BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa ...

63 downloads 7282 Views 303KB Size Report
kebudayaan yang meliputi pengertian bahwa bahasa merupakan persyaratan ... memperlihatkan sikap yang mengandung nilai sopan santun, atau etiket dalam.
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa dijadikan

sarana komunikasi dan interaksi masyarakat. Dalam

kaitan ini Nababan (1986: 38) mengatakan bahwa setiap bahasa mempunyai empat golongan fungsi, yakni (1) fungsi kebudayaan, (2) fungsi kemasyarakatan, (3) fungsi perorangan, dan (4) fungsi pendidikan. Sementara itu, Silalahi mengutip pandangan Levi-Strauss

(2004:89)

mengatakan

bahwa

bahasa

merupakan

persyaratan

kebudayaan

yang meliputi pengertian bahwa bahasa merupakan persyaratan

kebudayaan secara diakronis karena kita mempelajari kebudayaan melalui bahasa yang merupakan sebuah sistem komunikasi yang memungkinkan terjadinya interaksi manusia dalam suatu kelompok masyarakat, dengan demikian

bahasa dapat

dikatakan merupakan satu wujud kebudayaan yang hidup dan berkembang didalam masyarakat. Berkaitan dengan fungsi bahasa ini juga, Simpen mengutip pandangan Tampubolon (2008: xiii) mengatakan bahwa bahasa berfungsi sebagai alat berpikir dan berasa, alat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan dan alat untuk memahami pikiran dan perasaan. Sebagai alat berfikir, bahasa dapat meningkatkan kecerdasan intelektual dan sebagai alat berasa, bahasa dapat meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya. 1 Universitas Sumatera Utara

Kesantunan berbahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya karena di dalam komunikasi penutur dan pendengar tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen untuk menjaga keharmonisan hubungan. Keharmonisan hubungan penutur dan pendengar tetap terjaga apabila masing- masing peserta tutur senantiasa tidak saling mempermalukan. Dengan kata lain, baik penutur maupun pendengar memiliki kewajiban yang sama untuk menjaga muka. Berkaitan dengan hal ini, Muslich (2006) memberi pandangan bahwa kesantunan dapat dilihat dari berbagai segi dalam pergaulan sehari-hari. Kesantunan memperlihatkan sikap yang mengandung nilai sopan santun, atau etiket dalam pergaulan sehari-hari. Kesantunan tercermin dalam bertutur kata (berbahasa), cara berbuat (bertindak), dan cara berdandan (berpakaian). Penerapan

kesantunan

berbahasa

dalam

tuturan

masyarakat

akan

menghindarkan ketersinggungan bahkan kesalahpahaman penuturnya sehingga memperkecil munculnya konflik dan kekerasan di masyarakat. Maraknya konflik dan kekerasan di masyarakat akhir- akhir ini yang diwarnai oleh sikap saling menghujat, menjelek- jelek kan dan bahkan caci maki menjadi indikator bahwa sesungguhnya masyarakat telah kehilangan rasa kemuliaan dalam hidupnya. Bahkan, agama yang semestinya menjadi unsur yang dapat menumbuhkan kemuliaan manusia, sering kali menjadi alat politik untuk memenuhi ambisi pribadi dan kelompok yang mengatasnamakan rakyat.

