BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi sebagai ...

25 downloads 46 Views 27KB Size Report
satuan narkoba dalam tiap kesatuan Kepolisian baik pusat maupun .... melaksanakan kejar target ungkap kasus karena ia merasa wajib melakukan hal tersebut ...
BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

hukum dalam masyarakat oleh aparat penegak hukum. Sebagai anggota polisi harus mengetahui dan sadar akan tugas tanggung jawab yang diembannya, seperti patuh hukum, taat peraturan disiplin dan Kode Etik Kepolisan harus dijunjung tinggi, jika tidak, peran anggota polisi sebagai penegak hukum akan hanya menjadi sebuah slogan saja dan bahkan tidak dapat berfungsi didalam kehidupan bermasyarakat. Dalam pelaksanaan tugas – tugas Polri banyak faktor yang menjadi penentu tegaknya hukum, salah satunya adalah komitmen. Komitmen ini diperlukan dalam penegakan hukum oleh seluruh insan pengemban fungsi penegak hukum yaitu anggota Polri. Polisi sebagai salah satu pengemban fungsi hukum di Indonesia yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat akan mempunyai beban yang sangat berat dan kompleks. Tidak hanya sebagai pelaksana garis terdepan penegakkan hukum dan keamanan didalam negeri tetapi juga secara global menciptakan kondisi keamanan searah dengan perkembangan peradaban yang sangat pesat belakangan ini (Majalah Polisi, 2009). Tugas polisi yang berkaitan dengan penanganan narkotika dipegang oleh satuan narkoba dalam tiap kesatuan Kepolisian baik pusat maupun kewilayahan. Dalam rangka pemberantasan narkotika, polisi mempunyai visi dan misi. Visi misi

yaitu memberantas para produsen dan pengedar narkoba serta melakukan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan obat berbahaya lainnya (Narkoba), termasuk kejahatan terorganisir serta penyuluhan dan pembinaan dalam rangka pencegahan dan rehabilitasi korban penyalahgunaan Narkotika. Tujuan disiapkannya satuan Narkoba adalah untuk menekan angka peredaran narkoba dilingkungan hukum Polres Metro Tangerang Kota serta membantu badan / lembaga Negara yang bertujuan memberantas narkoba. Definisi tugas dan tanggung jawab Satuan Narkoba yaitu melakukan penyelidikan dan penyidikan serta pembinaan dan penyuluhan terhadap produsen dan pengedar. Serta bertanggung jawab dalam hal pembinaan penyuluhan terhadap masyarakat maupun korban penyalahgunaan narkotika. Struktur organisasi Satuan Narkoba yaitu berada dibawah komando dan organisasi Kapolres Metro Tangerang Kota, Satuan Narkoba dipimpin oleh Kasat Narkoba yang dibantu oleh satu orang Kepala Urusan Pembinaan Operasional dan tiga orang Kepala Unit (Narkotika, Psikotropika dan Pembinaan Penyuluhan). Undang – undang yang menjadi dasar hukum Satuan Narkoba yaitu Undang - undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Undang – undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Prestasi kerja terakhir selama 2 tahun pada satuan narkoba Polres Metro Tangerang Kota yaitu pada tahun 2009 dari 258 kasus yang ada, sebanyak 249 kasus terselesaikan atau berhasil menangkap pelaku. Pada tahun 2010 sampai bulan September 2010 sebanyak 139 kasus yang ada, sebanyak 128 kasus terselesaikan.

2

Metode pemberantasan narkobo yang dilakukan yaitu pengamatan, penyamaran dan penyuluhan. Tugas pemberantasan narkotika dapat dikatakan kompleks dikarenakan pola atau modus operandi kejahatan yang semakin bervariasi dan bertambah, mulai dari tipe – tipe konvensional klasik sampai dengan kejahatan modern terorganisir. Sehingga dalam melakukan penegakkan hukum, polisi dituntut mempunyai konsistensi dan komitmen dalam menegakkan keamanan dan ketertiban, serta selalu melaksanakan tugas dengan tanpa pandang bulu atau tebang pilih kasus. Komitmen organisasi tersebut ada untuk melancarkan dan menselaraskan dalam setiap tindakan hukum anggota polri. Menurut Porter dan Smith (Yuwono, 2005) komitmen organisasi yaitu sebagai sifat hubungan seorang individu dengan organisasi yang memungkinkan seseorang dengan komitmen tinggi akan memperlihatkan : a.

