dengan agama Yahudi :: Yang baru Yang
diwartakan Yesus,memang merampok agam Yahudi.Hal ini jelas
dimata para pemuka
agama.Padahal hanya agama yang menjamin kelangsungan bangsa.Barang siapa merongrong agama, membahyakan bangsa. -
Yesus bersekongkol dengan sempah masyarakat Ahli-ahli taurat dari golongan Farisi melihat bahwa ia mukan dengan pemungut bea dan orang berdosa.
-
Yesus melnggar taurat : Ia mengatakan semua makanan halal Ia menyentuh orang kusta Ia tidak berpuasa.
-
Yesus melanggar adat saleh : Ia berbicara dengan perempuan,yang kapir lagi Ia membelawanita berzinah,ia makan dengan tangan najis
-
Yesus mencampuri urusan para pemuka agama Imam Aging bertanggung jawab atas Bait Allah.Tetapi Yesus mengusir para pedagang di sana.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
C. Peristiwa-Pristiwa Penting Dalam Hidup Yesus 1. Yesus dilahirkan seorang wanita Yesus dilahirkan sekitar tahun I di Pelistina. Yesus dibesarkan di Nazaret Yesus diimani sebagai karunia khusus dari Allah (Allah berkerja dalam dirinya) 2. Wafat Yesus Yesus wafat disalib Kematian yesus didalangi oleh para pemimpin agama Pemerintah remawi melaksanakan hukuman itu Yesus ditangkap dengan bantuan seorang murid yang dekat Yesus tidak dibela oleh murid-murid 4. Kebangkitan Yesus “Seandainya Kristus tidak bangkit, sia-sialah iman kita” kata Paulus. Disinilah sendi dan kunci iman kita : Yesus dibangkitkan Allah, Yesus bangkit, Yesus dipermulakan, dan Yesus naik ke surga
D. Sebutan-Sebutan Untuk Yesus 1. Menurut Petrus “Engkau adalah Kristus = raja penyelamat” (Mrk.8:29) Kristus yang berarti Yang Diurapi Menurut YohanesYesus adalah Mesias=Anak Allah (Yoh.20:31) 2. Gereja perdana menyebutkan.Putra Allah bahkan putra satu-satunya,putra
Tunggal
(Mrek.13:32) 3. Yesus adalah terang dunia Allah hadir dalam rupa cahya untuk memimpin dan menyelamatkan,(Kel.13:21) Di kalangan Nabi-nabi, masa depan yang gemilang dan penuh kebahagiaan digambarkan sebagai hari-hari dan masa yang penuh cahya gemilang (Yes.60:1-3:60:19:22) 4. Yesus adalah Anak Domba Allh Menurut paulus menyebut Yesus dengan gelar”Anak Domba Allah) Kedua gelar tersebut mengungkapkan bahwa Yesus adalah penyelamat dan Yesus adalah Raja,penguasa dunia semesta,hakim dan pemenang pada akhir zaman. 5.
Yesus adalah Mandataris Allah yesus direncanakan dan ditetapkan oleh Allah untuk mewujutkan rencana itu hingga mencapai tujuannya.Untuk itu diberi mandat,Pada pundaknya ditaruh suatu Tugas dan Tanggung jawab
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
mempersatukan semua yang tercerai berai.Ia adalah Mandataris Allah,pribadi kepercayaan Allah.
6. Yesus The Men For Atheis -
Penjelmaan : Kitab Suci meningkatklan bahwa Yesus pada dasarnya sama dengan Allah : Namun ia tak perlu mempertahankan keadaan ilahi itu. Sebaiknya ia melepaskan semuanya lalu menjadi sama sepeerti seorang hamba.Yesus menjadi manusia untuk kepentingan manusia lain.
-
Wartanya : Praktis, tdk berbelit-belit orintasinya memang pada semua manusia, (Luk,21:1-4)
-
Tempatnya : ia tidak memisahkan diri dari masyarakat,ia hidup di tengah-tengah masyarakat,menjajahi :kota dan desa daerah gunung dan pantai.Ia ada di tangah sukaduka hidup manusia,(Yoh,2;1-11) (Mat.8 :14-17)
-
Akhir hidupnya : Perjalannya menjadi manusia keberadaannya di tengah manusia, selalu ia senasib sepenanggungan dengan manusia dalam hidup sehari-hari.Pada akhir di terima juga salah satu nadib manusia yaitu mati : ia mati dengan cara disalibkan.Disangka ia mati kerna duehaka ( luk.22;37).Ia mati kerna dan untuk keselamatan manusia,”Orang yang paling mengasihi sahabat-sahabatnya adalah orang yang memberi hidupnya untuk mereka” (Yoh.15;13)
7. Yesus adalah tokoh pembebas Yesus membebaskan orang tanpa kekuasaan.Suatu pembalasan yang harus -
Terbit dari batin manusia (hati manusia) lalu mewujudkan dari dalam masyarakat apapun bentuknya.
-
Pembebasan yang ingin ditegakkan ialah pertobatan yaitu suatu peralihan sikap dari segala bentuk praktek egoisme kepada sikap menjadikan Allah dan semua sebagai pusat perhatian
-
Kekuasaan yang harus dibebaskan bukannya kekuasaan manusia melainkan kuasa jahat: kesombongan,permususan,ketidakadilan,segala bentuk egoisme, penderitaan,menyakit,maut.
-
Kalau pembebasan terjadi maka akan terlihat hasilnya yaitu perubahan mental dalam cara berpikir,bertindak dan dalam menerapkan untuk mulai dalam hidup.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
BAB IV PAHAM MENGGEREJA
A. Pengertian Gereja Umat Katolik termasuk juga mahasiswa dan para cendikiawan sering menggunakan kata Gereja dalam arti yang berbeda-beda. Perbedaan itu bahkan tidak hanya dalam menggunakan istilah, tetapi paham tentang Gerejapun bermacam-macam. Di bawah ini akan diuraikan paham-paham yang beredar tentang gereja. 1. Gereja Sebagai Lembaga Kita mengenal macam lembaga, instansi atau organisasi. Gereja adalah semacam lembaga negara yang mempunyai : a. Hukum ketat dan teliti guna mengatur seluruh hidup (Hukum Gereja/KHK) b. Segalanya ditata dengan hukum dan kekuasaan c. Gereja sebagai suatu organisasi raksasa yang bertaraf Internasional. d. Strukturnya dari Roma sampai ke pelosok-pelosok daerah seantara dunia sangat rapi. e. Mempnyai prosedur hierarki ketat dan jelas. Hieratki Gereja terdiri dari: Paus, Uskup, Imam, dan Diakon. Garis kumando dan koordinasinya sangat mekanis. Roma merupakan induk dan ada cabang di setiap Negara serta ada ranting di setiap Keuskupan. Gereja Universal/Internasional, Nasional, Regional, Keuskupan, Paroki, Stasi, Lingkungan, Kring, dan Keluarga (gereja mini/inti gereja) f. Keanggotaan Gereja didaftar yang baik adalah mereka yang tetap setia pada lembaga (Keuskupan dan Paroki)
2. Gereja Merupakan Kumpulan Ajaran. Buku katekismus yang merupakan ringkasan ajaran agama Katolik menjadi buku pegangan pengajar
agama mapun pada calon permandian. Pelajaran agama lebih memberikan penjelasan
katekismus yang berbentuk tanya jawab. Para calon permandian menghafalkan tanya jawab itu untuk mempersiapkan dari menempuh ujian akhir masa ketekumenat. Gereja pada dasarnya terdiri dari : a. Sejumlah ajaran atau dokrin,misalnya ada ajaran iman, susila dan peribadatan. b. Ajaran-ajaran resmi itu dirumuskan pada sidang para uskup sedunia (Sidang /Sinode/Konsili) yang dipimpin Paus dan dihadiri oleh para Kardinal semulurh dunia. c. Menjadi warga Gereja berarti menerima ajaran-ajaran resmi Gereja.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
d. Orang Katolik yang baik ialah mereka yang dapat menerima dengan taat semua ajaran yang telah diputuskan itu.
3. Gereja Adalah Kumpulan Upacara Sebagian umat mempunyai paham bahwa Gereja sebagai sekumpulan upacara. Sejumlah ibadat menurut pola tertentu. Upacara permandian, pengakuan, upacara Ekaristi, upacara sambut baru, krisma dsb. Gereja menjadi perwujudan lahir seremonial dan dari keyataan ilahi yang batiniah. Dalam bentuk lahir itulah rahmat ditampakkan. Sehingga kultus dan ritus menjadi inti Gereja. Tekun mengikuti ibadat, laku tapa serta devosi-devosi mempertinggi mutu ke-Katolikan-nya.
4. Gereja Adalah Umat Pilihan Dalam Kristus Gereja merupakan lanjutan dan penyempurnaan bangsa terpilih tersebut. Dengan permandian telah dipilih secara khusus. Ia disendirikan dengan segala keistimewaan dari Allah. Mereka yang tergolong umat pilihan tidak ingin menodai pilihan Allah ini, Adanya orang kafir atau yang sudah murtad mereka berada di luar Gereja.
5. Gereja Pembagi Tiket ke Surga Ketika dibaptis seseorang dilahirkan kembali dan diangkat menjaedi anak-anak Allah. Setiap orang yang dipermandikan, disucikan dari segala dosa dan diberi tanda materai kekal. Tanda materai kekal tersebut menjadi jaminan untuk mendapat tiket ke Surga. Gereja semata-mata sembagi perangkat atau piranti atau penyalur tiket. Dengan tiket di tangan orang Katolik bisa mengusahakan keselamatan dirinya. Setiap orang Katolik telah terdaftar, telah memegang tiket dan dengan itu macam-macam bantuan dan kemudahan untuk selamat sampai tujuan telah tersedia.
6. Gereja Persaudaraan Cinta Kasih Gereja pada dasarnya adalah persaudaraan cinta kasih berdasarkan iman kepada Kristus. Dengan beriman kepada Kristus orang akan sampai kepada Allah yaitu dapat mengenal Bapa, Putera dan Roh Kudus dalam kesatuan Tri Tunggal Mahakudus. Antara sesama yang mengimani Kristus terjadi ikatan bati dan dengan ikatan batin itu orang beriman saling melayani dan bersama-sama melayani umat manusia dan masyarakat. Pelayanan kepada rekan seiman dan kepada sesama berdasarkan cinta dan semangat persaudaraan dimaksudkan juga untuk memberi kesaksian betapa besar kasih Allah kepada manusia.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
Dengan demikian turut mengundang agar orang lain dimungkinkan untuk turut kengikuti Kristus, turut mengenal Bapa dan Roh Kudus serta ambil bagian dalam persaudaraan cinta kasih, Gereja sering disebut koinonia dan diakonia. Disebut koinonia karena Gereja mau mewujudkan persekutuan dan persaudaraan hidup. Disebut diakonia karena umat yang bersatu dan bersekutu ingin melaksanakan pelayanan. Jadi persekutuan hidup Kristiani dan pelayanannya itulah yang menjadi inti dari Gereja.
7. Gereja sebagai sarana cinta kasih manusia satu sama lain Yesus bersabda :” Inilah perintahKu, “Hendaklah kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kami. Tidak ada seorangpun yang memiliki cinta kasih lebih besar daripada Dia yang menyerahkan hidup/nyawa bagi sahabat-sahabatNya.” Cinta itu tidak mengernal batas. Sebagaimana cinta Kristus tidak mengenal ukuran dan tidak mengenal batas.
B. Bidang Pelayanan Gereja Gereja adalah umat Allah yang percaya dan beriman kepada Yesus Kristus. Sebagai anggota Gereja /Umat Allah kita memiliki tugas perutusan yang sama, baik sebagai imam, biarawan/wati maupun awam . Dengan dibaptis kita semua sebagai warga Gereja dan kita menerima tugas perutusan yang sama dari Yesus. Keikutsertaan dalam tugas ini sudah dimulai sejak zaman Yesus. Ketika para Rasul sudah dapat diikutsertakan, dalam beberapa hal diutus dua-dua supaya mereka dapat memusatkan pikiran dan tenaganya pada tugas, mereka dilarang membawa bekal yang berlebihan disamping beberapa nasihat lain (Mrk, 6: 6-13). Ada 5 tugas pelayanan Gereja , yaitu : 1. Kainonia = persekutuan Sebagai anggota Gereja setiap orang memiliki tugas dan kewajiban untuk membentuk, membangun dan memelihara persekutuan Gereja. Persekutuan itu dibangun dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan sebagai orang Katolik yang baik. 2. Diakonia = pelayanan Tugas pelayanan Gereja terdiri dari tugas pelayanan ke dalam dank e luar. Tugas pelayanan ke dalam, yaitu pelayanan yang berkaitan dengan liturgis seperti (koor, lector, prodiakon, misdinar, pemimpin ibadat dan sebagainya. Sedangkan tugas pelayanan ke luar misalnya tugas pelayanan dalam bidang social, ekonomi, pendidikan, kesehatan, politik dan sebagainya.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
3. Kerygma = pewataan Tugas pokok sebagai orang beriman Katolik adalah mewartakan Kabar Gembira tentang Yesus Kristus yang sengsara, wakfat dan bangkit dari antara orang mati untuk menyelamatkan umat manusia. Yesus mewartakan Injil Kabar Gembira keselamatan dengan perkataan dan perbuatanNya. Ia berbuat baik, menyembuhkan banyak orang sakit, mentahirkan orang kusta, memberi makan banyak orang, dan bahkan membangkitkan orang mati. Kita sebagai pengikut Kristus mempunyai tugas yang sama yakni mewartakan Kabar Gembira Keselamtan-Nya. Perintah untuk mewartakan Injil tersurat dengan jelas dalam sabda-nya : ”Kepada-ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarilah mereka melakukan segala segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’ ( Mat, 28 : 18 – 20 ) 4. Martiria = kesaksian Dengan menerima sakremen-sakremen terutama sakramen Krisma, seorang pengikut Kristus berkewajiban untuk memberikan kesaksian imannya tentang Yesus Kristus kepada banyak orang. Kesaksian dimaksud terutama melalui hidup dan karya nyata sehari-hari, melalui perkataan dan perbuatan sebagai orang beriman dengan segala konsekuensinya. 5. Liturgia = Liturgi Bidang liturgia berkenaan dengan pelayanan sakramen-sakramen dalam Gereja. Sebagai orang Katolik yang taat dan setia senantiasa hidup dalam sakramen-sakramen dan menghayatinya dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
BAB V HIDUP DALAM SAKRAMEN
A. Pengertian Sakramen Sakramen adalah tanda persatuan dan perjumpaan kita dengan Kristus secara khusus dan istimewa yang mendatangkan rahmat. Sakramen juga dapat dipahami sebagai tanda kebaikan dan rahmat Tuhan dalam Gereja yang menyelamatkan. Jadi sakramen dapat diartikan sebagai tanda keselamatan yang ada dalam Gereja Katolik. Sakramen, sebagaimana difahami oleh Gereja Katolik, adalah tanda yang terlihat, yang dapat ditangkap oleh panca indera, yang dilembagakan oleh Yesus dan dipercayakan kepada Gereja, sebagai sarana yang dengannya rahmat ilahi diindikasikan oleh tanda yang diterimakan, yang membantu pribadi penerimanya untuk berkembang dalam kekudusan, dan berkontribusi kepada pertumbuhan Gereja dalam amal-kasih dan kesaksian. Meskipun tidak semua pribadi menerima semua sakramen, sakramen-sakramen secara keseluruhan
dipandang
sebagai
sarana
penting
bagi
keselamatan
umat
beriman,
yang
menganugerahkan rahmat tertentu dari tiap sakramen tersebut, misalnya dipersatukan dengan Kristus dan Gereja, pengampunan dosa-dosa, atau pun pengkhususan (konsekrasi) untuk suatu pelayanan tertentu. Gereja Katolik mengajarkan bahwa efek dari suatu sakramen itu ada ex opere operato (oleh kenyataan bahwa sakramen itu dilayankan), tanpa memperhitungkan kekudusan pribadi pelayan yang melayankannya; kurang layaknya kondisi penerima untuk menerima rahmat yang dianugerahkan tersebut dapat menghalangi efektivitas sakramen itu bagi yang bersangkutan; sakramen memerlukan adanya iman, meskipun kata-kata dan elemen-elemen ritualnya, menyuburkan, menguatkan dan memberi ekspresi bagi iman (Kompendium Katekismus Gereja Katolik, 224).
B. Macam-Macam Sakramen Gereja Katolik mengajarkan adanya tujuh sakramen, dan diurutkan dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) sebagai berikut: • • • • • • •
Pembaptisan: KGK 1213–1284 Penguatan, juga disebut Krisma (KGK 1289): KGK 1285–1321 Ekaristi: KGK 1322–1419 Rekonsiliasi(umumnya disebut "Pengakuan Dosa"):KGK 1422–1498 Pengurapan orang sakit: KGK 1499–1532 Imamat: KGK 1536–1600 Pernikahan: KGK 1601–1666
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
Penjelasan tiap sakramen tersebut berikut ini terutama didasarkan atas Kompendium Katekismus Gereja Katolik. Baptisterium (bejana/ruang/tempat pembaptisan) dalam Katedral St. Rafael, Dubuque, Iowa. Bejana khusus ini diperluas pada tahun 2005 untuk mencakup sebuah kolam kecil bagi pembaptisan selam orang dewasa, delapan sisi pada bejana melambangkan delapan jiwa yang terselamatkan oleh Bahtera Nuh.
1.
Sakramen Baptis Pembaptisan adalah sakramen pertama dan mendasar dalam inisiasi Kristiani. Sakramen ini
dilayankan dengan cara menyelamkan si penerima ke dalam air atau dengan mencurahkan (tidak sekedar memercikkan) air ke atas kepala si penerima "dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus " (Matius 28:19). Pelayan sakramen ini biasanya seorang uskup atau imam, atau (dalam Gereja Latin, namun tidak demikian halnya dalam Gereja Timur) seorang diakon. Dalam keadaan darurat, siapapun yang berniat untuk melakukan apa yang dilakukan Gereja, bahkan jika orang itu bukanlah seorang Kristiani, dapat membaptis. Pembaptisan membebaskan penerimanya dari dosa asal serta semua dosa pribadi dan dari hukuman akibat dosa-dosa tersebut, dan membuat orang yang dibaptis itu mengambil bagian dalam kehidupan Tritunggal Allah melalui "rahmat yang menguduskan" (rahmat pembenaran yang mempersatukan pribadi yang bersangkutan dengan Kristus dan Gereja-Nya). Pembaptisan juga membuat penerimanya mengambil bagian dalam imamat Kristus dan merupakan landasan komuni (persekutuan) antar semua orang Kristen. Pembaptisan menganugerahkan kebajikan-kebajikan "teologis" (iman, harapan dan kasih) dan karuniakarunia Roh Kudus. Sakramen ini menandai penerimanya dengan suatu meterai rohani yang berarti orang tersebut secara permanen telah menjadi milik Kristus.
2. Sakramen Penguatan Penguatan atau Krisma adalah sakramen ketiga dalam inisiasi Kristiani. Sakramen ini diberikan dengan cara mengurapi penerimanya dengan Krisma, minyak yang telah dicampur sejenis balsam, yang memberinya aroma khas, disertai doa khusus yang menunjukkan bahwa, baik dalam variasi Barat maupun Timurnya, karunia Roh Kudus menandai si penerima seperti sebuah meterai. Melalui sakramen ini, rahmat yang diberikan dalam pembaptisan "diperkuat dan diperdalam" (KGK 1303). Seperti pembaptisan, penguatan hanya diterima satu kali, dan si penerima harus dalam keadaan layak (artinya bebas dari dosa-maut apapun yang diketahui dan yang belum diakui) agar dapat menerima efek sakramen tersebut.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
Pelayan sakramen ini adalah seorang uskup yang ditahbiskan secara sah; jika seorang imam (presbiter) melayankan sakramen ini — sebagaimana yang biasa dilakukan dalam Gereja-Gereja Timur dan dalam keadaan-keadaan istimewa (seperti pembabtisan orang dewasa atau seorang anak kecil yang sekarat) dalam Gereja Ritus-Latin (KGK 1312–1313) — hubungan dengan jenjang imamat di atasnya ditunjukkan oleh minyak (dikenal dengan nama krisma atau myron) yang telah diberkati oleh uskup dalam perayaan Kamis Putih atau pada hari yang dekat dengan hari itu. Di Timur sakramen ini dilayankan segera sesudah pembaptisan. Di Barat, di mana administrasi biasanya dikhususkan bagi orang-orang yang sudah dapat memahami arti pentingnya, sakramen ini ditunda sampai si penerima mencapai usia awal kedewasaan; biasanya setelah yang bersangkutan diperbolehkan menerima sakramen Ekaristi, sakramen ketiga dari inisiasi Kristiani. Kian lama kian dipulihkan urut-urutan tradisional sakramen-sakramen inisiasi ini, yakni diawali dengan pembaptisan, kemudian penguatan, barulah Ekaristi.
