bab i kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar latar belakang

53 downloads 1022 Views 525KB Size Report
Memahami tujuan yang dicanangkan bagi terjadinya proses belajar ... Menjelaskan tujuan kegiatan belajar mengajar bagi anak sekolah dasar. 5. Menjelaskan ...
BAB I KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR LATAR BELAKANG Kegiatan belajar bagi anak usia sekolah dasar mempunyai arti dan tujuan tersendiri. Hal ini berkaitan dengan ciri-ciri atau karakteristik anak yang bersangkutan. Seorang guru SD harus memahami bahwa komponen anak merupakan komponen terpenting dalam proses pengajaran. Karenanya proses pengajaran itu harus diciptakan atas dasar pemahaman siapa dan bagaimana anak tumbuh dan berkembang. Dengan kata lain kegiatan belajar mengajar yang secara praktis dikembangkan guru di sekolah dasar, dituntut untuk berorientasi pada perkembangan anak secara tepat. Inilah suatu pendekatan pengajaran yang dikenal dengan ”Developmentally Appropriate Practice” Hal utama yang penting dipahami oleh guru SD adalah bahwa pendekatan pengajaran yang berorientasi pada perkembangan anak (DAP), merujuk pada pemahaman yang mendalam (philosophy) tentang pentingnya pengejawantahan mengenai perkembangan anak dalam setiap keputusan pengembangan program dan praktek pengajaran. Pendekatan ini didasarkan pada pemahaman baik dimensi umur anak maupun dimensi individualnya. Dengan pendekatan DAP pengajaran berorientasi pada apa yang peserta didik sukai, apa yang peserta didik harapkan, atau bahkan apa yang peserta didik inginkan. Pendekatan ini menghendaki pengajaran menjadi bersifat ”child initiated, child-directed, dan ”teacher-supported”, yang Carot (1995) ungkapkan hal itu sebagai komponen esensial dalam pendekatan DAP. Melalui pendekatan DAP, arti tujuan belajar bagi anak sudah tentu menjadi demikian penting. Karena komponen tujuan dalam pengajaran, harus dipertimbangkan dengan cermat. Tujuan itu tidak cukup hanya dijelaskan dengan rumusan tujuan instuksional saja. Memahami tujuan yang dicanangkan bagi terjadinya proses belajar yang diharapkan anak SD, seorang guru akan selalu dituntut untuk menyadari adanya tujuan-tujuan pengiring. Demikian juga suatu keluaran yang dikehendaki dari proses pengajaran itu bukan sekedar dilihat dari dampak instruksionalnya saja (intructional effect), melainkan pula mencakup pertimbangan tentang pentingnya dampak pengiring (nurturent effect). Tujuan Setelah Anda mempelajari dan mengkaji materi ini, Anda dapat : : 1. Menjelaskan hakekat pendekatan DAP beserta pemahaman akan dimensi umur anak dan dimensi individualnya dalam pengajaran 2. Menjelaskan karakteristik anak usia SD secara umum dan tanggung jawab guru dalam mengembangkan sistem pengajarannya 3. Menjelaskan arti belajar bagi anak usia sekolah dasar dalam pandangan ahli psiko

1

logi konstruktivistik 4. Menjelaskan tujuan kegiatan belajar mengajar bagi anak sekolah dasar 5. Menjelaskan hakekar mengajar di SD sejalan dengan arti belajar menurut pandangan ahli psikologi konstruktivistik 6. Menggambarkan penciptaan kondisi lingkungan belajar yang dibutuhkan dilihat dari tiga dimensi perkembangan anak usia sekolah dasar 7. Menjelaskan tujuan pengajaran dan tujuan pengiring, demikian halnya dengan keluaran pengajaran dalam bentuk dampak instruksional dan dampak pengiring A. HAKEKAT PENDEKATAN ”DAP” Developmentally Appropriate Practice (DAP) adalah suatu kerangka acuan; suatu filosofis atau juga pendekatan mengenai bagaimana berinteraksi dan bekerja bersama anak (peserta didik). Pendekatan DAP didasarkan atas akumulasi data atau fakta dan hasil-hasil penelitian yang memerankan tentang apa yang peserta didik sukai. Menurut konsep ini pengejawantahan pengetahuan tentang perkembangan peserta didik atau hal-hal yang berkenaan bagi anak SD ke dalam setiap implikasi praktis pengembangan pengajaran tidaklah diabaikan. Dalam setiap pelaksanaan pengajaran, guru akan selalu dituntut untuk mampu membuat keputusan. Keputusan inilah yang akan menetapkan apakah suatu pengajaran yang ditempu guru itu telah mempertimbangkan pengetahuan mengenai anak atau belum. Jika keputusan itu benar-benar mengakomodasikan ”siapa anak SD sebenarnya”, maka keputusan tersebut dapat dikatakan telah mendasarkan pada pendekatan DAP. Menyimak pendapat Bredekamp (1987) tentang konsep ”developmental appropriateness” menunjukkan bahwa pendekatan pengajaran yang berorientasi pada perkembangan anak itu mempunyai dua dimensi pemahaman. Pertama adalah dimensi umur (age appropriate) dan yang kedua adalah dimensi individual (individually appropriate). Dengan memahami dimensi umur peserta didik, guru dalam menyelenggarakan pengajarannya tidak akan pernah bisa mengabaikan aspek perkembangan peserta didik. Misalnya diakui Bredekamp bahwa hasil pendidikan mengenai perkembangan manusia itu memperlihatkan hal yang berlaku umum, yakni adanya perkembangan yang dapat diramalkan mengenai urutan pertumbuhan (growth) dan perubahan (change) yang terjadi terutama selama umur 9 tahun. Perubahan yang dapat diramalkan itu menyangkut aspek perkembangan fisik, emosional, sosial dan perkembangan kognitif. Pemahaman tentang keunikan perkembangan peserta didik dalam rentang waktu (umur) tersebut selayaknya menjadi acuan atau dasar filosofis setiap pelayanan program pengajaran yang disediakan guru. Guru sepatutnya mampu mempersiapkan dan menyediakan lingkungan belajar dari pengalaman belajar yang benar-benar ”approratee” (layak, pantas, cocok, padan atau tepat) dengan perkembangan anak.

2

Selanjutnya dengan memahami dimensi individual, guru dalam menyelenggarakan pengajarannya tidak akan pernah mengabaikan keunikan peserta didik. Bukankah mereka itu bersifat khas (unique) atau utuh (individed) baik dari segi pola ataupun waktu perkembangannya sebagaimana mereka itu khas dalam kepribadiannya, gaya belajarnya latar belakang keluarganya. Keunikan sebenarnya memperlihatkan eksistensi perbedaan sekaligus akan menolak perlakuan yang ”mempersamakan” atau menyamaratakan. Pemahaman lebih lanjut atas keunikan peserta didik menyiratkan bahwa demokratisasi dalam pengajaran menjadi sebuah tuntutan. Pelayanan pengajaran yang diindividualisasikan (individually guided education/IGE) juga akan cenderung muncul (trendy) di masa yang akan adatang di Indonesia dan ini tidak boleh dihindari secara sengaja. Kurikulum (bahan ajar apa yang harus dilaksanakan?) dan interaksi yang diciptakan, selayaknya (akan menjadi approriate/tepat atau mendapat pembenaran), manakala pembelajaran itu benar-benar responsif atas keragaman (individual) peserta didik. Belajar yang merupakan hasil interaksi antara pikiran dan pengalaman dengan bahan gagasan dan orang lain ”haruslah” cocok (mached) dengan dan memang menantang (Challenging) minat dan pemahaman peserta didik. Pemahaman atas perkembangan peserta didik sekaligus dengan keunikannya, dibutuhkan guru dalam mengidentifikasi tentang perilkaku yang cocok (perilaku pada diri anak) sebagai tujuan yang dapat dicapai dalam pengajaran, kegiatan dan pengalaman belajar yang tepat diciptakan, dan bahan pelajaran yang padan bagi kelompok usia tertentu, serta sistem evaluasi yang hendak digunakan. Pemahaman akan dimensi individual yang mengakui adanya keragaman latar belakang keluarga peserta didik, maka DAP dengan sendirinya memandang penting keterlibatan aktif orang tua baik sebagai sumber ataupun pembuat keputusan mengenai ketepatan perlakuan atau pelayanan individual bagi pendidikan anak. B. KARAKTERISTIK ANAK SEKOLAH DASAR Masa usia SD (sekitar 6,0 – 12,0) merupakan tahapan perkembangan penting dan bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Karena itu, guru tidak boleh mengabaikan kehadiran dan kepentingan mereka. guru selalu dituntut memahami karakteristik anak, arti belajar, dan tujuan kegiatan belajar. Karakteristi usia anak SD secara umum sebagaimana dikemukakan Bassett. Jacka, dan Logan (1983) seperti berikut ini : 1. Mereka secara alamia memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri 2. Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira/riang 3. Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, meneksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru

3

4. Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidak puasan dan menolak kegagalan-kegalan 5. Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi 6. Mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya. Khusus, untuk anak usia dini (TK) atau usia anak SD di kelas-kelas rendah, John Dewey menggambarkan adanya pemahaman kontroversial antara siapa anak dan apa kurikulum itu. Pemahaman itu dapat dipelajari dari tabel berikur ini : Tabel:1 Karakteristik anak vs Kurikulum THE CHILD

THE CURRICULUM

Akctive

Static

Practical

Abstract

Immature

Mature

Wholistik

Logical-categories

Immediate

Historical

Narrow

Road scope

Kinesthetic

Tekstual

psychologize the curriculum Menurut tabel 1 karakteistik anak dibanding dengan karakteristik suatu kurikulum nampak kontroversial. Sebagai contoh, kurikulum itu sesuatu yang statis dalam bentuk bahan pelajaran yang diberikan guru, bersifat statis itu dapat menyentuh dan mendorong respon anak secara aktif dan positif, sedangkan anak itu adalah individu yang aktif. Persoalannya adalah bagaimana kurikulum yang bersifat pasif itu menjadi sesuatu yang benar-benar menarik baghi anak, sehingga dalam pelajaran menjadi benar-benar aktif. Contoh lainnya adalah bahwa kurikulum itu bersifat abstrak dan bagaimana sesuatu yang abstrakaitu dapat menjadi klonkret dihadapan anak. Kurikulum itu merupakan sesuatu yang ”matang” (hasil pertimbangan yang mendalam dan melibatkan banyak ahli), tetapi bagaimana hal itu menjadi sesuatu yang mudah direspon bagi anak yang memang ”belum matang”. Kurikulum itu bersifat sekuesial atau historikal, tetapi bagaimana hal itu menjadi sesuatu yang mudah direspon anak secara spontan, ”immediate”, dan seterusnya. Karena itu betapa seorang guru penting menekankan ”psychologize the curriculum”, yakni bagaimana mem-

4

buat (memanipulasi) kurikulum itu sebagai sesuatu yang dapat diterima anak secara psikologis. Dengan memperhatikan segi individualitas dan karakteristik usia anak SD serta berbagai dimensi perkembangannya, maka seorang guru idak asal suka begitu saja mengembangkan pengajaran di kelasnya. Guru dituntut dalam mengembangkan sistem pengajarannya, tidak menyimpang dari prinsip-prinsip psikologis yang ada. Kenyataan ini, menjadi alasan kuat mengapa sistem pengajaran yang dikembangkan guru harus dapat melayani kebutuhan peserta didik dan pengajaran itu benar-benar menjadi menarik dan bermakna. C. ARTI DAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BAGI ANAK SD Belajar secara tradiasional diartikan sebagai upaya menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengertian belajar yang moderen diungkapkan Morgan dkk (1986) sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Definisi yang kedua ini memuat dua unsur penting dalam belajar yaitu, pertama belajar adalah perubahan tingkah laku, dan kedua perubahan yang terjadi adalah terjadi karena latihan atau pengalaman. Apabila peserta didik telah belajar sesuatu hal, maka akan terjadi perubahan dalam kesiapannya menghadapi lingkungan. Misalnya seorang anak telah belajar tentang munculnya matahari di siang hari, maka ia tidak akan menunggu matahari muncul di malam hari. Dalam konteks sekolah seorang anak dikatakan telah belajar apabila perubahan-perubahan yang terjadi pada anak sesuai dengan kebutuhankebutuhan sekolah dan masyarakat. Gagne mengemukakan 5 macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar sehingga pada gilirannya membutuhkan sekian macam kondisi belajar untuk pencapaiannya, yaitu : 1. Ketrampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari baca tulis hitung sampai kepada pemikiran yang rumit. Kemampuan intelektual tergantung kepada kapasitas intelektual kecerdasan seseorang dan pada kesempatan belajar yang tersedia 2. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah 3. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta 4. Ketrampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain ketrampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka dansebagainya 5. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah dan intensitas emosional yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungan bertingah laku terhadap barang atau kejadian Kegiatan belajar yang diciptakan guru sebagaimana tuntutan pendekatan DAP sepatutnyalah didasarkan atas pemahaman bagaimana anak usia SD itu belajar. Paham yang dianggap moderen tentang bagaimana anak usia SD itu belajar bersifat konstruktivistik; dipelopori oleh Jean Piaget, Lev Vygotsky, dan Bruner.

5

1. Bagi Piaget, anak adalah seorang yang aktif, membentuk atau menyusun pengetahuan mereka sendiri pada saat mereka menyesuaikan pikirannya sebagaimana terjadi ketika mereka mengeksplorasi lingkungan dan kemudian timbul secara kognitif terhadap pemikiran-pemikiran yang logis 2. Bagi Vygotsky, anak itu mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi pengajaran dan sosial dengan orang dewasa (guru) asalkan orang dewasa (guru) itu menjembatani arti dengan bahasa dan tanda atau simbol untuk kemudian anak itu tunbuh ke arah pemikiran-pemikiran verbal 3. Sedangkan bagi Bruner, anak melalui aktivitas dengan orang dewasa (guru) mengkonstruksi pengetahuan mereka itu dalam bentuk tampilan spiral mulai dari ”pre-speech” sebagaimana anak menetapkan format, peranan dan hal-hal yang rutin yang membuatnya merasa bebas untuk kemudia dapat terlibat dalam penggunaan bahasa yang lebih kompleks sebagaimana tersaji dalam suatu realitas. Membandingkan ketiga pendapat ahli tersebut, maka akan dapat dipelajari persamaan dan perbedaannya. Persamaan ketiga pendapat ahli tersebut antara lain ketiganya memandang bahwa anak adalah seseorang yang aktif, memiliki kemampuan untuk membentuk pengetahuannya sendiri Menyangkut perbedaannya, Piaget menekankan bahwa penciptaan lingkungan belajar menjadi sorotan penting. Lingkunganlah yang akan menarik si anak; membuat mereka bekerja melakukan eksplorasi dengannya. Dengan cara demikian si anak; mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, bukan guru yang mengkonstruksi pengetahuan sianak itu. Bagi Vygotsky, yang ditekankan adalah interaksi guru dengan sianak. Dalam hal ini guru sepatutnya memahami dunia anak. Suatu interaksi baru dikatakan bermakna bagi anak, jika guru itu benar-benar ia mampu menjembatani arti dan simbol-simbol atau lambang-lambang yang digunakan. Bagi Bruner yang disoroti adalah gambaran proses pikiran si anak dalam mengkonstruksi suatu pengetahuan. Tampilannya berbentuk spiral, mulai dari format, peranan, dan hal-hal yang rutin (bentuk yang sederhan/pre-speach) hingga terlibat dalam penggunaan bahasa yang lebih kompleks sebagaimana tersaji suatu realitas kehidupan. Hal penting yang menjadi pelajaran bagi kita adalah anak SD merupakan seorang yang aktif. Seorang guru konstruktivis yang baik adalah mereka yang suka menyediakan lingkungan atau bahan belajar (learning materials) bagi anak didiknya, sebab guru tahu bahwa anak senang mengeksplorasi lingkungan belajar. Guru itupun akan berusaha menciptakan sistem interaksi pengajaran dengan siapa saja anak itu berinteraksi (guru dengan temannya sendiri) yang menjembatani arti yang diperlukan. Selanjutnya, akan diyakini guru konstruktivis itu bahwa eksplorasi liungkungan dan interaksi yang terjadi merefleksikan pengalaman belajar si anak sehingga membentuk pengetahuan yang berkembang terus sebagai milik mereka sendiri.

6

Sesuai dengan pandangan-pandangan tersebut di atas, maka terdapat sejumlah tujuan belajar yang seharusnya dapat diwujudkan guru dalam kegiatan belajar anak didiknya di SD, yakni : 1. Menjadikan anak senang, bergembira dan riang dalam belajar 2. Memperbaiki berpikir kreatif anak, sifat keingin tahuan, kerja sama, harga diri dan rasa percaya pada diri sendiri, khususnya dalam menghadapi kehidupan akadcemik 3. Mengembangkan sikap positif anak-anak dalam belajar 4. Mengembangkan afeksi kepekaan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungannya, khususnya perubahan yang terjadi dalam linkungan sosial. Tujuan belajar merupakan komponen sistem pengajaran yang sangat penting. Semua komponen pengajaran lainnya seperti pemilihan materi atau bahan pengajaran, kegiatan guru, dan peserta didik, pemilihan sumber belajar yang akan dipakai, serta penyusunan tes, akan beretolak dari tujuan belajar yang hendak dicapai peserta didik dalam proses pembelajaran. Karena itu, kesadaran tentang tujuan-tujuan belajar di atas, semestinya direfleksikan guru SD dalam kerangka membantu peserta didik meletakan dasar-dasar kehidupan ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya ciptanya yang diperlukan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan mereka selanjutnya. Selanjutnya, rumusan tujuan belajar adalah penting dinyatakan guru secara khusus dan eksplisit. Pentingnya rumusan tujuan belajar dinyatakaan secara spesifik dan eksplisit adalah; Untuk peserta didik : 1. Dapat mengarahkan proses belajar peserta didik 2. Dapat mengukur sejauh mana mereka telah mencapai tujuan yang diinginkan 3. Dapat meningkatkan motivasi dengan mengetahui tingkat keberhasilannya dalam usaha belajarnya Untuk Guru : 1. Dapat memilih materi, strategi, instruksional, dan sumber belajar yang sesuai untuk dipakai dalam usaha membantu peserta didik dalam usaha belajarnya 2. Dapat mengukur keberhasilan guru sendiri dalam pengajarannya Walaupun banyak keuntungan dari tujuan belajar yang spesifik, gurupun perlu menyadari mengenai kelemahan-kelemahan suatu tujuan belajar dinyatakan secara spesifik dan terinci, yaitu : 1. Peserta didik hanya belajar dari tujuan yang tersurat, tanpa berusaha belajar lebih lanjut 2. Guru cenderung hanya mengajarkan yang tercantum sebagai tujuan belajar 3. Banyak tujuan belajar yang sulit dinyatakan secara operasional atau yang dapat dilihat dan diukur secara nyata, sehingga guru tidak mencantumkannya dalam pengajarannya 4. Seringkali tujua-tujuan dibuat agar dapat dilihat dan diukur dan terkesan dicari-cari 5. Guru dan peserta didik menjadi kurang kreatif dalam proses belajar mengajar.

7

D. HAKEKAT MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR 1. Pengertian Mengajar Salah satu pengertian mengajar bisa merupakan kegiatan menyampaikan pesan berupa pengetahuan, ketrampilan dan penanaman sikap-sikap tertentu dari guru kepada peserta didik. Misalnya seorang guru SD kelas 6 sedang menjelaskan pokok bahasan ”Rotasi Bumi” dengan menggunakan metode sosiodrama, peserta didik memperhatikan dengan seksama. Kegiatan guru tersebut dikatakan sebagai kegiatan mengajar. Kegiatan belajar sebenarnya bukan sekedar menyangkut persoalan penyampaian pesan-pesan dari seorang guru kepada peserta didik. Hal itu sebenarnya menyangkut persoalan bagaimana guru membimbing dan melatih peserta didik untuk belajar. Kegiatan membimbing dan melatih peserta dideik untuk belajar diperlukan kemampuan profesional dari guru. Beberapa pandangan tentang mengajar dapat dikemukakan sebagai berikut : a. Mengajar dipandang sebagai suatu ilmu (teaching as a science), artinya terdapat landasan yang mendasari kegiatan mengajar baik dari filsafat ilmu maupun dari teori-teori belajar mengajar, sifatnya metodologis dan prosedural b. Mengajar sebagai teknologi (teaching as a technology), yaitu penggunaan perangkat alat yang dapat dan harus diuji secara empiris c. Mengajar sebagai suatu seni (teaching is an art), yang mengutamakan performance/penampilan guru secara khas dan unik yang bersal dari sifat-sifat khas guru dan perasaan serta nalurinya d. Mengajar sebagai pilihan nilai (wawasan kependidikan guru), bersumber pada pilihan nilai atau wawasan tersebut terpulang pada tujuan umum pendidikan nasional yang dapat ditelusuri kepada rumusan-rumusan yang formal maupun kepada asumsi-asumsi konseptual atau filosofisnya yang mendasar e. Mengajar sebagai ketrampilan (teaching as a skill), yaitu suatu proses penggu naan seperangkat keterampilan secara terpadu Selanjutnya T. Raka Joni (1985:3) merumuskan pengertian mengajar sebagai pencipta suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi yaitu tujuan instruksional yang ingin dicapai , guru dan peserta didik yang memainkan peranan senada dalam hubungan sosial tertentu, materi yang diajarkan, bentuk kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana mengajar yang tersedia. Perbuatan mengajar merupakan perbuatan yang kompleks. Mengajar menuntut ketrampilan tingkat tinggi karena harus dapat mengatur berbagai komponen dan menyelaraskannya untuk terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Davis (1971) mengungkapkan bahwa pengertian mengajar sebagai suatu aktivitas profesional yang memerlukan ketrampilan tingkat tinggi dan mencakup pengambilan keputusan

8

Sebagaimana keunikan dan karakteristik kegiatan belajar usia anak sekolah dasar, Piaget, Vygotsky dan Bruner mengemukakan cara-cara yang khas bagi seorang guru dalam mendorong terjadinya proses belajar bagi mereka. Bagi Piaget seorang guru dalam mengembangkan belajar anak itu dengan memperalat situasi eksperimental yakni menyediakan lingkungan belajar untuk menfasilitasi pertumbuhan atau perkembangan anak. Bagi Vigotsky, guru mengembangkan belajar anak itu dengan menetapkan area atau batas-batas (tingkat) perkembangan yang diperkirakan (Zone of Proximal Development atau ZPD). ZPD merupakan kesenjangan antara tingkat perkembangan nyata si anak (child’s actual level of development) dengan apa yang secara potensial sebenarnya dapat anak lakukan (child’s potensial level development) tetapi perlu atau melalui bantuan guru. Peranan guru adalah mengorientasikan pengajaran terhadap kekuatan-kekuatan si anak pada saat anak itu tertantang. Ini penting dipahami, karena pengajaran itu hanya akan menjadi baik pada saat tantangan itu ada dihadapan si anak, dan kemudian mendorong si anak merespons tantangan itu. Sedangkan bagi Bruner, guru mengembangkan belajar anak itu dengan cara menyediakan siatuasi nyata bagi terjadinya eksplorasi yang aktif dipihak anak, dimulai dari format atau bentuk-bentuk yang berada di sekitar kehidupan si anak, peran dan kegiatan-kegiatan yang telah biasa dilakukan si anak itu, untuk kemudian melangkah ke hal melalui penggunaan bahasa yang lebih kompleks. Guru dapat mendorong perkembangan anak dengan berperan sebagai ”scaffolder” yaitu memahami adanya batas-batas perkembangan anak secara temporer dan memerlukan bantuan tersebut secara tepat dan membiarkannya si anak tumbuh melewati batas-batas perkembangannya sendiri. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam mengembangkan suatu sistem pengajaran, seorang guru SD paling tidak bertanggung jawab dalam : a. Mengkondisikan anak untuk menyukai, merasa gembira dan senang belajar di sekolah. Guru SD dituntut untuk mahir menciptakan suatu siatuasi yang memungkinkan anak terhindar dari rasa stres, perasaan bimbang, khawatir dan perasaan mencekam. Hal demikian adalaah penting tidak hanya bagi kemajuan belajar mereka tetapi juga menyangkut kehidupannya di masa yang akan datang b. Mengembangkan berbagai cara dan metode yang bervariasi dan menarik di dalam mengajar secara terpadu, seperti ceramah, berceritra, memimpin diskusi dan proses penemuan, menengahi konflik, pemecahan masalah yang dihadapi anak dan sebagainya. c. Menjembatani ”gap” antara kehidupan sekolah dengan kehidupan anak itu sendiri dalam pengajaran d. Mengobservasi gaya mengajar mereka, kebutuhannya dan menaruh perhatian atas tuntutan individual si anak dalam kaitannya dengan imnplementasi kurikulum yang berlaku.

9

Selanjutnya dalam rangka penerapan pendekatan DAP untuk mengembangkan program dan praktek pengajaran, Sunaryo (1995) mengemukakan pentingnya pemahaman atas perkembangan anak sebagai landasan bagi pengembangan proses pengajaran. Ia mengungkapkan bahwa guru SD harus selalu peduli dan memahami anak sebagai keseluruhan dan karenanya kurikulum dan pembelajaran di SD itu harus bersifat terpadu. Carol (1995) menuntut penciptaan lingkungan belajar sesuai dengan tiga dimensi perkembangan anak SD, yaitu dimensi perkembangan fisik, dimensi perkembangan sosial-emosiuonal, dan dimensi perkembangan bahasa atau kognisi. 1. Dilihat dari dimensi perkembangan fisik Perkembangan fisik anak usia SD memang tidak sepesat pertumbuhan yang terjadi pada usia lima tahun sebelumnya. Akan tetapi kemampuan anak mengendalikan tubuhnya dan kemampuan duduk serta merta berada dalam suatu periode waktu yang relatif lebih lama merupakan ciri perkembangan fisik anak usia SD. Kegiatan fisik merupakan hal yang penting bagi anak usia SD, tidak hanya akan mmemperhalus perkembangan ketrampilan dan harga dirinya tatapi juga aspek kognisinya. Misalnya pada saat anak menghadapi suatu konsep yang abstrak, aktivitas fisik akan sangat dibutuhkan. Aktivitas fisik itu memberi pengalaman nyata bagi anak memahami arti suatu konsep yang abstrak. Sehubungan hal tersebut di atas, prinsip yang relevan dalam penciptaan lingkungan belajar dilihat dari perkembangan fisik anak, adalah anak akan dapat belajar dengan cara terlibat aktif (secara fisik) dari pada bersifat pasif, lingkungan belajar selayaknya disediakan yang memungkinkan anak bereksplorasi dengannya. 2. Dilihat dari aspek perkembangan sosial-emosional/moral Ketrlibatan dalam kelompok (kolaborasi atau kerjasama) bagi anak usia SD merupakan minat dan perhatiannya. Perkembangan hubungan sosial-emosional dan adanya kesadaran etis normatif pada anak usia SD merupakan ciri yang kuat nampak pada usia SD. Kompetensi-kompotensi sosial yang positif dan produktif akan berkembang pada usia ini, seperti kemampuan bekerja sama, kesadaran berkompetisi, menghargai karya orang, toleran, kekeluargaan, dan aspek budaya lainnya. Sehubungan hal di atas, prinsip yang relevan dengan penciptaan lingkungan belajar anak adalah pengembangan pengajaran yang menyediakan kesempatan anak untuk secara kelompok adalah sangat penting. Pemikiran dan keputusan guru untuk membuat kelompok belajar secara fleksibel (alasan kemampuan, minat, sahabat, dan lain-lain) untuk aetiap pengajaran yang dilakukannya, merupakan implikasi praktis pendekatan DAP ysng memperhatikan aspek perkembangan sosial-emosional dan moral anak usia sekolah dasar.