Keinginan kuat untuk menjadi anggota organisasi yang bersangkutan

b.

Kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi tersebut

c.

Kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.

Setiap anggota polisi yang menjalankan penegakan hukum jika tidak mempunyai komitmen maka tidak akan tercapai hasil yang maksimal, hal ini dapat terjadi jika adanya pemikiran tebang pilih permasalahan atau kasus yang sedang dihadapi oleh anggota polisi. Jika hal tersebut terjadi maka akan menggangu perilaku individu dan dan dapat pula mengganggu penyelesaian tugas. Misalnya menghindari kasus tertentu (tebang pilih), menangani kasus dengan lambat (sengaja diperlambat), kasus

3

dibiarkan kadarluarsa (pembiaran), tidak memaksimalkan penyelidikan dan pengembangan kasus serta berbagai hal lainnya. Komitmen sikap adalah keadaan dimana individu mempertimbangkan sejauhmana nilai dan tujuan pribadinya sesuai dengan nilai dan tujuan organisasi, serta sejauhmana keinginannya untuk mempertahankan

keanggotaannya

dalam

organisasi.

Pendekatan

sikap

ini

memandang komitmen organisasi sebagai komitmen afektif dalam organisasi (Allen & Meyer,1990) Pada periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 di Polres Metro Tangerang Kota telah mengungkap kasus narkoba sebanyak 1.257 kasus, dengan jenis pekerjaan dari para pelaku penyalahgunaan narkoba yang beragam. Data yang tercatat yaitu sebanyak 370 pelaku adalah karyawan dan ini merupakan pelaku paling tinggi dalam periode tersebut. Dalam jenis usia atau umur pelaku pun cukup beragam, mulai dari yang berumur 13 tahun sampai dengan 26 tahun, dan yang terbanyak adalah berusia 21-25 tahun. Namun tidak dipungkiri juga bahwa dalam adanya oknum – oknum polisi yang ikut serta dalam penyalahgunaan narkoba baik sebagai pemakai, pengedar maupun yang mem-back-ingi penyalahgunaan narkoba. Dengan adanya penyalahgunaan narkoba oleh anggota polisi itu sendiri, maka anggota polisi (oknum) tersebut tidak melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai penegak hukum dan bertanggung jawab kepada organisasi untuk memberantas narkoba. Hal – hal tersebut terbukti dalam data pada Polres Metro Tangerang Kota periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 pada Polres Metro Tangerang Kota tercatat sebanyak 6 kasus yang melibatkan anggota Polri. Data pada Seksi Profesi dan Pengamanan

4

(Seksi Propam) Polres Metro Tangerang Kota juga mencatat telah menindak tegas dengan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) terhadap 1 personil pada periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 dan pada tahun 2009 s/d 2010 sudah menyidangkan Kode Etik Proefesi sebanyak 4 kasus yang berkaitan dengan penyalahgunaan narkotika. Contoh kasus yang lain terjadi yaitu didaerah Jakarta Barat yaitu pada bulan Juli 2008 penangkapan dua orang oknum anggota polisi dengan berpangkat Briptu yang berdinas di Kepolisian Bandara Soekarno Hatta dengan modus menjual barang bukti shabu-shabu hasil sitaan Kepolisian Bandara Soekarno Hatta. Kedua oknum polisi tersebut tercatat sebagai anggota Satuan Narkoba Kepolisian Bandara Soekarno Hatta. Contoh kasus yang kedua pada bulan Juni 2007 yaitu pemecatan dua orang oknum polisi Polda Bali berpangkat Bripda yang kedapatan menjual atau menjadi pengedar diwilayah hukum Polda Bali. Contoh kasus ketiga adalah penyalahgunaan narkotika jenis ganja oleh oknum polisi Polres Metro Tangerang Kota berpangkat Bripda yang direspon oleh pimpinan Polres Metro Tangerang Kota dengan pemecatan dalam sidang Komisi Kode Etik Polri. Namun dalam beberapa contoh oknum – oknum polisi tersebut, polisi juga sudah melakukan banyak upaya demi memberantas peredaran narkoba dalam masyarakat. Dalam data penyelesaian kasus narkoba yang ditangani oleh Polres Metro Tangerang Kota yaitu selama bulan Januari s/d Oktober 2008 telah menangani kasus penyalahgunaan narkoba dengan jumlah Crime Clearence / penyelesaian kasus sebanyak 130 kasus. Hal ini lakukan dengan berbagai cara seperti operasi rutin kepolisian, operasi terpusat, melakukan penyuluhan – penyuluhan bahaya narkoba, penyamaran dan

5

terjun langsung dilapangan. Upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba terhadap anggota polisi juga dilakukan dengan beberapa hal seperti program rutin pengecekan kesehatan, tes urine dan penyuluhan tentang bahaya narkoba. Walaupun upaya – upaya tersebut diatas terus dilakukan namun masih tetap saja ada oknum – oknum yang ‘bermain’. Inilah yang menjadi dilema dan polemik dalam masyarakat yang cukup sering menjadi pertanyaan tentang komitmen organisasi anggota polisi dalam memberantas narkoba.

B.

Identifikasi Masalah Dengan adanya data beberapa oknum anggota kepolisian Polres Metro

Tangerang Kota yang tersangkut dengan penyalahgunaan narkoba membuat masyarakat mempertanyakan kinerja dan komitmen terhadap organisasi dalam memberantas penyalahgunaan narkoba. Ada beberapa anggota polisi yang mempunyai komitmen tinggi terhadap organisasi untuk memberantas narkoba dengan mengembangkan kasus – kasus penyalahgunaan narkotika baik dalam skala kecil ataupun besar. Namun ada pula anggota polisi yang mempunyai komitmen rendah terhadap organisasi dengan melakukan beberapa penyalahgunaan narkoba tersebut sehingga merusak citra Kepolisian dan menjauh dari tujuan organisasi. Hal ini yang menjadi ketertarikan peneliti untuk menelusuri melalui penelitian skripsi yaitu bagaimana gambaran komitmen organisasi anggota polisi di Polres Metro Tangerang Kota dalam pemberantasan narkoba.

6

C.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1.

Mengetahui tingkat komitmen organisasi anggota polisi pada Polres Metro Tangerang Kota dalam memberantas penyalahgunaan narkoba.

2.

Mengetahui dimensi dominan dari komitmen organisasi anggota polisi pada

Polres

Metro

Tangerang

Kota

dalam

memberantas

penyalahgunaan narkoba. 3.

Melihat gambaran komitmen menurut data penunjang (jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, status keluarga, lama menjadi polisi, gaji, kesatuan dan pangkat)

D.

Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh berkaitan dengan penelitian ini, yaitu : 1. Manfaat teoritis a. Diharapkan dapat memberikan suatu sumbangan informasi yang berkaitan dengan ilmu psikologi, sehingga dapat memperkaya ilmu pengetahuan. Dan dalam hal penegakkan hukum khususnya bidang kepolisian dapat menegakkan hukum tanpa tebang pilih, sesuai prosedur dan tidak melanggar hukum. Hal ini dilakukan dengan cara memberi tambahan data empiris yang sudah teruji secara ilmiah.

7

b. Memberikan tambahan pengetahuan secara khusus bagi peneliti karena peneliti juga merupakan anggota polisi dan kepada anggota seluruh anggota polisi Polres Metro Tangerang Kota serta mahasiswa psikologi pada umumnya, tentang pentingnya komitmen organisasi dalam pemberantasan penyalahgunaan narkoba. 2.

