BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran ...

6 downloads 1227 Views 329KB Size Report
pembelajaran aktif dengan Tipe Index Card Match (ICM) , strategi ini efektif untuk ... belajar aktif yang termasuk dalam berbagai reviewing strategis (strategi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif tersebut mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Harapan yang ada pada setiap guru adalah bagaimana materi pelajaran yang disampaikan kepada anak didiknya dapat dipahaminya secara tuntas. Untuk memenuhi harapan tersebut bukanlah sesuatu yang mudah, karena kita sadar bahwa setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda baik dari segi minat, potensi kecerdasan dan usaha siswa itu sendiri. Dari keberagaman pribadi yang dimiliki oleh siswa tersebut, kita sebagai guru hendaknya mampu memberikan pelayanan yang sama sehingga siswa yang menjadi tanggung jawab kita di kelas itu merasa mendapatkan perhatian yang sama, dan tidak hanya itu guru sebagai agen pembelajaran (learning agent) dituntut memperhatikan dan memilih strategi serta model pembelajaran yang baik dalam mengajar. Guru harus menciptakan kondisi belajar siswa yang didesain secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan sehingga tercipta kondisi belajar yang kondusif, efektif dan efisien demi mencapai tujuan pendidikan,dan memberikan pelayanan yang sama terhadap siswa, tentunya kita perlu mencari solusi

1

dan strategi yang tepat, sehingga harapan yang sudah dirumuskan dalam setiap rencana pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Khususnya dalam proses pembelajaran matematika , karena Matematika merupakan suatu struktur yang memiliki keterkaitan yang kuat dan jelas antara konsepnya sehingga memungkinkan kita terampil berfikir rasional. Besarnya peranan matematika membuat matematika dipelajari secara luas, mulai dari jenjang pendidikan terendah sampai ke jenjang pendidikan tertinggi. Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam

pembelajaran

matematika

yaitu

aspek

mempresentasi,

merekontruksi dan kerjasama. Dalam pembelajaran matematika siswa perlu mendengar dengan cermat, aktif dan menuliskan kembali pernyataan atau komentar penting yang di ungkapkan oleh teman atau guru. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMP N 1 Rao Selatan pada bulan Januari 2012 diperoleh gambaran bahwa proses pembelajaran masih bersifat konvensional. Didalam kelas siswa hanya diam mendengarkan penjelasan guru, siswa hanya sibuk menyalin apa yang di tuliskan guru di papan tulis. Kurangnya siswa yang mau bertanya atau menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Ini terlihat ketika guru menjelaskan materi, hanya siswa yang pintar saja yang mau bertanya atau menjawab pertanyaan yang di ajukan guru. Ketika mengerjakan latihan yang diberikan guru siswa hanya diam dan tidak mau berusaha mencari jawabannya sendiri, siswa hanya menunggu jawab dari guru atau teman

2

dan siswa terkadang melakukan kegiatan yang mengganggu aktivitas belajar seperti bersenda gurau, berbicara satu dengan yang lainnya. Kondisi diatas berdampak pada nilai yang diproleh tidak sesuai dengan yang diharapkan, karena hasil belajar siswa masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 65, hal ini dapat dilihat dari rendahnya rata-rata dan persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada Ujian Akhir Semester (UAS) seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1. Nilai Rata-rata, Persentase Tuntas dan Tidak Tuntas Hasil Belajar Matematika Siswa pada Ujian Akhir Semester (UAS) Kelas VII SMP N 1 Rao Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 Tuntas No Kelas Jumlah siswa Nilai Rata – rata 1 VIII1 2 VIII2 3 VIII3 4 VIII4 5 VIII5 6 VIII6 7 VIII7 Jumlah

40 39 37 38 37 39 37 267

35,10 37,45 35,70 34,60 37,05 39,55 37,80 257,25

Tidak Tuntas

jumlah

%

Jumlah

%

1 5 0 1 0 2 2 11

2,50 12,82 0 2,63 0 5,13 5,41 28,49

39 34 37 37 37 37 35 256

97,50 87,18 100 97,37 100 94,87 94,59 671,51

Sumber: Guru Matematika kelas VII SMP N 1 Rao Selatan Berdasrkan tabel 1 tersebut, bahwa rendahnya nilai matematika siswa disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya berasal dari dalam diri siswa, siswa beranggapan bahwa matamatika itu sulit, penuh dengan angka, rumus dan menakutkan dan metode yang digunakan oleh guru pun masih konvensional.

3

Salah satu cara yang dapat di lakukan guru untuk mengatasi hal diatas

adalah

meningkatkan

dengan

memberikan

pemahaman

siswa

suatu siswa

strategi terhadap

yang

mampu

konsep-konsep

matematika sehingga hasil belajar matematika siswa bisa ditingkatkan. Berdasarkan masalah tersebut penulis tertarik untuk menerapkan strategi pembelajaran aktif dengan Tipe Index Card Match (ICM) , strategi ini efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa Index Card Match adalah salah satu teknik instruksional dari belajar aktif yang termasuk dalam berbagai reviewing strategis (strategi pengulangan)” (Silberman 2006:250). Tipe Index Card Match ini berhubungan dengan cara-cara untuk mengingat kembali apa yang telah mereka pelajari dan menguji pengetahuan serta kemampuan mereka saat ini dengan teknik mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan.