10

3. Dilihat dari dimensi perkembangan bahasa atau kognisi Perkembangan kognisi pada anak usia SD menurut Piaget berada dalam tahapan dua masa transisi, yaitu masa transisi dari pra operasional ke masa operasional konkret, dan masa transisi operasional konkret ke tahap operasional formal. Skema perkembangan kognitif pada tahap ini berkaitan dengan ketrampilan berpikir dan pemecahan masalah, seperti mengklasifikasi, memahami keadaan sesuatu yang tetap atau tidak berubah, mengurutkan dan seterusnya. Juga pada tahap anak usia SD ini, perkembangan kognisinya memperlihatkan ke arah kemampuan atau kecakapan berpikir secara simbolik, yaitu berpikir yang lebih logis, abstrak dan imajinatif. Namun demikian, karena berada dalam keadaan transisi perkembangan antara tahap operasional konkrit ke tahap opersional formal, anak usia SD ini masih memerlukan bantuan obyek nyata untuk berpikir tersebut. Sehubungan dengan hal di atas, prinsip yang relevan dalam penciptaan linglungan belajar bagi anak adalah pengembangan pengajaran yang menyediakan kesempatan anak untuk bereksplorasi, berpikir dan memperoleh kesempatan untuk berdiskusi dan berinteraksi dengan orang lain (guru, teman-temannya atau pihak lain). Kemampuan guru dalam memanipulasi obyek fisik menjadi obyek berpikir anak, akan selalu dituntut dalam pengembangan pengajarannya. 2. Tujuan Pengajaran dan Tujuan Pengiring Dalam rangka suatu kegiatan, menentukan tujuan merupakan hal penting. Tujuan itu menentukan arah kemana suatu kegiatan akan dilakukan. Tujuan juga memudahkan suatu penilaian apakah suatu kegiatan menyimpang atau tidak. Menentukan tujuan dalam rangka kegiatan belajar mengajar, adalah suatu keharusan bagi guru. Tujuan dalam kegiatan belajar mengajar ini disebut tujuan instruksional atau tujuan pengajaran. Tujuan instruksional dalam setiap proses belajar mengajar dibedakan menjadi: a. Tujuan Instruksional Umum, adalah pernyataan umum tentang tujuan yang hendak dicapai dalam satu kesatuan materi pelajaran. TIU ini masih bersifat umum dan harus dijabarkan secara spesifik dalam TIK. Yujuan ini merupakan tujuan yang dinyatakan dalam kurikulum (GBPP) untuk setiap bidang studi sebagaiman kurikulum yang berlaku. b. Tujuan Instruksional Khuisus (TIK), yaitu tujuan instruksional yang harus dicapai dalam satu pokok bahasan. TIK dirumuskan dengan kata kerja opersional dan mengandung perilaku yang dapat diamati. TIK harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga tidak meniumbulkan penafsiran yang beragam. TIK ini bersifat khusus (spsifik) dan mudah diukur. Suatu rumusan TIK biasanya memuat kriteria berikut : A = Audiance, yaitu peserta didik sebagai subyek didik yang akan ditangani guru dalam kegiatan pembelajaran. B = Behavior, yaitu tingkah laku yang dapat diukur karena sifatnya yang khusus dan dapat diketahui perubahaannaya.

11

C = Condition, yaitu kondisi atau keadaan yang semestinya tercipta menyertai kegiatan pembelajaran. D = Degree, yaitu tingkat pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik. Tujuan instruksional adalah tujuan yang secara eksplisit terkandung dalam TIU dan TIK. Namun adakalanya guru mengharapkan peserta didiknya dapat mencapai tujuan-tujuan lainnya yang terkandung secara implisit atau tidak tertulis dalam perumusan yang telah dibuat. Tujuan ini secara tidak langsung dapat terwujud melalui kegiatan belajar mengajar yang sama. Tujuan yang dinyatakan secara tidak tertulis dan merupakan hasil ikutan melalui kegiatan belajar mengajar secara tidak langsung, seperti sikap-sikap kreatif, mandiri, jujur, sportif, humanis, dan sebagainyamerupakan tujuan pengiring. Walaupun dirumuskan secara tidak tertulis, tuyjuan pengiring tersebut harus tetap mengarah kepada tujuan umum pengajaran. 3. Keluaran Pengajaran Sejalan dengan adanya tujuan instruksional dan tujuan pengiring, maka suatu pengajaran yang dikembangkan guru akan melahirkan dampak tidak hanya dampak instruksional/pengajaran (instructional effect) itu saja, melainkan juga memiliki dampak lain sebagai pengiringnya (naturrent effect) Dampak pengiring merupakan akibat yang dihasilkan dari pencapaian tujuan belajar jangka panjang dan bersifat tidak langsung. Dampak pengiring biasanya muncul bersama akibat adanya tantangan di sekitar kehidupan anak. Dampak pengiring harus menjadi kesadaran guru secara moral untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dampak pengiring bagi suatu kegiatan belajar anak usia SD akan nampak demikian penting sehubungan dengan usaha membantu anak meletakan dasar-dasar kehidupan ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya ciptanya yang diperlukan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka selanjutnya. Sebagai refleksi dari tujuan instruksional yang dapat dicapai peserta didik, dampak pengiring terwujud dalam sikap-sikap seperti kerjasama, mandiri, sportif, disiplin, kerja keras, semangat dan sebagainya. Sebagai contoh : ”Peserta didik mencintai tanaman dan lingkungan hidup di sekitarnya atau peserta didik menjadi gemar menabung karena penjelasan guru tentang hidup hemat”.

12

Pertanyaan / Tugas Jawablah semua pertanyaan di bawah ini dengan singkat ! 1. Jelaskan hakekat pendekatan ”Developmentally Approriate Practice” beserta pemahaman akan dimensi umur anak dan dimensi individual dalam pengajaran! 2. Siapakah anak menurut Piaget, Vigotsky, dan Bruner? Bagaimanakah karakteristik anak usia SD secara umum? 3. Bagaimana tanggung jawab guru dalam mengembangkan sistem pengajarannya menurut karakteristik anak di atas? 4. Apakah arti belajar bagi anak usia SD dalam pandangan ahli psikologi konstruktivistik ? 5. Jelaskan tujuan kegiatan belajar bagi anak SD ! 6. Jelaskan hakekat mengajar di SD sejalan dengan arti belajar menurut pandangan ahli psikologi konstruktivistik ! 7. Jelaskan apakah yang dimaksud tujuan pengajaran dan tujuan pengiring dalam kegiatan belajar mengajar ! 8. Jelaskan pula apa yang dimaksud dengan keluaran pengajaran dalam bentuk dampak instruksional dan dalam bentuk dampak pengiring ! Kerjakanlah soal-soal di atas dengan penuh rasa tanggung jawab, dan diskusikanlah dengan teman Anda jika mendapat kesulitan dalam menjawab, atau tanyalah pada dosen pengasuh mata kuliah ini

13

BAB II METODE PENGAJARAN IPS Dewasa ini telah terjadi pergeseran pola sistem mengajar dari guru yang mendominasi kelas menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran. Guru seharusnya berperan sebagai fasilitator pembelajaran dari pada sebagai pengajar dan tidak merupakan satu-satunya sumber informasi. Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus menciptakan kondisi belajar yang aktif dan kreatif. Kegiatan pembelajaran harus menantang, menyenangkan, mendorong eksplorasi, memberi pengalaman sukses, dan mengembangkan kecakapan berpikir siswa (Dikti, 2005) Pembelajaran yang berkualitas akan tercapai apabila guru menguasai teknikteknik penyajian materi atau metode yang tepat ((Roestiyah NK. 1989:1). Metode atau pendekatan merupakan pelicin jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan metode dan pendekatan dalam proses pembelajaran merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas pembelajaran. Setelah mempelajari materi tentang metode pembelajaran IPS, Anda diharapkan dapat : 1. Menjelaskan pengertian metode, 2. Menjelaskan teknik memilih metode 3. menjelaskan macam-macam metode/pendekatan dalam pembelajaran IPS 4. Menerapkan berbagai metode/pendekatan dalam pembelajaran IPS di SD A. Pengertian Metode Kata metode berasal dari bahasa Latin yaitu”methodo” yang berarti ”jalan”. Dengan demikian metode erat hubungannya dengan pemilihan jalan, arah atau pola dalam berbuat sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan mengajar dapat diartikan sebagai suatu proses membawa anak didik dari suatu tingkat kecakapan tertentu ke tingkat kecakapan yang menjadi tujuan pendidikan. Sehubungan dengan itu Winarno Suracmad (1976:76), menyatakan bahwa metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan mengajar diartikan penciptaan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar (T. Raka Joni, 1980:1). Dengan demikan metode mengajar adalah metode yang dipergunakan oleh seorang pengajar untuk membawa anak didiknya ke tujuan pengajarannya (E. Kusmana, 1974:1). Lebih jelas lagi ditegaskan oleh Winarno Surachmad (1961), bahwa metode mengajar adalah cara-cara pelaksanaan belajar mengajar, atau bagaimana tehniknya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah. Kegiatan pembelajaran yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guru berusaha mengatur lingkungan kelas agar anak didiknya termotivasi untuk belajar. Guru berusaha dengan

14

seperangkaat pengetahuan dan pengalamannya mempersiapkan program pembelajaran dengan baik dan sistematis. Usaha tersebut dimaksudkan agar anak didiknya memiliki kecakapan, pengetahuan, dan kepribadian yang dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara-cara tertentu. Cara-cara yang ditempuh oleh guru itulah yang disebut sebagai metode pembelajaran. Kenyataannya memang manusia dalam segala hal selalu mencari efisiensi kerja dengan memilih dan menggunakan suatu metode yang dianggap terbaik untuk mencapai tujuan. Demikian halnya guru/pendidik selalu berusaha memilih metode yang tepat, dipandang lebih efektif dari pada metode-metode lainnya, sehingga kecakapan dan pengetahuan yang diberikan oleh guru benar-benar menjadi milik anak didiknya. Jadi jelas metode adalah cara yang dianggap efisien yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa, agar tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam proses kegiatan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif. Makin tepat metodenya diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut. Tujuan adalah pedoman yang memberi petunjuk akan dibawah kearah mana kegiatan pembelajaran tersebut. Guru tidak dapat membawa kegiatan pembelajaran menurut kehendaknya sendiri dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan. Kegiatan pembelajaran yang tidak mempunyai tujuan sama saja dengan orang yang pergi ke pasar tanpa tujuan. Sehingga terjadi pembelian barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, sebaliknya barang yang sangat dibutuhkan tidak dibeli, hal ini disebabkan tidak ada tujuan. Demikian pula di dalam pembelajaran pasti mempunyai tujan. Tujuan dari kegiatan pembelajaran tidak akan tercapai tanpa adanya komponenkomponen lainnya, salah satu diantaranya adalah metode. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Maka ketika tujuan dirumuskan agar anak didik mempunyai ketrampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Oleh karena itu guru harus mengunakan metode yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran, sehingga dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Tujuan pembelajaran dan jenis mata pelajaran menentukan metode atau metodemetode apa sebaiknya digunakan. Setiap mata pelajaran mempunyai metode sesuai dengan kekhususan mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu guru hendaknya dapat menentukan metode apa yang paling efisien untuk mata pelajarannya sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif. Perlu diketahui bahwa tidak ada satupun metode yang dianggap sempurna dari pada yang lain, karena masing-masing metode mempunyai keunggulan dan kelemahannya. Oleh karena itu dalam proses kegiatan pembelajaran dapat digunakan lebih dari satu metode (multi metode). Sehubungan dengan hal tersebut maka seorang guru dituntut untuk menguasai macam-macam metode mengajar sehingga dapat menentukan metode apa yang paling tepat digunakan dalam proses pembelajarannya, sehinga kecakapan dan pengetahuan yang diberikan oleh guru betul-betul menjadi milik siswa. Menurut Ida Badariyah Almatsir ada beberapa hal yang menentukan efektif tidaknya suatu metode mengajar. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

15

1. Tujuan pengajaran 2. Bahan pengajaran 3. Siswa yang belajar 4. Kemampuan guru yang mengajar 5. Besarnya jumlah siswa 6. Alokasi waktu yang tersedia 7. Fasilitas yang tersedia 8. Media dan sumber 9. Situasi pada suatu saat 10. Sistem evaluasi Begitu juga Winarno Surachmad (1990:97) mengatakan, bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain 1. Anak didik Dalam kelas guru akan menghadapi siswa yang mempunyai perbedaan-perbedan; jenis kelamin, latar belakang kehidupan, status sosial, kecerdasan, kreativitas, dan prilakunya.. Perbedaan individual siswa tersebut akan mempengaruhi guru dalam memilih dan menentukan metode mana yang cocok, untuk mencapai lingkungan yang aktif dan kreatif, sehingga tujuan pembelajaran tercapai sesuai yang direncanakan. Dengan demikian kematangan siswa yang bervariasi mempengaruhi pemilihan penentuan metode. 2. Tujuan Perumusan tujuan sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa, proses pembelajaran dan pemilihan metode. Metode yang dipilih guru harus sesuai dengan taraf kemampuan siswa, artinya metode harus tunduk terhadap tujuan. 3. Situasi Situasi kegiatan pembelajaran yang diciptakan guru dari hari ke hari tidak selalu sama. Dalam hal ini tentu guru memilih metode mengajar yang sesuai dengan yang diciptakan. Misalnya, sesuai dengan sifat bahan dan tujuan yang akan dicapai, maka guru menciptakan lingkungan belajar secara kelompok. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok diberi tugas untuk memecahkan suatu masalah. Dengan demikian guru telah menerapkan metode problem solving. Jadi jelas bahwa situasi yang diciptakan guru mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. 4. Fasilitas Fasilitas merupakan kelengkapan yang menunjang proses pembelajaran. Lengkap tidaknya fasilitas akan menentukan pemilihan metode mengajar. Karena tidak adanya laboratorium IPA, maka kegiatan praktikum, eksperimen, demonstrasi dan inquiry tidak dapat dilaksanakan. Demikian juga pembelajaran IPS, karena tidak ada laboratoriumnya maka kegiatan inquiry, demonstrasi, sosiodrama dan simulasi tidak dapat dilaksanakan secara optimal. Namun masalah ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan lingkungan dan masyarakat sebagai laboratorium IPS.

16

5. Guru Latar belakang pendidikan dan kemampuan guru akan mempengaruhi kompetensi Kurangnya kemampuan terhadap berbagai metode akan menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode, apalagi belum mempunyai pengalaman mengajar yang memadai. Oleh karena itu dapatlah dipahami bahwa kepribadian, latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar adalah permasalahan interen guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. B. Kriteria Menentukan Metode Pembelajaran Anda sudah belajar tentang macam-macam metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS di SD. Permasalahan yang timbul sekarang adalah bagaimana Anda memilih netode atau pendekatan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada siswa. Berhubungan dengan hal tersebut menurut Cheppy HC (et-al; 80) ada tga kriteria yang dapat digunakan dalam menentukan metode, antara lain : 1. Tujuan Tujuan merupakan landasan utama menentukan metode sesuai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Misalnya jika guru akan mengembangkan sikap dalam kehidupan keluarga, maka metode yang dipilih adalah sosiodrama 2. Kebutuhan dan Minat Anak Kebutuhan anak itu berbeda-beda, misalnya beberapa anak memerlukan pengalaman tertentu, sedang yang lain memerlukan aktivitas tertentu pula. Sebagai guru harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan anak untuk menentukan rencana kegiatan pembelajaran’ Pada kelas rendah, diperlukan aktivitas yang bertumpu pada bahan-bahan buku bacaan, sosiodrama, permainan, membaca ceritra, dan penyusunan bagan. Minat anak sebagian juga ditentukan oleh metode yang ditentukan guru. Siswa yang senang mengoleksi perangko dan pakaian adat akan berbeda dengan siswa yang gemar membaca ataupun melalui akting. Oleh karena itu dengan mengenal perbedaan siswa tersebut, guru akan mudah untuk menetukan metode yang akan digunakan. 3. Cara Penampilan Guru Kepribadian guru dapat dilihat melalui penampilannya waktu mengajar. Dalam beberapa hal ia telah mengembangkan cara mengajar yang mengesankan, di lain pihak ia memang pandai memilih metode yang tepat, sehingga kegiatan pembelajaran menyenangkan. Guru seperti itulah yang harus tampil di kelas untuk mengajar mata pelajaran IPS. Guru hendaknya memiliki ketrampilan memilih metode, dan memiliki keberanian untuk mencoba berbagai metode sebagai variasi dalam mengajar. Peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar akan tampak dalam metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Maka dari itu metode mengajar

17

merupakan hal yang dominan, karena meskipun materi cukup, alat-alat memenuhi syarat, kalau penggunaan metode kurang tepat, maka hasil pembelajarannya akan rendah. Menurut Husein Ahmad, dkk (1981:58) seorang guru IPS dalam memilih metode hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pengajar (guru) Seorang guru dalam memilih metode hendaknya mempertimbangkan : pengetahuan yang dikuasai, pengalaman mengajar, dan personalitas yang dimiliki. Personalitas yang cocok dengan siswa akan mendorong kegiatan belajar, karena terbinanya sarana komunikasi yang efektif. 2. Siswa Cara-cara yang dipilih guru hendaknya mempertugkan linkungan siswa dari mana ia berasal, tingkat intelektual dan latar belakang siswa, pengalaman praktik siswa serta lingkungan budaya siswa. 3. Tujuan yang Hendak Dicapai Tujuan yang hendak dicapai merupakan pedoman bagi guru dalam memilih bahan yang akan disajikan dan memikirkan metode apa yang paling efektif. 4. Materi / Bahan Materi itu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, karenanya menuntut cara mengajar yang sesuai dengan materi tersebut. Metode untuk materi yang bersifat abstrak akan berbeda dengan dengan materi yang bersifat konkrit. 5. Waktu Masalah waktu harus diperhatikan dalam memilih metode antara lain: waktu untuk persiapan, waktu yang tersedia untuk mengajar, waktu yang menunjukkan saat mengajar apakah mengajar pagi hari, siang hari atau sore hari. 6. Fasilitas yang tersedia Fasilitas yang tersedia akan menentukan seberapa jauh orang dapat leluasa dalam memilih metode pengajaran. Setelah guru menentukan metode yang tepat bagi suatu materi tertentu, hendaknya metode tersebut dijadikan sebagai alat untuk menyajikan bahan pelajaran dan sekaligus sebagai alat bantu siswa untuk mempermudah proses belajar mengajar. C. Macam-macam Metode / Pendekatan Pembelajaran IPS Dewasa ini timbul kesan bahwa pengajaran IPS membosankan, dikarenakan materinya terlalu luas dan hanya menghafalkan fakta-fakta. Selain itu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menarik bagi siswa, bahkan guru seringkali tidak mempunyai acuan yang jelas dan tidak menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif dan kreatif. Kebosanan juga muncul karena materi pelajaaran tidak sesuai dengan tingkat perkembangan dan konteks kehidupan anak. Oleh kanrena itu diciptakan metode mengajar yang dapat mengaktifkan siswa.

18

Tuntutan dalam dunia pendidikan sekarang ini sudah berubah, proses pembelajaran tidak bisa lagi hanya sekedar mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Guru harus merubah paradigma tersebut dengan kegiatan pembelajaran yang aktif dan kreatif. Sehubungan dengan hal tersebut Anna Lie (2002:4-5), menyatakan bahwa guru harus menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan beberapa pokok pemikiran antara lain : 1. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa 2. Siswa membangun pengetahuannya secara aktif 3. Guru harus bersedia mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa 4. Pendidikan adalah interaksi pribadi antara siswa dan interaksi guru dan siswa Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa guru harus menciptakan proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa, sehingga dapat menemukan sendiri pengetahuannya. Untuk itu guru harus menfasilitasi dan menciptakan kondisi belajar siswa. Oleh karena itu guru harus merencanakan pembelajaran dengan menerapkan metode atau pendekatan pembelajaran yang aktif dan kreatif. Namun perlu diingat bahwa pendekatan pembelajaran itu sangat banyak macamnya sehingga guru harus memilih metode/pendekatan manakah yang paling cocok untuk mencapai tujuan instruksional suatu pokok bahasan. Pada uraian berikut akan diberikan gambaran atau penjelasan singkat tentang metode/pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran IPS antara lain : • Contextual Teaching and Learning (CTL) • Cooperative Learning • Metode Karyawisata • Metode simulasi 1. Contextual Teaching and Learning. Pendekatan Contextual and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Hal ini akan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat Dengan konsep tersebut diharapkan hasil pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiaah dalam bentuk siswa bekerja dan mengalami langsung, bukan sekedar mentransfer pengetahuan guru kepada siswa Ini sejalan dengan pendapat aliran konstruktivisme yang menekankan bahwa kegiatan belajar adalah kegiatan aktif siswa untuk menemukan sesuatu dan membangun sendiri pengetahuannya. Siswa bertanggung jawab atas hasil belajarnya, membuat penafsiran atas apa yang dipelajari dengan cara mencari makna, dan membandingkan dengan apa yang telah diketahui dengan apa yang dipelukan dalam pengalaman yang baru.

19

Jadi CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami makna dalam materi pelajaran yang mereka pelajari, kemudian menghubungkan dengan kontek kehidupan sehar-hari, yaitu kontek lingkungan pribadi, sosial, dan budayanya. Tugas guru adalah membantu siswa untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu guru harus merencanakan kegiatan pembelajaran yang aktif untuk menemukan pengetahuan atau konsep baru. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran CTL a. Kerja sama b. Menyenangkan c. Pembelajaran terintegrasi d. Menggunakan berbagai sumber e. Siswa (aktif, kreatif, dan kritis), guru (harus kreatif) f. Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, misalnya peta, gambar, ceritra, puisi. g. Laporan kepada orang tua tidak hanya berupa rapor, tetapi dapat berupa hasil karya siswa, misalnya laporan/tugas, karangan. Menurut Widyaswara LPMP (2005), menyatakan bahwa guru dikatakan telah menerapkan pendekatan pembelajaran CTL apabila menempuh tujuh komponen sebagai berikut : a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik/pokok bahasan c. Mengembangkan sikap ingin tahui siswa dengan mengajukan pertanyaan d. Menciptakan masyarakat belajar, misalnya belajar dalam kelompok-kelompok e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara dan seobyektif mungkin Adapun uraian tentang unsur-unsur yang terkandung dalam CTL sebagai berikut : a. Konstruktivisme (constructivism) Konstruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan secara tiba-tiba. Pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep atau akidah yang siap diambil, melainkan manusia harus mengkonstruksi pengetahuan tersebut dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Berkaitan dengan hal tersebut maka siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Oleh karena itu siswa harus dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sersuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, dan mencetuskan ide-idenya.

20

Penerapannya di kelas, misalnya mengerjakan tugas, praktik, menulis karangan, mendemonstrasikan sesuatu. b. Menemukan (inquiry) Menemukan adalah merupakan inti dari CTL. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta, konsep dan kaidah, melainkan hasil dari menemukan sendiri. Maka guru harus merancang kegiatan pembelajaran yang merujuk pada kegiatan menemukan apapun materi/pokok bahasannya. Adapun langkah-langkah kegiatan inquiry adalah sebagai berikut: merumuskan masalah, melakukan observasi atau pengamatan, menganalisis dan menyajikan hasil dalam bentuk tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan lain-lain, dan mengkomunikasikan hasil karya kepada pembaca, teman sekelas, atau guru. c. Bertanya (Questioning) Bertanya merupakan strategi utamadalam pembelajaran dengan pendekatan CTL. Bagi siswa, bertanya merupakan hal penting dalam pembelajaran berbasis inquiry, yaitu untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah doketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai upaya guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. d. Masyarakat belajar (learning Community) Masyarakat belajar bisa terjdi bila ada proses komunikasi dua arah atau lebih. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh temannya dan sekaligus meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Apabila setiap orang mau belajar dari orang lain, dan setiap orang mau menjadi sumber belajar, maka setiap orang akan luas pengetahuan dan pengalamannya. Masyarakat belajar dapat diterapkaan dalam kegiatan pembelajaran, seperti pembentukan kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan ahli/nara sumber di dalam kelas, bekerja dengan kelas sederajat, belajar kelompok dengan kelompok di atasnya, dan bekerja dengan masyarakat. e. Pemodelam (modeling) Dalam pembelajaran, guru bukan satu-satunya model, dapat juga model didatangkan dari luar, misalnya tokoh masyarakat, petugas kesehatan, polisi lalulintas. Model dapat berupa mengoperasikan sesuatu, cara sederhana memadamkan kebakaran dan sebagainya. f. Refleksi (Reflection) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari, atau berpikir tentang apa yang telah dilakukan di masa yang lalu. Pengetahuan bermakna dipero-

21

leh dari proses pengetahuan yang dimiliki siswa diperluas melalui kontak pembelajaran dan kemudia diperluas lagi sedikit demi sedikit melalui pengalamannya. Dalam hal ini guru membantu siswa untuk membuat hubungan-hubungan sntara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Pada prinsipnya bagaimana pengetahuan itu mengendap dibenak siswa. Refleksi biasanya dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir, guru menyiapkan waktu sejenak untuk memberi kesempataan kepada siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa: pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu, catatan-catatan dibuku siswa, kesan dan saran siswa tentang pembelajaran hari itu, diskusi, hasil karya dan sebagainya. g. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment) Penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberi gambaran perkembangan belajar siswa. Perkembangan siswa perlu diketahui karena untuk memastikan apakah siswa telah mengalami proses pembelajaran dengan benar? Hambatan-hambatan apa yang dihadapi siswa? Hal yang dapat digunakan untuk penilaian, antara lain, laporan, pekerjaan rumah, kuis, karyasiswa, presentasi, demonstrasi, karya tulis, dan hasil tes tulis. 2. Cooperative Learning Falsafah yang mendasari model pembelajaran cooperative learning bahwa manusia adalah mahluk social. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, tanpaa kerjasama manusia akan terganggu, karena manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan dan kerjasama dengan orang lain. Cooperative learning atau sering disebut kooperasi, adalah suatu pendekatan pembelajaran yang berisi serangkaian aaktivitas yang diorgasasikan. Pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur antar siswa dalam kelompok yang bersifat sosial dan pembelajar bertanggung jawab atas tugasnya masing-masing. Menurut Thomson, dkk (1995), di dalam pembelajaran cooperrative learning, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari berbagai latar belakang kemampuan siswa, jenis kelamin, suku bangsa dan latar belakang sosial budaya. Hal ini sangat bermanfaat karena untuk melatih siswa dapat menerima perbedaan pendapat dan bekerjasama dengan teman yang berbeda dengan latar belakangnya. Dalam pembelajaran cooperative learning proses belajar tidak harus berasal dari guru ke siswa, melainkan dapat juga siswa saling mengajar sesama siswa lain Bahkan menurut Anita Lie (2002:30), menyatakan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer taching) ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru. Hal

22

ini disebabkan latar belakang, pengalaman, (dalam pendidikan sering disebut skemata) para siswa mirip satu dengan lainnya dibanding dengan skemata guru. Selanjutnya Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie:2002) menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok dapat dianggap sebagai cooperative learning. Ada lima prinsip untuk mencapai hasil maksimal dari cooperative learning yang harus dikembangkan antara lain : • Saling ketergantungan • Tanggung jawab perseorangan • Tatap muka • Tatap muka antar anggota, dan • Evaluasi prosews kelompok Untuk lebih jelasnya ikuti uraian berikut ini : a. Saling Ketergantungan Positif Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk mencapai kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingsemua anggota kelompok terus menyelesaikan tugasnya masing-masing. Dalam metode jigsow, Aronson menganjurkan setiap kelompok dibatasi hanya 4 siswa saja dan anggota kelompok itu ditugasi bagian yang berlainan Ke-4 anggota tersebut kemudian berdiskusi atau bertukar informasi. Guru akan mengevaluasi semua bagian. Dengan cara ini mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain juga dapat berhasil. Untuk penilaian setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. b. Tanggungjawab Perseorangan Sesuai model jigsow di di atas, setiap kelompok terdiri terdiri dari 4 siswa, bahan bacaan dibagi beberapa bagian, masing-masing siswa mendapat bagian membaca satu bagian. Jika ada siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugasnya agar tidak menghambat yang lainnya. Oleh karena itu tanggungjawab perseorangan merupakan prinsip yang mempunyai keterkaitan erat dengan prinsip saling ketergantungan positif. Siswa harus mempunyai komitmen yang kuat untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya ia harus mempertanggungjawabkan aktivitasnya, sehingga tidak mengganggu kinerja tim.. Tanggungjawab perseorangan ini dapat tercipta di dalam kelas apabila guru dapat memberikan tugas yang bobot dan tingkat kesulitannya relatif sama untuk setiap siswa dalam kelompok. Dengan demikian setiap siswa merasa mempunyai tanggung jawab yang sama dengan teman-teman lainnya dan dapat menyelesaikan tugas kelompoknya bersama-sama. c. Tatap Muka Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota, karena hasil pemikiran kelompok akan lebih baik dari pada hasil pemi-

23

kiran satu anggota saja. Sinergi antar anggota ini akan meningkatkan sikap menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masingmasing anggota. Tatap muka ini merupakan suatu bentuk ketrampilan sosial yang memungkinkan siswa berinteraksi dengan anggota lainnya untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu siswa harus diberi kesempatan untuk saling mengenal, saling menerima satu sama lainnya dalam kegiatan tatap muka, dan interaksi pribadi. d. Komunikasi Antar Anggota Siswa harus dibekali berbagai ketrampilan berkomunikasi, karena tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan kelompok sangat bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengemukakan pendapatnya. Dalam hal ini siswa perlu diberi tahu tentang cara berkomunikasi secara efektif misalnya bagaimana cara menyangga pendapat orang lain dengan ungkapan yang halus tanpa menyinggung perasaan orang lain. Ketrampilan berkomunikasi dalam kelompok kini memerlukan proses yang panjang, namun ini sangat bermanfaat untuk memperkaya pengalaman belajar dan untuk pembinaan perkembangan mental dan emosional siswa. e. Evaluasi Kelompok Untuk kepentingan evaluasi, guru harus menyediakan waktu khusus untuk mengevaluasi kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka, agar selanjutnya dalam bekerja sama secara lebih efektif. Evaluasi tidak harus diadakan setiap waktu ada kerja kelompok, melainkan dapat diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning. Teknik-teknik Pembelajaran Cooperative Learning a. Teknik Mrncari Pasangan Teknik ini digunakan untuk memahami suatu konsep atau informasi tertentu yang harus ditemukan siswa. Keunggulannya adalah siswa dapat mencari pasangan sambil belajar menggali satu konsep atau tema dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat umur anak. Adapun caranya guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik tertentu, setiap siswa mendapat satu kartu. Kemudia setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya pemegang kartu yang bertuliskan ”Jakarta” akan berpasangan dengan pemegang kartu yang bertuliskan ”Ibu kota Negara Republik Indonesia”. Pemegang karttu ”rempah-rempah” berpasangan dengan kartu ”Maluku”. Siswa dapat bergabung dengan dua atau tiga pemegang kartu yang cocok sehingga dapat melengkapi pemahaman konsep atau 2 atau 3 topik dikartu masing. b. Bertukar Pasangan

24

Teknik ini dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain. Teknik ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan semua tingkatan umur anak didik. Caranya adalah, guru memberi tugas kepada siswa untuk dikerjakan dengan pasangannya dalam kelompok, setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan pasangan lain untuk berdiskusi untuk mengukuhkan jawaban. Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula. c. Berpikir Berpasangan Berempat Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan siswa lain. Keunggulannya adalah optimalisasi partisipasi siswa, karena setiap siswa dapat tampil beberapa kali untuk dikenali dan menunjukan partisipasinya kepada siswa lain. Teknik ini juga dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia peserta didik. Caranya adalah, guru membagi siswa dalam kelompok berempatdan memberikan tugas kepada semua kelompok. Setiap siswa mengerjakan tugassecara sendirisendiri, kemudian bergabung dengan teman lain dari anggota kelompoknya untuk berdiskusi. Setelah selesai kedua pasangan bergabung kembali dengan kelompoknya. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanyaa kepada anggota kelompok berempat. d. Keliling Kelompok Teknik ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik. Dalam kegiatan keliling kelompok, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusinya dan salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya tentang tugas yang sedang mereka kerjakan. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya, demikian seterusnya, giliran berbicara dapat diatur menurut arah jarum jam atau dari kiri ke kanan atau sebaliknya. e. Jigsaw Teknik ini dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran membaca, menulis,mendengarkan dan berbicara.Guru memperhatikan skemata atau latar belakang siswa dan membantu mengaktifkan siswa agar pembelajaraan menjadi lebih bermakna. Siswa saling bekerjasama dan saling membantu, mereka mempunyai banyak kesempatan mengolah informasi dan meningkatkan kesempatan berkomunikasi. Teknik ini dapat diterapkan untuk semua kelas/tingkatan dan cocok untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika, dan Agama. Adapun caranya adalah : • Guru membagi bahan/materi menjadi empat bagian • Guru sebelum membagikan tugas kepada kelompok, hendaknya menanyakan apakah siswa sudah mengenal/mengetahui tentang topik tersebut. Kegiatan braistorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa dalam mendapat bahan/materi baru. • Siswa dibagi dalam kelompok berempat

25

• •

Bagian materi pertama diberikan kepada siswa pertama, bagian kedua diberikan kepada siswa kedua, dan seterusnya. Siswa disuruh membaca dan mengerjakan bagian masing-masing.