3. Sakramen Ekaristi Ekaristi adalah sakramen (yang kedua dalam inisiasi Kristiani) yang dengannya umat Katolik mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus serta turut serta dalam pengorbanan diri-Nya. Aspek pertama dari sakramen ini (yakni mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus) disebut pula Komuni Suci. Roti (yang harus terbuat dari gandum, dan yang tidak diberi ragi dalam ritus Latin, Armenia dan Ethiopia, namun diberi ragi dalam kebanyakan Ritus Timur) dan anggur (yang harus terbuat dari buah anggur) yang digunakan dalam ritus Ekaristi, dalam iman Katolik, ditransformasi dalam segala hal kecuali wujudnya yang kelihatan menjadi Tubuh dan Darah Kristus, perubahan ini disebut transubstansiasi. Hanya uskup atau imam yang dapat menjadi pelayan Sakramen Ekaristi, dengan bertindak selaku pribadi Kristus sendiri. Diakon serta imam biasanya adalah pelayan Komuni Suci, umat awam dapat diberi wewenang dalam lingkup terbatas sebagai pelayan luar biasa Komuni Suci. Ekaristi dipandang sebagai "sumber dan puncak" kehidupan Kristiani, tindakan pengudusan yang paling istimewa oleh Allah terhadap umat beriman dan tindakan penyembahan yang paling istimewa oleh umat beriman terhadap Allah, serta sebagai suatu titik dimana umat beriman terhubung dengan liturgi di surga. Betapa pentingnya sakramen ini sehingga partisipasi dalam perayaan Ekaristi (Misa) dipandang sebagai kewajiban pada setiap hari Minggu dan hari raya khusus, serta dianjurkan untuk hari-hari lainnya. Dianjurkan pula bagi umat yang berpartisipasi dalam Misa untuk, dalam kondisi rohani yang layak, menerima Komuni Suci. Menerima Komuni Suci dipandang sebagai kewajiban sekurang-kurangnya setahun sekali selama masa Paskah.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
4. Sakramen Rekonsiliasi Sakramen rekonsiliasi adalah yang pertama dari kedua sakramen penyembuhan, dan juga disebut Sakramen Pengakuan Dosa, Sakramen Tobat, dan Sakramen Pengampunan(KGK 1423–1424). Sakramen ini adalah sakramen penyembuhan rohani dari seseorang yang telah dibaptis yang terjauhkan dari Allah karena telah berbuat dosa. Sakramen ini memiliki empat unsur: penyesalan si peniten (si pengaku dosa) atas dosanya (tanpa hal ini ritus rekonsiliasi akan sia-sia), pengakuan kepada seorang imam (boleh saja secara spirutual akan bermanfaat bagi seseorang untuk mengaku dosa kepada yang lain, akan tetapi hanya imam yang memiliki kuasa untuk melayankan sakramen ini), absolusi (pengampunan) oleh imam, dan penyilihan. "Banyak dosa yang merugikan sesama. Seseorang harus melakukan melakukan apa yang mungkin dilakukannya guna memperbaiki kerusakan yang telah terjadi (misalnya, mengembalikan barang yang telah dicuri, memulihkan nama baik seseorang yang telah difitnah, memberi ganti rugi kepada pihak yang telah dirugikan). Keadilan yang sederhana pun menuntut yang sama. Akan tetapi dosa juga merusak dan melemahkan si pendosa sendiri, serta hubungannya dengan Allah dan sesama. Si pendosa yang bangkit dari dosa tetap harus memulihkan sepenuhnya kesehatan rohaninya dengan melakukan lagi sesuatu untuk memperbaiki kesalahannya: dia harus 'melakukan silih bagi' atau 'memperbaiki kerusakan akibat' dosa-dosanya. Penyilihan ini juga disebut 'penitensi'" (KGK 1459). Pada awal abad-abad Kekristenan, unsur penyilihan ini sangat berat dan umumnya mendahului absolusi, namun sekarang ini biasanya melibatkan suatu tugas sederhana yang harus dilaksanakan oleh si peniten, untuk melakukan beberapa perbaikan dan sebagai suatu sarana pengobatan untuk menghadapi pencobaan selanjutnya. Imam yang bersangkutan terikat oleh "meterai pengakuan dosa", yang tak boleh dirusak. "Oleh karena itu, benar-benar salah bila seorang konfesor (pendengar pengakuan) dengan cara apapun mengkhianati peniten, untuk alasan apapun, baik dengan perkataan maupun dengan jalan lain" (kanon 983 dalam Hukum Kanonik). Seorang konfesor yang secara langsung merusak meterai sakramental tersebut otomatis dikenai ekskomunikasi (hukuman pengucilan) yang hanya dapat dicabut oleh Tahta Suci (kanon 1388).
5. Sakramen Pengurapan Orang Sakit Pengurapan Orang Sakit adalah sakramen penyembuhan yang kedua. Dalam sakramen ini seorang imam mengurapi si sakit dengan minyak yang khusus diberkati untuk upacara ini. "Pengurapan orang sakit dapat dilayankan bagi setiap umat beriman yang, karena telah mencapai
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
penggunaan akal budi, mulai berada dalam bahaya yang disebabkan sakit atau usia lanjut" (kanon 1004; KGK 1514). Baru menderita sakit ataupun makin memburuknya kondisi kesehatan membuat sakramen ini dapat diterima berkali-kali oleh seseorang. Dalam tradisi Gereja Barat, sakramen ini diberikan hanya bagi orang-orang yang berada dalam sakratul maut, sehingga dikenal pula sebagai "Pengurapan Terakhir", yang dilayankan sebagai salah satu dari "Ritus-Ritus Terakhir". "Ritus-Ritus Terakhir" yang lain adalah pengakuan dosa (jika orang yang sekarat tersebut secara fisik tidak memungkinkan untuk mengakui dosanya, maka minimal diberikan absolusi, yang tergantung pada ada atau tidaknya penyesalan si sakit atas dosa-dosanya), dan [[Ekaristi[[, yang bilamana dilayankan kepada orang yang sekarat dikenal dengan sebutan "Viaticum", sebuah kata yang arti aslinya dalam bahasa Latin adalah "bekal perjalanan".
6. Sakramen Imamat Imamat atau Pentahbisan adalah sakramen yang dengannya seseorang dijadikan uskup, imam, atau diakon, sehingga penerima sakramen ini dibaktikan sebagai citra Kristus. Hanya uskup yang boleh melayankan sakramen ini. Pentahbisan seseorang menjadi uskup menganugerahkan kegenapan sakramen Imamat baginya, menjadikannya anggota badan penerus (pengganti) para rasul, dan memberi dia misi untuk mengajar, menguduskan, dan menuntun, disertai kepedulian dari semua Gereja. Pentahbisan seseorang menjadi imam mengkonfigurasinya menjadi Kristus selaku Kepala Gereja dan Imam Agung, serta menganugerahkan baginya kuasa, sebagai asisten uskup yang bersangkutan, untuk merayakan sakramen-sakramen dan kegiatan-kegiatan liturgis lainnya, teristimewa Ekaristi. Pentahbisan seseorang menjadi diakon mengkonfigurasinya menjadi Kristus selaku Hamba semua orang, menempatkan dia pada tugas pelayanan uskup yang bersangkutan, khususnya pada Kegiatan Gereja dalam mengamalkan cinta-kasih Kristiani terhadap kaum papa dan dalam memberitakan firman Allah. Orang-orang yang berkeinginan menajdi imam dituntut oleh Hukum Kanonik (Kanon 1032 dalam Kitab Hukum Kanonik) untuk menjalani suatu program seminari yang selain berisi studi filsafat dan teologi sampai lulus, juga mencakup suatu program formasi yang meliputi pengarahan rohani,
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
berbagai retreat, pengalaman apostolat (semacam Kuliah Kerja Nyata), dst. Proses pendidikan sebagai persiapan untuk pentahbisan sebagai diakon permanen diatur oleh Konferensi Wali Gereja terkait.
7. Sakramen Pernikahan Pernikahan atau Perkawinan, seperti Imamat, adalah suatu sakramen yang mengkonsekrasi penerimanya guna suatu misi khusus dalam pembangunan Gereja, serta menganugerahkan rahmat demi perampungan misi tersebut. Sakramen ini, yang dipandang sebagai suatu tanda cinta-kasih yang menyatukan Kristus dengan Gereja, menetapkan di antara kedua pasangan suatu ikatan yang bersifat permanen dan eksklusif, yang dimeteraikan oleh Allah. Dengan demikian, suatu pernikahan antara seorang pria yang sudah dibaptis dan seorang wanita yang sudah dibaptis, yang dimasuki secara sah dan telah disempurnakan dengan persetubuhan, tidak dapat diceraikan. Sakramen ini menganugerahkan kepada pasangan yang bersangkutan rahmat yang mereka perlukan untuk mencapai kekudusan dalam kehidupan perkawinan mereka serta untuk menghasilkan dan mengasuh anak-anak mereka dengan penuh tanggung jawab. Sakramen ini dirayakan secara terbuka di hadapan imam (atau saksi lain yang ditunjuk oleh Gereja) serta saksi-saksi lainnya, meskipun dalam tradisi teologis Gereja Latin yang melayankan sakramen ini adalah kedua pasangan yang bersangkutan. Demi kesahan suatu pernikahan, seorang pria dan seorang wanita harus mengutarakan niat dan persetujuan-bebas (persetujuan tanpa paksaan) masing-masing untuk saling memberi diri seutuhnya, tanpa memperkecualikan apapun dari hak-milik esensial dan maksud-maksud perkawinan. Jika salah satu dari keduanya adalah seorang Kristen non-Katolik, maka pernikahan mereka hanya dinyatakan sah jika telah memperoleh izin dari pihak berwenang terkait dalam Gereja Katolik. Jika salah satu dari keduanya adalah seorang non-Kristen (dalam arti belum dibaptis), maka diperlukan izin dari pihak berwenang terkait demi sahnya pernikahan. Tujuh sakramen tersebut dapat dibagi ke dalam 3 kelompok yakni : a. Kelompok Sakramen Inisiasi yang terdiri dari Sakramen Baptis, Ekaristi Pertama dan Krisma b. Kelompok Sakramen Pemeliharaan hidup beriman/penyembuhan terdiri dari : Sakramen Rekonsiliasi/tobat/pengakuan dosa dan sakramen pengurapan atau perminyakan orang sakit. c. Kelompok Sakramen pemilihan jalan hidup/panggilan yang terdiri dari :sakramen perkawinan dan sakramen imamat
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
C. Validitas Dan Keabsahan Pelayanan Sakramen-Sakramen Sebagaimana dijelaskan di atas, efek dari sakramen-sakramen timbul ex opere operato (oleh kenyataan bahwa sakramen-sakramen tersebut dilayankan). Karena Kristus sendiri yang bekerja melalui sakramen-sakramen, maka efektivitas sakramen-sakramen tidak tergantung pada kelayakan si pelayan. Meskipun demikian, sebuah pelayanan sakramen yang dapat dipersepsi akan invalid, jika orang yang bertindak selaku pelayan tidak memiliki kuasa yang diperlukan untuk itu, misalnya jika seorang diakon merayakan Misa. Sakramen-sakramen juga invalid jika "materi" atau "formula"nya kurang sesuai dari pada yang seharusnya. Materi adalah benda material yang dapat dipersepsi, seperti air (bukannya anggur) dalam pembaptisan atau roti dari tepung gandum dan anggur dari buah anggur (bukannya kentang dan bir) untuk Ekaristi, atau tindakan yang nampak. Formula adalah pernyataan verbal yang menyertai pemberian materi, seperti (dalam Gereja Barat), "N., Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus". Lebih jauh lagi, jika si pelayan positif mengeluarkan beberapa aspek esensial dari sakramen yang dilayankannya, maka sakramen tersebut invalid. Syarat terakhir berada di balik penilaian Tahta Suci pada tahun 1896 yang menyangkal validitas imamat Anglikan. Sebuah sakramen dapat dilayankan secara valid, namun tidak sah, jika suatu syarat yang diharuskan oleh hukum tidak dipenuhi. Kasus-kasus yang ada misalnya pelayanan sakramen oleh seorang imam yang tengah dikenai hukuman ekskomunikasi atau suspensi, dan pentahbisan uskup tanpa mandat dari Sri Paus. Hukum kanonik merinci halangan-halangan (impedimenta) untuk menerima sakramen imamat dan pernikahan. Halangan-halangan sehubungan dengan sakramen imamat hanya menyangkut soal keabsahannya, tetapi "suatu halangan yang bersifat membatalkan dapat menjadikan seseorang tidak berkapasitas untuk secara valid untuk mengikat suatu janji pernikahan" (kanon 1073). Dalam Gereja Latin, hanya Tahta Suci yang secara otentik dapat mengeluarkan pernyataan bilamana hukum ilahi melarang atau membatalkan suatu pernikahan, dan hanya Tahta Suci yang berwenang untuk menetapkan bagi orang-orang yang sudah dibaptis halangan-halangan pernikahan (kanon 1075). Adapun masing-masing Gereja Katolik Ritus Timur, setelah memenuhi syarat-syarat tertentu termasuk berkonsultasi dengan (namun tidak harus memperoleh persetujuan dari) Tahta Suci, dapat menetapkan halangan-halangan (Hukum Kanonik Gereja-Gereja Timur, kanon 792). Jika suatu
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
halangan timbulnya hanya karena persoalan hukum Gerejawi belaka, dan bukannya menyangkut hukum ilahi, maka Gereja dapat memberikan dispensasi dari halangan tersebut. Syarat-syarat bagi validitas pernikahan seperti cukup umur (kanon 1095) serta bebas dari paksaan (kanon 1103), dan syarat-syarat bahwa, normalnya, mengikat janji pernikahan dilakukan di hadapan pejabat Gereja lokal atau imam paroki atau diakon yang mewakili mereka, dan di hadapan dua orang saksi (kanon 1108), tidaklah digolongkan dalam Hukum Kanonik sebagai halangan, tetapi sama saja efeknya. Ada tiga sakramen yang tidak boleh diulangi: Pembaptisan, Penguatan dan Imamat: efeknya bersifat permanen. Ajaran ini telah diekspresikan di Barat dengan citra-citra dari karakter atau tanda, dan di Timur dengan sebuah meterai (KGK 698). Akan tetapi, jika ada keraguan mengenai validitas dari pelayanan satu atau lebih sakramen-sakramen tersebut, maka dapat digunakan suatu formula kondisional pemberian sakramen misalnya: "Jika engkau belum dibaptis, aku membaptis engkau …" D. Dasar Biblis Sakramen-Sakramen Dalam Gereja Katolik Seringkali kita bertanya, dan kadang dipertanyakan oleh saudara-saudari kita dari Gereja lain yg non- Katolik, apakah 7 (tujuh) Sakramen dalam Gereja Katolik ditetapkan oleh Kristus dan mempunyai dasar biblis yang kuat ttg itu. Kadang kita sendiri bingung dan tidak tahu mau menjawab apa. efeknya adalah pnghayatan kita terhadap Sakramen pun kurang mendalam. Ketujuh sakramen (Pembaptisan, Penguatan, Ekaristi, Pengakuan Dosa, Tahbisan, Perkawinan, dan Urapan orang sakit) merupakan tanda yang menyampaikan rahmat dan kasih Tuhan secara nyata. Hal ini merupakan pemenuhan janji Kristus yang tidak akan pernah meninggalkan kita sebagai yatim piatu (Yoh 14:18). Melalui sakramen tersebut, Allah mengirimkan Roh Kudus-Nya untuk menyembuhkan, memberi makan dan menguatkan kita. Keberadaan sakramen sebenarnya telah diperkenalkan sejak zaman Perjanjian Lama, tetapi pada saat itu hanya merupakan simbol saja -seperti sunat dan perjamuan Paskah (pembebasan Israel dari Mesir)- dan bukan sebagai tanda yang menyampaikan rahmat Tuhan. Kemudian Kristus datang, bukan untuk menghapuskan Perjanjian Lama melainkan untuk menggenapinya. Maka Kristus tidak menghapuskan simbol-simbol itu tetapi menyempurnakannya, dengan menjadikan simbol sebagai tanda ilahi. Sunat disempurnakan menjadi Pembaptisan, dan perjamuan Paskah menjadi Ekaristi. Dengan demikian, sakramen bukan hanya sekedar simbol semata, tapi menjadi tanda yang sungguh menyampaikan rahmat Tuhan.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
Di sini kita melihat bagaimana Allah tidak menganggap benda- benda lahiriah sebagai sesuatu yang buruk, sebab di akhir penciptaan Allah melihat semuanya itu baik (Gen 1:31). Bukti lain adalah Kristus sendiri mengambil rupa tubuh manusia (yang termasuk ‘benda’ hidup) sewaktu dilahirkan ke dunia (lih. Ibr 10:5) Kita dapat melihat pula bahwa di dalam hidupNya, Yesus menyembuhkan, memberi makan dan menguatkan orang-orang dengan menggunakan perantaraan benda-benda, seperti tanah sewaktu menyembuhkan orang buta (Yoh 9:1-7); air sewaktu mengubahnya menjadi anggur di Kana (Yoh 2:1-11), roti dan ikan dalam mukjizat pergandaan untuk memberi makan 5000 orang (Yoh 6:5-13), dan roti dan anggur yang diubah menjadi Tubuh dan DarahNya di dalam Ekaristi (Mat 26:2628). Jika Yesus mau, tentu Ia dapat melakukan mujizat secara langsung, tetapi Ia memilih untuk menggunakan benda- benda tersebut sebagai perantara. Janganlah kita lupa bahwa Ia adalah Tuhan dari segala sesuatu, dan karenanya Ia bebas menentukan seturut kehendak dan kebijaksanaan-Nya untuk menyampaikan rahmatNya kepada kita. 1. SakramenPembaptisan (KGK1213-1284) Akibat dosa asal, kita lahir di dunia dengan kehilangan kemuliaan Allah (Rm 3:23), sehingga kita tidak mungkin bersekutu dengan Allah. Yesus telah turun ke dunia untuk membawa manusia kembali ke pangkuan Allah. Yesus mengatakan bahwa seseorang harus “dilahirkan kembali dalam air dan Roh” (Yoh 3:5), yaitu di dalam Pembaptisan, di mana seseorang dilahirkan kembali secara spiritual. Oleh kelahiran baru di dalam Pembaptisan ini kita diselamatkan (lih. 1Pet 3:21), karena di dalam Pembaptisan kita dipersatukan dengan kematian Kristus untuk dibangkitkan bersama-sama dengan Dia (Rom 6:5). Jadi Sakramen Pembaptisan mendatangkan dua macam berkat, yaitu penghapusan dosa dan pencurahan Roh Kudus beserta karuniaNya ke dalam jiwa kita, yang memampukan kita untuk hidup baru (Acts 2:38). Oleh Pembaptisan, kita diangkat menjadi anak-anak Allah dan digabungkan ke dalam Gereja yang menjadikan kita anggota Tubuh Kristus 2. Sakramen Ekaristi (KGK 1322- 1419) Kristus mengasihi Gereja-Nya tanpa batas dengan menganugerahkan Tubuh dan Darah-Nya sendiri kepada setiap anggota keluargaNya di dalam perjamuan Ekaristi. Ekaristi merupakan penyempurnaan dari perjamuan Paska Perjanjian Lama, yang ditandai dengan kurban anak domba yang membebaskan orang-orang Israel dari maut. Dalam Ekaristi, Kristuslah, Anak Domba Allah yang menjadi kurban untuk menghapus dosa-dosa kita, dan karena itu kita memasuki Perjanjian Baru yang membebaskan kita dari kematian kekal.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
Yesus sendiri berkata, “Jika kamu tidak makan daging-Ku dan minum darah-Ku, engkau tidak mempunyai hidup di dalam dirimu” (Yoh 6:53). Maka, dengan menyambut Ekaristi, kita melaksanakan ajaran Yesus untuk memperoleh hidup yang kekal. Sakramen ini ditetapkan oleh Yesus sendiri pada Perjamuan Terakhir sebelum sengsara-Nya, ketika Ia berkata kepada para rasulNya, “Ambillah, makanlah, inilah TubuhKu… Minumlah…inilah darahKu yang ditumpahkan bagiMu.. ..perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Luk 22:19-29, Mat 26: 28, Mrk 14:22-24). Gereja Katolik mengajarkan bahwa kurban salib Kristus terjadi hanya sekali untuk selamalamanya (Ibr 9:28). Kristus tidak disalibkan kembali di dalam setiap Misa Kudus, tetapi kurban yang satu dan sama itu dihadirkan kembali oleh kuasa Roh Kudus untuk mendatangkan buah-buahnya, yaitu penebusan dan pengampunan dosa. Hal itu dimungkinkan karena Yesus yang mengurbankan Diri adalah Tuhan yang tidak terbatas oleh waktu dan kematian, sehingga kurbanNya dapat dihadirkan kembali, tanpa berarti diulangi. Melalui perkataan imam yang dikenal sebagai konsekrasi, roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus oleh kuasa Roh Kudus. Karena itu, kita harus memeriksa diri sebelum menyambut Ekaristi, sebab “barangsiapa dengan tidak layak makan roti dan minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan…dan barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya” (1Kor 11:27-29). Dari pengajaran Rasul Paulus ini, kita mengetahui bahwa Kristus sungguh hadir di dalam Ekaristi. Yesus memakai segala cara untuk menyatakan bahwa Ia mau tinggal bersama kita, untuk menyertai dan menguduskan kita, karena sungguh besarlah kasihNya kepada kita sebagai anggota Gereja-Nya. 3. Sakramen Penguatan (KGK 1285-1321) Tuhan memperkuat jiwa kita juga dengan Sakramen Penguatan. Hal ini kita lihat dari kisah para rasul yang, walaupun telah menerima rahmat Tuhan, mereka dikuatkan secara istimewa pada hari Pentakosta, ketika Roh Kudus turun atas mereka. Atas karunia Roh Kudus ini para rasul dapat dengan berani mengabarkan Injil dan melaksanakan misi yang Yesus percayakan kepada mereka. Karunia Roh Kudus ini diturunkan melalui penumpangan tangan para rasul (Kis 8:14-17) yang kemudian juga dilanjutkan oleh para penerus mereka (para uskup) kepada Gereja-Nya. Melalui Sakramen Penguatan inilah kita dikuatkan dalam iman untuk menghadapi tantangan hidup.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
4. Sakramen Pengakuan/ Tobat (KGK 1422-1498) Allah mengetahui bahwa di dalam perjalanan iman, kita dapat jatuh di dalam dosa. Maka Ia menganugerahkan Sakramen Pengakuan/ Tobat pada kita, karena Allah selalu siap sedia untuk mengangkat kita dan mengembalikan kita ke dalam persekutuan dengan Dia. Di dalam sakramen ini kita mengakukan dosa kita di hadapan imam, karena Yesus telah memberi kuasa kepada para imamNya untuk melepaskan umatNya dari dosa. Setelah kebangkitanNya, Yesus berkata kepada para rasulNya, “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” (Yoh 20:22-23). Melalui Sakramen Tobat ini kita menerima pengampunan dosa dari Tuhan dan juga rahmatNya, yang membantu kita untuk menolak godaan dosa di waktu yang akan datang. 5. Sakramen Perkawinan (KGK 1601-1666) Sebagian besar orang dipanggil untuk kehidupan berumah tangga. Melalui Sakramen Perkawinan, Tuhan memberikan rahmat yang khusus kepada pasangan yang menikah untuk menghadapi bermacam tantangan yang mungkin timbul, terutama sehubungan dengan membesarkan anak-anak
dan
mendidik
mereka
untuk
menjadi
para
pengikut
Kristus
yang
sejati.
