2.1 Kelompok Sosial. Alasan yang paling populer untuk bergabung dalam
kelompok tentusaja berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan kita untuk
merasa ...
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kelompok Sosial Alasan yang paling populer untuk bergabung dalam kelompok tentusaja
berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan kita untuk merasa aman, memperoleh status, harga diri, afiliasi, kekuatan, dan pencapaian tujuan. Sukses sebuah kelompok bergantung
pada
berbagai
fariabel
seperti
kemampuan
anggota
kelomok,
ukuran/besar kelompok, tingkat konflik, dan tekanan internal pada anggota untuk menyesuaikan dengan norma kelompok. (Makmuri, 2005 : 237) Pentingnya kelompok bagi kehidupan manusia bertumpu pada kenyataan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Artinya, secara alamiah manusia tidak dapat hidup sendirian. Dari detik-detik kehidupannya, manusia sudah dalam kelompok, dia adalah anggota keluarga (Carolina Nitimiharjo dan Jusman Iskandar, 1993 : 1) Dalam perjuangan hidupnya, guna memenuhi kebutuhan hidup, manusia tidak terlepas dari interaksinya dengan manusia lain di sekelilingnya. Sejak dilahirkan ke dunia sampai meninggal dunia, manusia selalu terlibat dalam interaksi, artinya tidak terlepas dari kelompok. Kelompok-kelompok sosial merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari kumpulan individu-individu yang hidup bersamaan dengan mengadakan hubungan
23
timbale balik yang cukup intensif dan teratur, sehingga diharapkan adanya pembagian tugas, sturktur, serta norma-norma tertentu yang brlaku bagi mereka.(J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2004 : 23) 1. Pengertian Kelompok Berdasarkan Persepsi Dalam hal ini anggota-anggotanya kelompok tersebut mempersepsi setiap anggota menyadari hubungan mereka dengan anggota lainnya. Seperti yang di kemukakan oleh Smith bahwa kelompok sosial adalah sebagai suatu unit yang terdiri dari sejumlah orang yang memiliki persepsi kolektif, mengenai kesatuan mereka, dan yang memiliki kemampuan untuk bertindak dalam cara yang sama terhadap lingkungan mereka (Iskandar 1990:120). 2. Pengertian Kelompok Berdasarkan Motivasi Pandangan ini terjadi karena para ahli mengamati adanya individu-individu yang bergabung dalam suatu kelompok, maka kebutuhannya yang muncul pada dirinya dapat di penuhi. Cattel mengatakan bahwa kelompok adalah kumpulan individu yang dalam hubungannya dapat memuaskan kebutuhan satu dengan yang lainya (Iskandar, 1990 : 120) 3. Pengertian Kelompok Berdasrkan Tujuan Pengertian ini sangat dekat dengan bahasan kelompok yang mendasarkan pada motivasi.
24
4. Pengertian ini lebih mendasarkan pada bahasa sosiologi. Karena sosiologi mempunyai tingkatan analisis yang terkecil adalah kelompok. 5. Pengertian Kelompok Berdasarkan Interdependensi Aspek terpenting dalam hal individu-individu yang berkelompok disebabkan faktor saling ketergantungan satu dengan yang lainnya. Pengeertian kelompok dilihat dari aspek saling ketergantungan (Interpendensi). 6. Pengertian Kelompok Berdasarkan Pada Interaksi Batasan kelompok dari tinjauan interaksi diajukan oleh Homans, Boner, dan Stogdill. Boner mengemukakan kelompok adalah sejumlah orang yang berinteraksi dengan sesame lainnya, dan interaksi ini membedakan bentuk kelompok-kelompok bersama dengan kelompok yang lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapatlah dikatakan bahwa kelompok adalah sekumpulan orang yang terdiri paling tidak sebanyak dua atau lebih yang melakukan interaksi satu dengan yang lainnya dalam satu aturan yang salingmempengaruhi pada setiap anggotanya. Menurut Johnson dan Johnson dalam Carolina Nitimihardjo dan Jusman Iskandar (Abuhuraera dan Purwanto 2006:57) pengertian tujuan kelompok sebagai suatu keadaan dimasa mendatang yang diinginkan oleh anggota-anggota kelompok dan oleh karena itu mereka melakukan berbagai tugas kelompok dalam rangka mencapai keadaan tersebut. Tujuan kelompok biasanya dirumuskan sebagai perpaduan dari tujuan - tujuan indifidual dan tujuan - tujuan semua kelompok. Tugas-
25
tugas kelompok terdiri atas tiga jenis yaitu: Tugas - tugas produksi, tugas-tugas diskusi, dan tugas-tugas pemecahan masalah. Fungsi dan tugas kelompok merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh kelompok dalam usaha mencapai tujuan kelompok. Slamet Santoso (1999 : 48) mengutip hasil penelitian para ahli sosiologi dan ahli psikologi sosial yang menunjukan bahwa kelompok sosial mempuyai cirri-ciri tertentu, yaitu: 1. Adanya motif yang sama Kelompok sosial terbentuk karena anggota-anggotanya mempunyai motif yang sama. Motif yang sama ini merupakan pengikat sehingga setiap anggota kelompok tidak bekerja sendiri-sendiri, melainkan bekerja bersama untuk mencapai satu tujuan tertentu. 2. Adanya sikap in-group dan out-group Jika ada sekelompok manusia yang mempunyai tugas yang sulit atau yang mengalalmi kepahitan hidup bersama, mereka menunjukan tingkah laku yang kusus. Apabila orang lain di luar kelompok itu bertingkah laku seperti mereka, mereka akan menyingkirkan diri. Sikap menolak yang di tunjukan oleh kelompok tersebut adalah sikap out-group atau sikap terhadap orang luar. 3. Adanya solidaritas Solidaritas
adalah
kesetiakawanan
antar
anggota
kelompok
sosial.
Terdapatnya solidaritas yang tinggi di dalam kelompok tergantung kepeda
26
kepercayaan setiap anggota kepeda anggota lain untuk melaksanakan tugas dengan baik. Struktur kelompok adalah suatu system mengenai relasi antar anggotaanggota kelompok berdasarkan peranan dan status mereka serta sumbangan masingmasing dalam interaksi kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. 4. Adanya norma kelompok Norma–norma kelompok yang dimaksud disini adalah pedoman-pedoman yang mengatur tingkah laku individu dalam suatu kelompok. Pedoman ini sesuai dengan rumusan dengan tingkah laku yang patut dilakukan anggota kelompok apabila terjadi sesuatu yang bersangkut paut dengan kehidupan kelompok tersebut. Pada kelompok resmi, norma dan tingkah laku ini biasanya sudah tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART), bahkan norma tingkah laku anggota masyarakat suatu Negara telah tertulis dalam undang-undang. Ada beberapa bentuk/jenis kelompok yang bisa kita temukan terutama dalam literatur sosiologi maupun psikologi sosial. Klasifikasi bentuk-bentuk kelompok ini di dasarkan pada sudut pandang masing-masing ahli seperti berikut ini : 1. Kelompok Primer (Primery Group) dan Kelompok Skunder (Secondary Group) Menurut Cooley, primary group adalah kelompok yang ditandai cirri-ciri kenalmengenal antara anggota-anggotanya serta kerjasama erat yang bersifat pribadi.
27
2. Gemeinschaft dan gesellschaft Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Sebaliknya Gesellschaft merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai satu sikap dalam pikiran belaka (imaginary) serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat di umpamakan dengan sebuah mesin. 3. Formal Group dan informal Group Formal group adalah kelompok-kelompok yang mempunyai peraturanperaturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara anggota-anggotanya. Sedangkan informal group tidak memiliki struktur dan organisasi yang tertentu atau yang pasti, biasanya terbentuk karena penemuan-penemuan. 4. Membership Group dan Refrence Group Membership group adalah tempat seseorang menjadi anggota. Refrence Group adalah kelompok tempat seseorang mengidentifikasikan diri, menyetujui norma-normanya, tujuan, dan sikap indifidu di dalamnya. 5.