3. Metode Karyawisata Suryabrata (1986:51) memberi batasan karyawisata sebagai kegiatan belajar mengajar dengan mengunjungi obyek yang sebenarnya yang ada hubungannya demgan pelajaran tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut metode karyawisata dapat dilaksanakan dengan mengadakan perjalanan dan kunjungan yang hanya beberapa jam saja ke tempat atau daerah yang tidak begitu jauh dari sekolah, asalkan maksudnya memenuhi syarat tujuan instruksional IPS. Jadi jangan selalu membayangkan bahwa metode karyawisata itu harus dilaksanakan dengan menempuh suatu perjalanan yang jauh, menggunakan waktu berhari-hari dan menghabiskan biaya yang besar. Inilah hakekat karyawisata dalam pengajaran IPS yang berbeda dengan wisata atau tamasya. Guru dapat menerapkan metode karyawisata dengan terarah sesuai dengan tujuan instruksionalnya, apabila memperhatikan hal-hal seperti berikut ini: a. Mengetahui hakekat karyawisata b. Mengetahui kelebihan dan kelemahan karyawisata c. Mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum pelaksanaannya d. Mengetahui ketrampilan memilih pokok-pokok bahasan yang cocok dikembangkan dengan metode karyawisata Selain itu guru juga harus memperhatikan keadaan siswa yang terlibat dalam proses belajar mengajar, bahwa : a. Siswa memiliki dorongan minat dan perhatian terhadap apa yang sedang dipelajari (sense of interest) b. Siswa memiliki dorongan untuk melihat kenyataan (sense of reality) c. Siswa memiliki dorongan untuk menemukan sendiri hal-hal yang menarik perhattiannya (sense of discovery) Ketiga hakikat naluriah siswa tersebut harus mendapat perhatian guru, untuk selanjutnya dibina dan dikembangkan pada pengajaran IPS. Dalam melaksanakan metode karyawisata harus tetap diusahakan mengembangkan minat siswa yang dilibatkan. Dari minat siswa yang tinggi tersebut, kita arahkan mereka untuk mencocokan hal-hal yang mereka peroleh di dalam kelas dengan kenyataan yang dijumpai di masyarakat. Selanjutnya melalui proses berikutnya siswa akan mampu menemukan sendiri gejala-gejala dan masalah-masalah yang menjadi pokok bahasan di kelas pada kenyataan praktisnya di masyarakat atau dilapangan’ Proses pengembangan dan pemantapan sense of discovery inilah yang akan membantu siswa menjadi seorang peneliti.

26

a. Fungsi Metode Karyawisata 1) Mendekatkan dunia sekolah dengan kenyataan 2) Mempelajari suatu konsep atau teori dengan kenyataan atau sebaliknya 3) Membekali pengalaman riel pada siswa b. Langkah-langkah Metode Karyawisata Untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan metode karyawisata, tahap pelaksanaannya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : 1) Tahap persiapan Meliputi persiapan materi atau topik karyawisata, persiapan teoritis, persiapan perlengkapan, dan aspek-aspek lain yang menunjang pelaksanaan karyawisata. 2) Tahap pelaksanaan karyawisata di lapangan Jika tahap persiapan telah matang dan terperinci, maka tahap pelaksanaan akan berjalan lancar. Tahap pelaksanaan ini secara ketat harus tetap berlandaskan pada perencanaan, misalnya rencana dan tujuannya. 3) Tindak lanjutnya pelaksanaan karyawisata (setelah kembali ke tempat) Kegiatannya meliputi penyusunan dan membuat laporan hasil karyawisata Adapun laporan sebagai pertanggungan jawab, bobotnya harus disesuaikan tingkat atau jenjang pendidikan siswa yang melaksanakan karyawisata. Misalnya untuk siswa SD cukup dengan mampu menceritrakan kembali dengan kata-kata yang sederhana, atau membuat karangan bebas tentang apa yang mereka lihat dan alami pada waktu melaksanakan karyawisata. Apabila tahap ketiga ini terpenuhi dengan baik berarti guru telah memenuhi salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan karyawisata. c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Karyawisata Kelebihan Karyawisata 1) Siswa dapat menguasai obyek secara nyata dan bervariasi, seperti peninggalan sejarah, pasar, pantai, pabrik, dan lain-lain 2) Siswa dapat menjawab dan memecahkan masalah dengan cara melihat, mencoba, dan membuktikan secara langsung suatu obyek yang dipelajari 3) Siswa mendapatkan informasi langsung dari nara sumber Kelemahan Metode Karyawisata 1) Jika terlalu sering dilaksanakan akan mengganggu rencana pelajaran 2) Perlu pengawasan dan bimbingan guru 3) Jika obyek yang akan dikunjungi terlalu jauh letaknya, menyulitkan transportasi dan pembiayaan 4) Jika pelaksanaan karyawisaata terlalu kaku sifatnya, dapat menurunkan minat siswa terhadap karyawisata, sehingga tujuannya tidak tercapai

27

4. Metode Role Playing (Bermain Peran) Pengertian Berbicara masalah metode role playing tidak bisa lepas dari metode sosiodrama, sebab keduanya sama-sama dapat diterapkan dalam pengajaran IPS yang sukar dipisahkan satu sama lainnya. Role Playing adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang dipakai untuk menjelaskan peranan, sikap, tingkah laku, nilai, dengan tujuan menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang lain (Husein Achmad;1981:80). Dengan demikian role playing adalah merupakan suatu teknik atau cara agar para guru dan siswa memperoleh penghayatan nilai-nilai dan perasaan. Sedangkan sosiodrama berarti mendramatisasikan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial (Winarno Surachmad;1973:125). Jadi metode sosiodrama adalah cara mengungkapkan kehidupan dan hubungan sosial secara keseluruhannya pada sekelompok siswa. Sedangkan metode bermain peran lebih ditekankan psda setiap individu siswa dalam memerankan suatu tokoh tertentu pada drama yang bersangkutan. Dengan metode bermain peran siswa dapat menghayati dan berperan dalam berbagai figur sesungguhnya dalam berbagai situasi. Metode bermain peran yang terencana dengan baik dapat menanamkan kemampuan bertanggung jawab dalam bekerja sama dengan orang lain dan belajar mengambil keputusan dalam hubungan kerja kelompok. Metode ini dapat diterapkan dalam pengajaran IPS pokok bahasan hubungan jehidupan sosial, misalnya: peranan tokoh-tokoh susunan dan masyarakat veodal. Melaui metode bermain peran dapat melibatkan aspek-aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Aspek kognitif meliputi pemecahan masalah, aspek afektif meliputi sikap, nilai-nilai pribadi/orang lain, membandingkan, mempertentangkan, nilai-nilai, mengembangkan empati atas dasar tokoh yang mereka perankan. Sedangkan aspek psikomotor terlibat ketika siswa memainkan peran di dalam kelas. Dengan demikian diharapkan, minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran IPS yang selalu kaku dan menjemukan dapat disegarkan kembali. Tujuan dan Manfaat Role Playing (menurut Shaftel) 1) Agar menghayati sesuatu kejadian atau hal yang sebenarnya dalam realita hidup 2) Agar memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu serta bagaimana akibatnya 3) Untuk mempertajam indera dan rasa siswa terhadap sesuatu 4) Sebagai penyaluran/pelepasan ketegangan dan perasaan-perasaan 5) Sebagai alat mendiagnosa keadaan kemamapuan siswa 6) Pembentukan konsep secara mandiri 7)Menggali peranan-peranan dari seseorang dalam suatu kehidupan kejadian/keadaan 8) Membina siswa dalam kemampuan memecahkan masalah, berfikir kritis, analisis, berkomunikasi, hidup dalam kelompok dan lain-lain 9) Melatih anak ke arah mengendalikan dan membaharui perasaannya, cara berfikirnya, dan perbuatannya.

28

Langkah-langkah Role Playing 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)

Pemanasan (pengantar serta pembahasan ceritra dari guru) Memilih siswa yang akan berperan Menyiapkan penonton yang akan mengobservasi Mengatur panggung/ruang Permainan Diskusi dan evaluasi permainan berikutnya Diskusi lebih lanjut Generalisasi Masalah-masalah sosial yang dapat dijajaki dengan metode role playing adalah sebagai berikut (Max H. Waney dalam Husein Achmad;1981:82) a. Masalah pertentangan antar pribadi-pribadi 1) Mengungkap perasaan orang-orang yang bertentangan 2) Menentukan cara-cara pemecahannya b. Masalah hubungan antar kelompok. Mengungkap masalah hubungan antar suku, bangsa, kepercayaan c. Masalah kemelut pribadi. Kemelut antara tekanan orang tua dan kemauannya, juga antara kelompok dan kemauannya. d. Masalah masa lampau dan sekarang. Hal ini meliputi situasi yang kritis di waktu lampau dan sekarang, dimana para pejabat dan pemimpin politik menghadapi berbagai permasalahan dan harus mengambil keputusan. 5. Metode Simulasi Pengertian Istilah simulasi berasal dari kata simulate yang berarti pura-pura, dan simulation yang berarti tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura. Menurut Soli Abimanyu (1980), bahwa simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja. Dengan demikian simulasi itu dapat digunakan untuk melakukan proses-proses tingkah laku secara imitasi. Contoh, misalnya simulasi tentang seorang pemimpin yang otoriter, simulasi mengajar dan sebagainya. Sebagai metode mengajar simulasi diartikan sebagai usaha untuk memperoleh pemahaman akan hakikat dari suatu konsep, prinsip atau sesuatu ketrampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan (B. Suryabroto;1986:63). Tujan Simulasi Rumusan tujuan simulasi berikut ini akan merupakan pegangan guru dalam memilih topik-topik yang akan disimulasikan. Tujuan langsung maupun tidak langsung yang ingin diperoleh dari simulasi adalah: 1) Untuk melatih ketrampilan tertentu, baik yang bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari.

29

2) Untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep yang prinsip 3) Untuk latihan memecahkan masalah Manfaat Metode Simulasi Menurut Naissbit, permainan simulasi yang diselenggarakan dengan baik dapat merangsang timbulnya berbagai alur pikiran yang dapat diteruskan dengan pengkajian-pengkajian lebih lanjut. Sehubungan dengan hal itu, maka ketrampilan dan pengetahuan siswa yang dapat dikembangkan melalui simulasi antara lain : 1) Belajar tentang persaingan Persaingan dan ketegangan yang timbul dalam permainan simulasi disebabkan peserta harus mengatasi sejumlah rintangan yang sengaja dirancang untuk permainan ini. Hal inilah yang dapat membanghkitkan rasa asyik para pemain. 2) Belajar kerjasama Pada umumnya permainan pendidikan dirancang untuk memperoleh manfaat dari kerjasama, tidak ada permainan yang dibuat untuk menimbulkan persaingan yang kasar. 3) Belajar empaty (merasakan perasaan orang lain) Taraf dimana permainan berhasil mendorong kerjasama atau sikap bersahabat tergantung dari seberapa jauh mereka itu terlibat dalam peranan-peranan tersebut. Semakin pemain mengenal peranannya, semakin ia peka dan mengerti keberadaan orang lain yang menjalankan peran seperti itu 4) Belajar tentang sistem sosial Seperti pada butir 3 di atas hanya ruang lingkupnya lebih luas yaitu sistem sosial atau proses sosial, seperti menirukan proses legislatif, Pemilu, dan sebagainya. 5) Belajar konsep Pengajaran dengan metode simulasi sangat sesuai untuk pengajaran konsep, karena dapat mengembangkan aspek kognitif. 6) Belajar menerima hukuman Siswa dapat melakukan kesalahan dalam simulasi, hal ini mungkin disebabkan kurang terampil atau keputusan yang salah. Namun melakukan kesalahan dalam simulasi adalah wajar dari kesalahan. 7) Belajar berpikir kritis Simulasi dapat mengembangkan kemampuan berpikirkritis pada pemainnya, karena mereka dapat dilatih mempelajari berbagai alternatif strategi sendiri, memperkirakan strategi lawan, menganalisis kebolehan simulasi dan sebagainya. Prinsip-Prinsip Simulasi Agar simulasi dapat mencapai hasil yang diinginkan secara maksimal maka hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini: 1) Simulasi itu dilakukan oleh oleh kelompok siswa. Tiap kelompok dapat melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga berbeda. 2) Semua siswa harus terlbat langsung

30

3) Penentuan topik dapat dibicarakan bersama antara guru dengan siswa dan disesesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas, tingkat sekolah, dan situasi setempat 4) Petunjuk simulasi dapat disiapkan lebih dahulu secara terperinci, tetapi dapat secara garis besarnya, tergantung dari bentuk simulasi dan tujuannya. 5) Dalam simulasi hendaknya dapat dicapai tujuan-tujuan yang menyangkut aspek kognitif (penambahan pengetahuan tentang berbagai konsep dan pengertian), aspek afektif (seperti menyenangkan, mengharukan, solidaritas, simpati dan sebagainya), serta aspek psikomotor. 6) Harus diingat bahwa simulasi itu dimaksudkan untuk latihan ketrampilan agar dapat menghadapi kenyataan dengan baik 7) Dalam simulasi harus dapat digambarkan situasi yang lengkap dan proses yang berturut-turut yang diperkirakan terjadi dalam situasi yang sesungguhnya. 8) Dalam simulasi hendaknya dapat diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu, serta terjadinya beberapa proses dari seperti akibat-akibat, problem solving dsb. Langkah-langkah Simulasi Menurut Ida Badariyah Almatsir, Mulyono Tjokrodikaryo ()et-al:22-23), kegiatan simulasi dapat dilakukan dalam 4 tahap yaitu: orientasi, latihan, simulasi (operasi), dan debriefing (diskusi). Penjelasannya sebagai berikut : 1) Tahap I, orientasi * Mengemukakan pokok bahasan dan konsep yang akan disimulasikan * Menjelaskan model dan permainannya 2) Tahap II (pelaksanaan simulasi) * Menetapkan skenario (aturan, peranan, prosedur, jenis keputusan yang akan diambil sasaran) * Tugas-tugas peran * Latihan singkat 3) Tahap III: Pelaksanaan simulasi * Kegiatan permainan dan pengaturannya * Balikan dan penilaian (dari penampilan dan pengaruh keputuasn) * Penjernihan (klarifikasi) * Kelanjutan simulasi 4) Tahap IV: debriefing dengan peserta: Mengandung semua atau beberapa dari kegiatan-kegiatan berikut ini: • Ringkasan peristiwa dan persepsi • Kesulitan dan pemahaman • Analisis proses • Perbandingan antara kegiatan dan dunia nyata • Kaitan kegiatan simulasi dan materi pelajaran • Rancangan ulang simulasi Dalam simulasi guru bertindak sebagai fasilitator, guru dalam menghadapi siswanya harus bersikap membantu dan tidak bersikap menilai. Guru harus mem-

31

bantu siswa mengembangkan pengertian dan penafsirannya terhadap peraturanperaturan permainan. Guru harus mendorong keikut sertaan siswa dan membantu siswa menghadapi ketidak pastian. Oleh karena dalam simulasi siswa belajar dari pengalaman yang disimulasikan, bukan belajar dari ceramah atau pidato dari guru, maka dalam hal ini guru berperan sebagai : 1) Informan Guru harus menjelaskan tentang simulasi, karena siswa harus benar-benar mentaati aturan-aturan main yang telah ditentukan, terutama bagaimana cara memulainya. Siswa harus mengetahui atau menyadari implikasi dari setiap kegiatan simulasi. Guru dalam memberi penjelasan harus seminimal mungkin, jelas, tidak bertele-tele, dan tidak perlu diulang-ulang.. 2) Mengawasi atau mewasiti simulasi Guru harus mengawasi keikut sertaan siswa dalam simulasi agar dapat memperoleh manfaat sesuai yang diharapkan. Dalam hal ini guru harus bertindak sebagai wasit, yaitu memegang ketat aturan-aturan mainnya, tetapi ia sendiri tidak ikut main. 3) Melatih Siswa Dalam melatih guru harus bertindak sebagai penasehat, suportif, bukan sebagai pengkhotbah. Misalnya guru harus memberi nasehat kepada yang meminta atau memerlukan (seperti pada siswa yang pemalu) Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi 1. Kelebihan Metode Simulasi * * * * *

Aktivitas simulasi menyenangkan siswa, sehingga terdorong untuk berpartisipasi Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkunganm yang sebenarnya Mengurangi hal-hal yang terlalu abstrak, sebab walaupun mengenai abstraksi tetapi dikerjakan dalam bentuk aktivitas Strategi ini menimbulkan respon yang positif dari siswa yang lamban, kurang cakap dan kurang motivasinya Simulasi menimbulkan berpikir kritis siswa, sebab mereka terlibat dalam analisis atau proses kemajuan simulasi

2. Kelemahan Metode Simulasi *

Simulasi menghendaki banyak imajinasi dari guru dan siswa

32

* *

Menghendaki pengelompokan siswa yang fleksibel, begitu juga ruang kelas atau gedung yang memadai Sering mendapatkan kritikan dari orang tua siswa, karena aktivitasnyaa melibatkan permainan

Latihan 1. Jelaskan mengapa metode itu dianggap penting dalam kegiatan pembelajaran ? (untuk jelasnya silahkan baca kembali tentang pengertian dan fungsi metode) 2. Anda telah mengenal bermacam-macam metode pembelajaran. Menurut pendapat Anda metode apakah yang paling cocok digunakan dalam pembelajaran IPS? (untuk lebih jelasnya silahkan Anda baca prinsip-prinsip dan teknik memilih metode) 3. Anda sebagai guru, bagaimanakah cara menciptakan kegiatan pembelajaran yang berkualitas ? (lebih jelasnya Anda mencari sumber dari berbagai literatur yang berkaitan dengan pembelajaran yang aktif dan berkualitas) 4. Guru dalam menentukan metode hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Cobalah Anda jelaskan tentang faktor-faktor tersebut! 5. Cobalah Anda jelaskan tentang pendapat konstruktivisme tentang pembelajaran

33

BAB III MEDIA PEMBELAJARAN IPS DI SD Perlu Anda ketahui bahwa materi ini sangat penting karena memuat berbagai ketentuan yang yang perlu dipahami sebagai dasar untuk mempelajari, memahami, dan selanjutnya dapat mengaplikasikannya dalam mengajar di sekolah dasar. Dengan menguasai materi ini Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Menjelaskan pengertian tentang media pembelajaran 2. Menjelaskan fungsi media dalam pembelajaran IPS 3. Menyebutkan macam-macam media menurut klasifikasinya 4. Menjelaskan teknik memilih media dalam pengakaran IPS di SD Kemampuan di atas sangat penting bagi Anda sebagai guru IPS, karena dengan memiliki kemampuan tersebut dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS.Dewasa ini media pendidikan memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Dunia pendidikan menuntut penggunaan media pendidikan dari yang sederhana sampai yang canggih. Dengan kata lain media itu tidak hanya sekedar sebagai alat bantu, melainkan dipandang sebagai komponen penting dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dewasa ini telah banyak menggunakan multi media dan mulai mengurangi penyampaian bahan pelajaran dengan cara ceraamah. Lebih-lebih pada kegiatan pembelajaaran yang yang menekankan ketrampilan proses, maka peranan media menjadi sangat penting. Seiring dengan pesatnya perkembangan media informasi dan komunikasi, baik perangaakat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) akan membawa perubahan yaitu bergesernya peranan guru sebagai penyampai pesan/informasi. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber informasi dalam pembelajaran karena siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber, misalnya buku literatur, TV, siaran radio, surat kabar, dan majalah, bahkan dari jaringan internet. A. Pengertian Madia Secara harfiah kata ”media” dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari ”medium” yang berarti perantara dan alat (sarana) untuk mencapaai sesuatu. Association for Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangakan Education Association mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengaja, sehingga dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional. Lebih jelas lagi Koyo K dan Zulkarimen Nst, (1983) mendefinisikan media se- bagai berikut ”Media adalah sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan seseorang sehingga dapat mendorong tercapainya proses belajar pada dirinya”.

34

Dari tiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa, sehingga terjadi proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara efektif memungkinkan siswa dapat belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Selanjutnya Husein Achmad menyatakan bahwa media pendidikan pengertiannya identik dengan keperagaan. Keperagaan berasal dari kata ”raga” yang berarti sesuatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan yang dapat diamati melalui indera kita (Husesin Achmad, 1981:102). Oemar Hamalik menyatakan bahwa media pendidikan adalah alat, metode,dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Oemar Hamalik, 1977:23). Sedangkan media pengajaran (Kosasih Djahiri, 1978/1979:66) adalah segala alat bantu yang dapat memperlancar keberhasilan mengajar. Alat bantu mengajar ini berfungsi membantu efisiensi pencapaian tujuan. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran guru harus menghubungkan alat bantu mengajar dengan kegiata mengajarnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud media adalah alat atau sarana yang digunakan sebagai perantara (medium) untuk menyampaikan pesan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses komunikasi yang di dalamnya ada unsur: sumber pesan (guru), penerima pesan (siswa), dan pesan yaitu materi pelajaran yang diambil dari kurikulum. Sumber pesan harus melakukan enconding, yaitu menerjemahkan gagasan, pikiran perasaan atau pesannya ke dalam bentuk tertentu. Lambang tersebut berupa bahasa, tanda-tanda atau gambar. Dalam melakukan enconding, guru harus memperhatikan latar belakang penerima pesan, agar pesan tersebut mudah diterima. Di lain pihak penerima pesan harus melakukan decoding, yaitu menafsirkan lambang-lambang yang mengandung pesan. Apabila pesan/pengertian yang diterima oleh penerima pesan (siswa) sama atau mendekati pesan/pengertian yang dimaksud oleh sumber pesan (guru), maka komunikasi dapat dikatakan efektif. Media dapat membantu guru menyalurkan pesan. Semakin baik medianya makin kecil distorsi/gangguannya, makin baik pesan tersebut diterima siswa. B. Fungsi Media Di dalam proses belajar mengajar dewasa ini, masih banyak guru yang enggan memanfaatkan media yang tersedia. Tetapi terjadi kecenderungan para siswa dibiasakan sekedar mendengarkan apa yang dianjurkan oleh guru, kemudian mencatat, dan kemudian dipaksa menghafalkan di luar kepala, atau sering dikenal dengan istilah duduk, dengar, catat, hafal. Keadaan seperti ini akan menghasilkan sikap verbalisme yang mengakibatkan siswa hanya pasif di dalam proses belajar mengajar. Dalam rangka menciptakan

35

1.

2.

3.

4.