Dalam sakramen Perkawinan terdapat tiga pihak yang dilibatkan, yaitu mempelai pria, mempelai wanita dan Allah sendiri. Ketika kedua mempelai menerimakan sakramen Perkawinan, Tuhan berada di tengah mereka, menjadi saksi dan memberkati mereka. Allah menjadi saksi melalui perantaraan imam, atau diakon, yang berdiri sebagai saksi dari pihak Gereja Sakramen Perkawinan adalah kesatuan kudus antara suami dan istri yang menjadi tanda yang hidup tentang hubungan Kristus dengan GerejaNya (Ef 2:21-33). Karenanya, perkawinan sakramental Katolik adalah sesuatu yang tetap dan tak terceraikan, kecuali oleh maut (Mrk 10:1-2, Rom 7:2-3, 1Kor 7:10-11). 6. Sakramen Tahbisan (KGK 1536- 1600) Pada zaman Perjanjian Lama, meskipun bangsa Israel telah dikatakan sebagai ‘kerajaan imam dan bangsa yang kudus’ (Kel 19:6), Allah tetap memanggil para pria tertentu untuk menjalankan tugas sebagai imam (Kel 19:22). Hal yang sama terjadi di dalam Perjanjian Baru, sebab walaupun semua orang Kristen dikatakan sebagai ‘imamat yang rajani’ (1Pet2:9), namunYesus memanggil secara khusus beberapa orang pria untuk menjalankan tugas pelayanan sebagai imam. Melalui Tahbisan ini, para imam diangkat untuk menjadi pelayan Gereja untuk menjalankan tugas-tugas Kristus, yaitu
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
sebagai imam untuk menguduskan, nabi untuk mengajar dan raja untuk memimpin dan melayani umat-Nya. Di atas semua ini tugas yang terpenting adalah mengabarkan Injil dan menyampaikan sakramen-sakramen. 7. Sakramen Urapan Orang Sakit (KGK 1499- 1532) Alkitab mengatakan agar jika kita sakit, maka baiklah kita memanggil penatua Gereja untuk mendoakan dan mengurapi kita dengan minyak di dalam nama Tuhan. Dan doa yang didoakan dengan iman ini akan menyelamatkan kita yang sakit dan mengampuni dosa kita (Yak 5:14-15). Oleh karena itu, sakramen Urapan orang sakit ini tidak hanya dimaksudkan untuk menguatkan kita di waktu sakit, tetapi juga untuk membersihkan jiwa kita dari dosa dan mempersiapkan kita untuk bertemu dengan Tuhan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut : Gereja adalah Tanda Kasih Tuhan. Gereja adalah tujuan akhir hidup manusia dan sarana untuk mencapai tujuan itu. ‘Gereja’ yang merupakan keselamatan manusia dalam persekutuan dengan Allah dan sesama, juga menjadi ‘sakramen keselamatan’, atau sarana dan tanda yang nyata dari misteri kasih Allah yang ditunjukkan oleh pengorbanan Yesus di kayu salib. Sebagai anggota Gereja, kita diikutsertakan di dalam misteri itu, dengan mengambil bagian di dalam misteri Paska Kristus yang dinyatakan di dalam ketujuh sakramen yang kita terima, lewat perantaraan penerus para rasul, yaitu para uskup dan pembantunya (imam). Marilah kita mensyukuri anugerah Gereja Kudus ini, beserta dengan rahmat sakramen dan keberadaan para pemimpin Gereja, sebab oleh semua itu kita beroleh karunia Allah yang tiada batasnya, yaitu keselamatan di dalam persekutuan dengan Tuhan. Tugas Pendalaman Lebih Lanjut : 1. Jelaskan syarat-syarat penerimaan dari ketujuh sakramen dalam Gereja Katolik ! 2. Sebutkan juga sarana yang digunakan dalam penerimaan tujuh sakramen tersebut !
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
BAB VI PERKAWINAN DALAM PANDANGAN KATOLIK
A. Pengertian dan Hakikat Perkawinan Perkawinan adalah persekutuan hidup antara seorang pria dan seorang wanita, atas dasar ikatan cinta kasih yang total, dengan persetujuan bebas dari keduanya yang tidak dapat ditarik kembali, dengan tujuan : kelangsungan bangsa, perkembangan pribadi, dan kesejahteraan keluarga. Dalam undang-undang perkawinan dikatakan :’ Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri, dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”(Ps. 1 UU Perkawinan) Perkawinan dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, oleh karena itu hakikat perkawinan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Perkawinan merupakan persekutuan hidup dan cinta a. Perkawinan pertama-tama merupakan suatu persekutuan hidup yang menyatukan seorang pria dan seorang wanita dalam kesatuan lahir-batin yang mencakup seluruh hidup. Atas dasar persetujuan bebas, mereka bersekutu membentuk suatu keluarga : mempunyai rumah bersama, harta, benda dan uang menjadi milik bersama, mempunyai nama keluarga yang sama, mempunyai anak bersama, saling pasra diri jiwa-raga atas dasar cinta kasih yang tulus. b. Persetujuan bebas adalah syarat mutlak untu terjadinya dan sahnya perkawinan. Tidak ada cinta yang dipaksa dan terpaksa. Cinta mensyaratkan kebebasan dan tanggung jawab. Persetujuan kedua belah pihak harus dinyatakan secara jelas di depan saksi-saksi yang sah. Unsur pokok dari cinta perkawinan adalah kesetiaan kepada pasangannya ‘ dalam untung dan malang” dan bertanggung jawab dalam segala situasi. c. Persatuan suami-istri itu berciri dinamis, dalam arti dapat berkembang mekar, tetapi dapat juga mundur bahkan hancur. Karena itu suami dan istri sama-sama bertugas untuk tetap memupuk kesatuan mereka agar tetap tahan uji. 2. Perkawinan merupakan lembaga social a. Dalam masyarakat umumnya perkawinan dipandang sebagai satu-satunya lembaga yang menghalalkan persekutuan pria dan wanita, hubungan seks dan mendapatkan keturunan. Oleh karena itu, perkawinan dilindungi dan diatur oleh hukum adat dan hukum negara. Suami-istri dan anak-anak hanya diakui sah dalam wadah perkawinan yang sah. Maka, perzinahan dikecam dan dan anak di luar nikah dianggap haram.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
b. Perkawinan merupakan kenyataan yang juga melibatkan mamsyarakat luas, baik sanak saudara maupun tetangga dan kenalan.
Masyarakat ikut campur dalam urusan perkawinan, karena ikut
berkepentingan dalam keutuhan kehidupan keluarga, sebab keluarga adalah sel masyarakat. 3. Perkawinan merupakan lembaga hukum Negara a. Perkawinan merupakan ikatan resmi yang perlu disahkan. Perkawinan bukan ikatan bebas menurut selera sendiri;
bukan sekedar soal cinta sama cinta, lantas
indehoy bersama, melainkan soal
masyarakat, social, keluarga/family, dan masa depan bangsa. Oleh karena itu Negara ikut campur tangan dalam masalah perkawinan warganya. b. kebanyakan Negara mengatur perkawinan sebagai lembaga hukum resmi , yang menghalalkan hubungan seks dan mengesahkan keturunan. Penyelewengan/perzinahan harus dicegah; anak di luar nikah tiodak diakui sebagai anak yang sah menurut hukum. 4. Perkawinan antara dua orang yang telah dibaptis merupakan sakramen a. Perkawinan antara dua orang yang dibabtis (yang telah bersatu secara pribadi dengan Kristus) merupakan perayaan iman Gerejawi, yang membuahkan rahmat bagi kedua mempelai. Ikatan cinta setia yang mempersatukan mereka berdua menjadi lambing, tanda dan perwujudan kasih setia Kristus kepada Gereja dan saluran rahmat bagi mereka. b. Rahmat yang mereka terima adalah : rahmat yang menguduskan mereka berdua; rahmat yang menyempurnakan cinta dan persatuan antara mereka; dan rahmat yang membantu mereka dalam hidup berkeluarga, hingga semakin dekat dengan Tuhan. Sakramen perkawinan tidak hanya terjadi pada saat berlangsungnya upacara di gereja, tetapi berlangsung terus selama hidup mereka berdua. Dengan demikian , Tuhan sendiri berkenan hadir di dalam keluarga mereka.
B. Tujuan Perkawinan Perkawinan dapat dilaksanakan dengan tujuan yang berbeda-beda. Akan tetapi tujuan yang layak dikejar oleh suami istri adalah : 1. Pengembangan dan pemurnian cinta kasih suami-istri Kasih yang telah bersemi antara pria dan wanita masih harus terus dikembangkan dan dimurnikan, sehingga sungguh saling membahagiakan. Cinta bukan semata-mata dorongan nafsu, rasa tertarik, rasa simpati atau asmara, melainkan suatu keputusan pribadi untuk bersatu dan rela menyerahkan diri demi kebahagiaan pasangannya. Suami dan istri bukan sekedar bojo (jenis lain/pasangan) melainkan jodo dan garwo (sigaraning nyawa/belahan jiwa) serta “teman seperjalanan”.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
2. Kelahiran dan pendidikan anak Perkawinan adalah satu-satunya lembaga yang sah untuk pemenuhan keinginan mempunyai anak. Suami dan istri yang normal mempunyai kerinduan akan keturunan, maka disenut batih (badaning getih, artinya membentuk sejarah dengan darah, yaitu membentuk generasi baru dalam keturunan). Namun perlu diingat bahwa anak itu anugerah Tuhan, yang tak boleh dimutlakkan. Maka bila Tuhan tidak memberikan anak/keturunan, perkawinan tidak boleh kehilangan artinya.
3. Pemenuhan kebutuhan seksual Pria dan wanita yang dewasa dan normal merasakan kebutuhan seksual. Kebutuhan itu layak dipenuhi melalui hubungan seks antara suami-istri. Itu berarrti bahwa persetubuhan diadakan bukan sekedar menuruti hawa nafsu, melainkan dengan kesadaran dan tanggung jawab penuh, sehingga kebutuhan itu terpenuhi dalam suasana cinta kasih dan disertai kerelaan untuk menerima hidup baru sebagai “hasil perpaduan cinta kasih mereka berdua.” 4. Lain-lain Selain tujuan di atas, perkawinan juga mempunyai maksud/tujuan lain, misalnya kesejahteraan keluarga, jaminan perlindungan dan keamanan, demi ketenangan, nama baik, kerukunan keluarga, jaminan nafkah/ekonomi, sah dan sehatnya keturunan, dan sebagainya, termasuk pertimbangan material.
C. Ciri-Ciri Perkawinan Kristiani Menurut pandangan Katolik, perkawinan yang baik harus memiliki dan memperjuangkan cirriciri sebagai berikut : 1. Monogami Seorang suami selayaknya hanya mempunyai satu istri, demikian pula istri mempunyai satu suami saja. Denga demikian, cinta mereka penuh dan utuh, tak terbagi. Hal ini juga mencerminkan prinsip bahwa pria dan wanita mempunyai martabat yang sama. 2. Tak-terceraikan Dalam perkawinan, suami dan istri telah mempersatukan diri dengan bebas, bahkan disatukan oleh rahmat Tuhan sendiri. Cinta sejati adalah cinta yang setia, dalam keadaan bagaimanapun. Perceraian membuktikan bahwa suami dan istri gagal mengembangkan cinta yang sejati.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
3. Terbuka bagi keturunan Suami dan istri diharapkan bersedia mempunyai anak, bila Tuhan memberikannya. Adapun jumlah dan jarak kelahiran anak perlu direncanakan bersama dengan bijaksana. Segala bentuk pengguguran harus ditolak dengan tegas, karena jelas-jelas merupakan sikap menolak keturunan yang sudah ada. 4. Keluarga Kriastiani adalah “Gereja mini.” Keluarga kristiani merupakan gereja mini artinya adalah persekutuan dasar iman dan tempat persemaian iman sejati. Maka dalam keluarga Katolik, pertama-tama diharapkan agar berkembanglah iman yang menghangtkan suasana. Iman di sini bukan pertama-tama berarti pengetahun agama (meskipun itu juga penting) tetapi lebih pada sikap atau penghayatan agama, yang diwujudkan dalam usaha untuk menjaga suasana kedamaian, kerjasama dan kerukunan dalam keluarga. Dengan demikian, Tuhan sendiri akan hadir di tangah-tengah keluarga untuk membawa keselamatan dan rahmat-Nya.
D. Halangan Perkawinan Perkawinan itu menyangkut kepentingan banyak orang. Karena itu Negara maupun agama menjaga agar hal itu dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Oleh karena itu ditentukan beberapa halangan perkawinan, untuk mencegah terjadinya perkawinan yang akan merugikan banyak orang. Yaitu di antaranya : 1. Usia muda Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria minimal berusia 19 tahun dan wanita minimal berusia 16 tahun. Keduanya perlu izin dari kedua orang tua bila belum berusia 21 tahun. 2. Perbedaan agama Suami dan istri membentuk suatu persekutuan yang mencakup seluruh hidup. Perbedaan agama dapat menghambat pembentukan kesatuan dalam perkawinan. Orang Katolik hanya diperbolehkan menikah dengan orang yang berlainan agama bila telah mendapatkan dispensasi atau izin dari pemimpin Gereja katolik yang berwewenang, dan disertai janji dari pihak yang bukan Katolik bahwa tidak akan menghalang-halangi pelaksanaan kewajiban agama pasangannya. 3. Ikatan perkawinan sebelumnya Perkawinan berciri monogam dan tak terceraikan. Karena itu seorang duda-cerai atau janda-cerai hanya diperbolehkan menikah lagi apabila perkawinan sebelumnya sudah diceraikan, tidak hanya
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
oleh pengadilan negeri tetapi juga oleh pimpinan Gereja Katolik yang berwenang (bila hal itu mungkin) 4. Hubungan darah Cinta persaudaraan itu suci, maka selayaknya dipertahankan. Dua orang yang masih berhubungan darah (tunggal embah), hanya boleh menikah setelah mendapat izin dari pimpinan Gereja yang berwenang (juga memerlukan izin dari Negara) 5. Lain-lain Hal lain yang membuat perkawinan itu tidak sah atau batal adalah apabila seseorang masih terikat pada kaul kekal kebiaraan, tahbisan suci, dan ikatan perkawinan dengan yang lain . Segala bentuk paksaan juga membuat perkawinan batal.
E. Tugas Suami Istri Perkawinan member hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu kepada suami dan istri. Suami dan istri Kriatiani diberi tugas suci oleh Gereja (dan Negara) yaitu : 1. Membangun keluaga penuh cinta kasih Melalui pernikahan , suami-istri membangun suatu persekutuan cinta yang kita sebut keluarga Kristiani. Cinta itu pertama-tama harus disahkan antara mereka berdua sendiri, kemudian kepada anak-anak, juga kepada sanak saudara, tetanggha, lingkungan dan akhirnya kepada semua orang lain, terutama orang kecil dan miskin. 2. Mendidik generasi muda Anak-anak membutuhkan bantuan orang dewasa agar dapat berkembang dengan baik. Suami istri diharapkan mau dan mampu mendidik generasi muda, terutama anak-anak mereka sendiri. 3. Ikut membangun masyarakat Masyarakat terbentu dari keluarga-keluarga; keluarga adalah sel terkecil masyarakat. Sel-sel ini harus sehat agar seluruh tubuh juga sehat. Karena itu, keluarga juga terpanggil untuk hidup bermasyarakat dengan sebaik-baiknya dan ikut membangun masyarakat dengan membentuk pribadi-pribadi yang baik, bertindak jujur, adil, ber-Ketuhanan dan ber-perikemanusiaan. 4. Ikut membangun Gereja Suami istri Kristiani juga terpanggil untuk ikut membangun umat (jemaat). Umat pun terdiri dari keluarga-keluarga. Maka mereka pertama-tama diharapkan aktif meneguhkan iman mereka sendiri dengan membina hidup rohani keluarganya sendiri (berdoa bersama, mengikuti ibadah/liturgy Gereja, dsb) serta mendidik anak-anak mereka dalam sikap dan cara-cara beriman yang benar.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
Juga menjadi saksi Kristus, dengan aktif ikut mengambil bagian dalam kegiatan umaty beriman, khususnya di lingkungan dan paroki.