In-group dan Out-group In-group adalah kelompok sosial dengan mana indifidu mengidentifikasikan
dirinya. Sedangkan out-group adalah individu sebagai kelompok yang menjadi lawan in-gruopnya.
28
Menurut Shaw dalam Carolina Nitimihardjo dan Jusman Iskandar (Abuhuraera dan Purwanto 2006:57) struktur kelompok adalah pola-pola hubungan diantara berbagai posisi dalam suatu susunan kelompok. Dalam menganalisis struktur kelompok maka tiga unsur penting yang terkait dalam struktur kelompok, yaitu posisi, ststus, dan peranan perlu ditelaah. kelompok sosial juga mempunyai perilaku kepemimpinan dalam berorganisai, Perilaku kepemimpinan menurut House
dan
Desler (dalam Gary A Yulk, 1989 : 99) adalah tindakan pemimpin dalam mempengaruhi persepsi, motivasi bawahan dan sebagai bawahan mereka puas dengan tindakan pemimpin tersebut. (Anwar Prabu ,2008:53) 2.2
Peran Sosial Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor
yang bermain sesuai denagn apa yang diteteapkan oleh budaya dan konstruksi sosial sesuai denagn teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntut untuk berprilaku. Dalam pengorganisasian dalam pengarahan, ruang lingkup peran meliputi peran pembangkit semangat dan peran menyampaikan informasi yang dalam hal ini di butuhkan suatu sikap kepemimpinan. Peran pembangkit semangat dapat dijalankan dengan cara pujian dan dukungan. Pujian dapat diberikan dalam bentuk pengharagaan dan intensif. Pemberian insentif hendaknya di dasarkan pada aturan yang ada dan transpran. Insentif akan efektif jika diberikan secara tepat, artinya sesuai dengan prestasi yang di capai dan di sampikan dalam suatu event khusus guna mendorong induvidu-individu lain. Dukungan yang
29
di berikan bias melalui ucapan langsung ataupun tidak langsung dalam kalimat yang sugestif. Sedangkan peran menyampaikan informasi merupakan jantung kualitas prusahaan atau organisasi, artinya komunikasi internal dan eksternalnya berpengaruh terhadap kordinasi kerja dan eksistensi prusahaan atau organisasi. Penyampaian atau penyebaran informasi harus di rancang sedemikian rupa agar sesuai sasaran dan memberikan manfaat yang diharapkan. Informasi yang disebarkan harus terus di monitor untuk mengetahui dampak internal dan eksternalnya. Monitoring di lakukan dengan perencanaan yang efektif dan sitemik. Peran konsulting ataupun bimbingan juga wajib di berikan ke lingkungan internal secara baik, sehingga tercipta budaya organisasi yang baik pula. Hal ini merupakan sikap simpatik yang dapat bermanfaat positif terhadap suatu permasalaham yang terjadi (Petrus,2008:2) Parson (dalam Petrus 2008:1), memandang keadaan seperti ini secara sistem yaitu aktor tidak di lihat dari tindakan dan sudut pikirannya, melaikan status dan perannya. System sosial di defenisiskan sebagai aktor, beraksi, lingkungan, optimalisasi kepuasan dan kultur. Dalam sebuah interaksi, peran dan status aktor merupakan unit fundamental. Status adalah posisi dalam struktur sosial, sedangkan peran adalah fungsi yang dijalankan dalam posisi struktur. Dalam hal ini prilaku merupakan sistem tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi, menyesusikan diri dengan lingkungan eksternal. Sistem kepribadian mewlaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan sistem dan mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Sitem sosial menjalankan fungsi integrasi dengan
30
mengendalikan setiap komponennya dan sistem kulturan melaksanankan fungsi pemeliharaan pola. Fungsi-fungsi penting ini adalah: a. Adaptation, sistem penyesuaian diri dengan lingkungannya dan setelah itu membuat lingkungan sesuai dengan kebutuhan b. Goal attainment, sistem pencapaian tujuan c. Intergration, sistem yang mensinergikan antar komponen dengan sitem lainnya d. Latency, sistem pemeliharaan dan mendialektikan pola-pola cultural yang menopang dan menciptakan motivasi Menurut Azwar (dalam Iskandar 2005) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, pengaruh kebudayaan, media massa, institusi, dan faktor emosional. Sedangkan beberapa karakteristik yaitu: 1.
