Masalah utama dalam rongga mulut anak adalah karies gigi. Prevalensi .... Dan
Radang Gusi Anak Usia 6-8 Thn Di Kelurahan Nongkosawit Kota. Semarang.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masalah utama dalam rongga mulut anak adalah karies gigi. Prevalensi karies gigi di negara-negara maju terus menurun sedangkan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia cenderung meningkat. Data menunjukkan sekitar 80 persen penduduk Indonesia memiliki gigi rusak karena berbagai sebab, namun yang paling banyak ditemui adalah karies atau gigi berlubang dan periodontal atau kerusakan jaringan akar gigi (Mangoenprasodjo, 2004). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Depkes tahun 2007 menunjukan, 72,1% penduduk punya pengalaman karies dan sebanyak 46,5% diantaranya merupakan karies aktif yang belum dirawat. Pada tahun 2009, jumlah anak yang mengalami permasalahan karies pada giginya sebanyak 31,04% dari jumlah siswa Sekolah Dasar di Jawa Barat. Hal tersebut menunjukkan tingginya tingkat risiko karies pada gigi permanen saat mereka dewasa nanti. Untuk mengindari karies gigi, WHO menetapkan usia rentan saat seseorang berpotensi mengalami karies gigi. WHO merekomendasikan kelompok umur tertentu untuk diperiksa yaitu kelompok umur 5 tahun untuk gigi susu dan 12, 15, 35-44 dan 65-74 tahun untuk gigi permanen (Karjati, 2010). Karies gigi dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dan merupakan penyakit gigi yang paling banyak diderita oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Dilihat dari kelompok umur, golongan umur muda lebih banyak
1
2
menderita karies gigi dibanding umur 45 tahun keatas umur 10-24 tahun karies giginya adalah 66,8-69,5% umur 45 tahun keatas 53,3% dan umur 65 tahun keatas sebesar 43,8% keadaan ini menunjukkan karies gigi banyak terjadi pada golongan usia produktif (Joyston, 1995). Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies gigi pada anak, diantaranya adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies gigi, antara lain struktur gigi, morfologi gigi, susunan gigi-geligi di rahang, derajat keasaman saliva, kebersihan mulut yang berhubungan dengan frekuensi dan kebiasaan menggosok gigi, jumlah dan frekuensi makan makanan yang menyebabkan karies (kariogenik ). Selain itu, terdapat faktor luar sebagai faktor predisposisi dan penghambat yang berhubungan tidak langsung dengan terjadinya karies gigi antara lain usia, jenis kelamin, letak geografis, tingkat ekonomi, serta pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi (Rasinta Tarigan, 1992). Anak adalah generasi yang akan menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan diarahkan sejak dini agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera (Titin, 2003). Fase perkembangan anak usia pra sekolah masih sangat tergantung pada pemeliharaan dan bantuan orang dewasa dan pengaruh paling kuat dalam masa tersebut datang dari ibunya. Peran ibu sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Demikian juga keadaan kesehatan gigi dan mulut anak usia pra sekolah masih sangat ditentukan oleh pengetahuan, sikap, dan perilaku ibunya (Suwelo, 1992).
3
Peran serta orang tua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar di dalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak. Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Orang tua dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut anak (Riyanti, 2005). Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus sebab pada usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti. Bila ditinjau dari berbagai upaya pencegahan karies gigi melalui kegiatan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) tersebut seharusnya pada usiausia anak sekolah dasar memiliki angka karies rendah, akan tetapi dilihat dari kenyataan yang ada dan berdasarkan laporan-laporan penelitian yang telah dilakukan sebagian besar datanya menunjukkan adanya tingkat karies gigi pada anak sekolah yang cukup tinggi (Warni, 2010). Fankari (2004), menjelaskan bahwa penyebab timbulnya masalah gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap
4
mengabaikan kebersihan kesehatan gigi dan mulut. Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut. Anak masih tergantung pada orang dewasa dalam hal menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut karenanya kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut dibanding orang dewasa. Kawuryan (2008), menjelaskan bahwa dengan adanya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut secara tidak langsung akan menjaga kesehatan gigi dan mulut dan pada akhirnya dapat mencegah terjadinya karies gigi. Hal ini berarti pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dapat berdampak pada kejadian karies gigi. Orang tua khususnya ibu yang kurang pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut akan menyebabkan kurang perhatian terhadap kondisi gigi anaknya. Dampak dari kuranya pengetahuan orang tua adalah terjadinya karies gigi pada anak.Hasil Penelitian Mardiati (2006) juga menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejaidan karies gigi. Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 3 Januari 2012 pada 10 siswa kelas 2 SD N Pangebatan 4 Kecamatan Bantarkawung Brebes menunjukkan 6 anak (60%) mengalami karies gigi. Berdasarkan masalah dan fenomena yang peneliti uraikan diatas, maka peneliti tertarik mengambil judul “Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Kesehatan Gigi dengan Kejadian Karies pada Anak SD Kelas 1-3 di Kecamatan Bantarkawung Brebes” untuk diteliti lebih lanjut.