BAB VII GEREJA DAN POLITIK (Mendesain Kembali Keterlibatan Gereja dalam Politik Bangsa)
A. Pendahuluan Gereja dan politik adalah dua entitas yang berbeda tetapi sekaligus saling melayani dan mengisi. Gereja sekaligus politis dan poitik sekaligus sebagai sakramen yaitu tanda kehadiran Allah. Bagaimana mungkin politik itu sebagai sakramen? Apa alasan yang mendasar? Tentu saja begitu banyak keraguan dan perasaan miris ketika mendengar ungkapan bahwa politik sebagai sakramen. Akan
tetapi
Gereja
diyakini
sebagai
tanda
keselamatan
yang
nyata
dan
dalam.
Salah satu perdebatan yang cukup serius akhir-akhir ini adalah mengenai hubungan antara Gereja dan politik sebagai intitusi sekular. Bagaimana Gereja memposisikan diri dalam kancah politik yang praktisnya berkisar pada usaha perebutan dan mempertahankan kekuasaan. Dan sikap politik yang demikian bergejolak di tengah berjuta rakyat yang sedang bersusah payah untuk mempertahankan hidup sebagai haknya yang sangat substansial. Seperti apa sikap gereja etrahdap pollitik dan seperti apa politik yang digambarkan gereja supaya tidak berbenturan dengan tradisi dan ajaran Magisterium Gereja? Perlu dilihat kembali apa itu Gereja sebagai sakramen keselamatan dan politik sebagai sakramen juga. Bagaimana keduanya dikawinkan dan saling melayani satu sama lain?
B. Gereja - Sakramen Keselamatan Universal Kateksimus Gereja Katolik memandang Gereja sebagai sakramen keselamatan yang sifatnya universal. Keselamatan itu tidak untuk dirinya sendiri tetapi untuk dunia di luar dirinya yang lebih universal. Kata Yunani "musterion" (rahasia) dijabarkan dalam bahasa Latin dengan dua istilah: "mysterium" dan "sacramentum". Menurut tafsiran di kemudian hari istilah "sacramentum" lebih banyak menonjolkan tanda kelihatan dari kenyataan keselamatan yang tak kelihatan, sedangkan
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
kenyataan tak kelihatan itu sendiri dimaksudkan dengan istilah "mysterium". Dalam arti ini Kristus sendiri adalah misteri keselamatan: "Misteri Allah tidak lain dari Kristus sendiri. Karya keselamatan dari kodrat manusiawi-Nya yang kudus dan menguduskan adalah sakramen keselamatan yang dinyatakan dalam Sakramen-sakramen Gereja (yang oleh Gereja-gereja Timur juga disebut "misteri-misteri kudus" dan bekerja di dalamnya. Ketujuh Sakramen itu adalah tanda dan sarana, yang olehnya Roh Kudus menyebarluaskan rahmat Kristus, yang adalah Kepala di dalam Gereja, Tubuh-Nya. Jadi, Gereja mengandung dan menyampaikan rahmat yang tidak tampak, yang ia lambangkan. Dalam arti analog ini, ia dinamakan "sakramen". Sebagai Sakramen, Gereja adalah alat Kristus. Gereja di dalam tangan Tuhan adalah "alat penyelamatan semua orang" (LG 9), "Sakramen keselamatan bagi semua orang" (LG 48), yang olehnya Kristus "menyatakan cinta Allah kepada manusia sekaligus melaksanakannya" (GS 45,1). Ia adalah "proyek yang kelihatan dari cinta Allah kepada umat manusia" (Paulus VI, wejangan 22 Juni 1973). Cinta ini merindukan, "supaya segenap umat manusia mewujudkan satu Umat Allah, bersatu padu menjadi satu Tubuh Kristus, serta dibangun menjadi satu kanisah Roh Kudus" (AG 7). Gereja dipanggil bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk menjadi saksi Kristus yang membawa keselamatan dunia. Yesus sendiri menyebut peranan Gereja dalam rangka peristiwa keselamatan itu. Ada tertulis demikian, “Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi, dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini.” (Luk 24:46-48). Agar Gereja mampu menjadi saksiNya, Kristus menjanjikan Roh Kudus (Luk 24:49), Dalam hal ini, Konsili Vatikan II menyadari dengan baik tugas perutusannya, “Kepada para bangsa dan Gereja diutus oleh Allah untuk menjadi ‘Sakramen Universal keselamatan’.”(AG1), Gereja sebagai sakramen keselamatan Allah bagi dunia berarti bahwa Gereja menjadi simbol yang Real dari keselamatan Allah yang terlaksana dalam Kristus. Dengan kata lain, Kristus tetap berkarya dan menyelamatkan dunia, tetapi sebagai tanda kehadiranNya yang menyelamatkan itu kini Kristus menggunakan Gereja. Menurut hakikatnya, eksistensi Gereja tidak bisa dipisahkan dengan tugas perutusannya menjadi saksi Kristus dan sakramen keselamatan Allah. Tugas perutusan itu datang dari Tuhan Yesus Kristus sendiri. Hal ini jelas dinyatakan dalam AG 5 yang antara lain menyatakan bahwa Kristus sesudah kebangkitanNya, “ ..........mendirikan GerejaNya sebagai sakramen keselamatan. Ia mengutus para rasul ke seluruh dunia, seperti Ia sendiri telah diutus oleh Bapa (Yoh 20:21), perintahNya kepada mereka: Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu, dan baptislah mereka dalam nama
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus; dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu (Mat 28:19).” Tugas perutusan ini hanya terlaksana berkat Roh Kudus yang diutus oleh Bapa dan Kristus sendiri. “Untuk melaksanakan itu, Kristus mengutus Roh Kudus dari Bapa, supaya Ia mengerjakan karya penyelamatanNya dalam jiwa manusia, dan menggerakkan Gereja untuk memperluas diri.” AG 4. Bagaimana dengan pernyataan Gereja bahwa di luar Gereja tidak ada keselamatan atau di luar Kristus tidak ada keselamatan? Pernyataan ini sebenarnya lahir dalam konteks zaman dan situasi polekmik Gereja akan ajarannya yang suci. Pada saat itu terdapat banyak ajaran sesat atau Bidaah yang muncul berhamburan. Melihat kenyataan ini, Gereja mengeluarkan pernyataan bahwa di luar Gereja yang suci tidak ada keselamatan. Melihat apologi ini, sebenarnya di luar Gereja yang sifatnya universal masih ada keselamatan bahkan keselamatan yang di tawarkan Gereja diperuntukkan bagi semua orang dengan menembusi sekat Ras, Klaim Kebenaran agama-agama, warna kulit bahkan antara golongan timur dan barat. Pernyataan yang cukup problematis ini sebenarnya berlaku hanya dalam lingkungan Gereja sendiri yang sedang mengalami kesakitan internal dengan lahirnya ajaran-ajaran sesat.
C. Politik Sebagai Sakramen Kamus besar Bahasa Indonesia mendefinisikan politik sebagai proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Akan tetapi sejatinya pengertian politik itu dapat dilihat dalam pendefinisian klasik oleh Aristoteles politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Lebih lanjut Aristoleles mengatakan abhwa manusia adalah mahluk berpolitik ( zoon politikon) yang dapat memngem,bangkan dirinya bersama dengan sesama warga negara polis. Senada dengan itu, Mangunwijaya menjernihkan arti politik yang selama ini selalau dimengerti secara sempit demngan berpaling keapda tradisi filsafat Yunani. Pemikiran utama mereka, bagaimana seahrusnya manusia hidup di dunia ini dan bagaimana relasi yang ahrus dibangun antara individi yang alinnya. Politik adlaah pengabdian ekapda kepentingan amsyarakat, bagsa. Yang terpenting adalah kesejahteraan masyarakat bukan pengelola Negara Sekarang politik dilihat sebagai sakramen. Johann Baptist Metz, seorang teolog Jerman, pada tahun 1966 menggunakan kembali pengertian teologi politik untuk kerangka berpikirnya, muncul banyak suara kritis. Tidak sedikit yang menuduhnya sebagai seseorang yang hanya mencari popularitas dengan menggunakan sebuah pengertian yang kontroversial. Memang kontroversial, karena pengertian ini masih mengingatkan orang akan gagasan Carl Schmitt yang berciri integralistik. Betapa orang begitu trauma mensakralkan apa yang namanya politik. Pola traumatis ini muncul dari
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
gagasan yang terlanjur melekat dalam ingatan kebanyakan orang bahwa politik itu kotor. Mereka belum mengkaji sisi lain dari politik sebagai perbuatan yang suci Istilah "sakramen politik" barangkali sudah membuat kita sekalian mengernyitkan dahi, bahkan lebih jauh mengira sebagai ajaran baru yang ‘menyesatkan' jemaat beriman. Jumlah sakramen sudah ditetapkan dalam Konsili Trento (1545-1563) yang mengajarkan bahwa jumlah sakramen hanya tujuh (DS 844: Canones de sacramentis in genere). Sebelum penetapan oleh Konsili tersebut, jumlah sakramen dalam Gereja Katolik Roma mengalami "naik turun", pernah jumlah sakramen mencapai dua puluhan, tetapi juga pernah "belasan". Akan tetapi, sejak Konsili Trento Gereja Katolik Roma tidak lagi memperdebatkan jumlah sakramen. Tujuh saja. Tidak lebih. Tidak kurang. Memang rasanya, jumlah itu sedikit banyak dipaksakan, berbau angka magis. Meskipun begitu, dewasa ini ada kecenderungan untuk memikirkan ulang sakramen Baptis (permandian), Krisma (penguatan atau sidi), dan Ekaristi (Perjamuan Tuhan) sebagai satu kesatuan Sakramen Inisiasi. Sementara itu, tetap dikemukakan pula pandangan mengenai hidup sakramental yang mengakui Kristus sebagai sakramen utama atau tanda rahmat Allah yang berdaya guna, dan Gereja yang dirintis-Nya sebagai sakramen dasar, yang diwujudkan dalam ketujuh sakramen. Pandangan seperti ini dikembangkan oleh Otto Semmelroth, Karl Rahner dan Edward Schillebeeckx. Pemikiran Eddy Kristianto, OFM tentang politik sebagai sakramen sebenarnya bukanlah sebauh dogma personal yang harus dipaksakan penerimaannya oleh Gereja universal. Pemikiran ini lebih berdimensi kritik atas Gereja yang masih alergi dengan istilah politik dalam dirinya sebagai agen keselamatan dunia. Memang benar kalau kita menengok kembali sejarah Gereja masa lalu di mana kekuatan politis dan Gereja tidak ada pemisahana yang jelas. Bahkan Gereja tunduk di bawah kekuasaan Negara ( politik) dan di sisi lain Negara juga tunduk di bawah Gereja ( pemerintahanTheokratis). Lalu di manakah letak kemandirian Gereja sebagai agen keselamatan? Tentu saja politik sebagai sakramen bukan sebuah teologi yang fantastis dan sebuah teologisasi politk. Bukanlah teologi yang mengawang dan tidak bersentuhan dengan realitas manusia yang sedang memijakan kakinya di bumi yang sedang terluka oleh peperangan, bahaya globalisasi yang tidak bijak dan dunia yang terkoyak akibat kerakusan manusia. Sakramen polittik bukan hendak menggaet politik sebagai bentuk teologi baru. Politik tetap sebuah entitas otonom, tetapi diberi warna yang manusiawi dan Ilahi. Oleh karena politik adalah tanda. Salah satu hal pokok Yang mau dikedepankan adalah mengenai keterlibatan Gereja dalam ruang publik ( kepentingan umum) untuk mencapai target Bonnun Commune dan summum Commune ( kebaikan umum) yang selaras dengan suara keprihatian Gereja akan dunia.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
Politik merupakan tanda dan sarana penyelamatan atau politik sebagai sakramen yang membebaskan rakyat dari kemelaratan hidup. Dalam kaitan dengan politik sebagai sakramen, ruang publik perlu bijaksana melihat apa yang menjadi kegelisahan kita bersama. Kegelisahan saat ini adalah bertambahnya angka statistik pengangguran, gizi buruk, dan kemiskinan.
D .Desain Keterlibatan Gereja Dalam Politik Suara konsili Vatikan II dalam dokumen Gaudium et Spes; “Perasaan traumatis umat Kristen terhadap politik masih membekas. Bahkan begitu banyak orang yang kebingungan, entah mau menceburkan diri kearena yang namanya politik atau tidak. Mereka terlanjur diindoktrinasi bahwa politik itu kotor. Akan tetapi sejatinya politik itu baik yaitu mengantar segenap umat manusia ke kebaikan bersama. Kalau semua orang sampai kepada pemahaman ini, maka tidak ada yang takut untuk berpolitk bahkan tidak ada kata haram baginya. Namun melihat kenyataan sekarang, begitu banyak umat yang terjun dalam pertarungan politik praktis. Bahkan kaum Klerus pun turut tercebur dan berenang secara nyaman di dalamnya. Namun pada prinsipnya , Gereje Katolik melarang para Hierarki Gereja tidak diperkenankan untuk terlibat dalam politik praktis. Jelasnya, mereka tidak boleh mencalonkan dan dicalonkan sebagai wakil rakyat atau pejabat negara seperti bupati, gubernur, atau presiden dan wakil presiden. Ketika terlibat dalam perebutan kekausaan, diri emreka terkena hukuman san wajib meninggalkan status hidup religiusnya. Ada beberapa skandal yang terjadi, misalnya Ferdinand Hugo presiden Paraguay dan seorang Imam SVD Philipina yang sudah menjabat sebagai Gubernur dan sekarang sedang meloncat ke arena yang lebih luas lagi yaitu pertarungan sengit untuk menjadi presiden. Sedangkan kaum awam beriman Kristen dan yang tidak terbilang dalam hierarki Gereja mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk berpolitik praktis, tanpa mengatasnamakan Gereja Bagi orang kristen, terlibat dalam dunia politik merupakan anugerah yang terbesar, mengingat misteri inkarnasi sendiri langsung berkaitan dengan hal tersebut. Allah menjadi manusia merupakan pencerahan bagi manusia karena Allah turut berpartisipasi dengan kehidupan manusia dan rela menjadi bagian dari anggota masyarakat. Kekotoran dan kehirupikikukan dunia ini tidak menghalangi rencana Allah untuk terlibat aktif dan menjadi bagian dari kekotoran dunia itu. Maka secara teologis, keterlibatan umat beriman dalam politik bangsa mendapat akarnya dalam misteri Inkarnasi.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
Keterlibatan anggota Gereja dalam politik merupakan rahmat terbesar karena sudah memenuhi panggilan terbesar untuk peduli terhadap persoalan dan cita-cita hidup bermasyarakat dan berbangsa.