Universitas Sumatera Utara

Di masa sekarang melalui berbagai tayangan televisi dapat dilihat bahwa masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan untuk meninggalkan norma- norma kesantunan, salah satunya kesantunan berbahasa. Setiap orang bebas untuk berbicara tanpa batas. Saling mengejek, mengumpat, menghina dan bahkan mencaci maki dianggap sebagai perilaku berbahasa yang pantas. Dalam tayangan televisi berupa wawancara, dialog, debat dan sebagainya, dapat kita lihat bahwa sering kali fenomena menghujat, menghina dan mencaci maki ini terjadi. Penulis menelaah lebih lanjut tentang fenomena debat saja. Debat sendiri adalah suatu cara untuk menyampaikan ide secara logika dalam bentuk argumen disertai bukti–bukti yang mendukung kasus dari masing–masing pihak yang berdebat.Berbagai reaksi masyarakat tentang fenomena debat di televisi diantaranya. “Saya baru dua kali menonton program Debat (malam) di sebuah stasiun TV swasta. Acara itu ramai, gaduh, saling adu argumen. Terkesan tak tertib, saling berebut, ingin menonjolkan diri, mengedepankan emosi, dan tak jelas ujung pangkalnya. Ya, seperti debat kusir saja. Pertanyaan saya, tontonan semacam itukah contoh berdebat yang sehat sehingga TV perlu menayangkannya. Bukankah TV mestinya menyuguhkan tontonan yang patut dan pantas bagi penontonnya?” RUBIYANTO Jalan Rawa Jaya No 50, Pondok Kopi, Jakarta “Saya minta agar pemerintah dan badan yang berwenang mengawasi jalannya tayangan televisi terutama program dialog, debat agar lebih berhati- hati terhadap tayangannya yang menjurus ke anarkis, hujat menghujat. Lakukan tertutup. Tidak semua persoalan dapat di dialogkan,didebatkan di televisi. Maretha, Dinoyo Malang “Saya tidak tahu apa yang ada di benak masyarakat yang menyaksikan debat itu. Apakah juga sama dengan apa yang ada di benak saya? Entahlah...! Dan yang lebih “menarik” lagi, para pemandu debat, yang notabene

Universitas Sumatera Utara

para penyiar televisi yang menayangkan acara tersebut, mencoba mengejar, memancing, menambah panas, dan menambah arah pembicaraan menjadi semakin tak berlogika. Mereka tidak lagi menjadi “moderator” yang asal katanya adalah “moderat”, yang berarti bijaksana. Sesekali mereka bertepuk tangan untuk sebuah argumen yang dangkal, yang disambut pula riuh tepuk tangan dan sorak para pendukung yang hadir di acara tersebut. Acara itu pun menjadi lebih mirip sebuah pertandingan, bukan lagi debat calon pemimpin bangsa. Pada saat itu, pendangkalan itu semakin terasa. Maaf, kawan. Saya “risau” melihat acara itu. Saya jadi teringat apa yang dikatakan Pak Enceh di facebook, "Katakan pada rakyat, demokrasi harus berganti aturan main. Yang menang bukan suara terbanyak. Tapi, yang mendapat suara paling sedikit. Agar setiap kandidat dapat berkampanye dengan santun. Jangan pilih saya. Pilihlah si anu, pilihlah si polan, dia baik, dia memiliki kemampuan... Saya mendukung dia” Goenawan Muhammad, Tempo

Ketiga komentar masyarakat tentang fenomena debat di televisi merupakan komentar yang kontra terhadap tayangan debat di televisi. Berbagai alasan bagi mereka untuk tidak mendukung tayangan debat di televisi diantaranya karena debat sangat mengedepankan kegaduhan, keributan, memicu pertikaian tanpa ada solusi diakhir debat, kemudian juga mereka menganggap bahwa debat di televisi lebih mirip seperti sebuah pertandingan “Di era reformasi ini kan zaman keterbukaan. Debat sah- sah aja. Pelaku debat pun bukan orang sembarangan, orang- orang berpendidikan” Gianto, Jakarta “Debat oke lah. Jangan lihat rusuhnya tapi lihat manfaatnya menambah wawasan masyarakat” Anita, Ciganjur, Jabar

Kedua komentar masyarakat diatas mendukung acara debat di televisi dengan alasan bahwa sekarang zaman reformasi, zaman keterbukaan, kebebasan berbicara