CBSA serta mengembangkan ketrampilan proses pada siswa, penggunaan berbagai macam media (multi media sangat membantu proses pembelajaran. Pada kakikatnya proses pembelajaran adalah proses komunikasi, kegiatan di kelas merupakan tempat guru dan siswa melakukan tukar pikiran dan mengembangkan ide-idenya. Dalam berkomunikasi sering terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi menjadi tidak efektif karena adanya kecenderungan verbalisme, ketidak siapan, dan kurangnya minat siswa. Salah satu usaha mengatasinya adalah dengan menggunakanmedia secara terintegrasi dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan fungsi media dalam kegiatan pembelajaran disamping sebagai penyaji stimulus informasi dan sikap, juga juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Dalam hal-hal tertentu media juga berfungsi untuk mengatur langkah-langkah kemajuan serta memberikan umpan balik. Sejalan dengan perubahan pandangan tentang pengertian belajar mengajar, maka berubah pula pandangam terhadap media. Dewasa ini media tidak lagi dipandang sebagai alat bantu yang digunakan jika perlu atau sekedarselingan, melainkan dipandang sebagai komponen dari sitem instruksional. Oleh karena itu penggunaan media harusdirancang, disiapkan, dipilih dan disusun secara cermat sesuai dengan tujuan instruksional yang hendak dicapai. Sebagai salah satu komponen sistem, maka media ikut mempengaruhi bekerjanya komponen lain, dengan demikian ikut menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa media bukan lagi hanya sekedar alat mantu, tetapi merupakan bagian integral dari sistem instruksional. Maka penggunaan media dalam proses pembelajaran mutlak diperlukan. Penggunaan media dalam proses pembelajaran menurut Basyaruddin Usman dan H. Asnawir (2002;13-15) mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut: Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa Pengalaman masing-masing individu sangat beragam, misalnya dua siswa yang berasal dari dua lingkungan keluarga dan masyarakat yang berbeda akan menampakkan pengalaman yang berbeda pula. Media dapat mengatasi mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut. Media dapat mengatasi ruang kelas Di dalam kelas banyak hal yang sulit untuk dialami langsung oleh siswa. Misalnya obyek yang terlalu besar atau terlalu kecil, gerakan-gerakan yang terlalu cepat atau terlalu lambat, dan hal-hal yang terlalu komplek, semuanya dapat diperjelas dengan menggunakan media. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan Misalnya mengamati, mengidentifikasi gejala fisik/lingkungan dan masalahmasalah sosial di masyarakat Media menghasilkan keragaman pengamatan Pengamatan yang dilakukan secara bersama-sama dapat diarahkan kepada hal-hal yang penting sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

36

5. Media dapat menanamkan konsep dasar, yang benar, konkrit, dan realistis Penggunaan media gambar, film, model, grafik, atau bahkan benda aslinya dapat memberikan konsep yang benar 6. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru Dengan menggunakan media, pengalaman anak semakin luas, persepsi semakin tajam, pemahaman konsep-konsep semakin lengkap.Dengan demikian menambah rasa ingin tahu siswa, selanjutnya dapat menimbulkan minat baru untuk belajar. 7. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar Pemasangan gambar dengan warna yang menarik di papan tulis, mendengarkan siaran radio, pemutaran film, semuanya itu dapat menimbulkan rangsanagan untuk belajar lebih lanjut. 8. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari sesuatu yang konkrit sampai kepada sesuatu yang abstrak Pemutaran film tentang suatu benda atau peristiwa yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh siswa akan memberikan gambaran secara konkrit tentang wujud, ukuran, dan lokasi. Selain itu dapat pula mengarahkan kepada generalisasi tentang arti kepercayaan dan kebudayaan. Dengan konsepsi yang semakin mantap itu fungsi media dalam kegiatan pembelajaran tidak lagi sekedar sebagai alat bantu, melainkan sebagai pembawa informasi/pesan pembelajaran yang dibutuhkan siswa Oleh karena itu penggunaan media dalam pembelajaran harus dipersiapkan secara matang. Sebelum menetapkan jenis media apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran sebaiknya guru memperhatikan hal-hal penting tentang media pengajaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru sebelum menggunakan media pengajaran adalah sebagai berikut : 1. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian yang manunggal (integrated) dengan proses atau sistem mengajar, bukan merupakan tambahan atau ekstra yang digunakan apabila waktu mengijinkan atau mengisi waktu senggang saja Sebab penggunaan media pengajaran diperuntukan mencapai tujuan tertentu. 2. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber dari pada data. Hal ini sangat dibutuhkan dalam metode inquiry, problem solving dan diskusi. 3. Dalam penggunaan media pengajaran guru hendaknya memahami benar hirakhi (sequance) dari pada jenis alat dan kegunaannya. Sebab kita pahami siswa lebih mudah menghayati hal yang langsung dari pada yang tidak langsung, begitu pula lebih mudah memahami hal-hal yang konkrit dari pada hal yang abstrak. Berdasarkan konkrit abstraknya gambar yang disajikan, kerucut Edgar Dale menggambarkan tingkat-tingkat pengalaman sebagai berikut : a. pengalaman langsung b. pengalaman tiruan c. pengalaman dramatisasi

37

d. demonstrasi e. karyawisata f. pameran g. televisi h. gambar hidup dan film i. rekaman, radio, gambar tetap, grafik, peta j. lambang visual, seperti : bagan, grafik, peta k. lambang kata, seperti membaca, mendengarkan, bicara 4, Dalam penggunaan media pengajaran hendaknya diuji kegunaannya, sebelum, selama, dan sesudah penggunaannya. Artinya guru harus memperhitungkan untung rugi dan kebaikan dari penggunaan atau memilih media tersebut. 5. Media pengajaran akan sangat efektif dan efisien penggunaannya apabila diorganisir secara sistematis, jadi jangan hanya sekedar menggunakan 6. Penggunaan multi media akan sangat menguntungkan dan akan memperlancar proses dan merangsang semangat belajar siswa. Dengan multi media akan mengurangi rasa bosan siswa dan membantu siswa memfungsikan aneka jenis inderanya, sehingga proses belajar siswa akan lebih mudah dan mantap (Kosasih Djahiri, 1978/1979:66-68) C. Macam-macam Media Dalam Pengajaran IPS Dalam rangka pengajaran IPS banyak sekali media yang dapat dipakai. Karena beranekaragamnya media yang dapat dipakai, maka dapat dilakukan berbagai macam penggolongan atas dasar kategori tertentu. Menurut Oemar Hamalik (1985:63) ada 4 klasifikasi media pengajaran yaitu: 1. Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya film strip, transparansi, micro projection, gambar, ilustrasi, chart, grafik, poster, peta, dan globe 2. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar, misalnya transkripsi electris, radio, rekaman pada tape recorder 3. Alat-alat yang dapat dilihat dan didengar, misalnya film, televisi, benda-benda tiga dimensi yang biasanya dipertunjukan (model, bak pasir, peta elekktris, koleksi diorama) 4. Dramatisasi, bermain peran, sosiodrama, sandiwara boneka, dan sebagainya Selain itu media pengajaran juga dapat digolongkan atas kategori-kategori: 1. Berdasarkan atas penggunaannya, media pengajaran terdiri dari: a. Media yang tidak diproyeksikan (non-projected). Trdiri dari papan tulis, gambar peta, globe, foto, model, sketsa, diagram, grafik. b. Media yang diproyeksikan . Terdiri dari: slide, filmstrip, over head proyektor (OHP, micro projection) 2. Berdasarkan atas gerakannya, media pengajaran terdiri dari: a. Media yang tidak bergerak. Terdiri atas: filmstrip, OHP, micro projector b. Media yang bergerak. Terdiri dari: film lop, TV, Video tape, dan lain-lain

38

3. Berdasarkan fungsinya: a. Visual media, media untuk dilihat seperti, gambar, foto, bagan, skema, grafik, film, slide b. Audio media, yaitu media untuk didengar, seperti, radio, piringan hitam, tape recorder c. Gabubgan a da b; misalnya film bicara, TV, video tape d. Print media; misalnya barang-barang cetak, buku, koran, majalah, buletin e. Display media; seperti papan tulis, papan buletin, papan flanel f. Pengalaman sebenarnya dan tiruan; misalnya praktikum, permainan, karyawisata, dramatisasi, simulasi. D. Jenis-jenis Media Dalam Pengajaran IPS Jenis-jenis media pengajaran yang dapat disiapkan dan dikembangkan dalam pengajaran IPS antara lain : • Media yang tidak diproyeksikan • Media yang diproyeksikan • Media audio • Sistem multimedia Untuk jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Media yang tidak dapat diproyeksikan Jenis media ini tidak memerlukan proyektor (alat proyeksi) untuk melihatnya, media yang tidak diproyeksikan ini dapat dibedakan menjadi 3 macam; yaitu: gambar diam, bahan-bahan grafis, model, dan realita (Makminan;2000:91) a. Gambar diam (still picture) Gambar diam adalah gambar fotografik atau menterupai foto-grafik yang menggambarkan lokasi atau tempat, benda-benda serta obyek tertentu. Gambar diam yang paling banyak digunakan dalam pengaajaran IPS adalah peta, gambar obyek-obyek tertentu, misalnya, gunung, pegunungan lereng, lembah, serta benda-benda bersejarah. b. Bahan-bahan grafis (graphic materials) Bahan-bahan grafis adalah bahan-bahan non fotogrfik dan bersifat 2 dimensi yang dirancang terutama untuk mengkimunikasikan suatu pesan kepada siswa (audience). Bahan grafis ini umumnya memuat lambang-lambang verbal dan tanda-tanda visual secara simbolis. Bahan-bahan grafis ini terdiri dari grafik, diagram, chart, sketsa, poster, kartun, dan komik. c. Model dan realita Model adalah media yang menyerupai benda sebenarnya dan bersifat tiga dimensi. Jadi benda ini merupakan tiruan dari benda atau obyek sebenarnya yang sudah disederhanakan. Dengan model ini siswa mendapatkan pengertian yang konkrit tentang benda atau obyek yang sebenarnya dalam bentuk yang disederhanakan (diperbesar atau diperkecil). Model seperti ini banyak dipakai di sekolah-sekolah dewasa ini, misalnya model gunung berapi yang dibuat

39

dari (tanah liat, kertas atau semen), tiruan tentang rumah, model candi, pabrik, model tiruan bumi (globe) dan sebagainya. Realita adalah model dan benda yang sesungguhnya seperti uang logam, tumbuh-tumbuhan, binatang yang pada umumnya tidak dianggap sebagai visua, karena istilah visual mengandung makna representatif (mewakili suatu benda/obyek dan bukan benda itu sendiri). Media semacam ini banyak digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah. 2. Media visual yang diproyeksikan Media visual yang diproyeksikan adalah jenis media yang terdiri dari dua macam yaitu: media proyrksi yang tidak bergerak dan media proyeksi yang bergerak. a. Media proyeksi yang tidak bergerak (1) Slide Slide adalah gambar atau ”image” transparansi yang diberi bingkai yang diproyeksikan dengan cahaya melalui sebuah proyektor. Slide dapat ditampilkan satu persatu, sesuai dengan keinginan. Ada pula yang urutan penampilannya sudah diatur sedemikian rupa dan diberi suara, sehingga disebut slide suara (sound slide). Presentasi slide berada di bawah kontrol guru, sehingga kecepatan serta frekuensi putarnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. (2) Film strip (film rangkai) Pada dasarnya film strip ini sama dengan slide. Perbedaan yang prinsip: kalau slide menyajikan gambarnya secara terpisah atau satu persatu, sedang film strip gambar-gambar itu tidak terpisah tetapi sudah tersusun secara teraturberdasarkan sequensinya. Seperti slide, film strip dapatdisajikan dalam bentuk bisu (tanpa suara) atau dengan suara (sound-film). (3) Overhead Projector (OHP) OHP adalah alat yang dirancang untuk menayangkan bahan yang berbentuk lembaran transparasi berisi tulisan, diagram atau gambar dan diproyeksikan ke layar yang terletak di belakang operatornya. (4) Opaque Projector) Media ini disebut demikian karena yang diproyeksikan bukan transparansi tetapi bahan-bahan sebenarnya, baik benda-benda dasar atau tiga dimensi, seperti mata uang dan model-model. (5) Micro projection Berguna untuk memproyeksikan benda-benda yang terlalu kecil (yang biasanya diamati dengan microscope), sehingga dapat diamati secara jelas oleh siswa. b. Media proyeksi yang bergerak (1) Film Sebagai media pengajaran film sangat bagus untuk menerangkan suatu proses, gerakan, perubahan, atau pengulangan berbagai peristiwa masa

40

lampau. Film dapat berupa visual saja, apabila film itu tanpa suara, dan dapat bersifat audio-visual, apabila film itu dengan suara. (2) Film Loop (Loop film) Media ini berbentuk serangkaian film ukuran 8 mm atau16 mm yang ujung-ujungnya saling bersambungan, sehingga dapat berputar terus berulang-ulang selama selama tidak dimatikan. Karena tanpa suara (silent) maka guru harus memberi narasi (komentar) sendiri, sementara film terus berputar. (3) Televisi Sebagaai media pendidikan, TV mempunyai beberapa kelebihan antara lain, up to date, dan selalu siap diterima anak-anak karena merupakan bagian dari kehidupan luar sekolah mereka. Sifatnya langsung dan nyata. Melalui TV siswa akan mengetahui kejadian-kejadian mutakhir, mereka dapat mengadakan kontak dengan tokoh-tokoh penting, serta melihat den mendengarkan pendapat mereka. (4) Video Tape Recorder (VTR) Walaupun sebagian fungsi film dapat digantikan oleh video, namun tidak berarti bahwa video tape akan menggantikan film, karena masing-masing karakteristik tersendiri. 3. Media Audio Media audio adalah berbagai bentuk atau cara perekaman dan transmisi suara (manusia dan suara lainnya) untuk kepentingan tujuan pembelajaran.Yang termasuk media audio adalah a. Radio Pendidikan Media ini dianggap penting dalam dunia pendidikan, sebab dapat berguna bagi semua tingkat pendidikan. Melalui radio, orang dapat menyampaikan ide-ide baru, kejadian dan peristiwa penting dalam dunia pendidikan. Dibanding media yang lain, radio mempunyai kelebihan, diantaranya: daya jangkauannya luas, dalam waktu singkat, radio dapat menjangkau audiece yang sangat besar jumlahnya, dan berjauhan lokasinya. Tetapi karena sifat komunikasinya hanya satu arah menyebabkan hasilnya sukit untuk dikontrol. b. Rekaman Pendidikan Melalui rekaman (recording), dapat direkam kejadian-kejadian penting, seperti: pidato, ceramah, hasil wawancara, diskusi dan sebagainya. Selain itu juga dapat digunakan untuk merekam suara-suara tertentu, seperti: nyanyian, musik, atau suara binatang tertentu yang tidak mungkin didengar langsung di ruang kelas. Kelebihan rekaman ini adalah ”play back” dapat dilakukan sewaktu-waktu dan berulang-ulang sehingga bagi guru mudah melakukan kontrol. 4. Sistem Multi Media Sistem multi media adalah kombinasi dari media dasar audio visual dan visual yang dipergunakan untuk tujuan pembelajaran. Jadi penggunaan secara kom-

41

binasi dua atau lebih media pengajaran, dikenal sistem multi media. Perlu dimengerti bahwa konsep multi media ini, bukan sekedar penggunaan media secara majemuk untuk suatu tujuan pembelajaran, namun mencakup pengertian perlunya integrasi masing-masing media yang digunakan dalam suatu penyajian yang tersusun secara baik (sistematik). Masing-masing media dalam sistem media ini dirancang untuk saling melengkapi, sehingga secara keseluruhan, media yang dipergunakan lebih akan lebih besar peranannya dari pada sekedar penjumlahan dari masing-masing media. Bentuk-bentuk sistem multi media yang banyak digunakan di sekolah adalah kombinasi slide suara, kombinasi sistem audio kaset, dan kit (peralatan) multi media. Satu perangkat (kit) multi media adalah gabungan bahan-bahan-bahan pembelajaran yang meliputi dari satu jenis media dan disusun atau digabungkan berdasarkan atas satu topik tertentu. Perangkat (kit) itu dapat memenuhi slide, film rangkai, pita suara, piringan hitam,gambar diam, grafik, transparan, peta, buku kerja, chart, model dan benda sebenarnya. E. Teknik Pemilihan Media Media sebagai salah satu sarana dalam rangka membantu meningkatkan proses pembelajaran, mempunyai aneka ragam jenis dan karakteristik yang berbedabeda. Oleh karena itu seorang guru profesional seharusnya memiliki kemampuan memilih secara cermat dan dapat menggunakan media pengajaran secara tepat. John Jarolimek mengemukakan hal-hal yang hendaknya diperhatikan oleh guru dalam menentukan pemilihan media, yaitu : 1. tujuan instruksional yang akan dicapai, 2. tingkat usia dan kematangan anak, 3. kemampuan baca anak, 4. tingkat kesulitan dan jenis konsep pelajaran, dan 5. keadaan/latar belakang pengetahuan atau pengalaman anak John U Michaels menambahkan jenis ragam media, jangan sampai membingungkan atau berlebihan bagi anak. Sedangkan A. Kosasih Djahiri dalam bukunya ”Studi Sosial/IPS” menambahkan lagi beberapa kriteria lain yaitu: 1. Keadaan dan kemampuan ekonomi guru, sekolah, siswa, serta masyarakat. 2. Keadaan dan kemampuan guru dalam menggunakan media 3. Tingkat kemanfaatan dari alat tersebut dengan membandingkan satu dengan lainnya (A. Kosasih Djahiri; 1978/1979:68) Menurut M. Basyiruddin Usman dan H. Asnawir (2002), ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ketepat gunaan, kondisi siswa, ketersediaan perangkat keras (heardware) dan perangkat lunak (software), mutu teknis dan biaya. Oleh karena itu beberapapertimbangan yang perlu diperhatikan dalam memilih media, antara lain::

42

1. Media yang dipilih harus selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran merupakan komponen utama yang harus diperhatikan dalam memilih media. Dalam penerapan media harus jelas dan operasional, spesifik dan benar-benar tergambar dalam bentuk perilaku. 2. Aspek materi merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media. Sesuai tidaknya antara materi dengan media yang digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran 3. Kondisi siswa, dari segi subyek belajar, guru harus memperhatikan betul kondisi siswa dalam memilih media. Misalnya faktor umur, intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya, dan lingkungan anak menjadi titik perhatian dan pertimbangan dalam memilih media. 4. Keberhasilan media di sekolah akan memungkinkan bagi guru untuk mendesain sendiri media yang akan digunakan, nerupakan hal yang perlu dipertimbangkan oleh guru. Seringkali guru menganggap bahwa suatu media sangat tepat digunakan untuk suatu pokok bahasan/tema tertentu, tetapi di sekolah tersebut tidak tersedia media yang diperlukan. Sedangkan untuk mendesain atau merancang suatu media yang dikehendaki tidak mungkin dilakukan oleh guru. 5. Media yang dipilih hendaknya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada siswa secara tepat, dalam arti tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal. 6. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai. Media sederhana mungkin akan lebih menguntungkan dari pada menggunakan media canggih tetapi hasil yang dicapai tidak seimbang dengan dana yang dikeluarkan.

Latihan 1. Apakah media itu menurut pendapat Anda? 2. Mengapa media merupakan komponen penting dalam pembelajaran? Jelaskan menurut pendapat Anda! 3. Anda sebagai calon guru tentunya telah memahami jenis-jenis media pengajaran yang dapat disiapkan dan dikembangkan dalam pembelajaran terutama untuk bidang studi IPS. Cobalah Anda jelaskan tentang jenis-jenis media tersebut! 4. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang telah direncanakan maka guru harus dapat memilih media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran secara secara tepat. Cobalah Anda jelaskan hal-hal apa sajakah yang harus diperhatikan untuk memilih media yang tepat? 5. Cobalah Anda jelaskan fungsi dari media dalam pembelajran IPS!

43

BAB IV PENDEKATAN INQUIRY, PROBLEM SOLVING, DAN SAINS TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT (STM)

Pendahuluan Pokok bahasan ini sangat penting untuk dipelajari karena nantinya, Anda akan menerapkan dalam proses pembelajaran di SD. Harus disadari bahwa saat ini sering dijumpai guru mengalami kesulitan dalam menentukan metode yang sesuai dengan karakteristikmateri pokok bahasan. Kelemahan ini disebabkan pemahaman tentang macam-macam metode dan penerapannya masih sangat kurang, misalnya metode inquiry, problem solving dan STM masih jarang digunakan dalam pembelajaran IPS. Lebih memprihatinkan lagi ada anggapan bahwa metode inquiry dan STM hanya untuk diterapkan dalam mata pelajaran IPA atau matematika saja. Adapun cakupan dari materi ini meliputi: 1. pendekatan inquiry dalam pembelajaran IPS di SD (peran guru dalam pembelajaran inquiry di SD, peran siswa dalam pembelajaran inquiry di SD, pemanfaatan sumber belajar, kapan metode inquiry diterapakan dalam pebelajaran; 2. metode pemecahan masalah (problem solving) yang terdiri masalah dan hakikat pemecahannya, kelebihan dan kelemahan penerapan metode pemecahan masalah; 3. pendekatan konsep STM dalam pembelajaran IPS (hakikat pendekatan STM, pendekatan STM dan kaitannya dengan IPS Setelah mempelajari materi ini Anda dapat: 1. Mengubah cara mengajar yang konvensional menjadi konstruktivistik Artinya bahwa pembelajaran yang berpusat pada guru harus dirubah menjadi berpusat pada siswa. Siswa merupakan individu yang harus diberi kebebasan untuk menentukan sendiri isi, tujuan, dan cara belajarnya, peran guru hanya sebagai fasilitator dan motivator. 2. Menanambah wawasan Anda tentang strategi pembelajaran 3. Menyusun rancangan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan melakukan evaluasi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pokok bahasan ini meliputi : 1. Pendekatan inquiry dalam pembelajaran IPS di SD 1.1 Peran guru dalam pembelajaran inquiry di SD 1.2 Peran siswa dalam pembelajaran inquiry di SD

44

1.3 Pemanfaatan sumber belajar 1.4 Bilamanakah pendekatan inquiry digunakan? 2. Metode pemecahan masalah (problem solving) 2.1 Masalah dan hakikat pemecahannya 2.2 Kelebihan dan kelemahan metode pemecahan masalah 2.3 Penerapan metode pemecahan masalah 3. Pendekatan konsep STM dalam pembelajaran IPS 3.1 Hakikat pendekatan STM 3.2 Pendekatan STM dan kaitannya dengan IPS

45

A. Pendekatan Inquiry Dalam Pembelajaran IPS Menurut pandangan konstruktivisme, dalam proses pembelajaran guru harus menfasilitasi peserta didik untuk membangun sendiri konsep-lonsep baru berdasar konsep lama yang telah dimiliki. Pembangunan konsep baru itu tidak terjadi di ruang hampa, melainkan dalam konteks sosial, dimana mereka dapat berinteraksi dengan orang lain untuk merekonstruksi ide-idenya. Dengan demikian konsep lama yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah sangat penting artinya bagi penanaman konsepkonsep baru yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Inquiry-discovery-problem solving, adalah istilah-istilah yang sesungguhnya mengandung arti yang sejiwa, yaitu istilah yang menunjukan kegiatan atau cara belajar yang bersifat mencari secara logis, kritis, analitis menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan. Selanjutnya Sund menyatakan bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya, mengamati, mengklasifikasi, membuat bagan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan. Sedangkan inquiry dibentuk melalui discovery, dengan kata lain inquiry adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inquiry mencakup proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya, merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Pendekatan inquiry, sebenarnyasudah dikenal sejak lama, dan sudah digunakan dalam proses pembelajaran. Hanya penggunaannya relatif masih jarang, dan bahkan sering diabaikan. Pada umumnya guru IPS lebih banyak menggunakan metode yang bersifat instructur centered, dimana guru sebagai penentu utama jalannya proses pembelajaran, sedankan siswa sebagai pihak penerima belaka. Menurut Syah (Nursid Sumaatmadja:2003), penguasaan guru tentang metode mengajar masih di bawah standar. Kenyataan ini diperkuat oleh penelitian Balitbang Depdikbud yang menyatakan bahwa kemampuan mebaca siswa kelas VI SD di Indonesia masih rendah, salah satu penyebabnya adalah kegiatan dalam proses belajar. Pengajaran IPS yang bermaterikan masalah-masalah sosial, memerlukan penerapan/penggunaan pendekatan/metode yang mampu melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu pendekatan yang memenuhi tuntutan tersebut adalah inquiry, yaitu suatu pendekatan yang bersifat student centered. Hal yang terpenting dalam inquiry adalah siswa mencari sesuatu sampai tingkatan ”yakin” (beliefpercaya). Tingkatan ini dicapai melalui dukungan fakta, analisis, interpretasi, dan pembuktiannya. Bahkan lebih dari itu dalam inquiry akan dicapai tingkat pencarian alternative pemecahan masalah tersebut. Dengan inquiry siswa akan dilibatkan melakukan penyelidikan terhadap faktor-faktor yang belum pernah dilakukan, dan ini akan memberi motivasi yang tinggi.

46

Pada inquiry, proses adalah produk dari belajar, dan di dalam proses tersebut kurang diperhatikan terhadap ”kebenaran” jawaban, sebab kesimpulan yang mereka buatadalah kesimpulan tentatif dalam arti dengan data yang digunakan pada saat itu. Pendekatan inquiry memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu. Siswa didorong untuk bertindak aktif mencari jawaban atau masalah-masalah yang dihadapinya dan menarik kesimpulan sendiri melalui proses berpikir ilmiah yang kritis, logis, dan sistematis. Siswa tidak lagi bersifat dan bersikap pasif, menerima dan menghafal, pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Melakukan inquiry berarti melibatkan diri dalam tanya jawab, mencari informasi dan melakukan penyelidikan. Oleh karena itu strategi inquiry dalam proses pembelajaran adalah, strategi yang melibatkan siswa dalam tanya jawab, mencari informasi dan melakukan penyelidikan. Dalam pelaksanaan siswa bertanggung jawab untuk memberi ide atau pemikiran dan pertanyaan yang eksplorasi, mengajukan hipotesis untuk diuji, mengumpulkan dan mengorganisasi data yang dipakai untuk menguji hipotes, dan sampai pada pengambilan yang masih tentatif. Berdasarkan kadar inquirynya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu • free inquiry Siswa memiliki kebebasan penuh dalam menetapkan tujuan, isi, dan cara belajar. Fungsi guru hanya mengawasi pelaksanaannya. • modified free inquiry Siswa tidak lagi bebas sepenuhnya, karena dalam beberapa hal siswa mendapatkan pengarahan dan pengawasan guru. • guided inquairy Kebebasan siswa makin berkurang, dengan kata lain peran guru semakin besar I. Peranan Guru Dalam Pembelajaran Inquiry Pada prinsipnya inquiry adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka peranan guru adalah sebagai pembimbing, stimulator, dan fasilitator. Guru harus membimbing dan membantu siswa untuk mengidentifikasi pertanyaan, dan masalah-masalah, membantu siswa dalam menemukan sumber informasi yang tepat, dan membimbing siswa melakukan penyelidikan. Guru menciptakan suasana belajar yang menjamin kebebasan untuk melakuukan eksplorasi, mendorong siswa untuk berani memecahkan buah pikirannya sendiri dengan berbagai cara. Dalam hal ini guru dapat menempuh cara-cara bersikap terbuka dalam menerima pendapat, bersedia menerima, memeriksa/menimbang semua usaha yang diajukan siswa, dengan ringan hati memberikan kunci-kunci pemecahan masalah, memberi kesempatan kepada siswa untuk berbuat kreatif dan mandiri, mendorong siswa untuk berani bertukar pendapat dan tafsiran yang berbeda-beda. Didalam pembelajaran inquiry guru berperan sebagai fasilitaor : 1. Menyiapkan tugas, masalah/problem yang akan dipecahkan oleh siswa

47

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Memberikan klarifikasi-klarifikasi Menyiapkan setting kelas Menyiapkan alat-alat dan fasilitas belajar yang diperlukan Memberikan kesempatan pelaksanaan Sebagai sumber informasi, jika diperlukan oleh siswa membantu siswa agar dapat secara mandiri merumuskan kesimpulan dan implikasi-implikasinya. Guru sebagai fasilitator, bersedia menstimulir siswanya untu berpikir aktif, dengan cara mengajukan pertanyaan, meminta siswa untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip ke dalam berbagai situasi, mendorong siswa untuk mengolah data dan informasi. Selain itu guru juga harus menghadapkan siswa pada masalah, kontradiksi, implikasi, asumsi tentang nilai dan pertentangan nilai. Kemudian guru mengklasifikasi respon siswa dan menyarankan alternatif penafsiran terhadap data. Guru tidak menekankan kebenaran jawaban, tetapi membantu siswa menemukan dan menglasifikasi jawaban yang tepat. Oleh karena itu guru diminta memiliki ketrampilan bertanya sehingga dapat meningkatkan berpikir kritis dan memecahkan masalah. Menurut Kosasih (1978:46), untuk melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan inquiry, guru dituntut memiliki ciri-ciri guru inquiri antara lain : a. Memiliki kemampuan sebagai perencana (paner), baik rencana program pengajaran, pelaksanaan, maupun evaluasi b. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan rencana tersebut dengan sebaikbaiknya menurut keputusan proses pembelajaran serta tujuan instruksionalnya c. Memiliki kemampuan sebagai penanya yang baik d. Guru memiliki kemamnpuan sebagai menejer e. Memiliki kemampuan sebagai pemberi hadiah, dapat berupa pujian sebagai cara untuk memotivasi siswa belajar f. Memiliki kemampuan sebagai penguji kebenaran dari pada suatu sistem nilai. II. Peranan Siswa Dalam Pembelajaran Inquiry di Sekolah Dasar (SD) Dalam inquiry siswa sebagai pengambil inisiatif atau prakarsa dalam menentukan sesuatu. Siswa aktif menggunakan cara belajar mereka sendiri, dengan demikian mereka diharapkan mempunyai keberanian untuk mengajukan pertanyaan, merespon masalah dan berpikir untuk memecahkan masalah atau menemukan jawabannya melalui penyelidikan. Siswa bebas melakukan eksplorasi dan diberi kesempatan untuk melakukan pemilihan alternatif pemecahannya. Oleh karena proses penemuan itu dialami oleh siswa sendiri maka diharapkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat cepat dewasa ini, siswa dalam mendekati masalah atau situasi baru dengan berpikir secara ilmiah pula. Dengan melalui inquiry, siswa akan belajar bagaimana belajar.