Karakteristik arah, menunjukan sikap dapat mengarah pada persetujuan atau tidaknya individu, mendukung atau menolak terhadap objek sikap.
2.
Karakteristik intensitas, menunjukan bahwa sikap memiliki derajat kekuatan yang pada setiap individu bias berbeda tingkatannya
3.
Karakteristik keluasan, menunjukan pada cakupan luas tidaknya aspek dari objek sikap.
2.3
Perilaku Sosial Teori behaviorisme menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang
dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan
31
nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku manusia sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang member respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar. (http://bidanlia.blogspot.com/2009/07/teori-peran.html. dikases tanggal 6 februari 2012 pukul 10;20 WIB)
32
2.4
Sosialisasi Menurut Vander Zanden, sosialisasi adalah proses interaksi sosial melalui
mana kita mengenal cara-cara berpikir, berperasaan dan berperilaku, sehingga dapat berperan serta secara efektif dalam masyarakat (Ihromi, 1999; 75). Seorang bayi lahir kedunia ini sebagai suatu organisme kecil yang egois yang penuh dengan segala macam kebutuhan fisik, kemudian ia menjadi seorang manusia dengan seperangkat sikap dan nilai, kesukaan, dan ketidaksukaan, tujuan serta maksud, pola reaksi dan konsep yang mendalam serta konsisten tentang dirinya (Paul B.Horton dan Chester L.Hunt, 1993;99-100). Setelah berinteraksi dengan individu lain yang berada disekitarnya atau bersosialisasi dengan lingkungannya barulah individu tadi dapat berkembang. Dalam keadaan yang normal, maka lingkungan pertama yang berhubungan dengan anaknya adalah orang tuanya. Melalui lingkungan itulah anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari; melalui lingkungan itulah anak mengalami proses sosialisasi awal. Tanpa mengalami proses sosialisasi yang memadai tidak mungkin seorang warga masyarakat dapat hidup normal tanpa menjumpai kesulitan dalam masyarakat. Jelas, bahwa hanya dengan menjalani proses sosialisasi yang cukup banyak sajalah seorang individu warga masyarakat dapat meyesuaikan segala tingkah pekertinya dengan segala keharusan norma-norma sosial. Hanya lewat proses-proses sosialisasi ini sajalah generasi-genarasi muda dapat belajar bagaimana seharusnya bertingkah laku di dalam kondisi-kondisi tertentu. Bagaimanapun juga proses sosialisasi adalah suatu porses yang dilakukan secara aktif oleh dua pihak: pihak pertama adalah pihak
33
yang mensosialisasi atau disebut dengan aktivitas melaksanakan sosialisasi dan pihak yang kedua adalah aktivitas pihak yang disosialisasi atau aktivitas internalisasi. Disamping itu menurut Mead, manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Pada dasarnya diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah objek. Diri mensyaratkan proses sosial; komunikasi antar manusia. Diri muncul dan berkembang melalui aktivitas dan antara hubungan sosial. Menurut Mead adalah mustahil membayangkan diri yang muncul dalam ketiadaan pengalaman sosial. Diri manusia ini berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain. Adapun tahap perkembangan diri manusia ini menurut Mead dalam Kamanto Sunarto (1993;28) adalah : 1. Play stage Dalam tahap ini anak mengembangkan kemampuannya untuk melihat dirinya sendiri. Kegiatan tidak konsisten, tidak terorganisir peranan berganti-ganti karena belum ada konsepsi yang terpadu mengenai dirinya. 