BAB VIII MARIA SEBAGAI POLA HIDUP ORANG BERIMAN
A. Inkarnasi Misteri inkarnasi (natal) bukan cuma soal Sabda yang menjadi daging (manusia) atau Allah yang mendatangi manusia untuk menebus umat manusia, melainkan misteri itu bisa kita lihat dan renungkan lebih dalam lagi yaitu Allah yang berinisiatif untuk bersatu dengan ciptaanNya secara definitif supaya ciptaanNya bersatu dengan Dia. Di sinilah terjadi peristiwa iman-wahyu : Proses Membuka diri (contoh). (bdk. Yoh 1:1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah Dalam peristiwa inkarnasi, Kristus, Sang Putra Allah, menjadi senasib dengan manusia, membuat keAllahanNya yang tidak terbatas menjadi seolah-olah terbelanggu dan berdiam dalam kemanusiaanNya, dengan segala kelemahan dan ketebatasanNya. Dalam hal ini Santo Agustinus mengatakan : Dia yang adalah Allah Putra, mengosongkan diriNya, dan mengambil rupa seorang hamba, namun Ia tidak kehilangan ke-AllahanNya. Inkarnasi, Allah yang menjadi manusia, adalah suatu rencara besar Allah bagi manusia (Luk 2:10-14). Rencana ini tidak pernah bisa dilepaskan dari sejarah keselamatan manusia sejak manusia pertama kali jatuh ke dalam dosa.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
(bdk. Ibr 1:1-2). Setelah pada jaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan AnakNya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. B. Maria Diikutsertakan Dalam Rencana Allah Setiap manusia dilibatkan oleh Allah dalam rencana keselamatan. Seperti kita ketahui cerita dan riwayat para nabi (Yesaya, Yeremia, Samson, Daud, Ishkak, dll). Dalam hal ini Maria mendapatkan peran yang sangat penting demi terjadinya kehendak Allah tersebut. Maria dipilih oleh Allah menjadi ibu Mesias. Selama ini yang sering kita dengar dan renungkan mungkin hanya Maria akan mengandung seorang bayi, dan bayi itu anak Allah. Tetapi kalau kita memahaminya dari sudut pandang orang Yahudi tentunya tugas ini menjadi dua kali lebih berat dari pada yang kita bayangkan. Orang Yahudi sangat kental tradisi keagamaanNya. Orang Yahudi pada jaman Yesus bahkan sampai sekarang, menanti-nantikan hadirnya seorang Mesias, Juru Selamat. Sebagaimana janji Allah kepada Daud, Raja Israel, Allah akan membangkitkan seseorang dari keturuan Daud (dibaca : akan lahir dari keturunan Daud), dan akan menjadi raja bagi bangsa Israel, dan kerajaanNya akan jaya selamanya dan tidak akan pernah berakhir. Sebagai seorang Yahudi yang saleh, Maria tentunya juga hidup dalam pengharapan yang sama dengan harapan orang-orang sebangsanya. Dalam peristiwa Maria menerima kabar Gembira dari Malaikat sebenarnya Maria mengalami dua keterkejutan sekaligus kebahagian. Keterkejutan yang pertama adalah ternyata Mesias seorang tokoh yang sudah ditunggu-tunggu oleh seluruh bangsanya akan muncul. Harapan besar itu segera terwujud. Segala penderitaan Israel karena penjajahan dan morat marit pemerintahan pada waktu itu akan segera berakhir dengan hadirnya seorang mesias. Keterkejutan yang kedua adalah ternyata mesias ini akan hadir ke dunia melalui rahimnya sendiri. Seperti yang sudah sering kita dengar, hal ini tentu tidak mudah bagi Maria yang nota bene masih sangat muda waktu itu.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
Sisi yang kita mau kupas dalam kesempatan ini adalah pergulatan Maria ketika ia tahu bahwa yang dikandungnya adalah seorang tokoh besar yang sudah dinanti-nantikan dan diharap-harap oleh banyak orang. Orang Israel mengira Mesias akan lahir dari rahim seorang perempuan dari kalangan kerajaan, yang jelas-jelas keturunan Raja Daud. Sementara Maria hanya perempuan biasa. Bisa kita bayangkan sejak semula Maria sudah sadar akan penolakan bangsaNya terhadap Putranya ini. Akan terjadi tegangan antara pengharapan orang-orang sebangsanya dengan kenyataan apa yang dikehendaki oleh Yesus. Dan sepertinya penolakan terhadap Yesus Sebagai Sang mesias sungguhsungguh terjadi. Seperti kita tahu mendidik anak bukanlah pekerjaan yang mudah. Anak adalah titipan Tuhan di mana seorang ibu mempunyai tugas untuk mendidik dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang dan pengorbanan yang tidak sedikit. Dalam kasus Maria, hal ini menjadi sangat tidak mudah. Bisa dibayangkan bagimana sikap dan kelakuan Yesus setelah besar kalau Maria salah mendidiknya. Tugas Maria tidak berhenti ketika ia mengandung dan melahirkan Yesus. Tugas Maria seperti dikatakan dalam Injil adalah mendidik Yesus, memperkenalkan Yesus pada bait Allah, memperkenalkan Yesus pada tradisi bangsanya, mendampingi Yesus, bahkan sampai menemani di kaki Salib. Senjata Maria adalah Doa. Menghadapi tugas yang tidak mudah itu Maria mempunyai kekuatan yaitu kesadaran bahwa Allah pasti akan mendampingi dia dalam segala hal. Doa Maria sudah sering kita doakan seperti Ibadat Sore yaitu dalam Kidung Maria (Luk 1:46-55) Dalam Kidung Maria sebetulnya terkandung iman Maria yang sangat dalam, yaitu Allah yang selalu setia pada perjanjianNya. Hidup kita ini didasari oleh perjanjian antara Allah dan manusia, di mana Allah akan memberikan berkat melimpah kepada manusia yang senantiasa percaya dan berpegang teguh padaNya. Dan dalam perjanjian itu Allah selalu setia sedangkan manusia seringkali lupa dan tidak setia dengan perjanjian tersebut. Namun Allah sebagai pihak yang dirugikan berkalikali memperbaharui perjanjianNya dengan manusia dengan harapan manusia akan berubah. Di atas ketidaksetiaan manusia, Allah tetap setia. C. Gelar-Gelar Maria Bulan Mei dan Oktober senantiasa identik dengan Maria, Bunda Yesus Kristus yang terberkati, dikandung tanpa dosa dan diangkat ke surga dengan raganya yang tetap murni. Di awal bulan Mei ini, kami mengangkat sebuah topik yang semoga membuka wawasan kita bersama, betapa Bunda Maria
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
sedemikian dihormati oleh Gereja sehingga sangat banyak gelar-gelar dan sebutan-sebutan yang diberikan bagi Bunda Maria untuk menghormati peranannya dalam Gereja sebagai persekutuan umat beriman. Kenapa Maria diberikan gelar-gelar tertentu? Tentu saja karena peranan Bunda Maria sendiri dalam Gereja. Pertama, Maria dipilih Tuhan secara istimewa untuk menjadi Bunda Tuhan Yesus Kristus juru selamat manusia. Pemilihan yang istimewa ini sangat dirasakan akibatnya yang membahagiakan oleh Gereja sepanjang masa. Kedua, seperti yang dijelaskan oleh Lumen Gentium No.62, keibuan Maria dalam tata rahmat berlangsung terus tanpa putus, mulai dari persetujuan yang diberikannya dengan setia pada saat menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel dan yang dipertahankannya tanpa ragu sampai di kaki salib sampai kepada kesempurnaan abadi semua orang beriman. Karena setelah diangkat ke surga, Maria tidak meninggalkan tugas ini, melainkan melanjutkannya melalui peraantaraan limpah dengan memberikan kita anugerah keselamatan abadi. Hal itu menunjukkan bahwa peran Maria dalam tata penyelamatan tetap aktual sepanjang sejarah Gereja tanpa terhenti oleh hilangnya Maria secara fisik dari panggung sejarah dunia. Karena itu Maria sungguh melebihi segala makluk di surga maupun di bumi, dan keunggulan ini sekaligus menjadi alasan bagi umat beriman untuk memuji, mencinta khusus, mengagumi dan menghormati Maria sambil meneladani dan memohon bantuan pengantaraan doanya pada Allah. Kita tentu saja familiar dengan gelar-gelar yang umum, seperti Perawan yang Terberkati dan Bunda Allah, ada berapa banyak sebetulnya gelar-gelar Maria? Sebuah sumber menyebut ada 117 gelar-gelar Maria, tetapi tentu saja kita tidak dapat membahasnya satu-per-satu pada kesempatan ini. Kita akan mambahas gelar-gelar yang utama, dan bagaimana gelar-gelar Maria dilihat dalam beberapa pengelompokkan. Bagaimana mengelompokkannya? Katekismus Gereja Katolik artikel 969 dan Konstitusi Dogmatis tentang Gereja (Lumen Gentium) mengajarkan ada 4 gelar utama Maria dalam kedudukannya sebagai pengacara (advocata), pembantu (ajutrix), penolong (auxiliatrix), dan perantara (mediatrix) (LG 62). Tapi kita akan membahasnya dalam pengelompokkan berdasarkan sifat gelarnya sendiri, yaitu: Gelar yang bersifat doktrinal, Gelar yang bersifat devosi, dan Gelar karena penampakan atau pengaruh geografis. Gelar Maria yang bersifat doktrinal adalah gelar-gelar Maria yang secara dogmatis penting bagi Gereja. Gelar-gelar Maria yang bersifat doktrinal ini misalnya Maria Bunda Allah, Maria Perawan Yang Terberkati, Maria Yang Dikandung Tanpa Dosa atau Bunda Gereja adalah contohnya. Gelar Maria yang bersifat devosi adalah gelar-gelar yang bersifat puitis atau alegori. Banyak dari gelar-gelar ini yang berasal dari Kitab Suci, seperti Tabut Perjanjian, Menara Gading, Benteng Daud,
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
Bintang Timur, Bintang Samudera dan lain-lain.Sementara gelar karena penampakan atau geografis adalah gelar yang diberikan kepada Maria karena kehadirannya di tempat-tempat tertentu, dan juga penghormatan daerah tertentu kepada Maria yang khusus daerah tersebut, bukan Gereja Katolik seluruhnya, misalnya Bunda Lourdes, Bunda Karmel, Bunda La Salette. Di sebuah paroki di Pakem, Yogyakarta ada gelar ’Kitiran Kencana’ bagi Bunda Maria. Baiklah, apa saja gelar-gelar Maria karena dogma Gereja? Ada beberapa gelar Maria yang bersifat dogma karena berasal dari ajaran resmi Gereja. Ada yang universal, berasal dari konsili ekumenis sekitar abad keempat sehingga diterima baik oleh Gereja Katolik Roma dan juga Gereja Ortodoks Timur seperti gelar Maria Bunda Allah dan ada juga yang lebih baru yang hanya diterima oleh Gereja Katolik seperti gelar Yang Dikandung Tanpa Noda (Imaculata) dan Yang Diangkat Ke Surga (Assumption). Maria Bunda Allah dalam bahasa Yunani disebut Theotokos adalah gelar Maria yang sangat penting bagi Gereja. Gelar ini didasarkan pada panggilan Elizabeth kepada Maria dalam Injil Lukas 1:43. Gelar ini resmi disandangkan pada tahun pada Konsili Efesus tahun 431. Pada tahun-tahun tersebut berkembang ajaran oleh Nestorius dari Konstantinopel yang memandang bahwa Maria hanya membawa tubuh Yesus sebagai manusia, dan bukan sekaligus keilahianNya. Gelar Maria Bunda Allah membawa implikasi teologis bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh manusia dan sungguh-sungguh Allah sejak pertama Ia dikandung oleh Maria dan dengan demikian gelar itu sekaligus mematahkan ajaran Nestorius dan menyatakan bahwa Nestorianisme adalah sesat. Maria Bunda Allah dirayakan Gereja Katolik dalam pesta setiap setiap tanggal 1 Januari. Selanjutnya kita juga terbiasa dengan sebutan ”Perawan Maria”. Walaupun sangat biasa kita dengar, gelar ini juga memiliki dasar dogmatis yang berasal dari Gereja awal, bahwa Maria tetap perawan sebelum, saat dan sesudah melahirkan Yesus. Hal ini juga berasal dari kutipan ucapan Maria seperti tercatat dalam Injil Lukas 1:34. Ajaran ini berasal dari ajaran Ignatius dari Antiokia, Ambrosius dari Milan dan Agustinus dari Hippo dan akhirnya menjadi ajaran resmi Gereja sejak Sinode Lateran tahun 649. Selain itu ada sebuah gelar Maria Yang Dikandung Tanpa Dosa atau Immaculata. Gelar ini diberikan bahwa karena kesuciannya untuk mengandung Tuhan, Maria dikecualikan dari dosa asal sejak Maria berada dalam kandungan ibunya. Gereja percaya dan mengajarkan bahwa sejak dikandung karena perkawinan orang tuanya, yaitu St Joachim dan St Anna, Maria diberikan rahmat ilahi oleh Allah, dikecualikan dari dosa dan mengalami kepenuhan rahmat untuk hidup tanpa dosa. Ini tampak jelas dari salam sukacita dari malaikat Gabriel kepada Maria yang menyebutnya ”penuh rahmat”. Kepercayaan bahwa Maria Dikandung Tanpa Dosa menjadi ajaran resmi Gereja tahun 1854, tetapi
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
sebetulnya kepercayaan bahwa Maria sendiri bebas dari dosa sudah ada sejak lama, bahkan pesta perayaannya pada setiap tanggal 8 Desember sudah dirayakan sejak 1476, sebelum menjadi ajaran resmi Gereja. Akhirnya, sebuah gelar dogmatis terpenting adalah Yang Diangkat Ke Surga atau Maria Assumpta. Gelar ini mengikuti gelar Yang Dikandung Tanpa Dosa dan kepercayaan turun temurun bahwa Maria sungguh-sungguh dikecualikan dari manusia biasa oleh Allah. Kepadanya telah diberikan kepenuhan rahmat hidup tanpa dosa dan pada akhirnya saat paripurna hidupnya ia diberi rahmat terakhir yaitu jiwa dan raganya diangkat ke surga. Gelar dogmatis ini tergolong baru, menjadi ajaran resmi Gereja pada tahun 1950 dari Paus Pius XII dalam konstitusi apostoliknya. Walaupun demikian, kepercayaan bahwa Maria diangkat ke surga dengan tubuh dan jiwanya sudah ada dalam tulisan-tulisan sejak abad ke-5. Baiklah, apa saja gelar-gelar Maria yang bersifat devosi? Ada banyak gelar-gelar Maria yang bersifat devosi, seperti “Benteng Daud”, “Benteng Gading/Turris Eburnus”, “Tabut Perjanjian”, “Cermin keadilan/Speculum Justitiae”, “Takhta
Kebijaksanaan/Sedes Sapientiae”, “Bintang
Timur/Bintang Fajar/Stella Matutina”, “Pintu Surga/Caeli Porta”, “Bintang Samudera/Stella Maris”, “Mawar yang Gaib/Rosa Mystica”, “Hamba Tuhan/Ancilla Domini”, “Ratu Bidadari/Regina Angelorum”, “Ratu Damai/Regina Pacis”, Sebagian besar gelar di atas berhubungan dengan nubuat dan perlambang dalam Perjanjian Lama yang menubuatkan peran Bunda Maria dalam misteri keselamatan. Beberapa di antaranya berfokus pada kesucian dan peran keibuannya. Selain itu ada pula yang berasal dari kitab Wahyu. “Benteng Daud” adalah benteng yang berdiri menyolok dan kokoh di puncak tertinggi pegunungan yang mengelilingi Yerusalem. Benteng yang demikian merupakan sarana pertahanan kota. Dengan benteng itu, peringatan akan dapat segera disampaikan apabila musuh datang menyerang. Maria diperbandingkan dengan Benteng Daud karena kesuciannya, karena ia dikenal sebagai yang penuh rahmat dan karena ia dikandung tanpa dosa. Dengan doa-doa dan teladannya, Maria merupakan bagian dari “sarana pertahanan” Tuhan dengan mana Kerajaan Allah akan berdiri tegak tak terkalahkan dan dosa akan senantiasa dikalahkan (bdk Kid 4:4). Maria disebut “Benteng Gading”. Gelar ini juga digunakan dalam Kidung Agung (Kid 7:4) yang menggambarkan pengantin terkasih. (Ungkapan serupa, “Istana Gading” digunakan dalam Mazmur 45:9, untuk alasan yang sama). Kedua ilustrasi tersebut menubuatkan hubungan perkawinan antara Kristus dan pengantin-Nya, Gereja, seperti disampaikan dalan Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus. Di sini patut kita ingat, seperti diajarkan dalam Vatikan II, bahwa Maria adalah “serupa Gereja”: Ia mengandung dari kuasa Roh Kudus dan melalui dia, Juruselamat kita masuk ke
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
dalam dunia ini. Gereja, “oleh menerima Sabda Allah dengan setia pula – menjadi ibu juga. Dan sambil mencontoh Bunda Tuhannya, Gereja dengan kekuatan Roh Kudus secara perawan mempertahankan imannya, keteguhan harapannya, dan ketulusan cinta kasihnya” (Lumen Gentium no. 64). Gelar “Tabut Perjanjian” mengangkat peran keibuan Maria. Perlu diingat bahwa dalam Perjanjian Lama, Tabut Perjanjian adalah rumah bagi Sepuluh Perintah Allah, Hukum Tuhan. Sementara bangsa Israel dalam pengembaraan menuju tanah terjanji, suatu tiang awan, yang melambangkan kehadiran Allah, akan turun atas atau “menaungi” kemah di mana Tabut disimpan. Yesus datang untuk menggenapi perjanjian dan hukum. Dalam kisah Kabar Sukacita, perkataan Malaikat Agung Gabriel kepada Maria, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau,” (Luk 1:35) menyatakan gagasan yang sama. Karena itu, Maria yang memberi “rumah” Yesus dalam rahimnya; adalah “Tabut” baru, dan bunda dari pelaksana perjanjian yang sempurna dan kekal. Atas dasar ini bermunculan gelar-gelar yang lain: Yeremia menubuatkan bahwa Mesias akan disebut, “TUHAN - keadilan kita.” (Yer 23:6); sehingga Maria disebut “Cermin keadilan” karena tak seorang pun dapat mencerminkan kasih dan penghormatan kepada Kristus dalam hidupnya lebih baik dari Maria. Karena kemurniannya, kelimpahan kasihnya dan karena ia menjadi “rumah” bagi Yesus, Maria disebut “Rumah Kencana”. Yesus adalah Kebijaksanaan Tuhan, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh 1:14); karenanya, Maria, yang mengandung Kristus, digelari “Takhta Kebijaksanaan”. Bagi kita, Bunda Maria juga melambangkan pengharapan yang besar. Vatikan II menyatakan, “Sementara itu Bunda Yesus telah dimuliakan di surga dengan badan dan jiwanya, dan menjadi citra serta awal Gereja yang harus mencapai kepenuhannya di masa yang akan datang. Begitu pula di dunia ini ia menyinari Umat Allah yang sedang mengembara sebagai tanda harapan yang pasti dan penghiburan, sampai tibalah hari Tuhan.” (Lumen Gentium no. 68). Karena alasan ini Bunda Maria digelari “Bintang Timur”, karena ia melambangkan orang-orang Kristen yang menang, yaitu mereka yang bertekun dalam iman dan beroleh bagian dalam kuasa Mesianis Kristus dan menang atas kuasa kegelapan yaitu dosa dan maut. Istilah ini dapat ditemukan dalam Kitab Wahyu (Why 2:26-28): “Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk – sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku – dan kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur.” Juga dalam Kidung Agung (Kid 6:10) kita temukan, “Siapakah dia yang muncul laksana fajar merekah, indah bagaikan bulan purnama, bercahaya
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
bagaikan surya…”; sama seperti cemerlangnya terang menghalau kegelapan fajar, Maria memaklumkan kedatangan Putranya, yang adalah Terang Dunia (bdk Yoh 1:5-10, 3:19). Maria juga adalah “Pintu Surga”. Maria adalah sarana yang dipergunakan Kristus untuk datang dari surga demi membebaskan kita dari dosa. Di akhir hidupnya, kita percaya bahwa Bunda Maria diangkat jiwa dan badannya ke surga, suatu kepenuhan janji akan kehidupan kekal dan kebangkitan badan yang dijanjikan Yesus. Sebab itu, Maria adalah pintu melalui mana Yesus masuk ke dalam dunia ini dan pintu kepada kepenuhan janji di mana kita akan beroleh bagian dalam kehidupan kekal. Karena itu, kita memandang Maria sebagai “Bintang Samudera”. Bagaikan bintang samudera membimbing para nahkoda mengarungi lautan berbadai menuju pelabuhan yang aman, demikian juga Maria, melalui segala doa dan teladannya, membimbing kita sepanjang perjalanan hidup kita, kadang melalui samudera yang bergolak, menuju pelabuhan surgawi. Secara keseluruhan, Maria adalah “Mawar yang Gaib”. Mawar dianggap sebagai bunga yang terindah, bunga kerajaan yang harumnya melampaui segala bunga lainnya. Bunda Maria memiliki kekudusan yang manis dan keutamaan yang cantik. Singkatnya, segala gelar ini mengingatkan kita akan pentingnya peran Bunda Maria dalam spiritualitas Katolik, sebagai teladan keutamaan dan kekudusan dalam peran keibuannya, dan sebagai tanda akan kehidupan yang akan datang. Pada akhirnya kita merangkum pujian dan kepada Maria dan menyatakan gelar-gelarnya dalam sebuah litani yang bernama Litani Santa Maria. Kita mendapati gelar-gelar tersebut dalam Litani Santa Perawan Maria (terutama versi Loreto), yang disusun sekitar pertengahan abad ke-16. St. Petrus Kanisius mempopulerkan Litani Santa Perawan pada tahun 1558 saat ia mempublikasikannya guna menggairahkan devosi kepada Bunda Maria sebagai tanggapan atas “Reformasi” Protestan yang menyerang devosi-devosi sejenis. Litani ini merupakan seruan gelar pujian kepada Santa Perawan yang digunakan dalam perayaan-perayaan di Gereja Loreto, Italia sejak abad ketigabelas. Litani ini disetujui oleh Paus Sixtus V tahun 1587. D. Tempat dan Peran Bunda Maria dalam Gereja Fajar Dalam tradisi Katolik, bulan Mey khusus didedikasikan kepada Bunda Maria. Artinya, dengan cara ini, umat Katolik diharapkan "secara khusus" menempatkan kehidupan hariannya dalam disposisi hati yang selalu terkait dengan kehidupan dan peran Bunda Maria dalam sejarah keselamatan: mengandung, melahirkan, membesarkan, dan menyertai seluruh hidup dan karya Yesus mulai dari peristiwa di Nazaret-Betlehem sampai titik puncaknya di Kalvari, ketika ia dengan penuh iman tetap teguh berdiri di kaki salib Yesus Putera-Nya.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
Dalam cara yang sama umat kristiani diajak untuk merenungkan dan memaknai peristiwaperistiwa hidupnya sehari-hari bersama dengan Bunda Maria dalam persekutuan dengan Roh Kudus di bawah terang hidup dan karya Yesus. Dari sebab itu, umat Katolik diharapkan lebih intensif mempercayakan seluruh hidup dan karyanya setiap hari kepada Yesus melalui tangan bundawi Maria. Dengan demikian, kita diantar pada sebuah keyakinan bahwa peran serta Maria dalam sejarah keselamatan ini tidak berakhir sampai di kaki salib. Bunda Maria tetap menjadi Bunda Gereja sepanjang zaman. Mengapa? Karena sebelum Yesus menghembuskan nafas terakhir di atas Salib, Ia telah menyerahkan Ibu-Nya sendiri untuk diterima oleh murid-Nya yang terkasih yang mewakili komunitas Gereja-umat baru yang dibentuk oleh darah dan air (Baptis dan Ekaristi) yang mengalir dari lambung Yesus. Di sini, sebagaimana pendapat para Bapa Gereja yang mengatakan bahwa Gereja sebagai mempelai Kristus dilahirkan dari lambung (rusuk) Kritus-Adam Baru Perjanjian Baru, sebagaimana Hawa dijadikan dari Rusuk Adam. Kenyataan peran serta Maria ini semakin dipertegas oleh Kisah Para Rasul yang menampilkan kehadiran Maria di antara para murid, berdoa bersama mereka, untuk memohon kedatangan Roh Kudus, yang berpucak pada turunnya Roh Kudus dalam bentuk lidah-lidah api dengan segala karuniaNya pada hari Pentakosta. Maria hadir ketika Gereja perdana dikokohkan dan diberanikan oleh Roh Kudus untuk keluar dari ruang atas (senakel) dan bersaksi kepada dunia-segala bangsa bahwa Yesus yang wafat di kayu salib, kini telah bangkit untuk memberikan kehidupan baru bagi seluruh umat manusia. Peristiwa ini merupakan salah satu moment penting bagi cikal-bakal Gereja yang diutus. Oleh karena itu, Bunda Maria tetap diyakini mempunyai peran yang signifikan baik bagi karya dan perutusan Yesus, maupun bagi segenap umat beriman yang telah dibaptis dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus yang dengannya disatukan dalam anggota Tubuh Mistik Kristus, yakni: Gereja. Lalu apa peranannya bagi kita? Sekali lagi kita bercermin pada peristiwa di kaki salib yang dicatat oleh Yohanes sebagai murid yang dikasihi Yesus yang menjadi saksi hidup peristiwa tersebut. Setelah sekian lama, para murid mulai mengenal, mencintai, dan mengikuti Yesus dalam perjalanan kemuridan mereka, di akhir hidup-Nya, Yesus menantang para murid (yang diwakili "murid yang terkasih") untuk menerima dan mencintai Ibu-Nya sebagai salah satu jalan kemuridan Kristiani. Para murid bukan hanya ditantang untuk menyangkal diri dan memikul salib sebagai jalan kemuridan, melainkan juga menerima peran kebundaan Maria di dalam kehidupan spiritual mereka. Peran kebundaan spiritual yang dimainkan oleh Maria bagi segenap umat kristiani bukan atas kuasanya sendiri, melainkan karena Allah Tritunggalah yang menganugerahkan peran itu kepadanya. Roh
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
Kuduslah yang memungkinkan Maria untuk menjadi Bunda Yesus yang utuh, ketika "ia dapat mengandung dan melahirkan Yesus karena kuasa Roh Kudus." Demikianpun, Bunda Maria dapat menjadi Bunda segenap umat beriman kristiani hanya karena partisipasinya di dalam kebundaan Roh Kudus terhadap Gereja (umat beriman). Kebundaan Maria kepada Yesus berlangsung terus kepada segenap anggota Gereja yang adalah saudara-saudara Kristus Di sini, peran Bunda Maria bukan hanya mendoakan kita sebagai Bunda berbelas kasih, tetapi yang terutama melalui kerjasama dengan Roh Kudus, Bunda Maria dapat membentuk kita untuk menjadi serupa dengan Putera-Nya. Artinya, dengan mempercayakan diri kita ke dalam asuhan kebundaan Maria, diharapkan kita dapat dibentuk oleh Roh Kudus untuk mengenakan perasaanperasaan Kristus sendiri yang mengantar kita pada keserupaan dengan Dia dalam kata dan perbuatan. Inilah hakikat hidup dalam Roh bersama Bunda Maria. Inilah hakekat spiritualitas kristiani berdimensi marial. Ini bukan sebuah elemen opsional alias boleh pilih dan boleh tidak, melainkan sebuah elemen fundamental yang menjadi sebuah imperatif teologis bagi segenap umat Kristiani. Menerima dan mengikuti Yesus berarti juga menerima dan mengikutsertakan Ibu-Nya dalam perziarahan kemuridan kristiani untuk sampai pada kedewasaan Kristus Puteranya yang adalah Tuhan dan saudara sulung kita. Dari sebab itu, apabila devosi kepada Bunda Maria tidak membawa kita untuk semakin mencintai dan menyerupai Yesus Tuhan, Guru , dan saudara kita yang tampak secara kasat mata melalui tutur kata dan kesaksian hidup kita sehari-hari di tengah keluarga, dunia dan masyarakat, maka kita perlu bertanya ulang "apa motivasi utama" kita berdevosi kepada Bunda Maria. Devosi yang sejati kepada Bunda Maria harus membawa perubahan hidup yang radikal, total dan siginifikan agar bukan diri kita lagi yang hidup, tetapi Kristuslah yang hidup di dalam diri kita. Hal ini semestinya juga mengantar kita kepada keprihatinan dengan kaum miskin, lemah, dan tertindas dalam kehidupan sosial kemasyarakatan yang adalah "kaum anawin" atau golongan sosial masyarakat Yahudi dari mana Bunda Maria berasal, yang kepada mereka, Bunda Maria telah mengidungkan "magnifikat" atau Kidung Pembebasan. Dengan demikian, devosi kepada Bunda Maria yang menjadi tindakan personal-individual bukan hanya berhenti pada memohon agar dikabulkannya doa-doa kita, tetapi harus juga bermuara pada aktivitas sosial-pastoral yakni melayani kaum miskin dalam berbagai aspek kehidupan yang kita jumpai setiap hari yang adalah "buah hati Gereja."