Biasanya

guru dalam

kegiatan belajar mengajar

memberikan banyak informasi kepada siswa agar materi atau pun topik dalam program pembelajaran dapat terselesaikan tepat waktu, namun guru terkadang lupa bahwa tujuan pembelajaran bukan hanya materi yang selesai tepat waktu tetapi sejauh mana materi telah disampaikan dapat diingat oleh siswa. Karena itu dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan peninjauan ulang atau review untuk mengetahui apakah materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa.

4

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Silberman (2006:249) yaitu sebagai berikut : Salah satu cara yang pasti untuk membuat pembelajaran tetap melekat dalam pikiran adalah dengan mengalokasikan waktu untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari. Materi yang telah dibahas oleh siswa cenderung lima kali lebih melekat di dalam pikiran ketimbang materi yang tidak. Bertolak dari uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Index Card Match (ICM) Disertai Speed Test Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Pada Kelas VII SMP N 1 Rao Selatan Kabupaten Pasaman. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat di identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Proses pembelajaran masih terpusat pada guru 2. Pemahaman konsep matematika siswa masih rendah 3. Siswa hanya menunggu jawaban dari guru ataupun jawaban dari temannya 4. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran 5. Kurangnya siswa yang mau bertanya ataupun menjawab pertanyaan yang diberikan guru

5

C. Pembatasan Masalah Mengingat keterbatasan kemampuan,waktu dan dana yang penulis miliki serta agar terpusatnya perhatian terhadap suatu masalah maka penulis membatasi permasalaan yang akan diteliti yaitu: 1. Proses pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru 2. Pemahaman konsep matematika siswa masih rendah

D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Index Card Match (ICM) Disertai Speed Test Dapat Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika

Siswa Pada

Kelas VII SMP N 1 Rao Selatan Kabupaten Pasaman. E. Anggapan Dasar Anggapan dasar merupakan dasar pemikiran yang tidak perlu lagi di uji kebenarannya. Adapun anggapan dasar dalam penelitian ini adalah: 1. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama dalam mengikuti proses pembelajaran matematika di kelas. 2. Guru mampu menerapkan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match (ICM) disertai Speed Test dalam pembelajaran matematika dikelas.

6

3. Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match (ICM) disertai Speed Test dilakukan untuk mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep matematika 4. Hasil tes akhir dalam penelitian ini menggambarkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP N 1 Rao Selatan Kabupaten Pasaman.

F. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match (ICM) Disertai Speed Test dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika

siswa pada

kelas VII SMP N 1 Rao Selatan Kabupaten Pasaman. G. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut: 1. Masukan bagi penulis sebagai calon guru dalam mengajar matematika untuk menerapkan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match (ICM) disertai Speed Test 2. Sebagai variasi dalam pembelajaran sehingga siswa tidak bosan dalam belajar, berminat dan termotivasi mempelajari matematika. 3. Sebagai pertimbangan dan masukan bagi Guru matematika SMP N 1 Rao Selatan dalam variasi strategi dan model mengajar.

7

4. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi sekolah dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di masa yang akan datang.

8

BAB II KERANGKA TEORI

A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses yang ditandai oleh adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan, keterampilan maupun nilai sikap. Gredler (1986) yang dikutip Djaafar (2001:82) menyatakan bahwa “Belajar adalah proses yang memperoleh berbagai kecepatan, keterampilan, dan sikap. Menurut Muliyardi (2003:2) ada beberapa karakteristik belajar, diantaranya:

a. Belajar adalah suatau aktifitas yang menghasilkan perubahan diri individu yang belajar b. Perubahan tersebut berupa kemampuan baru dalam memberikan respon terhadap stimulus. c. Perubahan terjadi secara permanen, maksudnya perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, tetapi dapat bertahan lama. d. Perubahan tersebut bukan karena proses pertumbuhan atau pematangan fisik , melainkan usaha sadar. Artinya, perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha individu. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan dengan sengaja. Kegiatan tersebut akan menghasilkan perubahan yang permanen. Melalui proses belajar siswa dapat berinteraksi dengan lingkungan, memiliki keterampilan dan kecakapan hidup. Pembelajaran merupakan salah satu upaya peningkatan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Suatu pembelajaran merupakan gabungan dari

9

berbagai unsur-unsur yang mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Unsurunsur tersebut meliputi orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran, fasilitas, dan prosedur dari pembelajaran. Nikson yang dikutip oleh mulyardi (2002: 3) mengemukakan bahwa “pembelajaran mengkontruksi

matematika

adalah

konsep-konsep

upaya

atau

untuk

membantu

prinsip-prinsip

siswa

matematika

untuk dengan

kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun kembali”. Pembelajaran tersebut lebih menekankan pada upaya untuk membangkitkan inisiatif atau peran siswa dalam menggali pengetahuannya dan bukan hasil transformasi dari guru. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran lebih menekankan kepada bagaimana upaya guru mendorong siswa untuk menemukan dan mengembangkan konsep-konsep matematika dengan sendiri sehingga informasi yang diperoleh dapat dipahami dengan baik, untuk itu dalam kegiatan belajar dan mengajar diperlukan suatu model/strategi pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk belajar secara aktif. Keterlibatan siswa secara aktif harus didukung oleh usaha guru sebagai fasilitator dan memberikan kesempata kepada siswa untuk menemukan, mengembangkan, dan menetapkan ide mereka sendiri. Menerapkan strategi pembelajaran yang menarik bertujuan agar peserta didik menguasai pengetahuan, sikap, dan keterampilan tentang matematika sehingga menghasilkan perubahanperubahan tingkah laku yang bersifat permanen. 2. Strategi Pembelajaran Aktif Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang memperbanyak aktivitas siswa dalam memperoleh segala bentuk informasi dari berbagai sumber dalam

10

proses pembelajaran di dalam kelas, untuk mempelajari sesuatu maka tidaklah hanya mendengar dan melihat saja. Jika siswa bisa melakukan sesuatu dengan informasi yang diperoleh, maka mereka juga akan dapat memperoleh umpan balik. Pendapat ini diperkuat oleh jonh holt (1967) dalam silberman (2007: 5) yang menyatakan bahwa pembelajaran semakin baik jika siswa diminta untuk melakukan hal sebagai berikut:

1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)

Mengungkapkan informasi dengan bahasa mereka sendiri Memberikan contoh-contoh Mengenalinya dalam berbagai sasaran dan kondisi Melihat hubungan antara satu fakta atu gagasan dengan yang lain Menggunakannya dengan berbagai cara Memperkirakan berapa konsekuensinya Mengungkapkan lawan atau kebalikannya. Proses belajar sesungguhnya bukan hanya kegiatan menghafal dan

mengerjakan tugas yang diperintahkan guru, tetapi juga menyangkut pemahaman materi secara menyeluruh. Mengingat apa yang telah dipelajari kadang siswa merasa kesulitan dan cenderung melupakan materi yamg telah dipelajarinya, maka seharusnya siswa lebuh aktif di kelas dan jika ada hal yang tidak dimengerti, sebaliknya siswa tidak takut mengemukakannya. Belajar aktif juga merupakan salah satu cara untuk mengingat informasi yang baru kemudian menyimpannya didalam otak, karena banyak faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh silberman (2007: 2): Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat dan pertanyakan atau diskusikan dengan beberapa kolega/teman, saya mulai paham. Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Apa yang saya ajarkan kepada orang lain, saya menguasinya.

11

Pada dasarnya pembelajaran aktif menunjukkan bahwa belajar lebih bermakna dan bermanfaat apabila siswa menggunakan alat indera, mulai dari telinga, mata sekaligus berfikir mengolah informasi dan ditambah dengan mengerjakan sesuatu yang bermanfaat tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi orang lain. 3. Strategi Pembelajaran Aktif tipe Index Card Match (ICM) Index Card Match adalah “salah satu teknik instruksional dari belajar aktif yang termasuk dalam berbagai reviewing strategis (strategi pengulangan)” (Silberman 2006:250). Tipe Index Card Match ini berhubungan dengan cara-cara untuk mengingat kembali apa yang telah mereka pelajari dan menguji pengetahuan serta kemampuan mereka saat ini dengan teknik mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan. Biasanya guru dalam kegiatan belajar mengajar memberikan banyak informasi kepada siswa agar materi atau pun topik dalam program pembelajaran dapat terselesaikan tepat waktu, namun guru terkadang lupa bahwa tujuan pembelajaran bukan hanya materi yang selesai tepat waktu tetapi sejauh mana materi telah disampaikan dapat diingat oleh siswa. Karena itu dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan peninjauan ulang atau review untuk mengetahui apakah materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Silberman (2006:249) : Salah satu cara yang pasti untuk membuat pembelajaran tetap melekat dalam pikiran adalah dengan mengalokasikan waktu untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari. Materi yang telah dibahas oleh siswa cenderung lima kali lebih melekat di dalam pikiran ketimbang materi yang tidak.

Langkah Pembelajaran Aktif tipe Index Card Match (ICM) Silberman (2008: 88) adalah:

12

menurut Mel

1. Pada kartu index terpisah, tulislah pertanyaan tentang apa pun yang diajarkan didalam kelas. Buatlah kartu pertanyaan yang cukup untuk satu setengan jumlah siswa. 2. Pad kartu terpisah, tulislah jawaban bagi setiap pertanyaan-pertanyaan tersebut. 3. Campurlah dua lembar kartu dan kocok beberapa kali sampai benar-benar tercampur. 4. Berikan satu kartu kepada setiap peserta didik. Jelaskan bahwa ini adalah latihan permainan. Sebagian memegang pertanyaan review dan sebagian lain memegang jawaban. 5. Perintahkan kepada peserta didikuntuk menemukan kartu permainannya. Ketika permainan dibentuk, perintahkan peserta didik yang bermain untuk mencari tempat duduk bersama (beritahu mereka jangan menyatakan kepada peserta didik lain apa yang ada pada kartunya). 6. Ketika semua pasangan permainan telah menempati tempatnya, perintahkan setiap pasangan menguji peserta didik yang lain dengan membaca keras pertanyaan dan menantang teman sekelas untuk menginformasikan jawaban kepadanya. Dalam penelitian ini Pembelajaran Aktif tipe Index Card Match (ICM) dimodifikasi sebagai berikut:

1. Pada kartu indeks yang terpisah guru menulis pertanyaan dan kunci jawaban sebanyak jumlah siswa. 2. Setelah mencampurkan dua kumpulan kartu masing-masing siswa diberi satu kartu, berarti ada siswa yang mendapatkan pertanyaan dan mendapatkan jawaban. 3. Siswa yang mendapatkan pertanyaan mencari pasangan kartu jawaban yang cocok, dengan cara mencari nomor kartu yang sama. Sedangkan siswa yang mendapatkan kunci jawaban tetap duduk dibangkunya. 4. Setelah pasangan pertanyaan dan kunci jawaban bertemu diminta kepada siswa untuk duduk bersama dan menyelesaikan pertanyaan yang ada pada kartu mereka, kemudian mencocokkan dengan kunci jawabannya.

13

5. Setelah semua pasangan duduk maka diminta kepada masing-masing pasangan secara bergiliran untuk melemparkan pertanyaan yang ada pada kartu mereka kepada pasangan lain, dimana penyelesaiannya langsung dikerjakan kepapan tulis. 6. Semua siswa harus siap untuk tampil karena dipilih secara acak oleh guru, secara tidak langsung mereka akan berusaha untuk mengingat dengan baik materi yang telah diajarkan oleh guru, hal ini akan mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. 7. Apabila siswa yang ditunjuk kedepan tidak bisa menyelesaikannya maka pasangan yang melemparkan pertanyaan yang bertanggung jawab atas pertanyaan tersebut. Karena keterbatasan waktu tidak semua pertanyaan dapat dijawab dikelas. 8. Pertanyaan yang tidak di tampilkan dijadikan tugas tugas rumah.

4. Speed Test Speed Test asalah suatu alat evaluasi yang berguna untuk mengetahui prestasi atau hasil belajar siswa. Untuk mengetahui kecepatan seseoarang dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan dengan waktu terbatas. Hal ini diungkapkan oleh Masidjo (1995: 54) bahwa “Speed Test merupakan suatu tes dimana yang dipentingkan adalah kecepatan menjawab, biasanya diukur dalam bentuk banyak jumlah soal yaang mampu dikerjakan siswa dalam waktu yang tersedia”. Selain untuk mengetahui kecepatan siswa dalam

14

mengerjakan soal. Speed Test juga dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa secara umum. Kelebihan dari pelaksanaan Speed Test adalah sebagai sarana membangkitkan motivasi siswa dan dapat meminimalisasikan tindakan ketidak jujuran, seperti mencontoh jawaban temannya, berdiskusi saat pelaksanaan tes atau lain sebagainya. Jadi dalam pelaksanaannya bisa mengendalikan diri sendiri, karena mereka sama sekali tidak berkesempatan untuk dapat saling membantu. Disamping itu kelebihan dari Speed Test yaitu sangat tepat untuk menilai segi kognitif secara tepat dan menyeluruh. Jadi hasil yang diperoleh dari pemberian Speed Test dapay menjadi umpan balik, umpan balik ini akan memberikan situasi belajar dalam diri siswa yang kemudian akan dapat meningkatkan pemahaman konsep matematikanya. Kegunaan Speed Test dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui pemahaman siswa dalammenyelesaikan soal-soal yang diberikan, sesuai dengan yang dipelajari. Speed Test juga berguna sebagai sarana pembangkit motivasi siswa, karena Speed Test dilaksanakan setiap berakhir pelajaran.

5. Tipe Index Card Match disertai Speed Test Berdasarkan pembahasan di atas Index Card Match adalah “salah satu teknik instruksional dari belajar aktif yang termasuk dalam berbagai reviewing strategis (strategi pengulangan)” (Silberman 2006:250). Tipe Index Card Match ini berhubungan dengan cara-cara untuk mengingat kembali apa yang telah mereka pelajari dan menguji pengetahuan serta kemampuan mereka saat ini dengan teknik

15

mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan.

“Speed Test merupakan suatu tes dimana yang dipentingkan adalah kecepatan menjawab, biasanya diukur dalam bentuk banyak jumlah soal yaang mampu dikerjakan siswa dalam waktu yang tersedia”. Selain untuk mengetahui kecepatan siswa dalam mengerjakan soal. Speed Test juga dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa secara umum, pada penelitian ini speed test dilakukan selama 5 menit. Langkah-langkah index card match disertai speed test adalah sebagai berikut : 1. Pada kartu indeks yang terpisah guru menulis pertanyaan dan kunci jawaban sebanyak jumlah siswa. 2. Setelah mencampurkan dua kumpulan kartu masing-masing siswa diberi

satu kartu, berarti ada siswa yang mendapatkan pertanyaan dan mendapatkan jawaban. 3. Siswa yang mendapatkan pertanyaan mencari pasangan kartu jawaban

yang cocok, dengan cara mencari nomor kartu yang sama. Sedangkan siswa yang mendapatkan kunci jawaban tetap duduk dibangkunya. 4. Setelah pasangan pertanyaan dan kunci jawaban bertemu diminta kepada

siswa untuk duduk bersama dan menyelesaikan pertanyaan yang ada pada kartu mereka, kemudian mencocokkan dengan kunci jawabannya. 5. Setelah semua pasangan duduk maka diminta kepada masing-masing

pasangan secara bergiliran untuk melemparkan pertanyaan yang ada pada kartu mereka kepada pasangan lain, dimana penyelesaiannya langsung dikerjakan kepapan tulis. 16

6. Semua siswa harus siap untuk tampil karena dipilih secara acak oleh guru,

secara tidak langsung mereka akan berusaha untuk mengingat dengan baik materi yang telah diajarkan oleh guru, hal ini akan mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. 7. Apabila siswa yang ditunjuk kedepan tidak bisa menyelesaikannya maka

pasangan yang melemparkan pertanyaan yang bertanggung jawab atas pertanyaan tersebut. Karena keterbatasan waktu tidak semua pertanyaan dapat dijawab dikelas. 8. Pertanyaan yang tidak di tampilkan dijadikan tugas tugas rumah. 9. Guru memberikan speed test pada akhir pembelajaran selama 5 menit

untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi yang telah dipelajari.

6. Pembelajaran Konvensional Menurut W.J.S Poerwadarminta (2006: 614) dalam kamus umum bahasa Indonesia, konvensional berarti “Menurut apa yang sudah menjadi kebiasaan”. Jadi pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang biasa dilaksanakan di SMPN 1 Rao Selatan, yaitu pembelajaran yang masih terpusat pada guru. Pada pembelajaran ini guru memberikan informasi dalam menjelaskan suatu konsep materi pelajaran, diikuti dengan pemberian contoh-contoh soal. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal yang dikerjakan dalam buku latihan. Soal-soal latihan tersebut dibahas dengan menyuruh beberapa orang siswa untuk mengerjakan atau menjawab soal-soal

17

tersebut di papan tulis. Setelah selesai satu pokok bahasan guru memberikan tes atau ulangan harian kepada siswa mengenai materi yang terdapat dalam kelompok bahasan yang telah dipelajari tersebut.

7.

Kemampuan Pemahaman Konsep Kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan (KBBI, 1997:

623). Pemahaman berarti proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan (KBBI, 1997: 714). Sedangkan konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk mengklasifikasi suatu objek dan menerangkan apakah objek tersebut merupakan contoh dan non contoh (Fadjar, 2009: 4). Sehingga kemampuan pemahaman konsep adalah suatu kesanggupan yang dimiliki seseorang untuk dapat memahami, mengidentifikasi, dan memberi contoh atau bukan contoh suatu konsep. Melalui pemahaman konsep, kita akan mampu mengadakan analisis terhadap permasalahan untuk kemudian mentransformasikan ke dalam model matematika. Indikator yang menunjukkan pemahaman konsep menurut Fadjar (2009: 13) antara lain adalah:

1) menyatakan ulang sebuah konsep. 2) mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya. 3) memberi contoh dan non contoh dari konsep. 4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. 5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep. 6) mengaplikasikan konsep atau alogaritma ke pemecahan masalah. Jadi, kemampuan pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan matematika. Penulis menggunakan tiga buah indikator kemampuan pemahaman konsep yaitu menyatakan ulang sebuah konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma ke

18

pemecahan masalah. Siswa diharapkan mampu untuk menguasai konsep, mampu menyajikan konsep ke dalam bentuk matematis dan mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah. Strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match (ICM) memberi kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika.

B. Kerangka Konseptual Strategi pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar matematika sangat berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa. Oleh sebab itu, guru diharapkan mampu menciptakan kondisi pembelajaran matematika yang dapat memotivasi dan mengaktifkan siswa dalam belajar matematika. Dengan adanya motivasi akan meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan. Strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match (ICM) merupakan alternatif untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, dengan strategi ini siswa dapat belajar dengan aktif, menjelaskan pada teman, bertanya pada guru, berdiskusi dengan siswa lain, menanggapi pertanyaan dan berargumentasi. Penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match (ICM)

dalam

pembelajaran matematika diharapkan siswa dapat menemukan sendiri informasi atau konsep-konsep pembelajaran. Untuk lebih jelasnya keterkaitan antara strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match (ICM)

terhadap pemahaman konsep, dapat dilihat pada

kerangka konseptual sebagai berikut:

19

Siswa

Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match disertai speed test

Pemahaman Konsep Matematika Siswa

C. Hipotesis Berdasarkan

teori-teori

dan

kerangka

konseptual

yang

telah

dikemukakan maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah “Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match (ICM) baik

daripada

kemampuan

pemahaman

disertai Speed Test lebih

konsep

matematika

siswa

menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII SMP N 1 Rao Selatan Kabupaten Pasaman.

20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian eksperimen. Menurut Suharsimi (2006: 3) “penelitian eksperimen adalah penelitian yang dimaksud untuk melihat akibat dari suatu tindakan atau perlakuan”. Rancangan penelitian yang digunakan adalah True Experimental Design random terhadap subjek. Menurut Suharsimi (2006: 87) rancangan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut: Tabel 2: Rancangan Penelitian Kelas

Perlakuan

Tes Akhir

Eksperimen

X

O

Kontrol

-

O

Sumber: Suharsimi (2006: 87)

Keterangan : X = Belajar dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match (Icm) O = Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas control

21

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Suharsimi (2006: 130) “Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian”. Sebelum dilakukan penelitian, maka terlebih dahulu ditentukan populasi penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP N 1 Rao Selatan yang terdaftar pada tahun pelajaran 2011/ 2012. Tabel 3: Jumlah siswa kelas VII SMP N 1 Rao Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012

No

Kelas

Jumlah siswa

1

VIII1

40

2

VIII2

39

3

VIII3

37

4

VIII4

38

5

VIII5

37

6

VIII6

39

7

VIII7

37

Jumlah

267

Sumber : Tata Usaha SMP N 1 Rao Selatan

2. Sampel Suharsimi (2006: 131) menyatakan bahwa “Sampel adalah sebagian atau wakil

populasi

yang diteliti”. Sampel

22

yang dipilih dalam penelitian

menggambarkan karakteristik dari suatu populasi. Sesuai dengan masalah yang diteliti dan metode penelitian yang digunakan, maka yang dibutuhkan hanya dua kelas yaitu eksperimen dan kontrol. Pengambilan kelas sampel dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Mengumpulkan nilai UAS kelas VII SMP N 1 Rao Selatan tahun pelajaran 2011/ 2012. b) Melakukan uji normalitas populasi bertujuan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang diuji adalah: H0 : Populasi berdistribusi normal H1 : Populasi tidak berdistribusi normal Uji yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji Anderson Darling dengan bantuan Software MINITAB. Untuk interpretasi uji ini dapat dilakukan dengan melihat P-value, “jika P-value yang diperoleh lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan (α), maka tolak H0, dan sebaliknya terima H1” (Syafriandi, 2001: 4). Melakukan uji homogenitas variansi yang bertujuan untuk mengetahui apakah populasi mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 :

=

=

=

=

=

H1 : Jika salah satu tanda sama dengan tidak berlaku Uji yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji Bartlett dengan bantuan Software MINITAB. Interpretasi uji ini dapat dilakukan dengan memperhatikan chart yang dihasilkan, “jika irisan selang kepercayaan itu 23

kosong, maka dikatakan kelompok perlakuan tersebut tidak homogen dan sebaliknya dikatakan homogen” (Syafriandi, 2001: 5). d) Melakukan uji kesamaan rata-rata dengan menggunakan teknik analisis variansi satu arah. Hipotesis yang diuji adalah: H0 : µ = µ = µ = µ = µ = µ H1 : Jika salah satu tanda sama dengan tidak berlaku Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan Software MINITAB. Untuk interpretasi uji ini dapat dilakukan dengan melihat Pvalue, “jika P-value yang diperoleh lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan (α) maka tolak H0 dan jika sebaliknya terima H1” (Syafriandi, 2001: 4). e) Jika populasi normal dan memiliki variansi yang homogen, maka dilakukan pengambilan sampel secara acak. (Suharsimi, 2002: 115) f) Jika populasi tidak berdistribusi normal dan tidak homogen maka dilakukan pengambilan sampel secara tidak acak. (suharsimi, 2002:115)

C. Variabel dan Data 1.

Variabel Suharsimi (2006: 118) mengatakan bahwa “Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Jadi variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:

24

a) Variabel bebas yaitu variabel yang diperkirakan berpengaruh terhadap variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika

yang

dilaksanakan

dengan

pembelajaran

yang

menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match. b) Variabel terikat adalah gejala yang timbul akibat perlakuan yang diberikan oleh variabel bebas. Maka yang menjadi variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMPN 1 Rao Selatan yang terpilih menjadi kelas sampel. 2. Data a) Jenis data Jenis data dalam penelitian ini adalah : 1) Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari subjek yang diteliti. Sebagai data primer adalah data pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2) Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data tentang jumlah siswa dan hasil nilai ujian mid semester I matematika siswa pada kelas VII SMPN 1 Rao Selatan tahun pelajaran 2011/2012. b) Sumber data 1) Data primer bersumber dari siswa kelas VII SMP N 1 Rao Selatan tahun pelajaran 2011/ 2012 yang menjadi kelas sampel penelitian.

25

2) Data sekunder bersumber dari guru bidang studi matematika SMP N 1 Rao Selatan tahun pelajaran 2011/ 2012. D. Prosedur Penelitian Berdasarkan

uraian

diatas

maka

langkah-langkah

pelaksanaan

penelitian adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan Pada tahap ini dipersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian yaitu : a.

Menetapkan jadwal kegiatan dan materi pelajaran

b. Menentukan kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. c.

Mempersiapkan

perangkat

pelajaran

yaitu

membuat

Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). d. Membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil berdasarkan kemampuan akademik. e.

Mempersiapkan kisi-kisi soal tes uji coba berdasarkan silabus dan rencana pembelajaran dengan indikator kemampuan pemahaman konsep.

f.

Mempersiapkan soal tes akhir berdasarkan kisi-kisi.

2. Tahap Pelaksanaan a. Pelaksanaan Pada Kelas Eksperimen 1) Pendahuluan (± 10 menit)

26

a) Pada awal pembelajaran guru membuka dengan salam dan mengabsensi siswa. b) Guru memberikan apersepsi, motivasi dan menyampaikan indikator serta tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran. 2) Kegiatan Inti (± 60 menit) a) Pada awal pertemuan menjelaskan tentang strategi index card match kepada siswa b) Guru membagikan kartu index kepada setiap siswa masingmasing satu kartu. c) Siswa disuruh untuk mencocokkan kartu index yang telah mereka peroleh. d) Siswa disuruh mendiskusikan soal yang ada di kartu index dengan pasangannya. e) Guru menunjuk pasangan secara acak untuk melemparkan pertanyaan yang ada pada mereka pada pasangan lain secara acak. f) Pasangan yang mendapat pertanyaan yang dilemparkan tadi mengerjakannya kepapan tulis. g) Apa bila pasangan yang ditunjuk tadi tidak bisa mengerjakan pertanyaan yang diberikan, maka pasangan yang melemparkan pertanyaan tadi yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan soal tersebut.

27

h) Selama kegiatan berlangsung guru membimbing siswa untuk menyeleasikan soal yang mereka dapat dan menuntun siswa untuk menemukan konsep-konsep matematika. i) Guru memberikan speed test kepada siswa diakhir pelajaran. 3) Penutup (± 10 menit) a) Guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan dari materi

yang telah dipelajari b) Guru menutup pelajaran dengan memberikan tugas rumah (PR).

b. Pelaksanaan Pada Kelas Kontrol 1) Pendahuluan (±10 menit) a) Pada awal pembelajaran guru membuka dengan salam. b) Guru memberikan apersepsi, motivasi dan menyampaikan indikator serta tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran. 2) Kegiatan Inti (± 60 menit) a) Guru menjelaskan materi sesuai dengan kurikulum dan pokok bahasan. b) Guru memberi contoh soal dan siswa diminta untuk menanyakan bagian yang belum dimengerti. c) Guru memberikan beberapa soal latihan dan dibahas secara bersama-sama.

28

3) Penutup (± 10 menit) a) Guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan dari materi yang dipelajari b) Guru menutup pelajaran dengan memberikan tugas rumah (PR) dari soal-soal yang ada pada buku paket dan buku pegangan.

3.

Tahap Pelaksanaan Tes Akhir Pada tahap akhir diberikan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, tes ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar kedua kelas sampel dengan indikator pemahaman konsep.

E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat pengumpulan data yang digunakan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian yaitu tes akhir dengan indikator pemahaman konsep yang berfungsi untuk mengukur tingkat kemampuan pemahaman konsep siswa. Langkahlangkah yang penulis lakukan adalah sebagai berikut: 1. Penyusunan Tes Tes yang akan diberikan adalah tes yang berbentuk essay. Sebelum soal tes diberikan pada kedua kelas terlebih dahulu dilakukan langkahlangkah sebagai berikut : a. Menentukan tujuan mengadakan tes yaitu mengetahui sejauh mana kemampuan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran.

29

b. Membuat batasan terhadap materi pelajaran yang akan diuji. c. Membuat kisi-kisi tes hasil belajar matematika dengan indikator pemahaman konsep. d. Menyusun butir-butir soal menjadi bentuk tes akhir yang akan diujikan.

2. Validitas Tes Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas yang digunakan adalah validitas isi yang dikemukakan Suharsimi (2009: 67) bahwa: Sebuah tes dikatakan

memiliki

validitas isi apabila mengukur

tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan

materi

atau isi

pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu, materi yang diajarkan tertera pada kurikulum, maka validitas isi sering disebut validitas kurikuler. Soal yang penulis susun dalam penelitian ini memiliki validitas isi, karena soal yang dibuat berdasarkan kurikulum dan materi yang telah diajarkan, serta didahului dengan pembuatan kisi-kisi soal. Kemudian dikonsultasikan dengan guru matematika SMPN 1 Rao Selatan dan dosen pembimbing.

3. Uji Coba Tes Uji coba tes diadakan untuk melihat daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas yang tinggi. Agar soal yang disusun memiliki kriteria soal yang baik, maka soal itu perlu diuji coba terlebih dahulu pada siswa sekolah yang berbeda tetapi mempunyai tingkat kemampuan akademik yang setara. Penulis dalam penelitian ini melakukan uji coba di

30

kelas VII SMP N 1 Rao Utara, karena berdasarkan informasi dari kepala sekolah SMP N 1 Rao Utara dan SMP N 1 Rao Selatan menyatakan bahwa kedua sekolah memiliki kemampuan akademik yang sama. Dimana dapat dilihat dari KKM yang sama yaitu 65 dan kondisi lingkungan yang sama.

4. Melakukan Analisis Item Setelah uji coba, dilakukan maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan analisis item untuk melihat keberadaan soal-soal yang disusun baik atau tidak. Menurut Suharsimi (2009: 207) bahwa “Tujuan analisis butir soal yaitu untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Dengan analisa soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan”. Dalam melakukan analisis item ada 3 langkah yang perlu diselidiki, yaitu: 1) Tingkat Kesukaran Soal Soal yang baik adalah yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Agar tes dapat digunakan secara luas, setiap soal harus diselidiki tingkat kesukarannya. Cara menentukan tingkat kesukaran soal digunakan rumus yang dikemukakan oleh Depdiknas (2001: 26) yaitu:

Mean =

jumlah skor pada suatu soal jumlah siswa yang mengikuti tes

31

TK

=

mean skor maksimum yang telah ditetapkan

Tabel 4: KriteriaTaraf Kesukaran Soal Indeks Kesukaran

Kriteria

0,00  TK  0,30

Sukar

0,30 < TK  0,70

Sedang

0,70 < TK  1,00

Mudah

Sumber: Depdiknas (2001)

2) Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda soal, digunakan rumus yang dikemukakan oleh Depdiknas (2001: 28) sebagai berikut: DP 

mean kelompok atas  mean kelompok bawah skor maksimum soal

Menurut Depdiknas (2001: 28) bahwa kriteria daya pembeda soal adalah sebagai berikut: Tabel 5: Kriteria Daya Pembeda Soal Daya Pembeda

Kriteria

0,40  DP  1,00

Soal diterima/baik

0,30  DP < 0,40

Soal diterima tetapi perlu diperbaiki

0,20  DP < 0,30

Soal diperbaiki

0,00  DP < 0,20

Soal tidak dipakai/dibuang

Sumber: Depdiknas (2001: 28) 32

3) Reliabilitas Soal

Uji reliabilitas soal dilakukan untuk mendapatkan soal yang baik. Soal-soal yang akan dilihat reliabilitasnya adalah soal yang terpakai. Dalam

menentukan

reliabilitas

soal

digunakan

rumus

yang

dikemukakan oleh Anas (2009: 208) yaitu: 2  n   S i  r11    1 2  St   n  1 

2 i

S 

X

2 i



dengan

( X ) 2

N

N

 X  X  N

2

dan

St2 

t

2 t

N

Keterangan : = Koefisien reliabilitas tes

r11

S

2 i

= Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item

S

2 t

= Jumlah varian skor total

S t2

= Varian total

S i2

= Varian tiap-tiap butir item

X

i

= Jumlah skor tiap-tiap butir item

X

t

= Jumlah skor total

N n

= Banyak pengikut tes = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

Menurut Anas (2009: 209) pemberian interpretasi terhadap koefisian reliabilitas tes (r11) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:

33

1. Apabila r11 sama dengan atau lebih besar dari pada 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi ( = reliable). 2. Apabila r11 lebih kecil dari 0,70 berarti bahwa hasil tes belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (un-reliable). F. Teknik Analisis Data Analisis data bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan, apakah diterima atau ditolak. Disamping itu analisis ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang pemahaman konsep matematika siswa. Kemampuan Pemahaman konsep matematika siswa dinilai dari nilai tes akhir yang mengandung indikator pemahaman konsep matematika dengan penerapan. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match (ICM). Dalam menganalisis data, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menghitung Skor Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Perhitungan ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pemahaman konsep matematika siswa dinilai dari tes akhir yang mengandung indikator pemahaman konsep dengan menggunakan rubrik analitik skala 4. Menurut Puji (2004: 13) yaitu: Rubrik analitik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan. Dengan menggunakan rubrik ini dapat dianalisa kelemahan dan kelebihan seorang siswa terletak pada kriteria yang mana. Untuk rubrik ini, salah satu contoh penyebutan yang digunakan adalah tingkat 0 (tidak memuaskan), tingkat 1 (cukup memuaskan dan banyak kekurangan), tingkat 2 (memuaskan dengan sedikit kekurangan), tingkat 3 (superior).

34

Tabel 6: Contoh Rubrik Analitik Skala 4 Untuk Pedoman Menentukan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Skala/

Indikator Pemahaman Konsep

Tingkat

1

2

3

3 (superior)

Menyatakan ulang sebuah konsep

Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis

Mengaplikasikan

Kriteria

2 (memuaskan dengan sedikit kekurangan)

Menyatakan ulang sebuah konsep Menyatakan ulang sebuah konsep tapi masih ada sedikit kekurangan

1 (cukup memuaskan dengan banyak kekurangan)

Menyatakan ulang sebuah konsep tapi dengan banyak kekurangan

0 (tidak memuaskan)

Tidak menyatakan ulang sebuah konsep

3 (superior)

Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis

2 (memuaskan dengan sedikit kekurangan)

Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis tapi masih ada sedikit kekurangan

1 (cukup memuaskan dengan banyak kekurangan)

Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis tapi dengan banyak kekurangan

0(tidak memuaskan)

Tidak menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis

3 (superior)

Mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah

35

konsep ke pemecahan masalah

2 (memuaskan dengan sedikit kekurangan)

Mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah dengan sedikit kekurangan

1 (cukup memuaskan dengan banyak kekurangan)

Mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah dengan banyak kekurangan

0 (tidak memuaskan)

Tidak mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah

Sangat penting untuk menentukan batasan memenuhi dan tidak memenuhi indikator pemahaman konsep yang ditetapkan. Skala 0 dapat dianggap sebagai unjuk kerja yang tidak memenuhi, skala 1 dianggap sebagai unjuk kerja yang cukup memenuhi, skala 2 dianggap sebagai unjuk kerja yang baik, dan skala 3 dianggap sebagai unjuk kerja yang sangat baik (Dimodifikasi dari penilaian unjuk kerja, Puji 2004: 15-16).

2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa dengan Indikator kemampuan Pemahaman Konsep Analisis data bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan, apakah diterima atau ditolak. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap kelas sampel. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas

36

sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Anderson Darling dengan bantuan Software MINITAB. Hipotesis yang diuji adalah: H0 : Skor kemampuan pemahaman konsep siswa kelas sampel berdistribusi normal

H1 : Skor kemampuan pemahaman konsep siswa kelas sampel tidak berdistribusi normal Untuk Interpretasi dari uji normalitas memperhatikan P-value yang menyatakan besarnya peluang

untuk melakukan galat

jenis satu (menolak H0 jika sesungguhnya H0 tersebut benar), “jika P-value yang diperoleh lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan (α) maka tolak H0 dan jika sebaliknya terima H0” (Syafriandi, 2001: 4).

b. Uji Homogenitas Variansi Uji homogenitas variansi bertujuan untuk melihat kedua kelompok sampel mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Hipotesis yang di uji adalah: 2

H0 :  1   2 2

2

H 1 : 1   2

2

Pengujian homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan Uji F dengan bantuan Software MINITAB. Interpretasi dari uji ini dapat

37

dilakukan dengan memperhatikan chart, “jika irisan selang kepercayaan itu kosong, maka dikatakan bahwa kelompok perlakuan tersebut tidak homogen dan sebaliknya dikatakan homogen” (Syafriandi, 2001:5).

c.

Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada kedua kelas sampel, maka dapat dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak. Hipotesis yang diuji adalah:

H0

:

1 =  2

H1

:

1   2

Dimana:

1 = 2 =

Rata-rata pemahaman konsep siswa kelas eksperimen Rata-rata pemahaman konsep siswa kelas kontrol Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan

bantuan Software MINITAB. Untuk interpretasi dari uji ini bisa memperhatikan P-value, “jika P-value yang diperoleh lebih kecil dari taraf nyata yang diterapkan (α), maka tolak H0 atau sebaliknya terima H0” (Syafriandi, 2001: 4).

38