48

Melalui pembelajaran inquiri, siswa dapat dikondisikan aktif belajar, ikut menentukan tujuan, isi, dan cara belajar; misalnya siswa aktif mencari dan menemukan informasi, berdiskusi, dan memecahkan masalah. Bahan pelajaran lebih banyak bersifat pemikiran dan penerapanprinsip dan generalisasi agar dapat mengembangkan dinamika dan kreativitas siswa. Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator dan motivator. Ditinjau dari segi siswa, dengan inquiri terjadi proses mental yang tinggi, sebab dengan aktivitas ini siswa mengasimilasi konsep dan prinsip, melakukan self learning activities, dan melatih tanggung jawab sendiri (B. Suryobroto 1986: 44). Dengan demikian pendekatan inquiri sebenarnya sangat bermanfaat bagi siswa. Manfaat tersebut (Mukminun; 2000:68), antara lain : 1. Mengembangkan ketrampilan siswa untuk untuk mampu memecahkan permasalahan serta mengambil keputusan secara obyektif dan mandiri 2. Mengembangkan kemamampuan berpikir siswa atau meningkatkan potensi intelektualnya 3. Membina pengembangan sikap penasaran (rasa ingin tahu) dan cara berpikir obyektif, mandiri, kritis, logis, dan analitis baik secara individu maupun kelompok, dan 4. Meningkatkan kemampuan untuk melacak kembali (heuristik) dari discovery, dimana discovery akan merupakan cara berpikir dan cara hidup dalam menhgadapi segala permasalahan kehidupan sehari-hari. III. Pemanfaatan Sumber Belajar Seperti halnya metode yang lain, inquiri juga membutuhkan sumber belajar. Misalnya bukan sumber belajarnya apa, melainkan bagaimana sumber belajar tersebut dapat dimanfaatkan/digunakan dalam proses pembelajaran. Inquiri memerlukan data untuk membuat penafsiran, sumber pengajaran tersebut digunakan untuk membuka tabir pertanyaan yang berupa hipotesis. Sebenarnya banyak sekali sumber belajar yang luput dari pengamatan kita atau kita mengetahui sumber-sumber belajar tersebut tetapi tidak termanfaatkan. Hal ini disebabkan karena sumber-sumber belajar tersebut tidak terjangkau oleh kemampuan guru, sebagian lagi disebabkan karena guru tidak mempunyai pengetahuan atau ketrampilan teknis untuk memanfaatkan sumber belajar tersebut. Sumber belajar yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran oleh guru dalam pembelajaran inquiri adalah : 1. Gambar. Sangat bermanfaat untuk membantu siswa guna memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau informasi, misalnya gambar binatang, alat transportasi, peristiwa-peristiwa penting dan berbagai macam bentuk pakaian. 2. Model. Anda dapat memanfaatkan boneka dari berbagai suku bangsa dengan pakaian adatnya masing-masing. Boneka yang berpasangan tersebut sangat efektif untuk menjelaskan betapa kayanya ragam budaya kita. Selain itu dapat juga digunakan model alat transportasi tradisiuonal misalnya delman/gerobak.

49

3. Peta dinding. Dapat digunakan untuk menggali informasi tentang konsep ruang, konsep jarak, perbedaan ketinggian, pola hidup masyarakat dari berbagai daerah yang berbeda. 4. Barang-barang bekas. Dapat digunakan untuk menggali informasi tentang pencemaran, pemanfaatan bahan bekas untuk mencukupi kebutuhan hidup. 5. Slide dan Film. Dapat dimanfaatkan untuk menggali informasi tentang suatu peristiwa, permukaan bumi, masalah-masalah sosial, peninggalan kuno, perkembangan suatu wilayah/kota. 6. Bahan cetak. (buku teks, dokumen, arsip). Buku teks masih tetap digunakan, mengingat luasnya persoalan yang berkembang selama kegiatan inquiri. Untuk memanfaatkan sumber belajar ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : 1. Guru harus menyadari akan pentingnya sumber belajar Guru harus mengupayakan agar siswa dapat belajar efektif dan menyenagkan. Siswa dalam kegiatan belajar tidak hanya mendengarkan tetapi terlibat secara fisik, mental maupun emosionalnya. Oleh karena itu diharapkan hasil belajarnya akan bermanfaat dan bermakna untuk diterapkan/digunakandalam situasi yang berbeda. Sebagai guru harus kreatif dan selalu mengikuti perkembangan. Guru harus secara terus-menerus memberi rangsangan kepada siswa untuk selalu mencari informasi, memecahkan masalah-masalah yang cukup menantang, akan tetapi yang oleh mereka dapat capai. 2. Guru harus mengetahui tempat dan letak sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dan bagaimana prosedur memperolehnya. Untuk sumber belajar yang ada di sekolah, prosedur pemakaian dan pemanfaatannya sesuai dengan peraturan yang berlaku di sekolah. Sumber belajar yang ada di luar sekolah diperlukan cara-cara dan prosedur sesuai dengan lembaga/instansi tempat sumber belajar berada. Sumber belajar yang bersifat alamiah tidak diperlukan persyaratan khusus. Namun demikian unsur-unsur keselamatan dan efisiensi penggunaan sumber belajar patut diperhitungkan. 3. Guru harus memiliki ketrampilan untuk menoperasikan sumber belajar. Guru sebaiknya berlatih membaca informasi atau petunjuk pengoperasian sehingga tidak tergantung pada orang lain. Adapun manfaat sumber belajar antara lain : 1. Dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep 2. Dapat mengakrabkan siswa maupun guru dengan lingkungan sekitar 3. Memungkinkan guru merancang dan melaksanakan program pembelajaran dengan baik. 4. Mendorong penerapan pendekatan secara aktif 5. Memungkinkan partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan 6. Adanya kerjasama antar guru dapat menumbuhkan kebersamaan, selanjutnya dapat meningkatkan semangat kerja guru 7. Memungkinkan anak yang cepat belajar untuk melakukan pengayaan, sebaliknya bagi anak yang lambat dimungkinkan menggunakan sumber belajar untuk memperbaiki hasil belajarnya.

50

IV. Bilamanakah Metode/Pendekatan Inquiry Digunakan? Meskipun inquiri dipandang sebagai pendekatan pembelajaran yang efektif dalam pengajaran IPS, tetapi penggunaannya hendaknya disesuaikan dengan sifat dan tujuan yang hendak dicapai. Artinya tidak semua pengajaran IPS harus di ”inquirikan”. Pendekatan inquiri akan efektif jika pengajaran itu bertujuan mengembangak kognitif, sebaliknya pendekatan ini kurang kurang cocok jika pengajaran itu bermaksud menyampaikan informasi. Pengertian kognitif yang dibangun melalui pendekatan inquiri akan tertanam secara mantap dalam pikiran dan proses pencapaiannya itu sendiri akan meninggalkan kesan yang amat berharga bagi pelakunya. Dengan latihan yang secara teratur, duharapkan pengalaman itu akan memjadi ketrampilan yang selanjutnya akan menimbulkan sikap percaya diri sendiri setiap kali menghadapi kenyataan atau masalah yang sulit. Nilai intrinsik dari penggunaan pendekatan inquiri afalah orang menjadi tabah dalam menghadapi suatu masalah, karena ia tahu mencari jalan keluar dengan cara yang sudah biasadilakukan. Setiap kali ia menghadapi situasi yang sulit ia akan segera berusaha meneliti, menganalisis data yang bersangkutan dan kemudian menyusun cara mengatasi/memecahkan masalah. Namun demikian jangan menganggap bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inquiri pasti bermakna bagi siswa. Harus diingat bahwa masing-masing materi mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Agar pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inquiri dapat bermakna, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: 1. Memerlukan kondisi kelas yang khusus, misalnya guru percaya bahwa siswasiswanya dapat belajar dan bertindak berdasar kepercayaan pada diri sendiri. Suasana bebas artinya siswa dapat berkiprah dengan masalah yang dihadapi, serta dapat menentukan sikap dan pendapatnya sendiri walaupun mungkin salah menurut gurunya. 2. Memerlukan motivasi tinggi. Siswa memerlukan tantangan yang memerlukan pemikiran, menimbulkan keinginan untuk tahu, perlu diadakan ”studi trip” untuk memperoleh informasi dan pengalaman. Selain itu harus disediakan bacaan yang menarik, serta sumber yang cukup luas yang mewakili berbagai pandangan dan pendapat. 3. Pendekatan inquiri tidak berdiri sendiri, tetapi keberhasilan pelaksanaannya dibantu oleh metode lain, misalnya role playing, simulasi, dan studi kasus. V. Penerapan Metode Inquiri Menurut Bruce Joice dan Marsha Weil (Sunaryo:1989, 99-100), ada 5 tahap pelaksanaan inquiri tang berangkat dari fakta sampai terjadinya suatu teori. Tahap pertama, guru memberi permasalahan dan menjelaskan prosedur pelaksanaan inquiri kepada siswa. Guru harus menjelaskan tentang tujuan dan proses pelaksanaan inquiri dengan ”yes and no quertions”. Artinya pertanyaan hendak-

51

nya disusun sedemikian rupa sehingga jawabannya hanya ”ya” dan ”tidak”. Maksudnya adalah agar siswa berpikir lebih teliti, dengan demikian menghindarkan siswa dari beban pemikiran, karena adanya pertanyaan-pertanyaan yang terbuka (open-ended) dari guru. Pelaksanaan inquiri dapat dimulai dengan masalah, ide, atau pikiran yang sederhana, utamanya adalah siswa mendapat pengalaman proses berpikir secara inquiri. Tahap kedua, adalah verifikasi, yaitu siswa mengumpulkan data atau informasi tentang peristiwa/masalah yang telah mereka lihat atau alami, dengan mengajukan pertanyaan sedemikian rupa sehingga guru hanya menjawab ”ya” atau ”tidak”. Tahap ketiga, adalah melakukan eksperimentasi, siswa mengajukan faktor atau unsur baru ke dalam permasalahan agar dapat melihat apakah peristiwa itu dapat terjadi secara berbeda. Eksperimen mempunyai dua fungsi yaitu eksplorasi dan menguji langsung. Eksplorasi adalah merubah sesuatu untuk melihat apa yang akan terjadi dan tidak perlu bimbingan teori atau hipotesis. Sedangkan menguji langsung, terjadi bila siswa melakukan uji coba teori atau hipotesis. Proses merubah hipotesis ke dalam eksperimentasi itu tidak mudah dan perlu latihan dan praktek. Selanjutnya guru harus memperdalam proses inquiri siswa dengan memperluas jenis-jenis informasi yang diperoleh. Dalam proses verifikasi siswa dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang benda (object)), sifat (properties), kondisi (conditiopns), dan peristiwa (events). Pertanyaan tentang benda dimaksudkan untuk menentukan sifat alami atau identitas benda. Contoh: Apakah kepadatan penduduk di kota itu karena urbanisasi? Pertanyaan tentang sifat berusaha untuk menverifikasi perilaku suatu benda di bawah suatu kondisi tertentu sebagai suatu cara menambah informasi baru untuk membantu menyusun teori. Contoh: Apakah banyak sedikitnya barang akan menentukan harga? Pertanyaan tentang kondisi berhubungan dengan keadaan benda atau sistem yang ada pada saat itu. Contoh: Apakah pembuangan limbah industri dapat menyebabkan pencemaran air di lingkungan sekitar? Pertanyaan tentang peristiwa dimaksudkan untuk menverifikasi kejadian atau keadaan dari suatu peristiwa. Contoh: Apakah kemajuan teknologi mengakibatkan peningkatan kesejahteraan bagi manusia? Tahap keempat, Guru meminta siswa untuk mengorganisir data dan menyusun suatu penjelasan. Artinya data tersebut setelah diorganisir kemudian dideskripsikan sehingga menjadi suatu paparan hasil temuannya. Tahap kelima, Siswa diminta untuk menganalisis proses inquiri. Dalam hal ini siswa boleh mengevaluasi tentang pertanyaan yang diajukan guru apakah efektif atau tidak, mungkin ada informasi penting tetapi siswa tidak tahu cara memperolehnya sehingga data/informasi tersebut tidak ditemukan. Analisis dari siswa ini

52

penting karena menjadi dasar pelaksanaan inquiri berikutnya, artinya guru harus memperbaiki kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang telah dilakukan. Berikut ini secara garis besar dapat dilihat sistematiakamodel inquiri: 1. Tahap satu : - menghadapkan pada permasalahan - menjelaskan prosedur inquiri - menyampaikan permasalahan 2. Tahap kedua : - pengumpulan data dan verifikasi - menverifikasi benda, keadaan, sifat, dan peristiwa 3. Tahap ketiga : - mengumpulkan data eksperimentasi - mengisolasi variabel yang relevan - menyusun dan menguji hipotesis - hubungan sebab akibat 4. Tahap keempat : - mengorganisir, formulasi, dan penjelasan - menyusun deskripsi atau penjelasan 5. Tahap kelima : - analisis proses inquiri - analisis strategi inquiri dan dan mengembangkan proses inquiri agar lebih efektif. Latihan 1. Istilah inquiri-discovery-problem solving, sebenarnya mempunyai arti yang sejiwa. Apakah maksud dari pernytaan tersebut? Cobalah Anda jelaskan jelasnya baca pendapat Sund 2. Kegiatan apakah yang harus dilakukan siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan inquiri? Jelaskanlah! (jelasnya baca ”peran siswa dalam pembelajaran inquiri) 3. Sumber belajar merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran, terutama pembelajaran dengan pendekatan inquiri. Mengapa demikian? Cobalah Anda jelaskan! 4. Bagaimanakah pendekatan inquiriBilamanakah pendekatan inquiri dapat diterapkan dalam mata pelajaran IPS? Jelaskanlah! (penjelasan lebih lanjut Anda dapat baca pada pembahasan tentang bilamana inquiri harus dilaksanakan. 5. Cobalah Anda jelaskan tahap-tahap inquiri menurur Bruce Joyce dan Marsha Weil! (penjelasan lebih lanjut baca tentang tahap-tahap pelaksanaan inquiri) :

53

B. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) I. Masalah dan Hakikat Pemecahannya Dalam berpikir akan banyak melibatkan pemecahan masalah. Hal itu tidak berarti bahwa berpikir itu hanya terbatas pada pemecahan masalah saja. Masalah itu merupakan suatu hal yang mengandung keragu-raguan, ketidak pastian, atau kesulitan yang harus dipecahkan, dikuasai, dan dijinakkan (Moh. Umar & Mas H. Waney; 1980 : 2 ), Contoh: penyakit flu burung, pencemaran (udara, air dan tanah), banjir, pertambahan penduduk alami di Indonesia yang sangat tinggi. Berkaitan dengan masalah, Johnson & Johnson (Moh. Umar & Mas H. Waney; 1980 ), mengatakan ada ketidak cocokan atau perbedaan antara keadaan yang nyata dengan keadaan yang dikehendaki. Dapat dikatakan bahwa masalah/ problem adalah suatu keadaan yang negatif yang tidak sesuai dengan keadaan yang diharapkan. Secara umum masalah sosial dapat diartikan sebagai suatu situasi yang mempengaruhi banyak orang dan yang oleh mereka/orang lain dianggap sebagai sumber kesulitan (difficuities), ketidak-puasan (unhappiness), dan yang memungkinkan untuk ditanggulangi. Jadi masalah sosial merupakan situasi yang pada kenyataannya tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Lebih jelasnya bahwa dengan adanya suatu masalah, menuntut adanya suatu pemecahannya. Dalam proses pembelajaran, siswa dihadapkan pada permasalahan terutama masalah yang benar-benar terjadi di masyarakat, mengenai diri siswa, masalahmasalah aktual yang menarik untuk dibicarakan. Keadaan seperti itu akan menyeret siswa berpikir tentang bagaimana cara pemecahannya. Jadi yang ditekankan dalam problem solving adalah terpecahkannya suatu masalah secara rasional, logis, dan benar. Menurut sifatnya masalah itu beraneka ragam macamnya: statis-dinamis, besar-kecil, dan sederhan-kompleks. Dengan demikian strategi pemecahannya juga bermacam-macam, ada yang diperoleh dengan cara intuitif, coba-coba, tradisional, berdasar pengalaman masa lampau, dan sebagainya. Secara umum ada 3 cara pemecahan masalah, yaitu: 1. Pemecahan masalah secara otoritatif, yaitu pemecahan oleh penguasa yang berwenang (pejabat, guru). Dalam hal ini sifat siswa pasif, karena segalanya (isi, tujuan, dan cara belajar) yang menentukan adalah guru. 2. Pemecahan secara ilmiah, yaitu pemecahan yang menggunakan beberapa metode, misalnya inquiri, discovery, problem solving dan sebagainya. 3. Pemecahan secara metafisik, yaitu pemecahan yang menggunakan cara-cara yang tidak rasional, misalnya secara gaib. Dari ketiga pemecahan masalah di atas, yang sesuai dan rasional adalah pemecahan secara ilmiah. Menurut Mukminan (2000:2), pengetahuan atau yang disebut

54

ilmiah itu dapat dikatakan ilmiah, apabila: 1. Mempunyai obyek, artinya apaabila akan mencari kebenaran maka ilmu itu harus sesuai dengan obyeknya. Bukan lagi gunanya yang dipentingkan, melainkan kebenarannya, sebab tujuan ilmu yang utama adalah untuk mencapai kebenaran. 2. Mempunyai metode, artinya untuk mencari kebenaran itu menggunakan metode ilmiah. 3. Bersifat universal, artinya bersifat umum dilihat dari segi waktu dan tempat. 4. Mempunyai sistem, artinya susunan hal-hal yang ada sebagai keseluruhan itu mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lain Landasan pemecahan masalah adalah berpikir kritis, cara berpikir kritis ini melalui suatu proses sebagai berikut:: 1. Menyadari adanya suatu masalah 2. Mencari petunjuk untuk pemecahannya: a. Pikirkan kemungkinan-kemungkinan pemecahannya (hipotesis) pendekatannya. b. Ujilah kemungkinan-kemungkinan tersebut berdasar kriteria-kriteria tertentu 3. Pergunakanlah suatu pemecahan yang cocok dengan kriteria dan tanggalkan kemungkinan pemecahan lainnya. Dalam memecahkan suatu masalah dapat ditempuh dengan dua pendekatan yaitu: 1. Menciptakan lingkunyan yang merangsang sehingga siswa memperoleh motivasi yang kuat untuk menjawab permasalahan dan kemudian menemukan jawaban yang memadai dibawah bimbingan guru yang kompoten. 2. Menghadapkan siswa kepada masalah-masalah untuk kemudian mencari pemecahannya. Kedua pendekatan tersebut sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran. Hanya perbedaannya jika pendekatan pertama didasarkan pada situasi nyata, sedangkan pendekatan kedua didasarkan pada satu situasi buatan atau direncanakan. Metode pemecahan masalah didasarkan pada kesadaran terhadap kenyataan, bahwa mengajar bukanlah sekedar berpidato dan mengkomunikasikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Tetapi mengajar adalah untuk meneliti dengan seksama, mencari, menyelidiki, memikirkan, menganalisis, dan sampai menemukan. Metode ini lebih menekankan pemikiran induktif dari pada deduktif. Dikatakan induktif, apabila dalam proses pembelajaran, guru dalam menjelaskan berangkat dari data menuju ke pembuatan generalisasi. Sedangkan deduktif, apabila dalam proses pembelajaran, guru menjelaskan memulai dari generalisasi menuju ke data yang mendukungnya (Sunaryo:1989;127). Di dalam induktif siswa dihadapkan pada masalah-nasalah atau ditempatkan pada situasi buatan yang ingin diketahui. Siswa mulai berpikir, mengumpulkan data dan mengaturnya ke dalam kelompokkelompok yang diperlukan. Berangkat dari langkah-langkah tersebut, dibentuklah konsep-konsep, pemikiran lebih lanjut terus dikembangkan untuk sampai pada satu generalisasi.

55

II. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemecahan Masalah Kelebihan Metode Pemecahan Masalah 1. Siswa memiliki ketrampilan memecahkan masalah. Hal ini merupakan bekal dalam menghadapi dan memecahkan masalah baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun di tempat kerjanya kelak. 2. Merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif, rasional, logis, dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak menggunakan mentalnya dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dan pendekatan dalam rangka mencari pemecahannya. 3. Pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja. Karena siswa telah terbiasa memecahkan masalah dengan lengkah-langkah metode pemecahan masalah, maka mereka menjadi terbiasa pula untuk menghadapi kehidupan yang semakin kompleks. 4. Menimbulkan keberanian pada diri siswa untuk mengemukakan pendapat dan ide-idenya. Kelemahan Metode Problem Solving 1. Menemukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa itu tidak mudah. Oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki kemampuan dan ketrampilan memilih suatu masalah yang sesuai dengan tingkat umur, kemampuan, dan latar belakang pengetahuan/pengalaman siswa. 2. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan lebih banyak berpikir untuk memecahkan permasalahan secara individu maupun kelompok yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan tantangan atau bahkan kesulitan tersendiri bagi siswa. 3. Proses pembelajaran memerlukan waktu yang lama sehingga terpaksa mengambil waktu pelajaran yang lain. 4. Kurang sistematis apabila metode ini diterapkan untuk menyampaikan bahan baru 5. Metode ini kurang tepat jika digunakan bagi siswa yang belum dewasa. III. Penerapan Metode Pemecahan Masalah Menurut Johnson & Johnson (Husein Achmad dkk; 1981) pemecahan masalah sebagai metode mengajar IPS mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: 1. Definisi masalah 2. diagnose masalah (luasnya masalah dan apa penyebabnya) 3. Merumuskan alternatif dan rencana pemecahannya 4. Penerapan dan penetapan strategi pemecahan masalah yang dipilih, dan 5. Evaluasi keberhasilan

56

1. Definisi Masalah Guru hendaknya mengarahkan siswanya untuk memberlkan batasan terhadap pengertian yang terkandung di dalam masalah. Untuk perumusan masalah dianjurkan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Semua pernyataan ditampung/ditulis di papan tulis. Kemukakan sebanyak dan sekonkrit mungkin dengan mengemukakan orang, tempat, sumber, dan jangan mempersoalkan ketepatannya. b. Rumuskan kembali setiap pernyataan tersebut sehingga mendapatkan gambaran yang ideal dan aktual. Keluarkan definisi-definisi yang tidak memiliki sumber-sumber yang cukup untuk dipecahkan secara kelompok. Pilihlah salah satu definisi yang oleh kelompok dianggap paling tepat. Masalah yang dipilih harus bersifat penting (important), dapat dipecahkan (solubble), dan mendesak (urgent). 2. Diagnose Masalah (luasnya masalah dan apa penyebabnya) Dalam langkah yang kedua ini kita akan mengupas penyebab timbulnya masalah dan akibat lebih lanjut apabila masalah tersebut tidak diatasi. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui sifat dan besarnya kekuatan-kekuatan pendorong menuju kearah situasi yang ideal dan kekuatan-kekuatan yang menghambat atau menentang arah etrsebut. 3. Merumuskan alternatif dan rencana pemecahannya Pada tahap ini adalah merumuskan sebanyak-banyaknya alternatif pemecahan masalah . Setelah itu mencari faktor pendukung dan faktor penghambatnya. Oleh karena itu kelompok harus kreatif, berpikir divergen, memahami pertentangan ide, dan mempunyai daya temu yang tinggi. 4. Penerapan dan penetapan suatu strategi Setelah berbagai alternatif pemecahan masalah dipeoleh, maka pada tahap ini kelompok memutuskan : a. memeilih alternatif yang sesuai dengan masalah b. memilih alternatif yang mempunyai banyak faktor pendukung dan sedikit faktor penghambatnya, dan c. meninjau keuntungan atau efek samping terhadap setiap alternatif bila diterapkan. 5. Evaluasi keberhasialan strategi yang dicapai Alternatif-alternatif yang mempunyai alasan rasional, logis praktis, serta tepat bila diterapkan, diangkat menjadi keputusan atau cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Hasil akhir dari evaluasi harus dapat menunjukkan: * masalah apa yang sudah dipecahkan * seberapa jauh pemecahannya * masalah apa yang belum terpecahkan, dan * masalah baru apa yang timbul sebagai akibat pemecahan ini Dalam penerapannya, metode pemecahan masalah ini dilaksanakan secara kelompok, guru berfungsi sebagai pengarah dan motivator, sedangkan semua pendapat digali dari siswa. Semua pendapat ditampung, kemudian diseleksi de-

57

ngan mencari alasan-alasan rasional, logis, dan tepat. Apabila sesuatu yang tidak dapat digali dari siswa, barulah guru memberikan informasi. Pelaksanaan metode pemecahan masalah ini akan berhasil dengan baik apabila siswa telah menguasai langkah-langkahnya tahap-demi tahap. Berdasar hasil penelitian bahwa anak didik melaksanakan problem solving pada permulaan kelas tiga (Cheppy HC,u:100). Sesuai perkembangan usia anak SD yang masih dalam tingkatan operasional konkrit, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, ini merupakan kunci pokok dalam belajarnya. Selanjutnya Cheppy mengatakan pada tingkatan usia tersebut siswa sebenarnya sudah dapat mengumpulkan data, mengembangakan konsep, menemukan, dan menilai generalisasi dalam dalam bidang ekonomi dan geografi. Hanya saja siswa tidak selalu mengikuti pola-pola atau langkah-langkah metode pemecahan masalah. Latihan 1. Secara umum ada 3 cara pemecahan masalah. Cobalah Anda sebutkan dan lelaskan masing-masing (lebih jelasnya bacalah kembali uraian tentang cara pemecahan masalah) 2. Pengetahuan atau ilmu itu dapat dikatakan ilmiah apabila memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Jelaskan persyaratan tersebut! (lebih jelasnya bacalah kembali tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah) 3. Cobalah Anda jelaskan perbedaan tentang pembelajaran secara induktif dan pembelajaran secara deduktif . (untuk lebih jelasnya bacalah tentang masalah dan hakikat pemecahannya) 4. Metode pemecahan masalah mempunyai kelebihan dan kelemahan. Cobalah Anda jelaskan. (lebih jelasnya baca tentang kelebihan dan kelemahan metode pemecahan masalah). 5. Bagaimanakah langkah-langkah kerja pemecahan masalah yang sistematik dan benar? Cobalah Anda jelaskan! (Untuk lebih jelasnya bacalah langkahlangkah/tahap metode pemecahan masalh

58

C. Pendekatan Konsep Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) Dalam Pembelajaran IPS I. Hakikat Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) Beberapa istilah STM antara lain: Sains-Technology-Society (STS), Science Technology Society and Environtmen (STSE) atau sains teknologi lingkungan dan masyarakaat (Satelingmas). Sebenarnya intinya sama yaitu environment, yang dalam berbagai kegiaatan perlu ditonjolkan. Istilah STM untuk pertama kali diciptakan oleh John Ziman dalam bukunya ”Teaching and Learning About Science and Society”. Ia mengemukakan bahwa konsep-konsep dan proses sains seharusnya sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari (Jim Washington; 2002:26) STM merupakan tendekatan terpadu antara antara sains, teknologi dan isu yang ada di masyarakaat. Adapun tujuan STM adalah menghasilkan peserta didik yang memiliki bekal pengetahauan, sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya (Iskandar, 1996). Keterpaduan dalam sains sebenarnya terdiri dari beberapa pola, antara lain keterpaduan produk dan proses, keterpaduan berbasis obyek, keterpaduan antar bidang, dan keterpaduan berbasis persoalan. Bagi siswa SD, khususnya untuk kelas tinggi memiliki kecenderungan pada keterpaduan berbasis persoalan, karena idealnya untuk pembelajaran kelas tinggi sudah menggunakan sistem guru bidang studi. Sedangkan untuk kelas rendah memiliki kecenderungan untuk mengikuti keterpaduan antar bidang studi, karena biasanya masih menggunakan sistem guru kelas. Keterpaduan antar bidang ini diwujudkan melalui tema tematik. IPS adalah salah bidang studi yang rumit karena luasnya ruang lingkup dan merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial, seperti geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, dan antropologi. IPS sebagai disiplin operasional yang efektif dan memperhatikan studi tentang manusia di masyarakat, memainkan peranan sangat penting dalam situasi global dewasa ini. Namun demikian yang kita jumpai dalam pengajaran IPS didominasi oleh proses pembelajaran yang menggunakan buku literatur. Sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa pengajaran IPS hanya menghafal konsep dan tidak bermakna, tidak relevan dengan apa yang dihadapi siswa dalam kehidupannya sehari-hari di dalam masyarakat. Menurut Yager (Arnie Fajar;2002:27), secara umum pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM memiliki karakteristik , sebagai berikut: 1. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki dampak 2. Penggunaan sumber daya setempat (manusia, benda, lingkungan) untuk mencari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah. 3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari inrormasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

59

4. Penekanan pada ketrampilan proses, dimana siswa dapat menggunakan dalam memecahkan masalah. 5. kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia mencoba untuk memecahkan masalah-masalah yang telah diidentifikasi. 6. Identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak kepada masyarakat di masa depan. 7. Kebebasan atau otonomi dalam rposes belajar. Satu hal yang tidak boleh dilupakan bahwa pendekatan STM dilandasi oleh 2 hal penting, yaitu: 1. Adanya keterkaitan yang eraty antara sains, teknologi, dan masyarakat yang dalam pembelajarannyamenganut pandangan konstruktivisme, yang menekankan bahwa si pembelajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan, dan 2. Dalam pembelajaran terkandung 5 ranah, yaitu: pengetahuan, sikap, proses, kreativitas, dan aplikasi.

II. Pendekatan Sains dan Kaitannya dengan IPS Keterkaitan antara sains, teknologi, dan masyarakat tidak diragukan lagi, ini dapat dipahami melalui pernyataan-pernyataan berikut ini: Sebuah komite nasional Amerika yaitu National Committee Science and Society (NCSS), mengeluarkan buku yang berjudul :”Ilmu Eksakta dan Ilmu Pengetahuan Sosial” menunjukan betapa pentingnya membahas dampak sosial dari kemajuan dan permasalahan ilmiah. Buku ini menjadi tonggak dalam upaya memperkenalkan pentingnya STM sebagai jembatan antar program eksakta dan IPS. William H. Cartwright (Arnie Fajar;2002:36), menyatakan bahwa ilmu alam dan ilmu sosial mempunyai kaitan eratdan tidak dapat dipisahkan. Dampak ilmu alam kepada masyarakat merupakan fenomena sosial. Pengaruh kemajuan ilmiah dan yeknologi, pertanian, kesehatan, dan perang juga berpengaruh terhadap masyarakat. Inipun juga merupakan fenomena sosial. Pemikiran ilmiah akan berpengaruh terhadap alam dimana masyarakat bertempat tinggal. Dengan kenyataan tersebut maka kita harus menyadari bahwa memang ada kaitan erat antara ilmu alam dengan dengan ilmu pengetahuan sosial. Pada awalnya pendekatan STM ini diperuntukan bagi mata pelajaran IPA, akan tetapi pada perkembangan selanjutnya dikembangkan untuk mata pelajaran IPS. Dengan alasan, banyak sekali isu-isu atau masalah-masalah dan menarik dalam kehidupan masyarakat dan sangat dekat dengan kajian IPS. Untuk mengatasi isu atau masalah yang timbuk di masyarakat tersebut, siswa dapat mengaplikasikan konsep pendidikan STM yang telah dipelajari. Sangat dimungkinkan dalam prosesnya terdapat keterkaitan dengan aplikasi konsep IPA. Perkembangan sains dan teknologidapat menimbulkan perubahan masyarakat itu diakibatkan oleh masuknya pengaruh asing yang berupa teknologi. Misalnya teknologi dalam masyarakat ternyata tidak hanya mengubah kondisi kehidupan

60

masyarakat, tetapi juga dapat merubah cara hidup manusia dalam masyarakat tersebut (Mead; 1962:288). Sains dan teknologi sangat erat hubungannya dengan perkembangan kehidupan masyarakat. Dinamika kehidupan masyarakat menuntut adanya berbagai inovasi dalam bidang sains dan teknologiyang mengarah pada seluruh aspek kehidupan manusia. Pada taraf teknologi mutakhir sekarang ini, sarjana sains dan teknologi hanya dapat hidup dan berkarya dalam suatu struktur masyarakat. Dunia teknologi sudah mengambil skala dunia dan semakin menyatu dengan totalitas ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan militer (Manganwijaya; 1983). Dengan demikian antara sains, teknologi, dan masyarakat terdapat hubungan yang saling mempengaruhi. Sains dan teknologi dihasilkan oleh dan untuk masyarakat, perkembangan sains dan teknologi ditentukan oleh dinamika kehidupan masyarakat, sebaliknya masyarakat dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi. Kemajuan sains dan teknologi sering kali berdampak pada terjadinya masalahmasalah dalam masyarakat. Hal ini disebabkan kemajuan sains dan teknologi sering tidak diiringi dengan kesiapan dari masyarakat termasuk peserta didik. Misalnya berbagai siaran televisi melalui satelit komunikasi, menimbulkan berbagai perrmasalahan terhadap anak didik, misalnya menjadi malas belajar, dan mudah meniru hal-hal yang negatif dari adegan film. Pencemaran dapat berpengaruh terhadap kesehatan fisik biologis, mental psikologis, dan masih banyak contoh lagi dari kehidupan sekitar kita. Dampak negatif dari penerapan sains dan teknologi menyebabkan berbagai ketimpangan, misalnya goncangan fisik (physical shock) dan kejiwaan (psychological shock). Cobalah Anda amati dan hayati, kedatangan turis dari manca negara ke Indonesia mempengaruhi tingkah laku maupun budaya masyarakat setempat, dimana para remaja merasa gaul dan percaya diri tinggi jika mengikuti mode dari luar, misalnya cara berpakaian, perilaku, makanan, potongan dan warna rambut. Selain itu jhuiga menyebabkan munculnya masalah perilaku individu atau masyarakat terhadap berbagai penyakit sosial. Misalnya di tempat-tempat wisata Kaliurang di lereng gunung Merapi dan pantai Parangtritis di Yogyakartaakan muncul wanita tuna susila, mereka ini merupakan media penularan penyakit AIDSyang sangat menakutkan karena sampai sekarang belum ditemukan obatnya. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia, dimana penyebarannya dapat melalui kontak seksual dari pengidap atau penderita kepada penerioma pertama. Selanjutnya penyakit tersebut dapat menular kepada pasangannya. Penggunaan alat-alat suntik yang tidak steril juga dapat menyebarkan penyakit tersebut dengan cepat. IPS merupakan hasil integrasi dari ilmu-ilmu sosial (sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi) harus dapat mensintensiskan konsep yang relevan antara ilmu-ilmu sosial tersebut selain itu perlu dimasukkan unsur-unsur pendidikan dan masalah-masalah sosial dalam hidup bermasyarakat (M. Nu’man Sumantri; 2001:198). Dengan demikian IPS dapat mengkanter berbagai permasa-

61

lahan sosial yang ditimbulkan oleh perkembangan sains dan teknologi. IPS dapat dijadikan media dalam memberikan pemehaman tentang saians dan teknologi dalam kehidupan manusia. Peran IPS disini bukan sebagai pencetak ilmuwan, melainkan lebih mengutamakan berpikir bagaimana menghadapi dampak sosial sebagai akibat penerapan sains dan teknologi. Hal ini diperlukan agar masayarakat dapat menerima berbagai hasil sains teknolologi disertai dengan pemahaman yang cukup. Pada akhirnya diharapkan mereka dapat menerima hasil teknologi tanpa disertai gejolak-gejolak sosial, bahkan dapat digunakan untuk kemajuan masyarakat itu sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut di atas Pejiadi (2002), pendidikan sains yang pada mulanya yang hanya menekankan pada pembelajaran pembelajaran konsep dan proses sains untuk untuk meningkatkan aspek kognitif saja. Tetapi melihat kenyataan di atas perlu pula dikembangkan aspek afektif, yaitu nilai dalam bentuk kepedulian terhadap kemungkinan-kemungkinan dampak negatif dari perkembangan sains dan teknologi. Dengan demikian jelas bahwa konsepkonsep pendsidikan IPS telah dimasukkan kedalam pengkajian pendekatan STM. Artinya Pendidikan IPA dan IPS memang mempunyai kaitan yang sangat erat dan saling melengkapi. Pendekatan STM ini sesuai dengan hakikat kurikulum Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK), yaitu merupakan upaya menyiapkan peserta didik memiliki kemampuan intelektual, emosiaonal, spiritual, dan sosial yang bermutu tinggi. Dengan demikian tanggung jawab siswa sebagai warga masyarakat dituntut kesediaannya untuk mengambil tindakan melalui instrumen-instrumen demokratis untuk menontrol kekuatan teknologi teknologi baik kepada manusia maupun kepada alam, yang merupakan unsur penting bagi keberadaan manusia. Pendekatan STM dalam IPS tidak perlu disusun dalam pokok bahasan baru, melainkan dapat disisipkan pada pokok-pokok bahasan yang sudah ada. Dengan pendekatan STM ini dapat memberikan gambaran utuh tentang berbagai aspek kehidupan manusia. Tetapi harus diketahui bahwa dengan digunakannya pendekatan STM dalam pembelajaran IPS akan dibangun suatu dimensi baru, yang yang lebih menekankan pada segi prgmatis yang mengunkapkan hal-hal yang bermanfaat dan berhubungan langsung dengan aspek kehidupan siswa. Agar pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan STM dapat berhasil dengan baik, maka seorang guru penting untuk mengetahui tahap-tahapnya. Adapun tahap-tahap implemenatasi pendekatan STM dalam pembelajaran adalah: 1. Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi, dan eksplorasi) yang mengemukakan isu/ masalah aktual yang ada di masyarakaat. 2. Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen dan diskusi. 3. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, yaitu menganalisis isu/masalah yang telah dikemukakan diawal pembelajaran berdasar konsep yang yang telah dipahami.

62

4. Tahap pemantapan konsep, dimana guru memberikan pemahaman konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa. 5. Tahap evaluasi, dapat berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil.

Latihan 1. Cobalah Anda jelaskan mengapa konsep STM dimasukkan kedalam pembelajaran IPS? 2. Jelaskan tiga karakteristik pendekatan STM 3. Keterpaduan dalam STM sebenarnya terdiri dari empat pola. Cobalah Anda sebutkan dan dari pola-pola tersebut pola manakah yang cocok untuk diterapkan di SD? Jelaskan pendapat Anda! 4. Ada beberapa ahli menyatakan bahwa antara mata pelajaran IPA dan IPS itu mempunyai kaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Mengapa demikian? Cobalah Anda jelaskan! 5. Tuliskanlah sistematika tahap-tahap implementasi STM!

63

BAB V KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL (PKPS) PENDAHULUAN Kurikulum Pengetahuan Sosial disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan Pengetahuan Sosial secara nasional. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, sosial dan kepercayaan (kredibilitas). Dengan demikian tuntutan untuk terus-menerus memutakhirkan pengetahuan sosial menjadi suatu keharusan. Mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal saja sebab perubahan global sangat besar mempe- ngaruhi ekonomi suatu bangsa. Pengembangan Pengetahuan sosial merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan desentralisasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran pengetahuan sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Kompetensi pengetahuan sosial menjamin pertumbuhan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penguasaan kecakapan hidup, penguasaan prinsip-prinsip sosial, ekonomi, budaya dan kewarganegaraan. sehingga tumbuh generasi yang kuat dan berakhlak mulia. A. Rasional Pengetahuan Sosial menjadi salah satu mata pelajaran dalam kurikulum 2004 yang dimulai dari SD dan MI sampai SMP dan MTs. Untuk SD dan MI mata pelajaran Pengetahuan Sosial memuat materi pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan. Melalui mata pelajaran Pengetahuan sosial, siswa diarahkan, dibimbing dan dibantu untuk menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang efektif. Menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang efektif merupakan tantangan berat karena masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Untuk itulah, Pengetahuan Sosial dirancang untuk membangun dan merefleksikan kemampuan siswa dalam kehidupan bermasyarakat yang selalu berubah dan berkembang secara terus-menerus. Pada hakikatnya Pengetahuan Sosial sebagai suatu mata pelajaran yang menjadi wahana dan alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, antara lain: Siapa diri saya? Pada masyarakat apa saya berada? Persyaratan-persyaratan apa yang diperlukan diri saya untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa? Apakah artinya menjadi anggota masyarakat dan dunia? Bagaimana kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari waktu ke waktu? Pertanyaan-pertanyaan di atas perlu dijawab oleh setiap siswa dan jawabannya telah dirancang dalam Pengetahuan Sosial secara sistematis dan konpherensif. Dengan demikian, Pengetahuan Sosial diperlukan dalam kehidupan di masyarakat dan proses menu- ju kedewasaan.

64

B. Pengertian Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan. C. Fungsi dan Tujuan Pengetahuan Sosial di SD dan MI berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan nilai, sikap, dan ketrampilan tentang masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Pengetahuan Sosial bertujuan : 1. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis; 2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan sosial; 3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global D. Ruang Lingkup Ruang lingkup mata pelajaran Pengetahuan Sosial meliputi : 1. Sistem sosial dan budaya 2. Manusia, tempat, dan lingkungan 3. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan 4. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 5. Sistem Berbangsa dan Bernegara E. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum Standar kompetensi lintas kurikulum merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum ini meliputi : 1. Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban, saling menghargai dan memberi rasa aman, sesuai dengan agama yang dianutnya. 2. Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang lain. 3. Memilih, memadukan dan menerapkan konsep-konsep, teknik-teknik, pola, struktur, dan hubungan 4. Memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan dari berbagai sumber. 5. Memahami dan menghargai lingkungan fisik, mahluk hidup dan teknologi, serta menggunakan pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai untuk mengambil keputusan yang tepat. 6. Berpartisipasi, berinteraksi, dan berkontribusi aktif dalam masyarakat dan budaya global berdasarkan pemahaman konteks budaya, geografis, dan historis.

65

7. Berkreasi, menghargai karya artistik, budaya, intelektual serta menerapkan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat beradab. 8. Berpikir logis, kritis, dan lateral dengan memperhitungkan potensi dan peluang untuk menghadapi berbagai kemungkinan. 9. Menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri, dan bekerja sama dengan orang lain F. Standar Kompetensi Bahan Kajian Ilmu-Ilmu Sosial Kewarganegaraan Standar kompetensi bahan kajian merupakan seperangkat kompetensi yang dibakukan sebagaii hasil belajar pada bahan kajian tertentu. Standar Kompetensi bahan kajian ilmu-ilmu sosial dan kewarganegaraan sebagai berikut : 1. Kemampuan memahami fakta, konsep dan generalisasi tentang sistem sosial dan budaya dan menerapkannya untuk : a. Mengembangkan sikap kritis dalam situasi sosial yang timbul sebagai akibat perbedaan yang ada dalam masyarakat; b. Menentukan sikap terhadap proses perkembangan dan proses sosial budaya; c. Menghargai keanekaragaman sosial budaya dalam masyarakat multikultur. 2. Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang manusia, tempat dan lingkungan dan menerapkannya untuk : a. Menganalisis proses kejadian, interaksi dan saling ketergantungan antara gejala alam dan kehidupan di muka bumi dalam dimensi ruang dan waktu; b. Terampil dalam memperoleh, mengolah, dan menyajikan informasi. 3. Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang perilaku ekonomi dan kesejahteraan dan menerapkannya untuk : a. Berperilaku rasional dan manusiawi dalam memanfaatkan sumber daya ekonomi b. Menumbuhkan jiwa, sikap, dan perilaku kewirausahaan; c. Menganalisis sistem informasi keuangan lembaga-lembaga ekonomi; d. Terampil dalam praktik usaha ekonomi sendiri. 4. Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang waktu, berkelanju- tan dan perubahan dan menerapkannya untuk : a. Menganalis keterkaitan antara manusia, waktu, tempat dan kejadian; b. Merekonstruksi masa lalu, memaknai masa kini, dan memprediksi masa depan; c. Menghargai berbagai perbedaan serta keragaman sosial, kultural, agama, etnis, dan politik dalam masyarakat dari pengalaman belajar peristiwa sejarah 5. Kemampuan memahami dan menginternalisasi sistem berbangsa dan bernegara dan menerapkannya untuk : a. Mewujudkan persatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 b. Membiasakan untuk mematuhi norma, menegakkan hukum, dan menjalankan peraturan;

66

c. Berpartisipasi dalam mewujudkan masayarakat dan pemerintahan yang demok- ratis, menjunjung tinggi, melaksanakan, dan menghargai hak azasi manusia. G. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial SD dan MI Standar kompetensi mata pelajaran adalah kompetensi yang harus dikuasi siswa setelah melalui proses pembelajaran Pengetahuan sosial, antara lain : Kelas I Kemampuan memahami identitas diri dan keluarga dalam rangka berinteraksi di ling- kungan rumah Kelas II Kemampuan menerapkan hak dan kewajiban, sikap saling menghormati, dan hidup he- mat dalam keluarga serta memelihara lingkungan. Kelas III Kemampuan memahami : (1) Kronologis peristiwa penting dalam keluarga; (2) Kedudukan dan peran anggota keluarga; (3) Aturan dan kerja sama di lingkungan; (4) kegiatan dalam pemenuhan hak dan kewajiban sebagai individu dalam masyarakat; (5) Kenampakan lingkungan Kelas IV Kemampuan memahami : (1) Keragaman suku bangsa dan budaya serta perkembangan teknologi; (2) Persebaran sumber daya alam, sosial, dan aktifitasnya dalam jual beli (3) Menghargai berbagai peninggalan di lingkungan setempat (4) Sikap kepahlawanan dan patriotisme serta hak dan kewajiban warganegara Kelas V Kemampuan memahami : (1) Keragaman kenampakan alam, sosial, budaya dan kegiatan ekonomi di Indonesia; (2) Perjalanan bangsa Indonesia pada masa Hindu-budha, Islam sampai masa kemerdekaan; (3) Wawasan Nusantara, penduduk dan pemerintahan serta kerja keras para tokoh ke- merdekaan. Kelas VI Kemampuan memahami : (1) Peran masyarakat sebagai potensi bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan; (2) Kegiatan ekonomi Indonesia dan negara teangga; (3) Kenampakan alam dunia; dan (4) Kedudukan masyarakat sebagai potensi bangsa dalam melaksanakan hak azasi manusia dan nilai-nilai Pancasila.

67

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS I Standar Kompetensi Kemampuan memahami identitas diri dan keluarga dalam rangka berinteraksi di lingkung- an rumah Kompetensi Dasar 1. Kemampuan menunjukkan identitas diri

Hasi Belajar

Indikator

1.1Mengetahui nama, a- • lamat, nama orang tua dan jumlah anggota • keluarga 1.2Menceritakan perila- • ku kasih sayang dalam keluarga • •

2. Kemampuan me- 2.1Mengetahui manfaat wujudkan hidup hidup rukun dalam kerukun dalam kemajemukan keluarga majemukan keluarga



• • • • •

Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan Menyebutkan nama ayah & ibu atau wali Menyebutkan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah Menceritakan kasih sayang ibu &ayah kepada anak menceritakan hubungan kasih sayang antar anggota keluarga Memberi contoh kemajemukan dalam keluarga (misalnya: jenis kelamin, agama suku bangsa, kebiasaan) Menjelaskan manfat hidup hidup rukun dalam keluarga. Mengidentifikasi hidup rukun dan tidak rukun Menceritakan akibat jika tidak menjaga kerukunan Menunjukan sikap saling menghargai perbedaan dalam lingkungan keluarga Menunjukan sikap tidak membeda-bedakan perlakuan dalam keluarga

Materi Pokok Identitas diri, keluarga dan kekerabatan

Hidup rukun dalam kemajemukan keluarga

68

Kompetensi Dasar

Hasi Belajar

Indikator

3. Kemampuan me- 3.1 Menguraikan perisngingat peristiwa tiwa yang pernah diyang dialami alami



3.2 Menguraikan peristiwa masa kecil berdasarkan cerita orang tua/orang lain







4. Kemampuan me- 4.1 Menyebutkan fungnjelaskan lingkusi ruang dalam rungan rumah sehat mah



4.2 Membiasakan kerapian dan kebersihan rumah







5. Kemampuan me- 5.1 Menyebutkan tem• mahami kegiatan pat kegiatan jual beli jual beli • 5.2 Menyebutkan jenis kegiatan jual beli

• •

Menyebutkan peristiwa yg pernah dialami Menceritakan peristiwa me nyenangkan yang pernah dialami sendiri

Materi Pokok Peristiwa masa kecil

Menceritakan kembali halhal yang pernah dialami ber dasarkan cerita orang tua/ orang lain Menyebutkan peristiwa yg terjadi di lingkungan keluar ga berdasarkan cerita orang tua/orang lain Mengidentifikasi ruang da- Lingkungan rumah lam rumah Menceritakan tentang fung si dari setiap ruang Menyebutkan ciri-ciri rumah sehat Menceritakan perilaku dalam menjaga kebersihan rumah Kegiatan jual Mengidentifikasi warung, beli toko, dan pasar Menyebutkan barang kebutuhan sehari-hari Menceritakan kegiatan jual beli Menyebutkan barang-barang yang diperjual belikan

69

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS II Standar Kompetensi Kemampuan menerapkan hak dan kewajiban, sikap saling menghormati, dan hidup hemat dalam keluarga, serta memelihara lingkungan Kompetensi Dasar

Hasi Belajar

1. Kemampuan 1.1 Menguraikan hak & mengetahui hak kewajiban anggota dan kewajiban keluarga di rumah anggota keluarga di rumah 1.2 Menyadari hak dan kewajiban anak

Indikator • •

• •

2. Kemampuan me- 2.1 Mengetahui penwujudkan sikap tingnya sikap saling saling menghormenghormati dalam mati dalam lingkehidupan keluarga kungan keluarga



2.2 Menyadari pentingsikap saling menghormati dalam kehidupan keluarga



3.1 Mengetahui pentingnya hidup hemat



3. Kemampuan membiasakan hidup hemat





• 3.2 Membiasakan hidup • hemat dalam menggunakan barang-barang kebutuhan

Menyebutkan hak dan kewajiban orang tua dan anak Menyebutkan hak dan kewajiban anggota keluarga lainnya di rumah Menceritakan akibat jika anak tidak melaksanakan kewajibannya dirumah menceritakan jika hak anak terabaikan Menjelaskan pentingnya menghormati orang tua dan anggota keluarga lainnya Menceritakan akibat jika tidak saling menghormati dalam kehidupan keluarga

Materi Pokok Hak dan kewajiban anggota keluarga

Saling menghormati di lingkungan keluarga

Memberikan contoh sikap menghormati orang tua dan anggota keluarga lainnya Menceritakan cara menghormati orang tua dan anggota keluarga lainnya Menyebutkan pentingnya hidup hemat Memberikan contoh perilaku hidup hemat Menceritakan pelaksanaan hidup hemat (misalnya menghemat air, listrik, pakaian, alat tulis, uang)

70

Kompetensi Dasar

Hasi Belajar

Indikator •

4. Kemampuan me- 4.1 Menemutunjukkan manfaatkan dodokumen diri dan kumen keluarga keluarganya sebagai sumber belajar

4.2 Menceritakan cara memelihara dokumen dan koleksi barang keluarga

5. Kemampuan me- 5.1 Menceritakan keandeskripsikan lidaan lingkungan ngkungan alam alam dan buatan di dan buatan di sesekitar rumah kitar rumah 5.2 Menceritakan cara memelihara lingkungan alam di sekitar rumah

• •

• • • • •



Materi Pokok

Menceritakan pengalaman hidup hemat Menunjukkan dokumen diri Dokumen diri dan keluarga dan keluarga Menceritakan peristiwa yang terkesan waktu kecil tentang diri dan keluarganya melalui dokumen (foto dan akte) Menjelaskan pentingnya memelihara dokumen dan koleksi barang keluarga Menceritakan cara memelihara dokumen dan koleksi barang keluarga Mengidentifikasi lingkungan alam dan lingkungan buatan Menceritakan keadaan dan buatan di sekitar rumah

Lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah

Memberikan contoh cara memelihara dan menjaga lingkungan alam di sekitar rumah Menceritakan pengalaman membersihkan lingkungan di sekitar rumah

71

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS III Standar Kompetensi Kemampuan memahami (1) kronologis peristiwa penting dalam keluarga (2) Kedudukan dan peran anggota keluarga (3) Aturan dan kerjasama di lingkungan (4) Kegiatan dalam pemenuhan hak dan kewajiban sebagai individu dalam masyarakat dan (5) Kenampakan lingkungan Kompetensi Dasar 1. Kemampuan mendeskripsikan peristiwa penting secara kronologis dalam keluarga

Hasi Belajar

Indikator

1.1 Menemutunjukkan • peristiwa penting yang terjadi pada masa lalu dan mengurutkannya dalam • garis waktu • 1.2 Menentukan sikap • dalam rangka memperbaiki diri dengan belajar dari pengalaman masa lalu •

2. Kemampuan me- 2.1 Menceritakan kedundeskripsikan kedukan anggota kedudukan dan peluarga ran anggota kelu- 2.2 Menyadari pentingarga sikap saling menghormati dalam kehidupan keluarga

• • • •

Mengumpulkan informasi tentang peristiwa penting masa lalu dalam kehidupan keluarga Membuat urutan peristiwa penting dalam keluarga menggunakan garis waktu Menceritakan hubungan antar peristiwa secara kronologis Menceritakan pengaruh peristiwa yang terjadi pada masa lalu terhadap masa kini Memberi contoh perilaku yang perlu dipertahankan, diperbaiki dan ditingkatkan berdasarkanpengalaman masa lalu Menyebutkan kedudukan setiap anggota keluaraga Membuat silsilah keluarga Menjelaskan peran setiap anggota keluarga Menjelaskan kecenderugan perubahan peran dikeluarga misalnya ibu yang bekerja mencari nafkah

Materi Pokok Peristiwa pen ting dalam keluarga

Kedudukan dan peran anggota keluarga

72

Kompetensi Dasar

Hasi Belajar

Indikator •

3. Kemampuan me- 3.1 Mendeskripsikan ndeskripsikan bentuk-bentuk kerja bentuk-bentuk sama di lingkungan kerjasama di lingtetangga kungan tetangga





3.2 Menguraikan manfaat kerjasama di lingkungan tetangga





4.

4.1 Mendeskripsikan je- • nis aturan sekolah • 4.2 Menguraikan Manfaat aturan sekolah

• • • • •

Materi Pokok

Menceritakan pengalaman siswa dalam melaksanakan perannya dalam keluarga Kerjasama di Mengidentifikasi bentuklingkungan bentuk kerja sama di lingkungan tetangga (mis. ber- tetangga gotong royong membuat rumah, membersihkan lingkungan, menjaga keamanan lingkungan Menjelaskan kerjasama (gotong royong) sebagai ciri khas bangsa Indonesia Menceritakan pengalaman siswa dalam melakukan kerjasama di lingkungan tetangga Menyimpulkan manfaat kerja saama di lingkungan tetangga Mengidentifikasi aturanaturan tertulis di sekolah Mengidentifikasi aturanaturan tdak tertulis di sekolah Menjelaskan kegunaan tata tertib sekolah bagi kehidupan di sekolah Mengidentifikasi perilaku ketaatan dan pelanggaran aturan di sekolah menjelskan akibat melanggar aturan sekolah Menyusun tata terib kelas secara bersama-sama Mempraktekan tata tertib sekolah

Aturan-aturan sekolah

73

Kompetensi Dasar

Hasi Belajar

5. Kemampuan me- 5.1 Mendeskripsikan nggunakan uang manfaat uang dalam sesuai dengan memenuhi kebutukebutuhannya han diri sendiri

Indikator • • •

5.2 Mendeskripsikan cara mengelola uang 6. Kemampuan me- 6.1 Mendeskrisikan jemahami jenis-jenis-jenis pekerjaan nis pekerjaan yang menghasilkan baran dan jasa

• • •



6.2 Menguraikan pentingnya semangat kerja untuk kemajuan masyarakat

• • •

7.Kemampuan me- 7.1 Memahami hak dan nyadari hak &kekewajibanindividu wajiban individu sebagai warga masebagai warga ma syarakat syarakat

• •

Menceritakan berbagai alat tukar mis. barang dan uang Menunjukkan jenis uang yang beredar di masyarakat (logam dan kertas) Menceritakan kegunaan uang

Materi Pokok Uang

Menjelaskan cara mengelola uang dengan baik Menjelaskan cara mengelola uang dengan baik Jenis-jenis Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan di lingkungan pekerjaan tempat siswa yang menghasilkan barang dan jasa Membuat daftar pekerjaan orang tua siswa yg mengha silkan barang dan jasa Memberikan alasan orang harus bekerja Menjelaskan pentingnya memiliki semangat bekerja Memberi contoh ciri-ciri se mangat bekerja (misalnya kerja keras, disiplin, jujur) yang telah dilakukannya dalam kehidupan seharihari Menjelaskan hak dan kewa jiban individu srbagai warga masyarakat memberi contoh pelaksanaan hak dan kewajiban individu sebagai warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari

Hak dan kewajiban individu sebagai warga masyarakat

74

Kompetensi Dasar

Hasi Belajar

Indikator

7.2 Menghargai hak dan • kewajiban individu sebagai warga masyarakat •

8. Kemampuan ber bicara dan berperilaku laku jujur

8.1 Mengetahui pengertian kejujuran

• •

8.2 Membiasakan berbi bicara dan berprilakiu jujur 9. Kemampuan me- 9.1 Menjelaskan letak mahami denah & ruang gedung sekopemanfaatannya lah pada denah



9.2 Membuat denah sekolah & lingkungan sekitar



• •



10. Kemampuan memahami kenampakan alam dan pelestariannya

10.1 Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan sekitar

• • •

10.2 Membiasakan berprilaku untuk melestarikan lingkungan

• •

Materi Pokok

Memberi contoh akibat jika seorang warga masyarakat tidak mendapatkan hak Memberi contoh akibat jika seseorang tidak melaksanakan kewajiban Menjelaskan makna kejuju- Kejujuran ran Memberikan contoh berbicara dan berperilaku jujur berdasarkan pengalamannya sendiri Menunjukan sikap berprilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari Denah Membuat mata angin Menggunakan denah seko- sekolah lah untuk mencari suatu obyek tempat dilingkungan sekolah Memberi contoh pemanfaatan denahdalam kehidupan sehari-hari Membuat denah sekolah lengkap dengan rencana penghijauan sekolah Mengidentifikasi kenampakkan alam dan kenampakan buatan di lingkungan sekitar Menjelaskan manfaat kenampakan alam dan kenampakan buatan bagi kehidupan Menunjukan letak kenampakan alam dan kenampakan buatan sesuai dengan arah mata angin Memberi contoh cara yang baik dalam memperlakukan lingkungan Menjelaskan cara pelestarian lingkungan

Kenampakan alam dan buatan

75

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV Standar Kompetensi Kemampuan memahami (1) Keragaman suku bangsa dan budaya serta perkembangan teknologi (2) Persebaran sumber daya alam, sosial, dan aktifitas dalam perekonomian (3) sikap kepahlawanan dan patriotisme serta hak dan kewajiban warganegara (4) Pentingnya menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat Kompetensi Dasar

Hasi Belajar

1. Kemampuan menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat

1.1 Mendeskripsikan ke ragaman suku bangsa dan budaya masyarakat setempat

Indikator • • • •

1.2 Mewujudkan sikap menghargai keragaman suku bangsa & budaya di masyarakat 2. Kemampuan me- 2.1 Menguraikan SDA nunjukan jenis & yang ada di lingkupersebaran SDA ngan setempat serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat (kabupaten/ 2.2 Mendeskripsikan kota, provinsi manfaat SDA yang ada di lingkungan setempat

• • • •

• •

Menjelaskan pengertian Bhinneka Tunggal Ika Menjelaskan pentingnya persatuan dalam keragaman Membandingkan bentukbentuk keragaman suku bangsa & budaya setempat Mengidentifikasi adat/kebiasaan di masyarakat setempat Memberi contoh cara meng hargai keragaman yang ada di masyarakat setempat Menunjukkan sikap menerima keragaman suku bangsa & budaya di masyarakat Mengidentifikasi jenis-jenis SDA dan kaitannya dengan kegiatan ekonomi Menggunakan peta setempat untuk menunjukkan per sebaran SDA

Materi Pokok Keaneka ragaman suku bangsa dan budaya

Sumber Daya Alam dan kegiatan ekonomi

Menjelaskan manfaat SDA yang ada di lingkungan setempat Menjelaskan perlunya menjaga kelestarian SDA

76

Kompetensi Dasar

Hasi Belajar 2.3 Menjelaskan hubungan SDA dengan kegiatan ekonomi

Indikator • •

3. Kemampuan me- 3.1 Mendeskripsikan mahami perkemperkembangan tekbangan teknologi nologi produksi untuk produksi, komunikasi, dan transportasi







3.2 Mendeskripsikan perkembangan teknologi komunikasi





3.3 Mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi





Menjelaskan bentuk-bentuk kegiatan ekonomi di lingkungannya Membuat daftar tentang kegiatan pemanfaatan SDA se tempat untuk kegiatan ekonomi Membandingkan jenis-jenis teknologi untuk berproduksi yang digunakan masyarakat pada masa lalu dan masa kini Membuat diagram alur ten tang proses produksi dari kekayaan alam yang tersedia Memberikan contoh bahan baku yang dapat diolah menjadi beberapa barang produksi

Materi Pokok

Perkembangan teknologi untuk produksi, komunikasi dan transportasi

Membandingkan alat-alat teknologi komunikasi yang digunakan masyarakat setempat pada masa lalu dan masa kini Menunjukan cara-cara penggunaan alat teknologi komunikasi pada masa lalu dan masa kini Membandingkan jenis-jenis teknologi transportasi pada masa lalu dan masa kini Menceritakan pengalaman menggunakan teknologi tranportasi

77

Kompetensi Dasar

Hasi Belajar

4. Kemampuan me- 4.1 Menceritakan aktindeskripsikan aktivitas jual beli di pafitas jual beli di sar setempat pasar setempat

Indikator • • •

4.2 Melaporkan hasil kunjungan ke pasar setempat

• •

5. Kemampuan me- 5.1 Mendeskripsikan • wujudkan sikap pentingnya sikap kekepahlawanan & pahlawanan dan patpatriotisme dalam riotisme dalam kehi- • lingkungannya dupan sehari-hari •

5.2 Membiasakan berjiwa besar dalam kehidupan seharihari

• •



Mengidentifikasi jenis pasar dan barang yang diperjual belikan Memperagakan proses terjadinya transaksi di pasar Menjelaskan cara bersaing secara sehat dalam jual beli barang Menulis laporan singkat hasil pengamatan tentang berbagai kegiatan di pasar Membuat denah pasar setempat Menjelaskan pentingynya memiliki sikap kepahlawanan dan patriotisme Memberi contoh rela berkorban dalam kehidupan sehari-hari Menunjukan sikap positif terhadap para pahlawan dalam membela bangsa dan negara

Materi Pokok Pasar

Kepahlawanan dan patriotisme

Menghargai para pahlawan bangsa dengan mengingat jasa-jasa mereka Memberi contoh bersedia menerima kekalahan dan kemenangan dengan jiwa besar Bersedia meminta dan memberi maaf

78

Kompetensi Dasar

Hasi Belajar

6. Kemampuan me- 6.1 Mendeskripsikan mahami hak dan hak dan kewajiban kewajiban warga warganegara negara

Indikator • •

6.2 Menghargai hak dan • kewajiban warganegara •

7. Kemampuan me- 7.1 Mendeskripsikan nghayati budaya pentingnya Pancasiluhur bangsa la sebagai dasar neIndonesia gara dan budaya luhur bangsa

• • •

7.2 Membiasakan melaksanakan nilainilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari



8. Kemampuan me- 8.1 Mendeskripsikan mahami hubungkenampakan alam, an kenampakan sosial dan budaya di alam, sosial dan kabupaten/kota dan budaya dengan provinsi setempat gejalanya







8.2 Mendeskripsikan hu • bungan kenampakan alamsosial & budaya dengan gejalanya di kabupaten/kota dan provinsi setempat

Menjelaskan hak dan kewa- jiban warganegara Membuat daftar hak dan kewajiban warganegara ter hadap pemerintah Memberi contoh akibat bila warganegara tidak melaksa nakan kewajibannya Memberikan contoh akibat jika warganegar tidak mem peroleh haknya Menjelaskan secara singkat lahirnya Pancasila Menceritakan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Menunjukan kedudukan Pancasila sebagai budaya bangsa Melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari Menunjukan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila Mengidentifikasi ciri-ciri dan manfaat kenampakan alam, serta ciri-ciri sosial & budaya di kabupaten/kota dan provinsi Mengidentifikasi peristiwaperistiwa alam (mis. gempa bumi,banjir,letusan gunung api, angin topan) Mengidentifikasi peristiwaperistiwa alam ( gempa bumi, banjir, letusan gunung api, angin topan) & pengaruhnya terhadap kehidupan sosial di kabupaten/kota

Materi Pokok Hak dan kewajiban warganegara

Nilai-nilai Pancasila

Kenampakan alam dan keragaman lingkungan

79

Kompetensi Dasar

Hasi Belajar

Indikator •



9 Kemampuan me- 9.1 Mendeskripsikan nghargai berbagai berbagai bentuk pepeninggalan di ninggalan sejarah di lingkungan setem lingkungan setempat pat (kabupaten/ kota, provinsi) 9.2Menceritakan jenisjenis peninggalan sejarah

• •

• • •

9.3 Menjaga kelestarian peninggalan sejarah

• •

10. Kemampuan 10.1 Menggambar peta menggambar peta kabupaten/kota, lingkungan setedan provinsi mpat (kabupaten/ kota, provinsi





dan provinsi setempat Mengidentifikasi pola perilaku anggota masyarakat yang dapat mempengaruhi peristiwa alam di lingkungan setempat Membuat laporan perjalanan/wisata antar kota kecamatan dalam wilayah kabupaten/kota dan provinsi setempat Mencatat peninggalan-peninggalan sejarah di lingkungan setempat Mengumpulkan informasi tentang asal usul nama suatu tempat dari berbagai sumber Mengklasifikasi jenis-jenis peninggalan bersejarah di lingkungan setempat Menceritakan peninggalan sejarah yang ada di lingkungan setempat Mengidentifikasi ciri-ciri peninggalan sejarah di lingkungan setempat Menjelaskan cara menjaga kelestarian peninggalan sejarah Menjelaskan manfaat menjaga kelestarian peninggalan sejarah Menggambar peta desa/kelurahan/kecamatan/kabupa ten/kota dengan menggunakan simbol dan tema tertentu Menggambar peta provinsi dengan menggunakan sim-

Materi Pokok

Peninggalan sejarah

Peta dan komponennya

80

Kompetensi Dasar

Hasi Belajar

Indikator

Materi Pokok

bol dan tema tertentu 10.2 Menggunakan ska- • la untuk mengukur jarak tempat •

Menghitung jarak tempat dengan menggunakan skala peta Memperbesar dan memperkecil peta dengan bantuan garis-garis koordinat

81

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V Standar Kompetensi Kemampuan memahami (1) Keragaman kenampakan alam, sosial, dan kegiatan ekonomi di Indonesia (2) Perjalanan bangsa Indonesia pada masa Hindu-Budha, Islam, sampai kemerdekaan; dan (3) Wawasan Nusantara, penduduk dan pemerintahan serta kerja keras pra tokoh kemerdekaan. Kompetensi Dasar 1.1 Kemampuan menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia

Hasi Belajar

Indikator

1.1Mendeskripsikan ke- • ragaman suku bangsa di Indonesia •

1.2 Mendeskripsikan ke anekaragaman budaya di Indonesia 2. Kemampuan me- 2.1 Mengidentifikasi mahami keadaan keadaan penduduk penduduk dan pedi Indonesia merintahan di Indonesia

• •

• • •

2.2 Mendeskripsikan pe ran dan tanggung jawab pemerintah

• • •

Menemutunjukkan pada pe ta persebaran daerah asal suku bangsa di Indonesia Mengembangkan sikap menghormati keragaman su ku bangsa Mengidentifikasi keragaman budaya yang terdapat di Indonesia Menjelaskan perkembangan jumlah, penggolongan, peebaran dan kepadatan penduduk Indonesia Menginterpretasi berbagai grafik penduduk Menjelaskan permasalahan penduduk Indonesia Mengidentifikasi bentuk, se bab dan akibat perpindahan penduduk yang terjadi di Indonesia Menguraikan pengertian pemerintah: pemerintah dae rah dan pemerintah pusat Menjelaskan sistem pemerintahan demokrasi Memberi contoh tugas dan tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakat

Materi Pokok Keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia

Penduduk & sistem pemerintahan di Indonesia

82

Kompetensi Dasar 3. Kemampuan hidup berwawasan nusantara

Hasi Belajar

Indikator

3.1Mendeskripsikan pe- • pentingnya wawasan nusantara • 3.2 Menganalisis peranan budaya daerah Indonesia

• •



4. Kemampuan me- 4.1 Menguraikan jenismahami kegiatan jenis usaha dalam ekonomi di bidang ekonomi Indonesia



4.2 Mendeskripsikan ke giatan ekonomi di Indonesia







5. Kemampuan me- 5.1 Menguraikan kerandeskripsikan kejaan dan peninggarajaan dan pening lan Hindu di galan Hindu-BuIndonesia dha dan Islam di Indonesia



• •

Menjelaskan pentingnya wawasa nusantara untuk mempersatukan wilayah NKRI Menceritakan berbagai perbedaan dalam ikatan persatuan Indonesia Menunjukan keberagaman dan keunikan setiap daerah Menunjukan sikap positif terhadap pentingnya budaya daerah untuk memperkuat persatuan bangsa Menceritakan pengalamannya ketika menampilkan budaya daerah Menyebutkan jenis usaha perekonomian dalam masyarakat Memberikan contoh usaha yang dikelola sendiri dan kelompok Memberi contoh kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi di Indonesia Membuat laporan hasil kunjungan ke salah satu produsen Menyusun daftar peninggalan-peninggalan sejarah bercorak Hindu yang ada di Indonesia Menceritakan peninggalan sejarah bercorak Hindu yang ada di Indonesia Menceritakan peninggalan sejarah bercorak Hindu (miisalnya :candi, tradisi agama) di berbagai daerah Indonesia

Materi Pokok Wawasan Nusantara

Kegiatan Ekonomi

Kerjaan Hindu, Budha dan Islam di Indonesia

83

Kompetensi Dasar

Hasi Belajar

Indikator •

5.2Menguraikan kerajaan dan peninggalan Budha di Indonesia





5.3 Menguraikan kerajaan dan peninggalan Islam di Indonesia

• •



6. Kemampuan me- 6.1 Mendeskrpsiikan mahami perjuapenjajahan Belanda ngan para tokoh di Indonesia dalam melawan penjajah dan tokoh pergerakan nasional di Indonesia

6.2 Mendeskripsikan pendudukkan Jepang di Indonesia



• •

• •

Menceritakan kejayaan Ma japahit dan peranan Gajah Mada dalam upaya menyatukan Nusantara Mengidentifikasi peninggalan sejarah yang bercorak Budha (mis. Stupa Borobudur, tradisi agama) berbagai daerah di Indonesia Menceritakan Sriwijaya sebagai kerajaan Maritim dan pusat penyebaran agama Budha Mengidentifikasi peninggalan sejara yang bercorak Islam di Indonesia Menceritakan peninggalan sejarah yang bercorak Islam (mis. Masjid, pesantren tradisi agama) Menceritakan tokoh-tokoh kerajaan Islam di berbagai daerah di Indonesia Menceritakan sebab jatuhnya daerah-daerah Nusantara ke dalam kekuasaan pe merintah Belanda Menjelaskan sistem kerja paksa dan penarikan pajak yang memberatkan rakyat Menceritaka perjuangan para tokoh daerah dalam upaya mengusir penjajah Belanda Menceritakan pendudukan Jepang di Indonesia Menceritakan sebab & akibat pengerahan tenaga Romusha oleh Jepang terhadap penduduk Indonesia

Materi Pokok

Perjuangan melawan penjajahan dan Pergerakan Nasional Indonesia

84

Kompetensi Dasar

Hasi Belajar

Indikator

6.3 Mengidentifikasi • tokoh-tokoh penting pergerakan nasional dan tokoh-tokoh pejuang setempat • 6.4 Mengidentifikasi pe • ranan Sumpah Pemuda 28 Oktober • 1928 dalam memper satukan Indonesia 5.4 •

7. Kemampuan me- 7.1 Mendeskrpsiikan mahami kerja kekerja keras para toras para tokoh dakoh selama masa lam mempersiappersiapan kemerdekan kemerdekaan kaan dan proses perumusan dasar negara 7.2 Menghargai jasa tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan



8. Kemampuan me- 8.1 Mendeskripsikan ke mahami keragaragaman kenampakman kenampakan kan alam di Indonealam dan hutan di sia Indonesia





• •



Membuat ringkasan riwayat hidup tokoh-tokoh penting pergerakan nasional (mis. R.A Kartini, Dewi Sartika, Ki Hajar Dewantoro, Douwes Dekker Membuat laporan tentang tokoh pejuang yang ada di provinsinya Menceritakan peristiwa Sumpah Pemuda Menceritakan peranan masing-masing tokoh dalam peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 Menceritakan peranan Sum pah Pemuda 28 Oktober 1928 dalam mempersatukan Indonesia. Menjelaskan beberapa usaha dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan Menjelaskan perlunya perumusan dasar negara sebelum kemerdekaan

Materi Pokok

Persiapan kemerdekaan Indonesia & perumusan dasar negara

Mengidentifikasi beberapa tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan Menunjukan sikap menghar gai jasa pera tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan Menggambar peta Indone- Kenampakan alam dan husia dengan menggunakan tan Indonesia simbol Mengidentifikasi ciri-ciri kenampakan alam wilayah Indonesia

85

Kompetensi Dasar

Hasi Belajar

Indikator •



8.2 Mendeskripsikan • kenampakan buatan di wilayah Indonesia •

9. Kemampuan me- 9.1 Mendeskripsikan pe mahami perubahrubahan wilayah pro an wilayah di vinsi di Indonesia Indonesia

• •

9.2 Mendeskripsikan pe • rubahan wilayah laut teritorial Indonesia • •

10. Kemampuan 10.1 Menemutunjukan menggunakan peinformasi keruangan ta/atlas/globe dan melalui peta/atlas/ media lainnya unlobe tuk mencari infor masi keruangan 10.2 Menemutunjukan letak gejala alam dari berbagai media

• •



Menemutunjukan pada peta persebaran flora dan fauna di berbagai wilayah Indonesia Menjelaskan perubahan cuaca/iklim dan dampaknya terhadap aktivitas masyarakat Indonesia Mengidentifikasi kenampakan buatan di wilayah Indonesia Menjelaskan keuntungan & kerugian pembangunan kenampakan buatan (waduk, pelabuhan, kawasan industri, perkebunan) bagi masyarakat Menceritakan perkembangan jumlah provinsi-provinsi di Indonesia Menemutunjukkan letak & nama provinsi-provinsi di Indonesia Menceritakan perubahan wi layah laut teritorial Indo. Menemutunjukan pada peta wilayah laut teritorial Indonesia Memberi contoh usahausaha dalam upaya pelestarian laut di Indonesia Menjelaskan pembagian wilayah waktu di Indonesia Mengidentifikasi kenampakkan alam utama di wilayah Indonesia melalui peta/ atlas/globe Mengidentifikasi gejala alam mutakhir dari berbagai media

Materi Pokok

Perubahan wilayah di Indonesia

Persebaran gejala alam

86

Kompetensi Dasar

Hasi Belajar

Indikator •

Materi Pokok

Menjelaskan letak pada peta/atlas/globe tentang gejala alam mutakhir

87

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS VI Standar Kompetensi Kemampuan memahami (1) Peran masyarakat sebagai potensi bangsa dalam mempertahan- kan kemerdekaan (2) Kegiatan ekonomi negara Indonesia dan negara tetangga (3) Kenam- pakkan alam dunia, (4) Kedudukan masyarakat sebagai potensi bangsa dalam pelaksanaan HAM dan nilai-nilai Pancasila Kompetensi Dasar 1Kemampuan menganalisis bentuk-bentuk perilaku yang mu ncul sebagai dampak globalisasi

Hasi Belajar 1.1Menguraikan dampak globalisasi

Indikator • •

• 1.2 Menguraikan latar belakang berdirinya perusahaan asing di Indonesia





2. Kemampuan me- 2.1 Menguraikan persia nganalisis perispan sampai dengan tiwa di sekitar detik-detik proklaproklamasi masi



Menjelaskan terjadinya glo balisasi dalam kehidupan masyarakat Membuat daftar perubahan perilaku masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi (mis. gaya hidup, makanan, pakaian,komunikasi, perjalanan, nilai-nilai dan tradisi) Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi Menjelaskan beberapa alasan beroperasinya perusahaan asing di Indonesia (seperti: besarnya konsumen, murahnya tenaga kerja, dan lain-lain Memberikan contoh keuntungan beroperasinya perusahaan asing di Indonesia Menceritakan peristiwaperistiwa penting yang terjadi di sekitar proklamasi peristiwa Rengsdengklok, penyusunan teks proklamasi, detik-detik proklamasi kemerdekaan)

Materi Pokok Dampak globalisasi

Peristiwa sekitar proklamasi

88

Kompetensi Dasar

Hasi Belajar

Indikator •



2.2 Mendeskripsikan • tokoh-tokoh penting yang berperan dalam peristiwa proklamasi



3. Kemampuan me- 3.1 Mengenal perjuang ngenal dan mengan bangsa Indonesia hargai perjuangan dalam mempertahan para para tokoh kan kemerdekaan dalam mempertahankan kemerdekaan

• •

• 3.2 Menghargai jasa pa- • ra tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan •

Materi Pokok

Menjelaskan peranan BPUPKI dan PPKI dalam perumusan dasar negara & UUD 1945 Membuat garis waktu tentang tahapan peristiwa men jelang proklamasi Membuat riwayat singkat/ ringkasan tentang tokohtokoh penting dalam peristiwa proklamasi (mis. Soekarno, Moh. Hatta, A.Soebardjo, Fatmawati) Memberikan contoh cara menghargai jasa tokoh-tokoh kemerdekaan Menceritakan peristiwa 10 Novemb. 1945 di Surabaya Membuat Laporan tentang peristiwa-peristiwa dalam rangka mempertahankan ke merdekaan di daerah masing-masing berdasarkan hasil wawancara atau hasil membaca kepustakaan Menceritakan agresi militer Belanda terhadap RI

Perjuangan mempertahan kan kemerdekaan

Menceritakan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Menceritakan peranan bebe rapa tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan,mis: Ir.Soekarno, Dr.Moh.Hatta, Sultan Hamengkubuwono IX, dan Bung Tomo

89

Kompetensi Dasar

Hasi Belajar

4. Kemampuan me- 4.1 Mendeskripsikan mahami kedudukan kedudukan masyaramasyarakat sebagai kat sebagai potensi potensi bangsa mempersatukan bangsa

Indikator • •



4.2 Menghargai peranan pemuka masyarakat dalam menyelesaikan masalah







5. Kemampuan memahami penerapan nilai-nilai Pancasila

5.1 Mendeskripsikan usulan perubahan piagam Jakarta menjadi UUD 1945





5.2 Menguraikan cara menghargai pendapat orang lain





Mengidentifikasi sumbersumber potensi bangsa Menganalisis usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan potensi bangsa Menguraikan peranan masyarakat dalam mempersatukan bangsa dan negar

Materi Pokok Masyarakat sebagai potensi bangsa

Menjelaskan peranan pemu ka masyarakat dalam menyelesaikan masalah di lingkungannya Mengidentifikasi bentuk partisipasi masyarakat dalam dalam memajjukan lingkungannya Mendeskripsikan bentukbentuk penyelesaian masala dimasyarakat yang dilakukan secara jujur & terbuka Penerapan Menceritakan para tokoh yang mengusulkan peruba- nilai-nilai han piagam Jakarta menja- Pancasila di Pembukaan UUD 1945 Menganalisis usulan perubahan Piagam Jakarta menjadi Pembukaan UUD 1945 sebagai keputusan bersama Menunjukan cara menerihasil keputusan bersama se perti PPKI menerima perubahan Piagam Jakarta sebagai keputusan bersama Melaksanakan hasil keputu san bersama dengan ikhlas dalam kehidupan seharihari

90

Kompetensi Dasar

Hasi Belajar

Indikator

6. Kemampuan me- 6.1 Mendeskripsikan • mahami pentingnya pentingnya koperasi koperasi dalam perdalam melayani eko- • ekonomian Indonenomi rakyat sia • • 6.2 Mendeskripsikan barang/jasa yang dieks por & diimpor

• •



7. Kemampuan me- 7.1 Membandingkan mahami gejala gejala alam negara alam dan sosial Indonesia dengan negara Indonesia negara-negara tetadan negara tetangga ngga 7.2 Mendeskripsikan ge jala sosial Indonesia dan negara-negara tetangga



8. Kemampuan me- 8.1 Mendeskripsikan nggeneralisasi ke ciri-ciri utama kenampakan alam nampakan alam dudunia melalui kania jian peta



• • •



Menjelaskan tujuan dan manfaat koperasi Menceritakan pentingnya usaha bersama melalui koperasi Memberikan contoh berbagai jenis koperasi Menceritakan salah satu kegiatan koperasi di lingkungannya Menemutunjukan jenis barang/jasa yang diekspor & diimpor oleh Indonesia Menjelaskan bentuk- bentuk kegiatan pertukaran ba rang & jasa antara Indonesia dengan luar negri Menemutunjukan manfaat adanya pertukaran barang dan jasa Menemutunjukan pada peta letak dan nama negaranegara tetangga Indonesia membandingkan ciri-ciri ge jala alam Indonesia dengan negara tetangga Membandingkan ciri-ciri gejala sosial di Indonesia dengan negara tetangga memberikan contoh sikap waspada terhadap gejala so sial di Indonesia Menunjukan pada peta nama dan letak benua, samudra, ciri khas beberapa negara besardi setiap benua Mengidentifikasi ciri-ciri utamakenampakan alam & kenampakan buatan dunia yang terkenal

Materi Pokok Koperasi dalam perekonomian Indonesia & pertu karan barang/ jasa antar negara

Gejala (fenomena) alam dan sosial Indonesia dan negara tetangga

Kenampakan alam dunia

91

Kompetensi Dasar

Hasi Belajar

Indikator

8.2 Mendeskripsikan • perkembangan negara dunia •

Menceritakan perkembangan negara-negara di setiap benua Menggambarkan peta benua dan dunia



Menjelaskan pengertian hak azasi manusia di Indonesia Menjelaskan pasal yang berkaitan dengan hak anak mendapatkan untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam UUD 1945

9. Kemampuan me- 9.1 Mendeskrikan hak mahami pelaksaazasi manusia naan hak azasi manusia dalam masyarakat

9.2 Mendeskripsikan pelaksanaan hak azasi manusia







Materi Pokok

Hak Azasi Manusia

Menjelaskan pelaksanaan hak memperoleh pendidikan dan pengajaran di Indonesia Menceritakan cita-cita anak setelah mendapatkan pendidikan dan pengajaran

92

BAB VI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) 2004 PEDOMAN PENGEMBANGAN SILABUS I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemmberlakuan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal ini diikuti dengan perubahan pengelolaan pendidikan dari bersifat sentralistik ke desentralistik. Berdasarkan PP No. 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah otonom, dalam Bidang Pendidikan dan Kebudayaan. Pemberlakuan otonomi daerah memberikan implikasi pada penyelenggaraan peme- rintahan dan pendidikan termasuk pada pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Pe- merintah dalam hal ini Depdiknas bertugas menetapkan kerangka dasar kurikulum anta- ra lain meliputi : standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pkok. dan indikator hasil belajar yang dituangkan dalam dokumen yang disebut dengan kurikulum 2004. Pemerintah daerah dan sekolah berkewajiban mengembangkan kerangka dasar kurikulum ter- sebut menjadi silabus yang lebih operasional. Dengan berlakunya kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi maka perlu disusun suatu pedoman perencanaan pembelajaran di sekolah dalam bentuk silabus. Hal ini di-maksudkan untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang efektif. Profil pembelajaran yang efektif senantiasa didasari oleh prinsip relevansi, konsistensi, kompetensi yang harus dikuasai siswa, materi yang harus dipelajari, alokasi waktu dan sumber bahan yang tersedia. B. Pengertian Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembela- jaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Silabus berisikan komponen pokok yang dapat menjawab permasalahan berikut : • Kompetensi apa yang akan dikembangkan siswa ? • Bagaimana cara mengembangkannya ? • Bagaimana cara mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dicapai siswa ? C. Landasan Pengembangan Silabus Pengembangan silabus didasari alur berpikir : • Tujuan Pendidikan Nasional adalah menghasilkan lulusan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mengem-

93

bangkan potenai peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan demokratis; dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. • Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu jenjang tertentu. • Kompetensi lintas kurikulum merupakan pernyataan tentang pengetahuan, ketrampilan , sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang mencakup kecakapan belajar sepanjang hayat dan ketramilan hidup yang harus dimiliki. Hasil belajar dari kompetensi lintas kurikulum ini perlu dicapai melalui pembelajaran-pembelajaran dari semua rumpun pelajaran. • Kompetensi rumpun pelajaran merupakan pernyataan tentang pengetahuan, ketrampilan sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang seharusnya dicapai setelah siswa menyelesaikan rumpun pelajaran tertentu. • Kompetensi dasar merupakan pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau sub aspek mata pelajaran tertentu. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang selajutnya dijabarkan ke dalam kompetensi tamatan, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi rumpun dan kompetensi dasar diperlukan sebuah perencanaan pembelajaran yang selajutnya disebut “silabus”

II. KOMPONEN DAN FORMAT SILABUS A. Komponen Silabus Silabus merupakan seperangkat rencana pembelajaran beserta penilaiaannya. Oleh karena itu, silabus harus disusun secara sistematis dan berisikan komponenkomponen yang saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian Kompetensi Dasar. Beberapa komponen silabus minimal yang dapat membantu dan memandu para guru dalam me- ngelola pembelajaran, antara lain : 1. Kompetensi dasar Penempatan Kompetensi Dasar dalam silabus sangat disarankan, hal ini berguna untuk mengingatkan para guru seberapa jauh tuntutan target kompetensi yang harus dicapainya. 2. Hasil Belajar Hasil belajar mencerminkan kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu Kompetensi Dasar.