Universitas Sumatera Utara

dan kepercayaan pada tokoh atau pun pelaku debat yang menurut mereka adalah orang yang ahli dibidangnya. Inilah beberapa komentar dari masyarakat tentang fenomena debat di televisi. Ada yang pro dan kontra tentang fenomena debat. Dari berbagai komentar tersebut adalah sangat menarik untuk menganalisis tentang bahasa yang digunakan para pelaku debat, khususnya bila dikaitkan dengan kesantunan berbahasa para pelaku debat tersebut. Berbahasa yang santun dapat meminimalkan kerusuhan, pertikaian, pertengkaran serta menimbulkan keharmonisan dan kesinergian bagi masyarakat. Berkaitan dengan hal ini perlu adanya suatu strategi yang dilakukan oleh para pemakai bahasa khususnya orang- orang yang berkecimpung didalam bidang bahasa untuk mengetahui fenomena kesantunan berbahasa. Strategi- strategi kesantunan apa saja yang digunakan para pelaku debat menurut teori Brown dan Levinson , inilah yang menjadi masalah penelitian didalam tesis ini. Kemudian bagaimana relevansi antara strategi kesantunan berbahasa tersebut dengan etika berbicara didalam Islam juga menjadi permasalahan didalam penelitian ini dengan pertimbangan bahwa topik debat

Kontroversi Surat Keputusan Bersama Ahmadiyah di TV One berbicara

tentang Islam, kemudian para pelaku debat merupakan muslim. Beranjak dari paparan latar belakang tersebut diatas, akhirnya penulis mengetengahkan judul tesis penelitian yakni Kesantunan Berbahasa Dalam Acara Debat Kontroversi Surat Keputusan Bersama Ahmadiyah Di TV One.

Universitas Sumatera Utara

1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan di atas, masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. (1) Strategi kesantunan positif apakah yang digunakan oleh para pelaku debat ? (2) Strategi kesantunan negatif apakah yang digunakan oleh para pelaku debat ? (3) Bagaimanakah

hubungan strategi kesantunan berbahasa dengan etika

berbicara di dalam Islam ?

1.3 Tujuan Penelitian Sejalan dengan masalah penelitian di atas, tujuan penelitian dalam tesis ini dibedakan ke dalam dua bagian, yaitu tujuan praktis dan dan tujuan akademis.

1.3.1

Tujuan Praktis Tujuan praktis penelitian ini adalah untuk menunjukkan fenomena berbahasa,

khususnya kesantunan berbahasa para pelaku debat. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menerapkan teori kesantunan berbahasa dalam berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya.

1.3.2

Tujuan Teoritis Sejalan dengan masalah penelitian di atas, tujuan akademis penelitian ini

dirinci sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara

(1) Mendeskripsikan strategi kesantunan positif yang digunakan oleh para pelaku debat (2) Mendeskripsikan strategi kesantunan negatif yang digunakan oleh para pelaku debat (3) Mendeskripsikan

hubungan strategi kesantunan berbahasa dengan etika

berbicara di dalam Islam

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1

Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian ini adalah memberikan pengetahuan umum kepada

masyarakat tentang fenomena penggunaan bahasa para pelaku debat di TV, khususnya tentang kesantunan

berbahasa para pelaku debat. Penelitian ini juga

diharapkan dapat meminimalkan pertikaian dan perselisihan dengan adanya penggunaan bahasa yang santun para pelaku debat. Secara umum juga diharapkan kualitas dan kuantitas penggunaan bahasa santun dalam acara debat akan meningkat..

1.4.2

Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori

linguistik, khususnya kajian pragmatik. Selain itu, manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan teori kesantunan berbahasa dalam berbagai disiplin ilmu. Bagi peneliti dan orang- orang yang berminat mengkaji kesantunan berbahasa, diharapkan penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

1.5 Batasan Dan Keterbatasan Penelitian Di dalam penelitian tesis ini hanya dibicarakan perihal kesantunan berbahasa para pelaku debat kontoversi surat keputusan bersama Ahmadiyah yang diadakan di TV One pada tanggal 11 juni 2008. Penulis beranggapan bahwa para pelaku debat telah santun, dan apa yang akan dibahas adalah strategi santun manakah yang digunakan oleh para pelaku debat tersebut. Berbicara perihal ketidak santunan bukan merupakan objek kajian dari penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara