BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang ...

253 downloads 10747 Views 106KB Size Report
Para ahli mengatakan bahwa perilaku sama dengan tindakan atau aktivitas yang ... menurut M Ichsan (1988 : 11) yang dimaksud aspek perilaku adalah suatu proses ... manfaat kebersihan diri sendiri dan mampu membersihkan bagian-.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan 1. Perilaku Hidup Sehat a. Pengertian Dari segi biologis, perilaku merupakan aktivitas organisme yang mempunyai bentangan yang luas. Menurut Soekidjo (2006: 133) yang dimaksud perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh perilaku luar. Para ahli mengatakan bahwa perilaku sama dengan tindakan atau aktivitas yang dilakukan individu sebagai akibat adanya stimulus atau rangsang. Hal ini sesuai dengan pendapat Skinner yang dikutip oleh Soekidjo (2006 : 133) yang menyatakan bahwa perilaku merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus dari luar. Sedangkan menurut M Ichsan (1988 : 11) yang dimaksud aspek perilaku adalah suatu proses keadaan mental yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dari pendapat beberapa ahli diatas bahwa perilaku adalah aktivitas yang dilakukan oleh individu yang terwujud dalam tindakan atau sikap karena adanya stimulus yang diterima dan dapat diamati oleh pihak luar serta dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.



Dari hal tersebut perilaku hidup sehat Menurut Soekidjo (2006: 137) adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk menciptakan dan meningkatkan kesehatannya. Sedangkan menurut Rusli Lutan (2000: 14) perilaku sehat adalah setiap tindakan yang mempengaruhi peluang secara langsung atau jangka panjang semua konsekuensi fisik yang terwujud lebih baik. Dapat disimpulkan bahwa perilaku hidup sehat yang berkaitan dengan upaya seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya melalui interaksi dengan lingkungan, khususnya berhubungan dengan kesehatan. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Hidup Sehat Pada bagian ini diuraikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku hidup sehat. Soekidjo Notoadmojo (1993: 62) berpendapat bahwa perilaku hidup sehat pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang terkait dengan makanan, kebersihan diri, kebersihan lingkungan, kebiasaan terhadap sakit dan penyakit dan keseimbangan antara kerja, istirahat, dan olahraga. Seperti telah diuraikan diatas, bahwa pengaruh yang ada antara lain dari perilaku terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap kebersihan diri sendiri, perilaku terhadap kebersihan lingkungan, perilaku terhadap sakit dan penyakit dan keseimbangan antara kegiatan, istirahat dan olahraga.

10   

1) Perilaku terhadap Makanan dan Minuman Tubuh manusia tumbuh karena adanya zat-zat yang berasal dari makanan. Oleh sebab itu untuk dapat melangsungkan hidupnya manusia mutlak memerlukan makanan. Pemenuhan unsur-unsur dalam komposisi makanan menunjang tercapainya kondisi tubuh yang sehat. Variasi makanan sangat memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan, semakin beraneka ragam bahan makanan yang dimakan, semakin beragam pula sumber zat gizi yang masuk kedalam tubuh. Adapun fungsi makanan bagi tubuh adalah mengurangi dan mencegah rasa lapar, mengganti sel-sel tubuh yang rusak, untuk pertumbuhan badan, sebagai sumber tenaga, dan membantu penyembuhan penyakit. Menurut pendapat Purnomo dan Abdul Kadir (1994:23) air yang sehat adalah air bersih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung hama dan tidak mengandung zat-zat kimia yang berbahaya. Minum air yang sudah dimasak sampai mendidih ± 100º C sebanyak 6-8 gelas sehari. Bila banyak mengeluarkan keringat dan buang air, jumlah yang diminum hendaknya perlu ditambah agar tubuh tidak kekurangan cairan. 2) Perilaku terhadap Kebersihan Diri Sendiri Upaya pertama dan yang paling utama agar seseorang dapat tetap dalam keadaan sehat adalah menjaga kebersihan diri sendiri. Tujuan kebersihan diri sendiri adalah agar seseorang mengetahui 11   