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
Sebentar lagi bulan Mei yang didedikasikan kepada Bunda Maria akan berakhir. Dan kita harus bertanya diri: sedalam apakah devosi kita kepadanya? Jika devosi kita masih berkutat pada memohon doa-doanya bagi kebutuhan-kebutuhan duniawi kita secara egosentris (berpusat pada diri), maka perlu sebuah niat hati yang teguh untuk memperbaharui komitment kita pada transformasi cara hidup yang mencakup keprihatinan eksternal dalam lingkup sosial-kemasyarakatan lewat tindakan nyata memberdayakan bukan "memperdayai" yang lemah, miskin, terlantar, terpinggirkan dan tersingkir di dalam lingkup Gereja maupun di dalam masyarakat. Sebab mereka adalah sakramen atau tanda dan sarana kehadiran Allah sendiri, wajah Allah sendiri yang mengundang kita. "Devosi yang sejati kepada Maria harus mengantar kepada keserupaan dengan Yesus Puteranya dalam kata dan perbuatan," kata Santo Monfort. Siapa yang punya telinga hendaklah mendengarkan,meresapkan dan melaksanakanya. E. Penghormatan Kepada Maria Sebagai orang Katolik, kita harus mengenal bagaimana peranan Bunda Maria dalam Gereja, karena Maria adalah Bunda Gereja dan Gereja adalah kita.Kita tidak dapat melihat kedudukan Bunda Maria dengan perasaan kita, tetapi kita harus mengacu kepada tafsiran Gereja dan tafsiran Kitab Suci.Orang katolik menghormati Bunda Maria, fakta ini menimbulkan pertanyaan bagi sebagian orang, batu sandungan, kadang-kadang menjadi bahan tuduhan dari saudara-saudara kita yang berkepercayaan lain dan bahkan dari saudara kita yang beragama Protestan. Dari kritikan ini mengakibatkan begitu banyak orang Katolik yang tidak tertarik lagi untuk menghormati Bunda Maria bahkan meninggalkan Gereja Katolik. Tuduhan-tuduhan yang sering kita dengar yaitu:bahwa orang katolik secara berlebihan menghormati Bunda Maria atau orang katolik menyembah Maria, orang katolik menyembah patung. Menghadapi pertanyaan seperti ini kita tidak hanya membiarkannya berlalu begitu saja (biarkan mereka berkata demikian) atau melarikan diri, tetapi kita harus berusaha menjawabnya sambil merenung apakah penghormatan kita kepada Bunda Maria sudah benar atau salah.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
1. Syarat-syarat penghormatan kepada Bunda Maria Dalam penghormatan kepada Bunda Maria kita berpedoman pada empat (4) sifat. a. Penghormatan kepada Bunda Maria harus berdasarkan Kitab Suci. Dalam Kitab Suci memang tidak ada satu ayatpun yang menyuruh kita untuk menghormati Bunda Maria. Akan tetapi dalam Injil Lukas 1:26-38 dan paralelnya, kita menemukan dasar mengapa kita menghormati Bunda Maria. 1). Dasar-dasar menghormati Bunda Maria: Karena Bunda Maria terlibat aktif dalam karya penebusan. Seperti dalam dalam Injil Lukas, ketika Malaikat Gabriel menyampaikan pesan Allah kepada Bunda Maria bahwa ia akan melahirkan seorang laki-laki.”Sesungguhnya engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamakan Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya tahta Daud, bapa leluhurnya.” (Luk. 1:31-32) Bunda Maria dengan iman yang penuh pasrah kepada Allah hanya menjawab: “sesungguhnya aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataanmu.” (Luk. 1:38) Disinilah Bunda Maria menerima tugas untuk mengambil bagian dalam karya keselamatan. Seluruh hidup Bunda Maria diabdikan kepada karya penebusan. Apa yang dibuat oleh Bunda Maria? Bunda Maria mengandung dan kemudian melahirkan Sang Penebus dan sebagai akibatnya, ia harus mengungsi ke Mesir. Kemudian Bunda Maria harus membesarkan anaknya itu yaitu: Tuhan Yesus dengan segala kebutuhan-Nya. Dengan demikian Bunda Maria terlibat penuh dalam karya penebusan. 2). Bunda Maria merupakan seorang kudus yang besar. Dalam Gereja katolik kita menghormati orang-orang kudus karena mereka merupakan karya tangan Tuhan yang penuh dan kaya akan rahmat. Bunda Maria adalah yang terkudus dari para kudus Bahkan sejak dalam kandungan Santa Anna ia sudah dipersiapkan oleh Allah sebagai ibu penyelamat. Maka kita pantaslah menghormatinya sebagai karya tangan Allah yang istimewa. Dikatakan oleh malaikat:salam hai engkau yang dikarunia, Tuhan menyertai engkau. Suci artinya dikaruniai oleh Tuhan. Orang dijadikan suci bukan karena karya manusia ,doa manusia, kepandaian, tetapi pertamatama oleh karena karunia Tuhan. Dari dalam diri manusia dibutuhkan suatu jawaban yang serius akan rahmat Tuhan yang istimewa ini, karena rahmat membutuhkan kerja sama dengan usaha manusia,
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
tetapi yang menjadi penggerak utama adalah rahmat Tuhan. Ketika malaikat mengatakan salam hai engkau yang dikaruniai Tuhan, disinilah malaikat mengakui bahwa Maria adalah orang yang kudus. b. Penghormatan kepada Bunda Maria harus sesuai dengan liturgi/ibadat. Pusat ibadat/liturgi dalam Gereja katolik adalah hanya satu yaitu: Allah sendiri melalui putraNya Yesus Kristus. Segala penghormatan kita harus sampai kepada Allah, menghormati Bunda Maria tidak hanya sampai pada Maria itu sendiri, agar tidak mengambil arti atau mengambil kesimpulan singkat bahwa kita menjadikan Bunda Maria sebagai Allah. kita harus menghormati Bunda Maria supaya ia menghantar kita kepada Allah, permohonan kita dapat sampai kepada Allah. Allah saja yang Mahakuasa,diluar Allah tidak ada yang mahakuasa. Pusat dan puncak dari ibadat/liturgi dalam Gereja katolik adalah Ekaristi. Dalam ajaran Gereja Katolik tidak pernah Ekaristi diperalatkan atau diganti demi dan untuk menghormati Maria. Misalnya:jangan sampai kita yang percaya akan keagungan Ekaristi, kita mengikuti misa, tetapi sepanjang misa kita berdoa rosario. Jikalau dalam perayaan Ekaristi, pusatnya adalah hanya Tuhan Yesus, jangan sampai kita berkata dan berbangga bahwa sepanjang Ekaristi kita dengan tekun berdoa rosario, hal itu salah atau sesudah menerima komuni kudus kita menyanyikan lagu-lagu Maria, misalnya:menyanyikan lagi Ave Maria. Itu berarti kita tidak menyadari Yesus yang sudah hadir di dalam hati kita dan juga mengurangi nilai Ekaristi. Hal seperti inilah yang membuat kita dianggap menyembah Bunda Maria. c.
Penghormatan kepada Bunda Maria harus Ekumenis artinya tidak menghambat persatuan umat Katolik dengan Allah. Sebagai orang katolik kita harus berusaha supaya penghormatan kepada Bunda Maria
membantu atau membawa kita untuk bersatu dengan Allah. Akan tetapi kita tidak boleh meninggalkan Maria demi ekuimeni. Ekuimeni artinya apa? Ada orang mengatakan ekuimeni itu menyesuaikan diri. Lalu siapa yang harus menyesuaikan diri.... orang katolik! Tidak perlu memakai Maria dalam arti sebagai perantara, misa kudus, pengakuan dosa, ini bukan ekuimeni. Ekuimeni artinya:bersama-sama menampilkan diri seperti keyakinan kita masing-masing supaya dengan saling mengenal kita mencari iman yang sejati untuk sampai kepada Allah, yang harus satu ialah imannya dan tidak boleh melepaskan pokoknya yaitu: Ekaristi. Menghormati Bunda Maria juga merupakan pokok iman sehingga jikalau kita melepaskan Bunda Maria atau tidak menghormati Bunda Maria berarti bukan ekuimeni dan bahkan dapat dikatakan bahwa kita tidak setia kepada Tuhan Yesus.Mengapa...? Karena Ia telah menyerahkan Bunda Maria kepada Yohanes murid-Nya dan kita juga merupakan murid Kristus. Akan tetapi, disini jangan sampai terkesan bahwa kita menyamakan Bunda Maria dengan
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
Yesus,Maria tetap sebagai ciptaan dan Yesus sebagai pencipta. Jikalau ada orang yang setiap hari berdoa tiga kali rosario, tetapi pada hari minggu tidak pergi mengikuti perayaan Ekaristi maka itu penghormatan yang salah dan sesat. Bunda Maria hanya mau dan menghendaki untuk membawa kita kepada Yesus dan Bunda Maria tidak pernah membuat atau mendirikan kerajaannya sendiri di dunia ini. d. Penghormatan kepada Bunda Maria harus antropologis. Antropos artinya:manusia. Antropologis artinya:disesuaikan dengan perkembangan manusia. Ada orang yang menanyakan apakah mungkin penghormatan kepada Bunda Maria masih relevan atau sesuai dengan perkembangan wanita moderen sekarang? Bunda Maria itukan wanita yang kolot,tinggal di desa dan tidak memiliki pengetahuan. Sedangkan wanita moderen sekarang tinggalnaya di kantor, di sekolah dan lain-lain. Disini bukan dilihat dari itu semua,tetapi kita melihat sifat dan pribadi dari Bunda Maria itu sendiri,ia adalah seorang hamba Allah yang setia dan sebagai teladan dalam iman kepada Allah. Dalam diri Bunda Maria kita juga menemukan suatu sifat kewanitaan yang sungguh-sungguh setia dan seorang ibu yang penuh perhatian serta sabar dalam menanggung penderitaan.Untuk menjadi contoh wanita moderen Bunda Maria tidak bisa hilang.Banyak wanita mederen sekarang yang ingin demokrasi dalam keluarganya, tidak mau hanya sebagai pendengar, pelaksana, tetapi ingin menentukan jalannya keluarga itu bahkan ikut berperan dalam pertanggungjawaban perkembangan keluarga.Memang ini merupakan sesuatu yang sangat baik.Lalu apakah kebebasan seperti itu terdapat pula dalam diri Bunda Maria? Bunda Maria bahkan menerima tanggung jawab yang sangat besar yang melebihi karya dan tanggung jawab wanita sekarang yaitu: ingin menjadi ibu Sang Mesias yang datang menyelamatkan manusia. Bukankah ini merupakan suatu tugas yang sangat berat yang harus dilaksanakan Bunda Maria.Ketika Bunda Maria dan Santo Yusuf mempersembahkan Yesus di Bait Allah, Simeon bernubuat bahwa sebilah pedang akan menembus jiwanya. Bukankah ini merupakan sesuatu tugas yang berat? Akan tetapi Bunda Maria Menyimpan semuannya itu didalam hatinya. Bunda Maria merupakan salah satu tokoh atau pribadi yang patut diteladani atau dihormati oleh setiap orang khususnya orang Kristen. Bunda Maria telah mengambil bagian dalam karya keselamatan melalui imannya. Anak Allah sebagai Juru Selamat diterimanya terlebih dahulu dalam hatinya kemudian dalam rahimnya sebagaimana ketika ia menjawab “ya” kepada kabar keselamatan dari Allah melalui Malaikat Gabriel. Ini bukan berarti Allah menghendaki agar pelaksanaan karya keselamatam tergantung pada manusia melainkan bahwa menurut rencana Allah bahwa manusia pada gilirannya berkat rahmat Ilahi akan
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
mengimani keselamatan. Dalam “ya” yang penuh kepercayaan itu Bunda Maria menerima keselamatan bagi semua umat manusia .Oleh karena itu jangan sampai kita menjadikan Bunda Maria sebagai tukang pos dalam arti: tolong sampaikan permohonan saya kepada Tuhan Yesus. Banyak orang mengormati Bunda Maria dengan membanjirinya melalui doa permohonan dan permintaan yang lainnya. Jikalau doa permohonan kita ingin dikabulkan, kita harus kembali atau melihat dalam Injil Yohanes tentang perkawinan di kana. Bunda Maria mengatakan kepada pelayan-pelayan supaya lakukan apa yang diperintah oleh Tuhan Yesus. Sehingga hal yang sama juga pada kita, jikalau doa permohonan kita ingin dikabulkan maka kita harus menjalani apa yang diperintah oleh Tuhan Yesus Kepada kita, yaitu: melalui ajaran-ajaran-Nya baik itu melalui ajaran resmi Gereja maupun apa yang ditulis oleh para rasul dalam Kitab Suci. F.
Mengikuti Teladan Maria Setiap tahun, pada tanggal 15 Agustus, seluruh Gereja Katolik di dunia merayakan Hari Raya
Bunda Maria yang diangkat ke Surga dengan tubuh dan jiwanya. Ini merupakan sesuatu yang khusus dan istimewa. Pertama-tama mungkin timbul pertanyaan, mengapa kita merayakan perayaan ini, bahkan ada orang banyak yang bertanya mengapa orang Katolik menyembah Maria. Jika ada pertanyaan seperti itu kita harus dapat menjawabnya bahwa kita tidak menyembah Maria, karena kalau kita menyembah Maria berarti kita menyembah berhala. Orang Katolik tidak menyembah Bunda Maria, tetapi menghormatinya. Jadi, di sini ada perbedaan besar, antara "menyembah Maria" dan "menghormati Maria", sebab kalau kita menyembah Maria, kita menjadikan Maria itu setara dengan Allah, atau menjadikan Maria seperti Allah. Kita tidak menyembah Maria, tetapi kita menghormati Maria, dan memang sebagai orang-orang Katolik kita sangat menghormati Bunda Maria. Apa dasar penghormatan ini? Dasarnya bukan lain ialah bahwa di antara semua manusia di dunia ini Maria telah dipilih oleh Allah menjadi "ibu Tuhan kita Yesus Kristus". Maka, Maria juga disebut "Bunda Allah", karena dia melahirkan Yesus Kristus yang adalah manusia dan Allah. Bunda Maria tidak hanya melahirkan tubuh Yesus saja, namun ia melahirkan seluruh Pribadi Yesus Kristus. Oleh karena itu, Bunda Maria adalah ibu dari Tuhan kita Yesus Kristus "Allah dan manusia". Karena dia Bunda Allah, maka sudah sepantasnya kita menghormati ibu Tuhan kita Yesus Kristus. Dalam Injil dikatakan "dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: ’Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?’” (Luk 1:41-43). Kita perhatikan di sini bahwa Roh Kudus
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
sendirilah yang berbicara melalui mulut Elisabet bahwa Maria adalah ibu Tuhan. Roh Kudus begitu menghargai Maria, lalu siapakah kita jika berani meremehkan Maria, apalagi menghujat Maria? Oleh karena itu, kalau orang dengan sengaja menghujat Maria, itu sama saja dengan menghujat Roh Kudus yang berkata demikian itu. Oleh karena itu, sebagai orang-orang Katolik kita teguh percaya untuk menghormati Bunda Maria, kita tidak menyembah Maria, tetapi menghormati dia sebagai bunda Tuhan. Bunda Maria telah dipilih untuk menjadi bunda Allah, maka Tuhan memberikan hak-hak istimewa yang hanya diberikan kepada Bunda Maria dan tidak diberikan kepada kita. Bunda Maria diberi hak-hak istimewa yang tidak dimiliki oleh manusia. Apakah hak-hak istimewa yang diberikan kepada Bunda Maria? Salah satunya adalah bahwa Maria dibebaskan dari dosa sejak ia dikandung. Hal ini supaya tubuh Maria sungguh-sungguh menjadi tidak bercela karena ia harus melahirkan Yesus Kristus, Sang Penyelamat dunia yang tak bercela. Jadi karena Maria dipilih untuk melahirkan Yesus, maka ia pun menerima rahmat istimewa ini, dikandung tanpa noda dosa. Demi kepentingan Yesus dan seluruh umat manusia, Maria dibebaskan dari segala noda dosa. Karena dia dibebaskan dari noda dosa, maka Maria sebetulnya juga tidak tunduk kepada hukum dosa karena dia tidak pernah berbuat dosa. Maka dari itu dia dibangkitkan kembali dengan tubuhnya. Inilah kepercayaan Gereja. Gereja percaya bahwa Allah mengangkat Maria ke surga dengan jiwa dan badan, karena peranannya yang luar biasa dalam karya penyelamatan dan penebusan Kristus. Kebenaran iman ini dimaklumkan sebagai dogma dalam kontitusi Apostolik Munificentissimus Deus oleh Sri Paus Pius XII (1939-1958). Dalam Kontitusi Apostolik itu, Sri Paus menyatakan: "Kami memaklumkan, menyatakan, dan menentukannya menjadi suatu dogma wahyu ilahi: bahwa Bunda Allah yang tak Bernoda, Perawan Maria, setelah menyelesaikan hidupnya di dunia ini, diangkat dengan badan dan jiwa ke dalam kemuliaan surgawi". Sejak semula Gereja mengimani bahwa Maria telah dipilih Allah sejak awal mula untuk menjadi Bunda Putera-Nya, Yesus Kristus. Untuk itu Allah menghindarkannya dari noda dosa asal dan mengangkatnya jauh di atas para malaikat dan orang-orang kudus. Pada tahun 1950 Paus Pius XII menjadikan kepercayaan ini sebagai dogma. Dogma ini berarti kebenaran iman yang sudah ada sejak semula. Dalam Kitab Suci juga kita jumpai banyak kebenaran iman, karena begitu pentingnya sehingga Gereja hanya meneguhkan "inilah wahyu Allah". Gereja hanya menyampaikannya secara resmi. Sebenarnya banyak wahyu Allah yang tidak dijadikan dogma. Sehingga Gereja menyatakan dengan resmi dan tegas oleh rahmat yang diberikan Tuhan dalam Gereja
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
untuk mengatakan dengan wibawa yang besar tanpa salah "inilah termasuk dasar wahyu Allah". Itulah dogma. Gereja Katolik dengan resmi berdasarkan wibawa dan wewenangnya berani mengatakan "ini adalah wahyu Allah". Sehingga dalam Gereja dogma-dogma itu sedikit sekali. Bila kita meninggal, badan kita terpisah dan badan kita baru akan dibangkitkan pada akhir zaman, namun kita tidak tahu kapan hal itu terjadi. Sedangkan Bunda Maria diberi hak istimewa, ia sudah dibangkitkan sekarang ini dengan tubuh dan jiwa sekaligus, tanpa harus menunggu saat akhir zaman tiba. Lalu sekarang mengapa Gereja Katolik menghormati Bunda Maria? Gereja Katolik menghormati Bunda Maria karena dia adalah bunda Allah, dan juga selain itu Bunda Maria mempunyai peranan-peranan yang sangat penting khususnya dewasa ini. Kita akan melihat beberapa peranan Bunda Maria. 1. Maria adalah Teladan Iman bagi Kita Maria percaya kepada sabda Tuhan, dia begitu peka terhadap sabda Allah dan ia percaya apa yang disabdakan Tuhan, walaupun tampaknya sulit. Maria tetap bertekun dan percaya kepada Tuhan dalam segala situasi hidupnya. Dalam hidupnya, Bunda Maria juga tidak bebas dari kesusahan, dia menderita bukan karena dosa-dosanya, tetapi dia menderita karena mau solider dengan umat manusia yang menderita. Oleh karena itu, kita melihat sejak permulaan, ketika dia diberi kabar gembira oleh malaikat Tuhan, betapa sulitnya ia harus menghadapi kenyataan bahwa ia harus mengandung dari Roh Kudus dan bagaimana ia harus meyakinkan St. Yosef. Secara manusiawi Bunda Maria tidak bisa, dan kemudian dia serahkan semuanya kepada Allah. Allah sendiri yang kemudian campur tangan dan mengatakan kepada Santo Yosef melalui seorang malaikat bahwa anak yang dikandung Maria itu berasal dari Roh Kudus. Lalu penderitaan Maria yang lain adalah saat ia bersama Yosef dan Yesus yang masih kecil harus mengungsi ke Mesir karena dikejar-kejar mau dibunuh. Baru saja melahirkan, Maria harus mengungsi ke Mesir yang sangat jauh. Saat-saat mau melahirkan pun dia tidak diterima oleh orangorang di Betlehem, tidak ada orang mau menerima dia untuk menumpang di rumah, sehingga ia terpaksa harus melahirkan di kandang binatang. Bisa kita bayangkan penderitaan Bunda Maria saat itu pastilah sangat berat, dan walaupun ia istimewa di mata Tuhan, sebagai manusia dia hidup sebagai orang yang miskin. Suaminya, St Yosef, bekerja sebagai tukang kayu kecil, bukan juragan kayu, atau bos kayu seperti sekarang ini.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
Hidup Bunda Maria sebagai manusia sangat sederhana dan begitu miskin, bersama St. Yosef, si tukang kayu, mereka tinggal di sebuah desa kecil yang bernama Nazaret. Maria adalah teladan iman, sehingga dalam hidupnya ia harus mengalami percobaan-percobaan iman, tantangan-tantangan iman, dan Bunda Maria tetap percaya kepada Tuhan. Imannya begitu besar sehingga ketika Yesus mulai tampil di muka umum, karena iman Maria maka mujizat pertama Yesus terjadi di pesta perkawinan Kana. Air berubah menjadi anggur, Yesus mengadakan mujizat-Nya karena permintaan Bunda Maria. Kemudian pada waktu Yesus disalibkan, di mana kita melihat Bunda Maria? Bunda Maria berada di bawah salib Yesus. Bisa dibayangkan, seorang ibu yang melihat anaknya yang tidak bersalah, tidak berdosa, dimusuhi dan akhirnya ditangkap, disiksa, dihukum sewenang-wenang, dan Dia harus memikul salib sampai mati di kayu salib. Bunda Maria melihat semua itu dari dekat. Bunda Maria tidak mau menyingkir, ia tetap mengikuti Putranya sampai di bawah salib. Maria tetap setia berdiri di bawah kaki salib Yesus melihat Anaknya mati secara kejam dan tragis oleh orang-orang yang benci kepada Yesus. Bisakah Anda bayangkan seandainya anak Anda disiksa di depan mata Anda, bagaimana perasaan Anda? Mungkin banyak di antara kita yang akan mengatakan lebih baik saya saja jangan anak saya. Saya kira akan demikian. Penderitaan Bunda Maria begitu besar, karena itu Bunda Maria juga disebut "Bunda Dukacita". Maria mengenal penderitaan para ibu yang melihat anak-anaknya tidak karuan hidupnya, karena itu pergilah kepada Bunda Maria, dia mengerti penderitaanmu, dia mengerti apa artinya sebagai seorang ibu yang anaknya tersiksa, karena Bunda Maria telah mengalami bagaimana Anaknya diperlakukan tidak adil, diperlakukan sewenang-wenang di atas kayu salib. Betapa pedihnya, sedihnya hati Bunda Maria. Oleh karena Maria adalah teladan iman, maka dia mengamini sabda Allah dan dia percaya pada apa yang dikatakan Allah. Ini berbeda dengan Zakaria yang tidak percaya, Bunda Maria justru percaya. Oleh karena itu, ketika malaikat mengatakan kepada Zakaria, bahwa istrinya, Elisabet, akan mengandung, Zakaria dalam hatinya tertawa dan berkata, ”Mana mungkin saya dan istri saya yang sudah tua, bisa punya anak lagi?” Akan tetapi pada diri Bunda Maria berbeda, dia percaya, dan karenanya Elisabet pun berkata, "berbahagialah dia yang telah percaya" (Lk 1”45).
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
2. Bunda Maria sebagai Teladan Pelaksana Kehendak Allah Mengapa manusia sering merasa tidak bahagia, menderita di dunia ini? Hal itu karena manusia seringkali melawan kehendak Allah. Itu dilambangkan dalam "salib". Kalau kita melihat salib ada garis lurus horisontal dan vertikal. Kehendak Allah yang vertikal tidak mau sejajar dengan kehendak sendiri. Kehendak manusia seringkali melawan kehendak Allah, maka seringkali terjadi ’tabrakan’ yang kemudian terbentuklah salib itu. Manusia mencari kehendaknya sendiri, tidak mencari kehendak Tuhan, dia hanya mau mengikuti apa yang baik bagi dirinya, apa yang menguntungkan dia, apa yang menyenangkan dia secara duniawi, tidak secara ilahi. Karena manusia selalu berpusat pada dirinya sendiri, maka dia menjadi sengsara. Kalau keinginannya tidak dituruti, dia sudah kecewa. Kalau keinginannya ditentang orang lain, lalu menjadi marah. Kalau keinginannya diremehkan orang lain, lalu tidak bisa tidur. Hal itu semua karena dia mencari keinginannya sendiri, ingin dipuji, dihormati, dimuliakan, sehingga baru saja diremehkan sudah tidak terima dan sebagainya. Akan tetapi, kalau orang mencari kehendak Allah, maka ia akan berbahagia. Inilah yang dilakukan oleh Bunda Maria, dia hanya mencari apa yang dikehendaki Allah, "terjadilah padaku menurut perkataan-Mu". Dalam hal ini, karena rahmat Allah, Maria mengerti bahwa yang membawa kebahagiaan bagi kita ialah melakukan kehendak Allah itu sendiri. Kalau kita mencari Allah maka kita tak akan pernah kehilangan kebahagiaan, walaupun banyak tantangan dan penderitaan yang harus dihadapi. Hal itu juga yang dialami oleh Bunda Maria. Maria ikut menderita dan sebagainya, tetapi dalam lubuk hatinya dia tidak pernah kehilangan damainya, tidak pernah kehilangan kebahagiaannya, walaupun banyak kesukaran dan tantangan harus ia hadapi. Jadi, Bunda Maria adalah teladan pelaksana kehendak Allah yang sempurna. Dia yang paling peka. Apa yang menjadi kehendak Allah itu yang ia ingini, apa yang dikehendaki Bapa itu pula yang Bunda Maria kehendaki. Lalu bagaimana dengan kita sendiri? Seringkali kita mempunyai kehendak sendiri, apalagi orang dewasa ini bahkan mau mencari hukumnya sendiri. Pokoknya saya senang, saya untung, akhirnya terjadilah pertentangan, peperangan yang mulai terjadi dalam keluarga. Istri mencari kehendaknya sendiri, suami mencari kehendaknya sendiri, anak-anak mencari kehendak sendiri, kalau
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
tidak sama ya saling bertengkar, saling tabrakan. Karena istri ingin suami menyenangkan dia, suaminya minta supaya istri menyenangkan dia, akhirnya seleranya tidak sama. Seandainya di dalam keluarga, istri berusaha untuk betul-betul menyenangkan suaminya, tidak hanya menyenangkan dirinya, lalu suami sebaliknya juga berusaha menyenangkan istrinya tidak hanya menyenangkan dirinya sendiri, maka pasti tidak ada terjadi benturan, dan keluarga menjadi surga di dunia. Kalau kita sama-sama mencari apa yang menjadi kehendak Allah, maka semuanya akan harmonis, akan ada sukacita dan kedamaian, serta kebahagiaan yang sejati dari Tuhan. Itulah yang dialami Bunda Maria, karena itu kita patut meneladaninya sebagai pelaksana kehendak Allah yang sejati. 3. Maria Sebagai ”Utusan Allah” Pada zaman sekarang ini Maria mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam zaman Perjanjian Lama Allah berbicara melalui para nabi seperti dikatakan dalam Ibrani, "dahulu Allah berbicara kepada nenek moyang kita melalui para nabi." Dan dewasa ini Allah berbicara kepada kita melalui Putera-Nya, Yesus Kristus. Akan tetapi sekarang dalam situasi-situasi yang sulit serta sabda Tuhan yang tertulis dalam Kitab Suci sulit dimengerti orang, Allah mengutus Bunda Maria untuk mengingatkan kita kembali akan sabda Tuhan, akan keinginan Tuhan, dan akan perintah-perintah Allah. Oleh karena itu, sejak abad yang lalu secara istimewa Tuhan mengutus Bunda Maria ke dunia ini dengan tanda-tanda dan mujizat-mujizat; dengan demikian kita tahu bahwa melalui penampakanpenampakan yang otentik yang terjadi di dunia, Tuhan sungguh telah mengutus Bunda Maria. Dalam sejarah Gereja, sebetulnya Bunda Maria sudah seringkali menampakkan diri, dan penampakan besar yang mempunyai pengaruh dan dampak yang begitu besar pula terjadi di Mexico. Di Mexico Bunda Maria menampakan diri kepada seorang Indian, dan penampakan itu disertai dengan mujizat. Melalui penampakan Bunda Maria itu dan tanda yang diberikan kepada orang Indian yang sederhana, banyak orang-orang Indian yang bertobat dan percaya kepada Kristus. Apa yang tidak berhasil dilakukan oleh para misionaris yang sudah berpuluh-puluh tahun berusaha mewartakan Injil kepada orang-orang Indian, Maria dengan penampakannya itu, akhirnya menarik banyak orang Indian kepada Kristus. Dan, sampai sekarang tempat itu menjadi tempat ziarah yang besar sekali di dunia. Itu terjadi pada abad XVI dan XVII. Kemudian pada abad XIX, sekitar tahun 1850, seratus tahun yang lalu Bunda Maria secara istimewa menampakkan diri kepada St. Bernadeth di Lourdes. Penampakan itu nadanya tidak berbeda dengan di Mexico, yaitu pesannya "supaya manusia bertobat", supaya manusia berpaling kepada Tuhan. Rupanya ini menjadi urgensi dewasa ini, bahwa manusia harus berpaling kepada Allah.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
Dengan pesan itu banyak orang yang bertobat. Pesan yang disampaikan Bunda Maria sama dengan pesan Tuhan Yesus sendiri karena Bunda Maria turun ke dunia menampakkan diri, bukan atas kehendaknya sendiri, tetapi karena diperintahkan Tuhan, untuk mempersiapkan kedatangan Putranya yang kedua kali pada akhir zaman. Kemudian lebih urgen lagi, Bunda Maria menampakkan diri kepada tiga orang anak di Fatima. Dan, di Fatima itu pesan Bunda Maria sangat mendesak supaya manusia betul-betul berpaling dan bertobat kepada Allah. Kemudian Bunda Maria juga minta supaya dibaktikan secara khusus kepada hatinya yang berdukacita, kepada hati kudus Bunda Maria, untuk berdoa bersama dia terus-menerus dengan doa Rosario. Bunda Maria mengatakan, kalau manusia tidak bertobat maka bencana dan malapetaka akan terjadi di dunia serta Rusia akan menyebarkan kesesatan kepada dunia. Dan kita tahu selama sekian puluh tahun (
70 tahun) Rusia menyiarkan kesesatan komunisme di mana-mana, hal yang begitu
mengerikan. Akan tetapi kemudian Paus Yohanes Paulus II membaktikan Rusia dan seluruh dunia kepada hati Bunda Maria, mengajak seluruh uskup di seluruh dunia berbakti kepada hati Bunda Maria, sehingga akhirnya komunisme dijebol; mula-mula tembok Berlin dirobohkan, di Jerman, Polandia, dan di Rusia sendiri komunisme menjadi hancur karena kebaktian kepada hati kudus Maria tadi. Akan tetapi, peringatan Bunda Maria masih sangat urgen bahwa masanya sudah dekat, kita semua diharapkan betul-betul kembali dan bertobat kepada Tuhan, sebab kalau tidak bertobat suatu malapetaka besar akan menimpa dunia. Kalau kita melihat kejahatan-kejahatan yang sedang terjadi sangat mengerikan, bermacam bentuk kejahatan telah melanda dunia termasuk di negara kita, orang-orang tidak takut lagi pada hukuman dan tidak takut kepada Allah. Pada tanggal 1 Januari 1981 Paus Yohanes Paulus II mengungkapkan kepada seluruh dunia dalam pesan tahun baru itu, tentang bahaya yang mengancam dunia. Kalau terjadi perang nuklir akan dahsyat sekali dan mengerikan sebab akan menghancurkan seluruh bumi dengan segala isi bumi termasuk manusia yang akan menderita akibat radiasi nuklir tersebut, akibatnya akan sangat mengerikan. Peringatan-peringatan Bunda Maria pada akhir-akhir abad ini terjadi di banyak tempat, di mana-mana Bunda Maria menampakkan diri untuk menyampaikan pesan supaya manusia berbalik pada Allah dan bertobat, suatu peringatan yang sebetulnya sangat keras. Kalau manusia tidak bertobat akan terjadi segala malapetaka besar. Lalu bagaimana sikap kita? Memang peringatan itu sangat ngeri, sebetulnya peringatan supaya bertobat itu disampaikan karena hati Allah yang memperingatkan kepada kita, "bertobatlah dan kembalilah kepada-Ku dengan segenap hatimu." Oleh karena itu, pada
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
tahun-tahun akhir ini penampakan Bunda Maria banyak sekali terjadi di mana-mana, walaupun tentu saja banyak juga penampakan-penampakan palsu yang terjadi. Untuk itu kita juga harus mengujinya, tetapi penampakan-penampakan yang otentik yang telah diselidiki oleh para ahli dengan mempelajari gejala dan tanda-tanda yang serius cukup meyakinkan, maka ini peringatan-peringatan Bunda Maria sangat penting. Bunda Maria yang diutus oleh Allah, hampir selalu dengan nadanya sedih, dengan hati yang sedih. Kesedihan Bunda Maria diungkapkan antara lain melalui patung yang menangis, patung yang mengeluarkan darah di matanya, dan sebagainya. Ini merupakan ungkapan kesedihan-kesedihan Bunda Maria atas situasi dosa manusia dewasa ini. Kalau melihat di sekitar kita, begitu banyak dosa-dosa yang terjadi, dan dengan dosa-dosa kita sendiri juga menambah penderitaan Bunda Maria. Maka saatnyalah bagi kita sekarang untuk berbalik kepada Tuhan, bertobat dengan segenap hati. Dan pesan Bunda Maria yang sangat penting yaitu dengan bertobat, berdoa, berpuasa, dan bermatiraga, segala bentuk kejahatan dan peperangan akan dihindarkan. Seperti juga yang terjadi ketika Tuhan Yesus menampakkan diri kepada St. Faustina, supaya berdoa dan berdoa, dan itu ia lakukan sehingga ia berdoa untuk suatu kota dan kota itu akhirnya luput dari kebinasaan atau peperangan, sedangkan di sekitar kota itu hancur lebur. Oleh sebab itu, sebenarnya kita bisa ikut menciptakan perdamaian dunia. Perdamaian dunia tidak ditentukan oleh para ahli politik, para pejabat atau pemerintah, tetapi oleh umat-umat yang berdoa, yang berkorban. Tiap-tiap korban kita, tiap-tiap doa kita, itu semua mempunyai nilai yang tak terkatakan di hadapan Allah. Bila kita berdoa, berkorban, maka pertama-tama kita menurunkan berkat atas diri kita sendiri. Kita menyelamatkan diri sendiri dan keluarga, dan kemudian juga ikut menciptakan perdamaian di dunia ini. Perdamaian tidak diciptakan dengan kekerasan, tetapi dengan doa dan pengorbananpengorbanan kita. Inilah pesan Bunda Maria yang dewasa ini begitu terlihat mendesak. Mendekati Milenium III, manusia penuh pengharapan dengan apa yang akan terjadi pada Milenium nanti, suatu pengharapan yang diungkapkan oleh Paus Yohanes Paulus II, bahwa di tengah-tengah segala kejahatan dan gejolak kejahatan yang terjadi, di situlah rahmat Allah akan mengalir dan dicurahkan secara melimpah-limpah, dan itulah yang akan menyelamatkan dunia. Suatu musim semi baru akan tiba dalam Gereja dan tanda-tandanya sudah kelihatan di mana-mana. Akan tetapi, juga pesan Bunda Maria bahwa semuanya itu akan melalui pemurnian yang dahsyat dan kalau demikian tidak ada seorang pun yang bisa meluputkan diri. Kita sebagai orang beriman, kita bisa meluputkan diri dari semua itu, apa pun yang akan terjadi, kita tidak akan goyah dan takut kalau kita berpaling kepada Tuhan dengan segenap hati. Yesus yang sungguh Allah dan sungguh manusia sekarang bertahta di
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
surga sebagai Raja yang kepada-Nya telah diserahkan segala kekuasaan baik di surga maupun di bumi yang akan melindungi kita. Dan Bunda Maria, ibu-Nya yang menyertai Dia dengan setia dalam seluruh karya-Nya di tengah-tengah manusia kini bertahta juga di surga sebagai Ratu Surgawi, yang mendoakan kita di hadapan Puteranya dan menolong kita dalam semua kedukaan kita. Di dalam Yesus dan Bunda Maria, keluhuran martabat manusia tampak dengan cemerlang. Kecemerlangan martabat manusia itu bukan terutama karena keagungan manusia di antara ciptaan lainnya, melainkan terutama karena karya penebusan Yesus Kristus, Putera Maria, dan persatuan mesra dengan-Nya. Maka pengangkatan Maria ke surga dengan badan dan jiwa ini menunjukkan juga kepada kita betapa tingginya nilai tubuh manusia di hadapan Allah.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
BAB IX TRI TUNGGAL MAHA KUDUS
Tritunggal atau Trinitas adalah doktrin Iman Kristen yang mengakui Satu Allah Yang Esa, namun hadir dalam Tiga Pribadi Allah: Allah Bapa dan Allah Putra dan Allah Roh Kudus. Dimana ketiga Pribadi Allah, sama esensinya, sama kedudukannnya, sama kuasanya, dan sama kemuliaannya. Doktrin Tritunggal adalah doktrin utama Kekristenan. Doktrin ini diterima oleh mayoritas aliran-aliran Kristen:Katolik,Protestan,dan Orthodoks. Istilah Tritunggal, atau trintiy (Inggris), atau trinitas(Latin) mengandung arti ketiga Pribadi dalam satu kesatuan esensi Allah. Formula Doktrin Tritunggal berbunyi: satu keberadaan Allah didalam tiga Pribadi: Allah Bapa dan Allah Anak (Putra) dan Allah Roh Kudus. Satu Keberadaan Allah Yang Esa. Istilah keberadaan, bahasa Yunani-nya adalah ousia (Ing: being ). Istilah ousia memiliki beberapa istilah Latin yang sepadan: substantia (Ing: substance), essentia (Ing: essence), natura (Ing: nature). Maka satu keberadaan Allah sama pengertiannya dengan satu esensi,atau satu natur, atau satu substansi Allah. Tiga Pribadi Allah. Istilah pribadi,bahasa Yunani-nya adalah hupostasis, diterjemahkan ke Latin menjadi persona (Ing:Person). A. Pengertian Tritunggal Dalam analogi sederhana api dapat digunakan sebagai penjelasan: Api terbagi menjadi tiga komponen yaitu: panas, cahaya (tepatnya gelombang cahaya), dan daya bakar. Jadi walau api itu satu, namun api bisa kita temui dalam tiga wujud sesuai dengan keinginan kita, misal sebagai panas (waktu kita memasak), sebagai cahaya (waktu lampu mati dan kita menyalakan lilin), dan dalam wujud pembakar (waktu kita membakar kertas). Hal ini ‘identik’ dengan keberadaan Allah, karena kita dapat berjumpa dengan Allah dalam tiga pribadi, sebagai Allah Bapa (waktu kita bertobat dan menyesali dosa), atau sebagai Yesus (waktu kita memohon sesuatu), dan sabagai Allah Roh Kudus (waktu kita meminta kekuatan).