2. Game stage Berbeda dengan play stage disini ada himpunan yang terorganisir. Anak harus sudah mengetahui posisinya dalam konteks yang lebih luas, dan memberikan tanggapan terhadap harapan-harapan orang lain; individu sudah mampu menghubungkan dirinya dengan komunitas dimana ia menjadi anggotanya. Mead mengungkapkan gagasan bahwa self (diri) mempunyai dua komponen yaitu: 1. I, adalah faktor-faktor yang khas yang memasuki komunitas kita dengan orang lain. 34
2. Me, segi yang memberikan tanggapan pada konvensi-konvensi sosial. Jadi orang tua mengekspresikan dirinya kemudian diidentifikasikan dan diinternalisasikan menjadi peran dan sikap oleh anak, akhirnya terbentuklah self anak. 3. Generalize other Kemapuan anak untuk mengabstraksikan peran-peran dan sikap-sikap dari significant
othersnya
(semua
orang
lain
yang
berarti)
serta
menggeneralisasikannya untuk semua orang, termasuk dirinya. Menurut Vebrianto dalam Khairuddin (1997: 63) menyimpulkan bahwa sosialisasi: 1) Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu proses akomodasi dengan mana individu menahan, mengubah impul-impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakat 2) Dalam proses sosialisasi itu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola, nilai dan tingkah laku, dan standar tingkah laku dalam masyarakat dimana ia hidup 3) Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri pribadinya. Dalam proses sosialisasi, kegiatan-kegiatan yang di cakup adalah: a) Belajar (learning) b) Penyesuaian diri dengan lingkungan c) Pengalaman mental
35
2.5
Berkendara yang aman (safety riding) Berkendara yang aman (safety riding) yang dikutip dari salah satu sumber
mengandung pengertian adalah suatu usaha yang dilakukan dalam meminimalisir tingkat bahaya dan memaksimalkan keamanan dalam berkendara, demi menciptakan suatu kondisi, yang mana kita berada pada titik tidak membahayakan pengendara lain dan menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di sekitar kita serta pemahaman akan pencegahan dan penanggulangannya.
Implementasi dari pengertian di atas yaitu bahwa disaat kita mengendarai kendaraan, maka haruslah tercipta suatu landasan pemikiran yang mementingkan dan sangat mengutamakan keselamatan, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Untuk itu, berangkat dari dasar pemikiran keselamatan tersebut, maka para pengendara haruslah menyadari arti dari pentingnya keselamatan, hal ini bisa di contohkan dengan meningkatnya angka kecelakaan di jalan raya dan berbagai kejadian kecelakaan yang terjadi disebabkan dari berrbagai macam kasus. Walaupun terasa sangat sulit untuk menumbuhkannya, namun pemikiran yang mengutamakan keselamatan tersebut haruslah merupakan kesadaran dari diri sendiri yang terbentuk dan dibangun dari dalam hati dan bertekad untuk melaksanakan segala aktivitas yang mendasar pada Berkendara yang aman (safety riding).