manfaat kebersihan diri sendiri dan mampu membersihkan bagianbagian tubuh, serta mampu menerapkan perawatan kebersihan diri sendiri dalam upaya peningkatan hidup sehat. Setiap orang harus selalu berupaya memelihara dan meningkatkan taraf kebersihan diri sendiri, antara lain dengan cara : a) Mandi Mandi adalah membersihkan kotoran yang menempel pada badan dengan menggunakan air bersih dan sabun. Menurut Purnomo dan Abdul Kadir (1994: 7) manfaat mandi adalah sebagai berikut, menghilangkan kotoran yang melekat pada permukaan kulit, menghilangkan keringat, merangsang syaraf, mengembalikan kesegaran tubuh. b) Membersihkan Rambut Menurut Purnomo dan Abdul Kadir (1994: 10-11) menjaga kebersihan rambut dapat dilakukan dengan cara mencuci rambut yaitu rambut dicuci dengan shampo paling sedikit dua kali seminggu, kemudian rambut disiram dengan air dan digosok dengan shampo ke seluruh bagian rambut. Permukaan rambut digosok sampai hilang selanjutnya disiram dengan air. Setelah itu rambut dikeringkan dengan handuk. c) Membersihkan Mulut dan Gigi Mulut termasuk lidah dan gigi merupakan sebagian dari alat pencernaan makanan. Menurut Purnomo dan Abdul Kadir 12   

(1994: 12), mulut berupa rongga yang dibatasi oleh jaringan lemak, dibagian belakang berhubungan dengan tenggorokan dan di depan ditutup oleh bibir. Gigi menurut Sadatoen (1986: 99) adalah alat-alat sistem pencernaan makanan yang memegang peranan penting dalam kesehatan tubuh. Mengosok giggi sebaiknya dilakukan sesaat setelah selesai makan pagi dan pada waktu malam ketika akan tidur dengan menggunakan sikat pribadi. Setiap dua bulan sekali juga harus diperiksa secara teratur ke dokter gigi. Menurut pendapat Sadatoen (1986: 104) guna gigi adalah terutama untuk menghaluskan makanan dan juga digunakan untuk berbicara. d) Memakai Pakaian yang bersih dan Serasi Fungsi pakaian menurut pendapat Purnomo dan Abdul Kadir (1994: 14) adalah untuk melindungi kulit dari kotoran yang berasal dari luar dan juga untuk membantu mangatur suhu tubuh. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pakaian ini antara lain: Pakaian hendaknya diganti, setiap selesai mandi, dan bila kotor atau basah karena keringat atau kena air. Jangan biasakan memakai pakaian orang lain untuk mencegah tertularnya penyakit. 3) Perilaku terhadap Kebersihan Lingkungan Perilaku terhadap kebersihan lingkungan adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan 13   

manusia (Soekidjo, 1997: 122). Manusia selalu hidup dan berada di suatu lingkungan, seperti lingkungan tempat tinggal, tempat belajar, tempat melakukan aktifitas jasmani dan olahraga ataupun tempat melakukan rekreasi. Untuk dapat terus mencapai derajat kesehatan yang baik manusia harus sehat dan teratur. Untuk dapat hidup sehat diperlukan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat. Dimanapun manusia berada ia selalu bersama-sama dengan lingkungannya, baik pada waktu belajar, bekerja, makan-minum maupun istirahat manusia tetap bersatu dengan lingkungannya. Dengan menyadari akan arti kesehatan lingkungan jelas bahwa kesehatan lingkungan merupakan salah satu/daya upaya yang bersifat pencegahan yang dapat dilakukan mulai sejak dini, baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah. Menurut Ichsan (1979: 24) guna mempelajari kesehatan lingkungan yang diberikan di sekolah diharapkan agar para siswa: (a) Mengenal, memahami masalah kesehatan lingkungan, (b) Memiliki sikap positif dan peran serta aktif dalam usaha kesehatan lingkungan, (c) Memiliki ketrampilan untuk memelihara dan melestarikan kesehatan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. 4) Perilaku terhadap Sakit dan Penyakit Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon, baik secara pasif (mengetahui, 14   

bersikap, dan mempersepsi penyakit) serta rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut (Soekidjo, 1997: 121). Perilaku manusia terhadap sakit dan penyakit, menurut Soekidjo (1997: 121-122), meliputi : a) Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan. b) Perilaku pencegahan penyakit. c) Perilaku pencarian pengobatan. d) Perilaku pemulihan kesehatan. 5) Keseimbangan antara Kegiatan, Istirahat, dan Olahraga Kegiatan sehari-hari harus diatur sedemikian rupa sehingga ada keseimbangan antara kegiatan, istirahat, dan olahraga. Istirahat tidak hanya mengurangi aktivitas otot akan tetapi dapat meringankan ketegangan pikiran dan menentramkan rohani. Menurut Endang Ramdan (1982: 51) guna istirahat/tidur antara lain : a) Meghilangkan zat-zat sampah yang tertimbun di tubuh selama bekerja, b) Mamperbaiki bagian-bagian tubuh yang using atau rusak, c) Pergantian aktivitas/kegiatan dari giat manjadi tidak giat, d) Menurunkan/melambatkan kegiatan-kegiatan jantung, paru-paru. Olahraga sekarang sudah memasyarakat dan sering dilakukan oleh individu atau kelompok masyarakat dengan tujuan yang berbeda. Untuk itu agar dapat dicapai derajat kesehatan yang tinggi dan tingkat kesegaran jasmani yang optimal hindarilah hidup 15   

yang tidak teratur. Menurut Purnomo dan Abdul Kadir (1994: 51) hidup yang tidak teratur, seperti : a) Melakukan cara hidup diluar kebiasaan yang wajar dan sehat, b) Tidur terlalu larut malam atau begadang, karena akan membahayakan kesehatan, c) Tidur kurang dari 8 jam sehari dan tidur ditempat yang tidak baik untuk kesehatan, d) Melakukan latihan jamani atau olahraga yang tidak teratur. Untuk mengumpulkan data perilaku hidup sehat instrumen yang digunakan yaitu angket. 2. Tingkat Kesegaran Jasmani a. Pengertian Kesegaran Jasmani Menurut Sudarno SP (1992: 1), dijelaskan bahwa kesegaran jasmani adalah kapasitas faali atau kapasitas fungsional yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan. Ahli faal menyatakan bahwa kesegaran jasmani merupakan ekspresi kuantitatif dari kondisi fisik seseorang. Kesegaran jasmani dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk melakukan satu tugas khas yang memerlukan kerja muskular dimana kecepatan dan ketahanan merupakan kriteria utama. Menurut Karpovich di dalam Casady, Mabes dan Alley (dalam Sudarno, 1992: 9) seseorang yang memiliki kesegaran jasmani yang baik akan mampu memenuhi tuntutan fisik tertentu. Dari seminar kesegaran jasmani tahun 1971 di Jakarta yang dikutip Kamiso (1991: 58), disebutkan “Seseorang yang mempunyai kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan 16   

efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti”. Di tinjau dari sudut sosial, orang yang mempunyai kesegaran jasmani yang baik dapat diartikan orang yang mempunyai cukup daya tahan dan kekuatan untuk melakukan pekerjaannya dengan baik tanpa menimbulkan kelelahan dan mempunyai kemampuan untuk mengatasi kesukaran yang tidak terduga-duga dimana dibutuhkan usaha jasmaniah yang biasanya tidak pernah dilakukan serta dapat dinikmati waktu luangnya (Radio putro, 1992: 75). Selanjutnya

menurut

Engkos

Kosasih

(1985:

10),

mengemukakan bahwa seseorang dikatakan memiliki kesegaran jasmani apabila orang tersebut mempunyai kekuatan, kemampuan, kesangguan, dan daya tahan untuk melakukan pekerjaannya dengan efisien, tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti yaitu sehabis bekerja atau melakukan aktifitas, masih mempunyai cadangan tenaga serta masih dapat menikmati waktu dengan baik. Sedangkan Sadoso Sumosardjuno (1996: 9) mengatakan kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugas sehari-hari dengan gampang tanpa mengalami kelelahan yang berarti, serta masih punya sisa cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggang dan untuk keperluan mendadak. Kesegaran jasmani menurut Rusli Lutan (2002: 7) kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas. 17   

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan sehari-hari dalam waktu tertentu tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan orang tersebut masih mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan suatu kegiatan. Seseorang dengan kesegaran jasmani yang baik, maka tidak akan mengalami gangguan fungsi tubuh dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja yang baik. b. Komponen Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Untuk dapat mencapai kondisi kesegaran jasmani yang prima seseorang perlu melakukan latihan fisik yang melibatkan komponen kesegaran jasmani dengan metode latihan yang benar. Menurut Sadoso Sumosardjuno (1992: 9), Bahwa tingkat kesegaran jasmani seseorang ditentukan oleh beberapa komponen yang ada dalam kesegaran jasmani. Oleh sebab itu, pentingnya seseorang untuk mengetahui, memahami dan melatih komponen kesegaran jasmani sebagai dasar dalam memperbaiki usaha peningkatan kesegaran jasmani. Menurut Rusli Lutan (2002: 8) kesegaran jasmani mencangkup dua aspek yaitu: kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan, dan kesegaran jasmani yang berkaitan dengan performa. Kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan mengandung empat unsur pokok yaitu : 18   

daya tahan aerobik, kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas. Kesegaran jasmani yang berkaitan dengan performa mengandung unsur-unsur: koordinasi, keseimbangan, kecepatan, agilitas, power, waktu reaksi. Menurut

Moelyono

W,

(1999:

235)

komponen-komponen

kesegaran jasmani terdiri atas delapan macam, yaitu: a. Daya tahan paru jantung Daya tahan paruh jantung adalah kemampuan paruh jantung untuk mensuplai oksigen bagi kerja otot dalam jangka waktu yang lama. b. Kekuatan otot. Kekuatan otot adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan daya semaksimal mungkin untuk mengatasi sebuah tahanan. c. Tenaga otot. Tenaga ledak otot adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan kemampuan otot yang maksimal dalam waktu yang singkat. d. Kecepatan. Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkatsingkatnya. e. Kelincahan Kelincahan adalah kemampuan seseorang dalam mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang beda dalam waktu sesingkat-singkatnya.

19   

f. Kelentukan Kelentukan adalah kemampuan sendi-sendi dalam tubuh untuk bergerak dengan leluasa. g. Keseimbangan. Keseimbangan adalah kemampuan tubuh mempertahankan posisi baik dalam keadaan aktif maupun pasif. h. Kecepatan reaksi Kecepatan reaksi adalah kemampuan seseorang dalam menanggapi adanya respon atau rangsangan dalam waktu yang sesingkatsingkatnya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui kesegaran jasmani seseorang minimal yang harus diukur adalah komponen kecepatan, kekutan otot, daya tahan otot, tenaga ledak atau power, dan daya tahan paru jantung. Maka dari itu, dalam penelitian ini menggunakan instrumen pengambilan data menggunakan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) dari Depdiknas tahun 1999 yang didalamnya sudah mengandung pengukuran lima komponen tersebut. Dari beberapa pendapat dan pengertian tersebut di atas dapat ditarik pengertian bahwa, untuk dapat mencapai kondisi kesegaran jasmani yang prima seseorang perlu melakukan latihan fisik yang melibatkan komponen kesegaran jasmani dengan metode latihan yang benar. Komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari daya tahan kardiovaskuler, kekuatan otot, daya tahan tubuh, fleksibilitas, komposisi tubuh. Sedangkan komponen kesegaran jasmani 20   