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
B. Sejarah Tri Tunggal Mahakudus SELAMA bertahun-tahun, ada banyak tentangan atas dasar Alkitab terhadap gagasan yang makin berkembang bahwa Yesus adalah Allah. Dalam upaya untuk mengakhiri pertikaian itu, penguasa Roma Konstantin memanggil semua uskup ke Nicea, jumlahnya sekitar 1800 uskup. Dari jumlah ini sekitar 1000 orang dari timur dan 800 orang dari barat. Namun jumlah yang hadir, lebih sedikit dan tidak diketahui pasti berapa. Eusebius dari Kaisaria menghitung 250, Athanasius dari Alexandria menghitung 318, dan Eustatius dari Antiokia mencatat 270 orang. Mereka bertiga hadir pada konsili ini. Belakangan Socrates Scholasticus mencatat lebih dari 300 orang dan Evagrius, Hilarius, Hieronimus dan Rufinus mencatat 318 orang. Konstantin bukan seorang Kristen. Menurut dugaan, ia belakangan ditobatkan, tetapi baru dibaptis pada waktu sedang terbaring sekarat. Mengenai dirinya, Henry Chadwick mengatakan dalam The Early Church: “Konstantin, seperti bapanya, menyembah Matahari Yang Tidak Tertaklukkan;... pertobatannya hendaknya tidak ditafsirkan sebagai pengalaman kerelaan yang datang dari batin... Ini adalah masalah militer. Pengertiannya mengenai doktrin Kristen tidak pernah jelas sekali, tetapi ia yakin bahwa kemenangan dalam pertempuran bergantung pada karunia dari Allah orang-orang Kristen.” Peranan apa yang dimainkan oleh kaisar yang tidak dibaptis ini di Konsili Nicea? Encyclopaedia Britannica menceritakan: Karena itu, peran“Konstantin sendiri menjadi ketua, dengan aktif memimpin pertemuan dan secara pribadi mengusulkan... rumusan penting yang menyatakan hubungan Kristus dengan Allah dalam kredo yang dikeluarkan oleh konsili tersebut, ‘dari satu zat dengan Bapa’... Karena sangat segan terhadap kaisar, para uskup, kecuali dua orang saja, menandatangani kredo itu, kebanyakan dari mereka dengan sangat berat hati.” Konstantin penting sekali. Setelah dua bulan debat agama yang sengit, politikus kafir ini campur tangan dan mengambil keputusan demi keuntungan mereka yang mengatakan bahwa Yesus adalah Allah. Tetapi mengapa? Pasti bukan karena keyakinan apapun dari Alkitab. “Konstantin pada dasarnya tidak mengerti apa-apa tentang pertanyaan pertanyaan yang diajukan dalam teologi Yunani,” kata A Short History of Christian Doctrine. Yang ia tahu adalah bahwa perpecahan agama merupakan ancaman bagi kekaisarannya, dan ia ingin memperkuat wilayah kekuasaannya.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
Namun, tidak seorang uskup pun di Nicea mengusulkan suatu Tritunggal. Mereka hanya memutuskan sifat dari Yesus tetapi bukan peranan roh kudus. Jika suatu Tritunggal merupakan kebenaran Alkitab yang jelas, tidakkah mereka seharusnya mengusulkannya pada waktu itu? C. Perkembangan Pemahaman Tri Tunggal Mahakudus SETELAH Konsili Nicea, perdebatan mengenai pokok ini terus berlangsung selama puluhan tahun. Mereka yang percaya bahwa Yesus tidak setara dengan Allah bahkan mendapat angin lagi untuk beberapa waktu. Namun belakangan, Kaisar Theodosius mengambil keputusan menentang mereka. Ia meneguhkan kredo dari Konsili Nicea sebagai standar untuk daerahnya dan mengadakan Konsili Konstantinopel pada tahun 381 M. untuk menjelaskan rumus tersebut. Konsili tersebut menyetujui untuk menaruh roh kudus pada tingkat yang sama dengan Allah dan Kristus. Untuk pertama kali, Tritunggal Susunan Kristen mulai terbentuk dengan jelas. Tetapi, bahkan setelah Konsili Konstantinopel, Tritunggal tidak menjadi kredo yang diterima secara luas. Banyak orang menentangnya dan karena itu mengalami penindasan yang kejam. Baru pada abad-abad belakangan Tritunggal dirumuskan dalam kredo-kredo yang tetap. The Encyclopedia Americana mengatakan : “Perkembangan penuh dari ajaran Tritunggal terjadi di Barat, pada pengajaran dari Abad Pertengahan, ketika suatu penjelasan dari segi filsafat dan psikologi disetujui.” D. Kredo Athanasia TRITUNGGAL didefinisikan lebih lengkap dalam Kredo Athanasia. Athanasius adalah seorang pendeta yang mendukung Konstantin di Nicea. Kredo yang memakai namanya berbunyi: “Kami menyembah satu Allah dalam Tritunggal... sang Bapa adalah Allah, sang Anak adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah; namun mereka bukan tiga allah, tetapi satu Allah.” Tetapi, para sarjana yang mengetahui benar masalahnya setuju bahwa Athanasius tidak menyusun kredo ini. The New Encyclopedia Britannica mengomentari: “Kredo itu baru dikenal oleh Gereja Timur pada abad ke-12. Sejak abad ke-17, para sarjana pada umumnya setuju bahwa Kredo Athanasia tidak ditulis oleh Athanasius (meninggal tahun 373) tetapi mungkin disusun di Perancis Selatan pada abad ke-5... Pengaruh kredo itu tampaknya terutama ada di Perancis Selatan dan Spanyol pada abad ke-6 dan ke-7. Ini digunakan dalam liturgi gereja di Jerman pada abad ke-9 dan kira-kira tidak lama setelah itu di Roma.”
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
Jadi dibutuhkan waktu berabad-abad sejak zaman Kristus bagi Tritunggal untuk dapat diterima secara luas dalam Susunan Kristen. Dan dalam semua hal tersebut, apa yang membimbing keputusankeputusannya? Apakah Firman Allah, atau apakah pertimbangan para pendeta dan politik? Dalam Origin and Evolution of Religion, E. W. Hopkins menjawab: “Definisi ortodoks yang terakhir dari tritunggal sebagian besar adalah masalah politik gereja.” E. Pengertian Pribadi Dalam Tritunggal Allah Tritunggal: Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus merupakan inti ajaran Kristen. Ketiga Pribadi sama kedudukannya, sama kuasanya, dan sama kemuliaannya. Ketiganya satu dalam esensi dan memiliki sifat (Ing:attribute) yang sama. Ke-mahakuasa-an,ke-tidak-berubah-an, kemahasuci-an, ke-tidak-tergantung-an, dimiliki oleh masing-masing Pribadi Allah. Masing-masing Pribadi adalah Allah, namun ke tiga Pribadi tidak identik, maka Allah Bapa bukan Allah Anak; Allah Anak bukan Allah Roh Kudus; dan Allah Roh Kudus bukan Allah Bapa. Ketiganya dapat dibedakan, tetapi didalam esensi tidak terpisahkan.
1. Allah Bapa Allah sebagai Bapa yang memelihara, yang memberikan kasih seorang Bapa Sejati yang sangat mesra, begitu penyayang dan begitu tertib penuh ketegasan (disiplin). Bapa Sorgawi tidak pernah sama dengan para bapa (bapak-bapak atau para ayah) dunia ini dalam hal kasih dan karakter yang tidak dapat terbandingi dengan kasih dan karakter Bapa Sorgawi. Allah sebagai Bapa Sorgawi merupakan Bapa yang sempurna dari segala bapa (bapak-bapak atau para ayah) dunia ini yang adalah gambaran dan rupa (duplikat dan bayangan) dari Sang Bapa Sorgawi yang murni. Bapa (Kepribadian Bapa) tidaklah lebih tinggi daripada Anak ataupun juga dengan Roh Kudus.
2. Allah Anak Allah sebagai teladan dengan Ia merendahkan diri-Nya dalam rupa manusia dan mengenakan nama Yesus yang adalah Kristus (Allah yang datang sebagai manusia), taat pada semua hukum yang telah Ia tetapkan, mati di kayu salib, dikuburkan, lalu bangkit pada hari yang ketiga, dan naik ke surga dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan mati. Ia adalah teladan iman sejati dan sumber kehidupan bagi orang Kristen. Allah telah menunjukkan kasih-Nya yang terbesar dengan menjadi Anak yang mati di kayu salib. Ini adalah berita Injil yang adalah kekuatan Allah. Alkitab menyatakan bahwa Anak merupakan yang Anak sulung Allah dari semua anak-anak Allah dimaksudkan bahwa Anak pun merupakan "Sahabat Sejati" yang rela mengorbankan Nyawa-Nya dan
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
tidak menyayangkannya sama sekali untuk manusia dapat diterima sebagai anak-anak Allah. Anak (Kepribadian Anak) tidak pernah lebih rendah daripada Bapa.
3. Allah Roh Kudus Allah sebagai Pembimbing, Pendamping, Penolong, Penyerta, dan Penghibur yang tidak terlihat, namun berada dalam hati setiap manusia yang mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan hidup didalam-Nya. Roh Kudus bukanlah tenaga aktif. Roh Kudus bukanlah kebijaksanaan (pikiran) tertinggi dari seluruh alam jagad kosmik. Roh Kudus bukanlah manusia tokoh pendiri suatu agama baru. Roh Kudus tidak pernah berbau hal yang mistik. Memang benar bahwa Allah itu maha kuasa, tetapi Roh Kudus itu bukan sekedar kuasa atau kekuatan, tetapi Roh Kudus adalah Allah, sebab Allah itu Roh. Dengan demikian Roh Kudus adalah Pribadi Allah itu sendiri dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Allah. Kepribadian Roh Kudus tidak pernah lebih rendah daripada Bapa maupun Anak. «» F. Dasar-Dasar Alkitabiah Tritunggal •
Pada saat penciptaan dalam Kitab Kejadian Allah berkata: "Marilah Kita ...", kata Kita merupakan subjek jamak.
•
Saat Yesus dibaptis di sungai Yordan, Ia menunjukkan kepribadian-Nya pada saat yang sama dan bermunculan bersama-sama dengan Roh Kudus (dalam manifestasi burung merpati) turun ke atas Anak, dan Bapa berfirman dengan lantang penuh kasih.
•
Saat penciptaan, dimana Bapa mencipta, Anak berfirman, dan Roh Kudus yang memulihkan (melayang-layang) sempurna.
•
Saat Pencurahan Pentakosta, dimana Bapa mengutus, Anak yang memberikan Roh Kudus, dan Roh Kudus tercurah pada murid-murid Yesus yang ada di atas loteng.
•
Saat Yesus berada di atas gunung, setelah Ia meneladani manusia dengan berdoa, Ia menunjukkan kemuliaan-Nya dan menampakkan kepribadian-Nya dengan wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang, kemudian Roh Kudus turun, dan awan yang terang menaungi 3 orang murid Yesus. Bapa dari dalam awan itu memperdengarkan suara-Nya dan berkata: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
G. Pandangan Alkitab Terhadap Allah Tritunggal Hal pertama yang perlu kita tegaskan adalah bahwa kita tidak menemukan istilah Allah Tritunggal di dalam Alkitab.
Karena itu, ada sebagian orang yang menolak pandangan Allah
Tritunggal karena menurut mereka istilah itu tidak pernah ditemukan di dalam Alkitab, baik di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Selanjutnya, mereka itu menyatakan bahwa ajaran Allah Tritunggal hanya merupakan ciptaan dari bapak-bapak Gereja mula-mula. Benarkah demikian? Jawabnya adalah, memang istilah Allah Tritunggal tidak ditemukan, baik di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Jika kita melihat perkembangan doktrin Tritunggal tersebut, memang hal itu tidak terlihat secara jelas dinyatakan di dalam Perjanjian Lama. Umat Allah di dalam Perjanjian Lama malah terus menerus diperingatkan bahwa Allah itu esa (Ulangan 6:4). Hukum Taurat pertama dari sepuluh Hukum Taurat menegaskan : Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu (Kel.20:3). Itulah sebabnya umat Allah di dalam Perjanjian Lama hanya beribadah kepada YHWH. Namun demikian, kehadiran Yesus Kristus dan Roh Kudus di Perjanjian Baru membuat pemahamaman akan keesaan Allah tersebut perlu dipikirkan ulang. Siapakah Yesus Kristus? Siapakah Roh Kudus? Apakah Yesus manusia biasa, atau sekedar seorang nabi seperti nabi lainnya di dalam Perjanjian Lama? Penulis-penulis Perjanjian Baru memberi pengajaran bahwa Yesus dan Roh Kudus adalah pribadi Allah juga. Sekalipun terjadi pro-kontra di dalam gereja mula-mula tentang pribadi Yesus, namun akhirnya, pada tahun 325 hal itu dapat diselesaikan melalui sidang "oikumene" (konsili) pertama di Necea bahwa Yesus adalah Allah. Pengakuan bahwa Yesua adalah Allah diteguhkan dalam konsili-konsili selanjutnya, seperti Konsili Efesus (431), Chalcedon (451). Demikian juga keAllahan Roh Kudus diteguhkan melalui Konsili kedua di Konstantinopel pada tahun 381. Jika d emikian halnya, apakah Alkitab mengajarkan adanya tiga Allah? Tentu saja tidak, sebab sebagaimana kita lihat pada Hukum Taurat pertama, Allah menegaskan untuk tidak menyembah Allah lain di luar Dia Pengakuan kepada Allah yang esa merupakan pengakuan mutlak yang tidak dapat ditawartawar (Ulangan 6:4). Di dalam Injil Perjanjian Baru, kita juga menemukan penegasan akan keesaan Allah tersebut, baik oleh Tuhan Yesus (Yoh.10:30) maupun oleh rasul-rasul (1Tim.2:5). Dari pengajaran Alkitab tersebut, kita melihat bahwa di satu sisi Alkitab menegaskan keesaan Allah, tapi di sisi lain, kita menemukan adanya kejamakan di dalam keesaan tersebut. Dari kenyataan tersebut, bapak-bapak Gereja mencoba memahami dan menjelaskannya. Tentu saja, sebagaimana kita sebutkan di atas, ada pemahaman yang tidak sesuai dengan pengajaran Alkitab, seperti Sabellianisme dan Arianisme dan ada juga yang sesuai dengan ajaran Alkitab, sebagaimana diajarkan oleh Athanasius.
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
Apakah adanya sifat kejamakan di dalam Allah yang esa tersebut hanya ditemui di dalam Perjanjian Baru? Sebenarnya, jika kita meneliti Perjanjian Lama, kita juga menemukan adanya unsur kejamakan tersebut. Kejamakan tersebut dapat ditemukan ketika kita membaca kalimat pertama Perjanjian Lama. Dalam Kej.1:1 kita membaca: Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Di dalam bahasa aslinya (Ibrani) kalimat tersebut berbunyi: Be reshit bara Elohim et ha shamayim ve et ha aretz. Kata Elohim menandakan jamak (bandingkan dengan Yes.6:2 di mana banyak mahluk surgawi (serafim) melayani Allah). Salah satu oknum dari Allah Tritunggal tersebut segera disebut secara eksplisit pada ayat 2: Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Selanjutnya, kita juga dapat menemukan kejamakan tersebut dalam kisah penciptaan manusia: Baiklah KITA menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita ( (Kej.1:26). Lalu bagaimana dengan Perjanjian Baru? Ketiga oknum Tritunggal dinyatakan dengan sangat jelas. Misalnya, dalam kisah pembaptisan Yesus (Mark.1:9-11), kisah pengutusan pada saat Yesus memberikan amanat agung: Mat.28:19, pada saat khotbah perpisahan (Yoh.16:4-7), juga dalam memberi berkat (2 Kor.13:13).
DIKTAT BAHAN AJAR
PAK
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Mangunwijaya, Mengatasi Hambatan-hambatan Kepribadian, Yogyakarta, Yayasan Canisius. A.P. Budiyono, Mendalami Kitab Suci Dalam Kelompok dengan 30 orang, Yogyakarta, Yayasan Canisius. Dahler, R.Franz. 1978. Masalah Agama. Yogyakarta : Kanisius Ismantoro, SJ. 1992 Kuliah Agama Katolik di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta KomisiKateketik KWI. 1992.Pendidikan Agama Katolik. Jakarta KWI 1997 Iman Katolik. Jakarta : kanisius dan Obor Lembaga Alkitab Indonesia. 1991. Alkitab. Jakarta
Maryanto Ernest./1987.Persiapan Krisma Suci. Yogyakarta:Kanisius R. Hardowiyono Sy, Membina Jamaat Beriman, Jakarta, Dokpen MAWI. Riberu J. 1986. Materi Kuliah Agama Katolik di Perguruan Tinggi. Jakarta
Thom Yakobs, Dinamika Gereja, Yogyakart, Yayasan Canisius. V. Riberu, Ilham bagi para pengilham, Jakarta, Suseat.