Bila dasar pemikiran Berkendara yang aman (safety riding) (Safety Minded) telah masing-masing dimiliki, maka dengan mudah setiap hal yang berkaitan dengan Berkendara yang aman (safety riding) dapat kita terapkan dimulai dari diri sendiri dan memulainya dari hal-hal yang kecil, karena kesadaran betapa pentingnya suatu 36
kesalamatan diri. Usaha-usaha itu harus dilakukan secara terus menerus sehingga dapat menjadi Safety Bikers yang mampu:
1. Menigkatkan kecakapan pengendara dalam mengendarai, agar paham dan mengerti bila berhadapan dengan keadaan darurat yang terjadi di sepanjang perjalanan. 2. Mencegah kecelakaan kendaraan bermotor melalui pengembangan gaya mengendarai yang baik dan sistematik. 3. Mengembangkan cara tepat tanggap akan bahaya dan manajemen resiko. 4. Mencegah bahaya dan resiko yang mungkin terjadi pada situasi jalan dan lalu lintas melalui kewaspadaan pengendara.
Berkendara yang aman (safety riding) mengacu kepada perilaku berkendara yang secara ideal harus memiliki tingkat keamanan yang cukup baik bagi diri sendiri maupun
bagi
orang
lain.
(www.jnc.000space.com/index.php?...article...safety-
riding...com di akses pada tanggal 9 Januari 2012
Perlengkapan Berkendara yang aman (safety riding) Menurut Musdar (pidato pengukuhan guru besar tetap fakultas kedokteran USU 28 juli 2007) terdiri dari:
1. Helm/helmet yang memenuhi standar bukan asal-asalan saja, karena pemakaian helm menurut banyak pakar secara signifikan mengurangi angka kematian sekitar 40% pada pengguna sepeda motor bila mengalami Kecelakaan lalu lintas. Kepala adalah bagian paling vital dari anggota tubuh manusia yang memiliki resiko tinggi menerima benturan saat terjadi kecelakaan. Untuk itulah Divisi safety 37
reading mewajibkan semua anggota club menggunakan dengan benar helm untuk pengemudi maupun penumpangnya. Helm yang baik adalah secara fisik mampu memberikan perlindungan menyeluruh pada bagian kepala, seperti pada bentuk Full Face atau Half/Open Face. Sementara untuk helm cetok, Divisi Touring sangat tidak menganjurkan untuk menggunakannya. 2. Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang kuat sehingga dapat mencegah cedera tangan dan pergelangan tangan pada Kecelakan lalu lintas. 3. Jaket terbuat dari bahan yang kuat dan enteng seperti; nylon, cordura guna mencegah cedera terutama pada permukaan tubuh. 4. Celana yang bahannya seperti jaket dan gunanya mengurangi cedera pada lutut dan panggul. 5. Kaca mata helm untuk mencegah debu atau benda-benda yang berterbangan di udara pada waktu berkendaraan. 6. Penutup telinga untuk menghindari kebisingan yang dapat merusak telinga dari suara mesin dan suara angin. 7. Rompi yang terbuat dari bahan yang retroreflective dan warna yang Mudah atau cepat terlihat. 8. Sepatu laras tinggi dengan bar/tulang di bagian lateral dan medial guna melindungi pergelangan kaki.
38
2.6
Undang-undang Lalu Lintas No 22 Tahun 2009
Pasal 57 (1) Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan wajib dilengkapi dengan perlengkapan Kendaraan Bermotor. (2) Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Sepeda Motor berupa helm standar nasional Indonesia. (3) Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih sekurang-kurangnya terdiri atas: a. sabuk keselamatan; b. ban cadangan; c. segitiga pengaman; d. dongkrak; e. pembuka roda; f. helm dan rompi pemantul cahaya bagi Pengemudi Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih yang tidak memiliki rumah-rumah; dan g. peralatan pertolongan pertama pada Kecelakaan Lalu Lintas.
39
Pasal 77 (1) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis Kendaraan Bermotor yang dikemudikan. (2) Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 2 (dua) jenis: a. Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor perseorangan; dan b. Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor Umum. (3) Untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi, calon Pengemudi harus memiliki kompetensi mengemudi yang dapat diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan atau belajar sendiri. (4) Untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor Umum, calon Pengemudi wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan Pengemudi angkutan umum. (5) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya diikuti oleh orang yang telah memiliki Surat Izin Mengemudi untuk Kendaraan Bermotor
40