Manfaat Praktis : Untuk memberikan gambaran kepada Polres Metro Tangerang Kota tentang suatu fenomena ada atau tidaknya komitmen organisasi anggota polisi, agar anggota polisi Polres Metro Tangerang Kota dapat mengoptimalkan kemampuan dan usahanya dalam memberantas narkoba sehingga dapat mewujudkan tujuan dari organisasi tersebut yaitu penegakkan hukum dan terciptanya masyarakat yang bebas dari narkoba. Sehingga apa yang menjadi tujuan dari organisasi dapat tercapai secara efektif, maksimal dan produktif.

E.

Kerangka Berfikir Anggota polisi yang bertugas dalam pemberantasan narkoba dituntut untuk

mampu menekan angka peredaran narkoba dalam wilayah hukumnya. Dengan sarana dan prasarana yang ada juga dengan tingkat kesulitan dalam pengembangan kasus membuat setiap anggota polisi harus mampu menahan segala godaan dari penyalahgunaan narkoba. Salah satu penunjang keberhasilan dalam memberantas narkoba

adalah

adanya

komitmen

organisasi

para

anggota

polisi

dalam

8

pemberantasan narkoba yaitu kondisi meliputi atas tiga komitmen, yaitu affective, normative dan continuance. Setiap komitmen organisasi mempunyai dasar yang berbeda, pertama, komitmen affective berkaitan dengan emosional, identifikasi dan keterlibatan anggota dalam suatu organisasi. Anggota dengan komitmen affective tinggi, akan selalu terlibat secara emosional dan psikologis bahwa tugas pemberantasan narkoba adalah tugas penyelamatan anak bangsa dan generasi penerus. Jika komitmen affective rendah maka anggota polisi justru hanya puas dengan tidak berada dalam organisasi. Kedua, komitmen normative merupakan tanggungjawab anggota terhadap kewajiban – kewajiban yang harus ia laksanakan terhadap organisasi. Anggota yang memiliki komitmen normative tinggi akan melaksanakan kejar target ungkap kasus karena ia merasa wajib melakukan hal tersebut sesuai dengan visi dan misi organisasi. Sedangkan dengan komitmen normative yang rendah akan tidak melaksanakan ungkap kasus. Anggota yang dengan komitmen normative tinggi juga harus melakukan pemberantasan dengan kepatutan sesuai dengan peraturan organisasi dalam memberantas narkoba jika tidak mempunyai komitmen normative yang tinggi maka biasanya anggota tersebut akan memberantas narkoba dengan setengah hati. Ketiga, komitmen continuance berarti komitmen berdasarkan persepsi karyawan tentang kerugian yang akan diperoleh jika ia meninggalkan organisasi. Anggota dengan komitmen continuance tinggi akan bertahan pada organisasi karena merasa rugi jika keluar dari organisasi. Sedangkan yang berkomitmen continuance rendah akan meninggalkan organisasi karena menganggap berada diorganisasi tersebut adalah suatu hal yang biasa. Keinginan

9

untuk terus memberantas narkotika sesuai dengan peraturan organisasi akan dimiliki oleh para anggota dengan komitmen continuance tinggi. Namun sebaliknya jika komitmen continuance rendah maka akan merasa tidak membutuhkan kelangsungan anggota dalam organisasi untuk memberantas narkoba. Berikut adalah bagan kerangka berfikir.

TUNTUTAN PEMBERANTASAN NARKOBA POLISI

Tinggi

Komitmen : - afektif - normatif - kontinuasi

- ungkap kasus tinggi - berprestasi / karir naik - masyarakat sehat - visi misi terwujud

Rendah - ungkap kasus rendah - tidak berprestasi - masyarakat tidak sehat - citra Kepolisian buruk

Gambar 1.1 Komitmen organisasi dalam pemberantasan penyalahgunaan narkoba

10