5
B. Perumusan Masalah Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang erat hubungannya dengan konsumsi makanan ataupun minuman yang kariogenik. Di negara-negara maju prevalensi karies gigi terus menurun sedangkan di negaranegara berkembang termasuk Indonesia ada kecenderungan kenaikan prevalensi karies gigi (Mangoenprasodjo, 2004). Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah perlu mendapat perhatian, Karena akan berpengaruh pada perkembangan kesehatan gigi pada anak sekolah. Orang tua memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan anggota keluarga terutama anak karena orang tua harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan gigi dan mulut serta karies gigi. Pengetahuan mengenai kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku sebagai hasil jangka panjang dari pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Latar belakang di atas, penulis menentukan rumusan masalah yaitu: “Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang kesehatan gigi dengan kejadian karies pada anak SD kelas 1-3 di Kecamatan Bantarkawung Brebes”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang kesehatan gigi dengan kejadian karies pada anak SD kelas 1-3 di Kecamatan Bantarkawung Brebes.
6
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik responden b. Mengetahui pengetahuan dan sikap ibu tentang karies gigi pada anak SD kelas 1-3 di Kecamatan Bantarkawung Brebes. c. Mengetahui kejadian karies gigi pada anak SD kelas 1-3 di Kecamatan Bantarkawung Brebes pada berbagai stadium. d. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang kesehatan gigi dengan kejadian karies pada anak SD kelas 1-3 di Kecamatan Bantarkawung Brebes.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti a. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Keperawatan. b. Merupakan suatu pengalaman untuk menemukan masalah dan bagaimana pemecahannya, khususnya tentang penyakit karies gigi. 2. Bagi Siswa Sekolah Dasar Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan, Sebagai upaya pencegahan Karies gigi. 3. Bagi Institusi Pendidikan a. Sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya. b. Sebagai informasi tambahan khususnya dalam bidang kesehatan gigi, khususnya di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes.
7
E. Penelitian Terkait 1. Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Praktik Ibu Petani Dengan Karies Gigi Dan Radang Gusi Anak Usia 6-8 Thn Di Kelurahan Nongkosawit Kota Semarang Penelitian tersebut merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel adalah anak usia 6-8 tahun yang berjumlah 71 anak yang ibunya bekerja sebagai petani. Data dianalisis dengan korelasi chi square. Selain itu dilakukan diskusi kelompok terarah (FGD) pada ibu petani untuk menggali persepsi yang lebih dalam sehingga dapat memperkuat dan mendukung hasil jawaban pada penelitian kuantitatif. Kejadian karies gigi pada anak dikelurahan nongko sawit sebesar 52 % dan radang gusi sebesar 50,7 %. Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan POR=25,20 (95% CI. 5,9120,44)dan sikap, POR=5,63 (95 %,CI.1,7-19,20 %) dengan karies gigi. Namun tidak ditemukan hubungan praktik ibu dengan karies gigi, POR 1=0,64(95%, CI. 0,20-2,08), POR 2 =1,7(95 %, CI.0,14-21,06) (Mardiati, 2006). Perbedaan penelitian Mardiati (2006) dengan penelitian ini adalah pada variabel yang diteliti. Penelitian Mardiati (2006) mengambil variabel pengetahuan, sikap dan praktik terhadap kejadian karies gigi dan radang gusi sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan meneliti variabel pengetahuan dan sikap sebagai variabel independen dan kejadian karies sebagai variabel dependen.