94

3. Indikator Indikator merupakan Kompetensi Dasar yang lebih spesifik. Apabila serangkaian indikator dalam satu Kompetensi Dasar sudah tercapai, berarti target Kompetensi Dasar tersebut sudah terpenuhi. 4. Pengalaman Belajar Pengalaman belajar adalah kegiatan fisik dan mental yang harus dilakukan ole siswa untuk mencapai hasil belajar tertentu. Pengalaman belajar merupakan ganbaran mengenai kegiatan/perbuatan siswa, pembiasaan kecakapan hidup suasana hati siswa, suasana kelas, dinamika kelompok dan model interaksinya. 5. Alokasi Waktu Untuk merencanakan pembelajaran, alokasi waktu yang diperlukan untuk mem pelajari suatu Kompetensi Dasar perlu ditentukan. Penentuan alokasi waktu ini tergantung pada jenis dan bentuk pengalaman belajar, keluasan dan kedalaman materi, serta tingkat kepentingannya dengan keadaan dan kebutuhan setempat. 6. Sarana dan Sumber Belajar Dalam proses belajar sarana dan sumber belajar sangat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Yang dimaksud dengan sarana pelajaran dalam uraian ini lebih ditekankan pada sarana dalam arti media/alat peraga; sedangkan sumber belajar mengacu pada barang cetak seperti : buku, brosur, majalah, koran, poster, lembar informasi lepas, naskah brosur, peta, foto dan lingkungan sekitar (lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya). 7. Penilaian Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan mentafsirkan data tentang proses dan hasil belajar yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengam- bilan keputusan. Penilaian harus mengacu pada kompetensi yang tertuang dalam silabus. B. Format Silabus Dalam menyajikan silabus ada beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian, yaitu : aspek keterbacaan, keterkaitan antar komponen, dan kepraktisan penggunaannya. Silabus harus mudah dibaca dan dipahami, baik oleh guru yang mengembangkannya maupun oleh guru lain yang akan menggunakannya. Format silabus tidak dibakukan, guru bebas menentukan format mana yang akan digunakannya. Berikut contoh format silabus yang disajikan dalam bentuk matrik.

No

Standar Kompetensi : (tertera dalam kurikulum/GBPP setiap mata pelajaran) Kompetensi Hasil Belajar Indikator Pengalaman Alokasi Waktu Sumber/alat/ Dasar Belajar (Jam Pelajaran) Bahan Belajar Gambar 1. Komponen Silabus

95

Penilaian

Pengembangan rencana perlu memperhatikan kompetensi dasar yang akan dijabarkan. Untuk mengetahui keluasan atau cakupan Kemampuan Dasar dapat digunakan jaringan topik/tema/konsep. Kompetensi Dasar yang terlalu luas/dalam cakupan materinya perlu dijabarkan menjadi lebih dari satu pembelajaran. Sedangkan kompetensi dasar yang tidak terlalu rumit mungkin dapat dijabarkan ke dalam satu pembelajaran. III. PENGEMBANGAN SILABUS DAN PROGRAM PEMBELAJARAN Pengembangan Standar Kompetensi suatu mata pelajaran ke dalam silabus dilakukan melalui kegiatan : (1) Pengembangan Program Semester (2) Pengembangan Silabus (3) Pengembangan Rencana Pembelajaran Kurikulum (standar Kompetensi Mata Pelajaran

Program Semester Kompetensi Dasar/Hasil Belajar/Indikator Silabus

Kegiatan Pembelajaran

Rencana Pembelajaran Gambar 2. Pengembangan Kurikulum ke dalam Program Pembelajaran A. Pengembangan Program Semester Program semester dibuat untuk memetakan Kompetensi Dasar (beserta aspeknya kalau ada), Hasil Belajar, dan Indikator perminggu untuk satu semester termasuk alokasi jumlah jam pelajaran. Beberapa prinsip dalam Program Semester : 1. Program semester dibuat berdasarkan Analisis Kompetensi Dasar yang merupakan pemetaan Kompetensi Dasar, Hasil Belajar dan Indikator per semester untuk selama satu tahun beserta alokasi waktunya.

96

2. Alokasi waktu pada Program Semester dinyatakan dengan jumlah jam pelajaran untuk setiap hasil belajar. Pada kasus tertentu, alokasi waktu dapat ditentukan untuk setiap indikator. 3. Alokasi waktu pada Program Semester memperhitungkan jumlah efektif sebanyak 17 minggu (34 minggu dalam satu tahun) dan kegiatan tengah semester selama satu minggu. 4. Penentuan alokasi waktu untuk setiap hasil belajar atau indikator memperhitungkan jenis dan bentuk Pengalaman Belajar dan keluasan serta kedalaman materi. B. Langkah-langkah Pengembangan Silabus (1) Langkah-langkah Pengembangan Silabus Tematik Langkah awal pengembangan silabus pembelajaran tematik adalah: 1. Pengidentifikasian Kompetensi Dasar pada kalas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran 2. Penentuan tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk setiap kelas dan semester. 3. Pembuatan “Matriks Hubungan Kompetensi Dasardengan Tema”. Dalam langkah ini penyusun memperkirakan dan menentukan kompetensi-kompetensi dasar pada sebuah mata pelajaran cocok dikembangkan dengan tema tertentu. Langkah ini dilakukan untuk semua mata pelajaran. Perhatikan contoh ! 4. Pemetaan pembelajaran tematis. Pemetaan ini dapat dibuat dalam bentuk matrik atau jaringan topik. Dalam pemetaan ini akan terlihat kaitan antara tema dengan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran. 5. Pengembangan silabus berdasarkan matriks/jaringan topik pembelajaran tematis, dengan mengikuti langkah pengembangan silabus mata pelajaran Catatan : a. Silabus disusun sesuai dengan format silabus mata pelajaran b. Dalam menyusun silabus, ciptakan berbagai kegiatan yang sesuai dengan kom- petensi dan tema. Kegiatan-kegiatan itu misalnya : * mengadakan kunjungan ke pertanian, pasar, warung, pabrik * membawa narasumber ke sekolah, misalnya polisi, dokter, pak pos, tukang sayur, dan lain-lain * memanfaatkan ceritra dalam buku atau majalah anak-anak c. Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran tematisdibuatkan silabus tersendiri. (2) Langkah-langkah Pengembangan Silabus Mata Pelajaran 1. Identifikasi (sekolah, mata pelajaran, kelas, dan semester) 2. Pengurutan standar kompetensi dan kompetensi dasar (berdasarkan struktur keilmuan dan kompetensi lulusan; diurutkan dan disebarkan secara sistematis)

97

3. Penjabaran kompetensi dasar menjadi indikator (ukuran ketercapaian hasil belajar 4. Penentuan materi pokok dan uraiannya/jabarannya a. Menggunakan pendekatan prosedural, hirarhis, konkret-abstrak, tematik b. Prinsip relevansi, konsistensi, adekuasi/kecukupan 5. Pemilihan pengalaman belajar (pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar, termasuk kecakapan hidup) 6. Penjabaran indikator ke dalam instrumen penilaian * jenis tagihan: kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian, ulangan blok, tugas individu, tugas kelompok, responsi/ujian praktek, laporan kerja praktek. * Instrumen penilaian : tes uraian, tes obyektif, tes performansi, portofolio 7. Penentuan alokasi waktu. Prinsip dasarnya : * Jenis dan bentuk pengalaman belajar, * kesukaran materi, * cakupan materi * frekuensi penggunaan materi, dan * tingkat pentingnya materi. 8. Penentuan sumber/bahan/alat yang digunakan dalam pembelajaran. Identifikasi

Pengurutan KD

Penjabaran KD menjadi Indikator

Penentuan Materi

Pemilihan Pengalaman Belajar

Penentuan Alkokasi Waktu

Penentuan Instrumen Penilaian

Penentuan Sumber/Sarana

Gambar 3. Langkah-langkah pengembangan Silabus

98

C. Langkah-langkah Penegembangan Rencana Pembelajaran Rencana Pembelajaran merupakan jabaran lebih lanjut dari silabus yang disusun berdasarkan Hasil Belajar. Sebagai penjabaran Silabus, Rencana Pembelajaran haruslah lebih operasional. Sebuah Rencana Pembelajaran dapat berisi beberapa kali pertemuan. Jumlah pertemuan dalam dalah sebuah rencana pembelajaran didasarkan pada keutuhan hasil belajaryang akan dicapai. Sebuah Rencana Pembelajaran mungkin terdiri atas 4 atau 8 pertemuan , dan sebuah pertemuan dapat terdiri atas 1 sampai 3 jam pelajaran. Komponen-komponen yang terdapat dalam Rencana Pembelajaran meliputi : (1) Identitas Rencana Pembelajaran, (2) Kompetensi Dasar/Hasil Belajar/ Indikator, (3) Langkah pembelajaran, (4) Sumber/Media/Bahan, (5) Penilaian, dan (6) Identitas Penyusun. Penjelasan terhadap komponen rencana pembelajaran adalah sebagai berikut : Identitas Rencana Pembelajaran Tiga hal yang harus dicantumkan pada identitas Rencana Pembelajaran, yakni • Mata Pelajaran (untuk kelas III s.d. kelas VI) atau Tema (untuk kelas 1 dan 2 yang menggunakan pendekatan tematik) • Kelas/Semester (kelas ditulis dengan angka Romawi, semester ditulis dengan angka Arab • Alokasi waktu (ditulis jumlah jam pelajaran dan jumlah pertemuan) (Contoh penulisan Identitas Rencana Pembelajaran dapat diperiksa di lampiran). Kompetensi Dasar/Hasil Belajar/Indikator/Tema Sebagai jabaran dari silabus, Rencana Pembelajaran akan merujuk pada Kompetensi Dasar, Hasil Belajar, atau Indikator. Suatu Rencana Pembelajaran mungkin cukup hanya menyebutkan hasil belajarnya saja, tanpa harus menyebutkan Kompetensi Belajar dan Indikatornya. Namun demikian, Penyusus Rencana Pembelajaran mungkin memandang perlu untuk mencantumkan Kompetensi Dasar atau Indikatornya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalah pahaman. Khusus untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, pencantuman tema dipandang perlu dilakukan, sebab pencantuman tema dimaksudkan untuk mengikat keempat jenis kemahiran berbahasa. Langkah Pembelajaran Langkah pembelajaran berisi gambaran umum kegiatan pembelajaranyang akan di- lakukan dalam setiap pertemuan. Setiap pertemuan dalam rencana pembelajaran berisi 3 tahap kegiatan kegiatan, yakni kegiatan awal. kegiatan inti dan kegiatan akhir.

99



Kegiatan awal dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa (baik secara fisik maupun psikologis) untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan dimaksud dapat berupa penjelasan tentang tujuan pembelajaran, memotivasi siswa menguasai kompetensi tertentu, apersepsi dan seterusnya. • Kegiatan inti merupakan kegiatan yang dirancang untuk menguasai kompetensi tertentu. Wujud kegiatan inti sangat beragam, tergantung pada kompetensi dasar atau hasil belajar yang akan dipelajari. Kegiatan inti dapat berupa melakukan percabaan, sosiodrama, diskusi, telaah pustaka, dan sebagainya. • Kegiatan akhir dimaksudkan untuk menutup suatu pelajaran dan sekaligus memantapkan kompetensi dasar yang telah dipelajari siswa. Wujud kegiatan akhir dapat berupa pembuatan simpulan, rencana kegiatan lanjutan, penugasan dan sebagainya.. Pentahapan kegiatan tersebut dibuat untuk setiap pertemuan. Dengan demikian, Jika suatu Rencana Pembelajaran terdiri atas 5 pertemuan, maka perlu dibuatkan 5 tahap kegiatan pembelajaran (contoh lihat pada lampiran). Media dan Sumber Belajar Yang dimaksud dengan media adalah sesuatu yang difungsikan untuk memudahkan terjadinya proses pembelajaran, misalnya tape recorder, TV, CD, dan sebagainya. Ciri media yang baik adalah : • Menarik perhatian dan minat siswa • Meletakan dasar memahami sesuatu secara konkret dan mengurangi verbalisme. • Merangsang tumbuhnya pengertian dan pengembangan nilai • Berguna dan berfungsi ganda • Sederhana, mudah digunakan dan dirawat, dapat dibuat sendiri oleh guru atau diambil dari lingkungan sekitarnya. Sumber belajar yang utama adalah barang cetak seperti : buku, brosur. majalah, su- rat kabar, poster, lembar informasi lepas, naskah brosur, peta, foto, dan lingkungan seki- tar (lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya). Setiap Rencana Pem- belajaran perlu mencantumkan media dan sumber belajar yang digunakan dalam pembe- lajaran. (contoh penulisan media dan sumber lihat pada lampiran) Penilaian Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan , sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

100

• • •

Penilaian proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan pedoman wa- wancara, pedoman observasi, mengamati hasil kerja siswa, memberikan tes. Penilaian hasil pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan tes uraian, tes obyektif, tes kinerja,hasil karya siswa, proyek (observasi), portofolio. Penilaian dapat dilakukan untuk setiap kompetensi dasar.

Identitas Penyusun Dibagian akhir Rencana pembelajaran perlu dicantumkan nama guru/kelas mata pelajaran dengan diketahui kepala sekolah.

101

BAB VII KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) UNTUK SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAYAH

A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. B. Tujuan

1. 2. 3. 4.

Mata pelajaran IPS bertjuan agar peserta didik memiliki kemampuan : Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah, ketrampilan dalam kehidupan sosial Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusian. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang mejemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.

C. Ruang Lingkup Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.

Manusia, Tempat, dan Lingkungan Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan Sistem Sosial dan Budaya Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan

102

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas I, Semester 1 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami identitas diri dan ke- 1.1 Mengidentifikasi identitas diri, keluarga, luarga serta sikap saling mengdan kerabat hormati dalam kemajemukan 1.2 Menceritrakan pengalaman diri keluarga. 1.3 Menceritrakan kasih sayang antar anggota keluarga 1.4 Menunjukan sikap hidup rukun dalam kemajemukan keluarga

Kelas I, Semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Mendeskripsikan lingkungan ru- 2.1 Menceritrakan kembali peristiwa penting mah yang dialami 2.2 Mendeskripsikan letak rumah 2.3 Menceritrakan kasih sayang dalam kemajemukan keluarga

Kelas II, Semester 1 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami peristiwa penting 1.1 Mendeskripsikan kedudukan dan peran dalam keluarga secara kronoloanggota keluarga gis 1.2 Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan peran dalam anggota keluarga 1.3 Memberi contoh bentuk-bentuk kerja di lingkungan keluargasama

Kelas II, Semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Memahami kedudukan dan pe- 2.1 Mendeskripsikan kedudukan dan peran ran anggota dalam keluarga dan anggota keluarga lingkungan tetangga 2.2 Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakanperan dalam anggota keluarga 2.3 Memberi contoh bentuk-bentuk kerja sama di lingkungan tetangga

103

Kelas III, Semester 1 Standar Kompetensi 1. Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama di sekitar rumah dan sekolah

Kompetensi Dasar 1.1 Menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah 1.2 Memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah 1.3 Membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah 1.4 Melakukan kerjasama di lingkungan rumah, sekolah, dan kelurahan/desa

Kelas III, Semester 2 Standar Kompetensi 2. Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang

2.1 2.2 2.3 2.4

Kompetensi Dasar Mengenal jenis-jenis pekerjaan Memahami pentingnya semangat kerja Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah Mengenal penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan

Kelas IV, Semester 1 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami sejarah, kenampa- 1.1 Membaca peta lingkungan setempat (kabukan alam, dan keragaman supaten/kota, propinsi) dengan menggunakan ku bangsa di lingkungan kaskala sederhan bupaten/kota dan propinsi 1.2 Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan propinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya 1.3 Menunjukan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat 1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, propinsi) 1.5 Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, propinsi) dan menjaga kelestariannya 1.6 Meneladani kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungannya

104

Kelas IV, Semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Mengenal sumber daya alam, 2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan kegiatan ekonomi, dan kemadengan sumber daya alam dan potensi lain juan teknologi di lingkungan di daerahnya kabupaten/kota dan propinsi 2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta penga laman menggunakannya 2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya Kelas V, Semester 1 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Menghargai berbagai pening- 1.1 Mengenal makna peninggalan-peninggalan galan dan tokoh sejarah yang sejarah yang berskala nasional dari masa berskala naional pada masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia Hindu-Budha dan Islam, kera- 1.2 Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada magaman kenampakan alam dan sa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia suku bangsa, serta kegiatan 1.3 Mengenal keragaman kenampakan alam dan ekonomi di Indonesia buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/ globe dan media lainnya. 1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia 1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dean kegiatan ekonomi di Indonesia Kelas V, Semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Menghargai peranan tokoh pe- 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang dan masyarakat dalam juang pada masa penjajahan Belanda dan mempersiapkan dan memperJepang. tahankan kemerdekaan Indo- 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuanesia ngan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan 2.4. Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan

105

Kelas VI, Semester 1 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami perkembangan wi- 1.1 Mendeskripsikan sistem administrasi wilalayah Indonesia, kenampakan yah Indonesia alam dan keadaan sosial nega- 1.2 Membandingkan kenampakan alam dan ra-negara di Asia Tenggara, keadaan sosial negara-negara tetangga serta benua-benua 1.3 Mengidentifikasi benua-benua Kelas VI, Semester 2 Standar Kompetensi 2. Memahami gejala alam yang terjadi di Indonesia dan sekitarnya

3. Memahami peranan bengsa Indonesia di era globsl

Kompetensi Dasar 2.1 Mendeskripsikan gejala (peristiwa) alam yang terjadi di Indonesia dan negara-negara tetangga 2.2 Mengenal cara-cara menghadapi bencana alam 3.1 Menjelaskan peranan Indonesia pada era global dan dmpak positif serta negatifnya terhadap kehidupan bangsa Indonesia 3.2 Mengenal manfaat ekspor dan impor di Indonesia sebagai kegiatan ekonomi antar bangsa

E. Arah Pengembangan Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian. F. Contoh Model Silabus Dalam menyusun silabus dapat memilih salah satu format yaitu, secara matrik/ vertikal, dan horisontal. Berikul ini adalah contoh model silabus bentuk matriks atau vertikal:

106

Silabus Nama Sekolah : SD . . . . . Kediri, Jawa Timur Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas : IV/2 Standar Kompetensi : 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kema- juan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan propinsi Kompetensi Dasar : 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. Alokasi Waktu : 12 X 35 Menit Materi Pokok/ Pembelajaran Perkembangan teknologi produksi komunikasi dan transportasi

Kegiatan Pembelajaran * Mencari hubungan cara memproduksi ”tahu” Kediri pada masyarakat masa lalu dan masa kini * Membuat dan membbaca diagram/rafik tentang proses memproduksi ”tahu” Kediri * Menganalisis bahan baku yang dapat diolah menjadi bebera- pa jenis ”tahu” Kediri * Melakukan pengamatan alatalat teknologi komunikasi yg digunakan masyarakat Kediri pada masa lalu dan masa kini. * Memberikan con toh cara penggu naan alat teknologi komunikasi pada masa lalu dan masa kini

Indikator

Penilaian

* Membandingkan jenis-jenis teknologi untuk produksi yang digunakan oleh masyarakat pada masa lalu & masa sekarang * Membuat diagram tentang proses pro duksi dari kekayaan alam yang tersedia

Tes tertulis: Uraian tentang perkembangan teknologi, produksi

Alokasi Waktu 4 X 35’

Sumber Belajar * Gambar alat produksi”tahu” *Pabrik tahu *Buku IPS kelas IIV semester 2 *Majalah/koran media elektronik

* Menganalisis bahan baku untuk produksi barang

* Membandingkan alat-alat komuni kasi yang digunakan masyarakat pada masa lalu dan masa kini

* Menunjukkan cara penggunaan alat teknologi komunikasi pada masa lalu dan masa sekarang

Non tes Lembar pengamatan

3 X 35’

* Gambar-gambar alat komunikasi *Buku IPS kelas IIV semester 2 *Majalah/koran media elektronik

107

Materi Pokok/ Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran *Memberikan contoh jenis-jenis teknologi transportasi pada masa lalu dan masa kini *Melakukan pengamatan jenis-jenis teknologi transportasi di Kediri pada masa lalu dan masa kini *Mendiskusikan perbedaan jenis-jenis teknologi transportasi pada masa lalu dan masa kini *Bercerita tentang pengalaman menggunakan teknologi transportasi

Indikator

Penilaian

*Membandingkan jenis teknologi transportasi pada masa lalu dan masa sekarang

Tes tertulis bentuk uraian tentang teknologi tranportasi

Alokasi Waktu 5 X 35”

Sumber Belajar *Gambar alat transportasi *Buku IPS kelas IIV semester 2 *Majalah/koran media elektronik *Lingkungan sekitar

*Menceritakan pengalaman menggunakan teknologi transportasi

Catatan : Pengambilan karakteristik daerah Kediri pada kegiatan pembelaajaran di atas hanya sebagai contoh. Sekolah pada daerah lain harus menyesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing.

108

CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester

: SD . . . . . . : Ilmu Pengetahuan Sosial : IV/2

Standar Kompetensi : 2. Mengenal Sumber daya Alam, Kegiatan Ekonomi, dan kemajuan teknologi dalam lingkungan kabupaten/kota dan provinsi. Kompetensi Dasar Indikator

: 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi teknologi produksi : Membandingkan jenis-jenis teknologi untuk produksi yang digunakan oleh masyarakat pada masa lalu dan masa sekarang

Alokasi Waktu

: 4 X 35 Menit

A. Tujuan Pembelajaran 1. 2. 3. 4.

Menjelaskan pengertian teknologi Menjelaskan pengertian teknologi Menjelaskan hubungan antara teknologi dengan produksi Mengidentifikasi jenis teknologi produksi yang digunakan masyarakat pada masa lalu 5. Mengidentifikasi jenis teknologi produksi yang digunakan masyarakat pada masa kini 6. Membandingkan jenis produksi yang digunakan masyarakat masyarakat pada masa lalau dan sekarang.

C. Materi Pembelajaran Teknologi produksi, komunikasi dan transportasi D. Langkah-langkah Kegiatan a. Kegiatan Pendahuluan * Motivasi dan apersepsi * Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran * Menjelaskan jenis/langkah kegiatan pembelsjsrsn b. Kegiatan Inti * Melalui tanya jawab guru menanyakan kepada siswa, apakah kalian pernah mendengar kata teknologi dan produksi?. Siapa yang dapat menjelaskan?

109

* Guru menfasilitasi dan memotivasi agar konsep teknologi produksi dapat dibangun sendiri oleh siswa * Setelah siswa memahami konsep tentang teknologi produksi, selanjutnya siswa dibagi dalam kelompok untuk mengidentifikasi jenis teknologi produksi pada masa lalu dan sekarang, dengan membagikan lembar kerja siswa. * Siswa bekerja dalam kelompok, dan guru mengawasi serta memberikan bimbinga dan bantuan seperlunya apabila kelompok mengalami kesulitan. * Selesai kerja kelompok, setiap kelompok menyajikan hasil kerja kelompok masing-masing E. Kegiatan Penutup * Dengan bimbingan guru, siswa merangkum dan meyimpulkan pelajaran * Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar * Guru melakukan tes berupa soal-soal * Guru memberi tindak lanjut F. Alat dan Sumber Bahan 1. Alat / Media • Gambar dan alat-alat teknologi produksi tradisional dan moderen • Media elektronik 2. Sumber Bahan a. Buku IPS kelas IV Semester dua b. Majalah/koran/brosur G. Penilaian 1. Teknik : Tes Unjuk kerja 2. Bentuk instrumen : Uji petik kerja proses dan produk 3. Soal/instrumen : (Terlampir) - Tes Tulis : * Esay * Obyektif - L K S (terlampir) Kendari, . . . . . . . . . . . . . 200... Mengetahui, Kepala SD . . . . . . . ______________________ NIP.

Guru/Praktikan,

________________________ NIP/NIM:

110

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR LATAR BELAKANG Ibarat seorang jendral dalam kemiliteran, guru dituntut memiliki siasat atau strategi dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Strategi dalam proses belajar mengajar dimaksudkan untuk mensiasati peserta didik agar terlibat aktif belajar. Kemampuan guru dalam memahami dan mengimplementasikan strategi (mengajarnya) merupakan hal yang sangat penting dalam semua peristiwa belajar mengajar. Karena itu pengenalan terhadap berbagai model mengajar beserta penerapannya dalam kegiatan mengajar yang dikembangkan guru, merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari. Lebih-lebih pengembangan strategi belajar mengajar yang dimaksudkan ditujukan bagi pembelajaran anak usia sekolah dasar yang memiliki karakteristik tersendiri. Satu tugas utama seorang guru dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan di sekolah adalah mengembangkan strategi belajar mengajar yang efektif. Pengembangan strategi ini bertujuan untuk menciptakan kondisi yang dapat mempengaruhi kehidupan peserta didik sehingga mereka dapat belajar dengan menyenangkan dan dapat meraih prestasinya secara memuaskan. Menyelenggarakan kegiatan belajar me-

111

ngajar yang berlangsung secara efektif, merupakan pekerjaan yang bersifat kompleks dan menuntut kesungguhan dari guru. Sehubungan dengan pelaksanaan tugas di atas, yakni mengembangkan strategi belajar mengajar yang efektif, seorang guru membutuhkan dasar pengetahuan yang cukup mengenai ”Developmentally Approprieate Practice (DAP)”, yaitu pendekatan strategi belajar mengajar yang berorientasi pada perkembangan anak. Pengembangan strtegi belajar mengajar menurut pendekatan ini didasarkan atas : (a) pengetahuan yang jelas mengenai perkembangan peserta didik, bagaimana sebenarnya anak tumbuh dan berkembang baik fisiknya kognisinya, maupun sosial-emosionalnya dan moralnya, (b) perhatian yang kuat atas keunikan setiap peserta didik, baik dari kontek latar belakang kehidupan keluarganya maupun kebiasaan dan budaya yang menyertai hidupnya, dan (c) suatu pengertian yang mendalam mengenai bagaimana sesungguhnya peserta didik itu berpikir dan belajar. Tujuan Mempelajari pokok bahasan ini, Anda diharapkan dapat : 1. Menjelaskan konsep strategi belajar mengajar 2. Menjelaskan hakekat mengajar di sekolah dasar 3. Mengemukakan ciri-ciri model mengajar 4. Mengemukakan dasar pengelompokan model mengajar 5. Mengenal model-model mengajar A. PENGERTIAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR Kata strategi berasal dari kata Strategos (Yunani) atau Strategus. Strategos berarti jendrqal atau berarti pula perwira negara (state officer). Jendral inilah yang bertanggung jawab merencanakan suatu strategi dan mengarahkan pasukannya untuk mencapai kemenangan. Secara spsifik Sherly (1978) merumuskan strategi sebagai keputusan-keputusan bertindak yang diarahkan dan keseluruhannya diperlukan untuk mencapai tujuan. Sedangkan J. Salusu (1996:101) merumuskan strategi sebagai suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan. Dalam perkembangannya, konsep strategi telah digunakan dalam berbagai situasi termasuk untuk situasi pendidikan. Implementasi konsep strategi dalam kondisi belajar mengajar ini, sekurang-kurangnya melahirkan pengertian berikut : 1. Strategi merupakan suatu keputusan bertindak dari guru dengan menggunakan kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dengan kondisi yang paling menguntungkan . Lingkungan disini adalah lingkungan yang memungkinkan peserta didik belajar dan guru mengajar. Sedangkan kondisi dimaksudkan

112

sebagai suatu iklim kondusif dalam belajar dan mengajar seperti disiplin, kreatif, inisiatif dan sebagainya. 2. Strategi merupakan garis besar haluan bertindak dalam mengelola proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. 3. Strategi dalam proses belajar mengajar merupakan suatu rencana (mengandung serangkaian aktivitas) yang dipersiapkan secara saksama untuk mencapai tujuan-tujuan belajaar. 4. Strategi merupakan pola umum perbuatan guru-peserta didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar. Pola ini menunjukkan macam dan urutan perbuatan yang dirampilkan guru-peserta didik dalam berbagai peristiwa belajar. Secara singkat strategi belajar mengajar mencakup empat hal utama, yaitu (1) Penetapan tujuan pengajaran, (2) Pemilihan sistem pendekatan belajar mengajar, (3) Pemilihan dan penetapan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar, dan (4) Penetapan kriteria keberhasilan proses belajar mengajar dari evaluasi yang dilakukan (Twelker, 1972:40-43) Perlu pula dijelaskan bahwa strategi belajar mengajar bukanlah suatu desain instruksional seperti PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional), Satpel (Satuan Pelajaran), atau sejenisnya. Strategi belajar mengajar lebih luas dari semua itu. Mempertimbangkan suatu strategi berarti mencari dan memilih model dan pendekatan proses belajar mengajar yang didasarkan atas karakteristik dan kebutuhan belajar peserta didik dan kondisi lingkungan serta tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain strategi belajar mengajar merupakan siasat guru untuk mengoptimalkan interaksi antara peserta didik dengan komponenkomponen lain dari sistem instruksional secara konsisten.

113