8
2. Hubungan karakteristik keluarga dan kebiasaan Konsumsi makanan kariogenik dengan keparahan Karies gigi anak Sekolah Dasar. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan desain Cross sectional. Populasi adalah anak SD umur 8 tahun dengan jumlah sampel sebanyak 278 anak yang diambil dari 9 SD. Data dianalisis secara bivariat dengan uji Rank Spearman dan Product Moment, kemudian dilanjutkan dengan uji regresi logistic. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak mempunyai ibu berpendidikan rendah, pengetahuan kurang baik dan sikap baik terhadap pemeliharaan kesehatan gigi serta pendapatan keluarga masuk dalam kategori rendah. Rata-rata kebiasaan konsumsi makanan kariogenik sebesar 12,6± 4,5 dan rata-rata indeks def-t sebesar 5,93 ± 3,13. Hasil korelasi menunjukkan tidak ada hubungan pendidikan, pengetahuan, dan sikap ibu serta pendapatan keluarga dengan kebiasaan konsumsi makanan kariogenik (p>0,05). Terdapat hubungan kesukaan anak terhadap makanan kariogenik dengan kebiasaan konsumsi makanan kariogenik (p: 0,048 ρ:0,119). Ada hubungan kebiasaan konsumsi makanan kariogenik (p :0,020 r:0,140), makanan pencegah karies gigi (p:0,019 r:-0,140), dan delta konsumsi makan (p:0,001 r:0,199) dengan keparahan karies gigi (Hidayanti, 2005). Perbedaan penelitian Handayanti (2005) dengan penelitian ini adalah pada variabel yang diteliti dan alat analisis data. Penelitian Handayanti (2005) menggunakan variabel karakteristik keluarga dan kebiasaan konsumsi makanan sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan meneliti variabel pengetahuan dan sikap sebagai variabel independen dan kejadian karies sebagai variabel dependen dengan menggunakan uji chi square.
9
3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Frekuensi Konsumsi Kariogenik terhadap Kejadian Karies Gigi di SDN Geluran III Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Penelitian ini bersifat Deskriptif yang datanya dikumpulkan secara Cross sectional dengan sampel anak SD kelas 5 usia 10 s/d 13 tahun dengan jumlah sampel sebanyak 69 anak. Pengumpulan data primer melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner dan data sekunder diperoleh dari instansi yaitu data profil wilayah SDN Geluran III, Kecamatan Taman Sidoarjo, Surabaya, Jawa Timur. Berdasarkan hasil uji chi square dan t-test didapatkan hasil bahwa faktor yang memiliki hubungan yang signifikan adalah pemeliharaan kesehatan gigi tentang cara menggosok gigi (p = 0,033) dan frekuensi konsumsi makanan kariogenik terhadap kejadian karies gigi, jenis makanan kariogenik yang memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian karies gigi antara lain coklat, permen, kue kering, kue basah, roti, minuman manis dan minuman berkarbonasi (p=0,000). Sedangkan faktor yang tidak memiliki hubungan yang signifikan yaitu frekuensi konsumsi makanan kariogenik jenis chiki dan wafer, faktor tingkat konsumsi karbohidrat dan tingkat pengetahuan. Dari peneltian ini dapat disimpulkan bahwa untuk mencegah keparahan karies gigi maka perlu diadakan demo tentang pemeliharaan kesehatan gigi terutama cara menggosok gigi dan mengurangi frekuensi konsumsi makanan kariogenik, sehingga anak-anak dianjurkan untuk mengimbangi konsumsi makanan kariogenik dengan memperbanyak konsumsi makanan pencegah karies,
10
seperti menambahkan konsumsi buah buahan segar dan sayuran dalam menu makanan utama (Prasetyo, 2008). Perbedaan penelitian Prasetyo (2008) dengan penelitian ini adalah pada variabel yang diteliti. Penelitian Prasetyo (2008)) menggunakan variabel tingkat pengetahuan dan frekuensi konsumsi kariogenik sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan meneliti variabel pengetahuan dan sikap sebagai variabel independen dan kejadian karies sebagai variabel dependen.