yang berhubungan dengan keterampilan terdiri dari keseimbangan, daya ledak, kecepatan, koordinasi, kelincahan dan kecepatan reaksi. 3. Intelegensi a. Pengertian Intelegensi Menurut Vaan Hoes yang dikutip Abu Ahmadi dan Widodo (1991: 32) inteligensi merupakan kecerdasan jiwa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah pembawaan, kemasakan, pembentukan dan minat. Menurut W. Stren dikutip Dewa Ketut Sukardi (2003: 16) mengatakan inteligensi merupakan kemampuan untuk mengetahui problem serta kondisi baru, kemampuan berfikir abstrak, kemampuan bekerja,

kemampuan

menguasai

tingkah

laku

intrinsik,

serta

kemampuan menerima hubungan yang kompleks termasuk apa yang disebut dengan inteligensi. Menurut Andi Yudianto (2007: 1), bahwa kemampuan intelegensi terdiri dari keterampilan, tingkah laku, dan kemampuan adaptasi untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang baru, berfikir abstrak dan mengambil makna dari pengalamanpengalaman. Dalam penelitian ini kecerdasan adalah sama artinya dengan inteligensi. Drs. Arief Budiman, (2005: 6) mengemukakan Intelligence Quotient atau sering disebut IQ merupakan suatu nilai yang menggambarkan

mengenai

seberapakah

tingkat

“kecerdasan”

seseorang bila dibanding dengan orang lain. Untuk mengumpulkan

21   

data tes Intelegensi yaitu menggunakan dokumen tes IQ yang sudah ada. Agus Sujanto (2004: 16), berpendapat bahwa Menurut arah dan hasilnya, inteligensi ada dua macam; (1) Inteligensi praktis ialah inteligensi untuk dapat mengatasi situasi yang sulit dalam sesuatu kerja, yang berlangsung secara cepat dan tepat, (2) Inteligesi teoritis ialah inteligensi untuk mendapatkan suatu fikiran penyelesaian soal atau masalah dengan cepat dan tepat. Dari pendapat para pakar di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa inteligensi adalah kemampuan seseorang mengenai tingkat pengetahuan, berfikir, dan beradaptasi dengan lingkungan baru. Menurut Dewa Ketut Sukardi (2003: 17-18) teori-teori tentang inteligensi antara lain : 1) Teori Daya (Faculty Theoris) mengungkapkan bahwa jiwa manusia terdiri dari berbagai daya misalnya mengatur, fantasi, penalaran, diskriminasi dan sebagainya. 2) Teori Dwi Faktor (The Two–Faktor Teory) bahwa kecakapan intelektual terdiri dari dua macam kemampuan mental yaitu inteligensi umum dan kemampuan spesifik. 3) Teori Multi–Faktor. Menurut Thorsidike, inteligensi terdiri atas bentuk hubungan neural antara stimulus dan respon. Hubungan khusus inilah yang mengarahkan tingkah laku individu.

22   

4) Teori Primany Mental Ability. Teori ini dikembangkan oleh L. L Thrustone. Teori ini menjelaskan tentang organisasi inteligensi yang abstrak, dengan membagi inteligensi menjadi kemampuan primer, yang terdiri atas kemampuan nemerical atau metematis, verbal atau bahasa, abstraksi, membuat keputusan dan mengingat. 5) Teori Struktur Intelek. Teori ini dikembangkan oleh Guilford. Dia mengemukakan

kemampuan

intelektual

terdiri

atas

150

kemampuan dan memiliki tiga parameter yaitu : dimensi operasi, isi, dan produk. b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi Menurut Saifuddin Azwar (1996: 34-35) faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi adalah : 1) Faktor bawaan atau keturunan Penelitian menunjukkan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0.50. Sedangkan diantara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0.90. Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkisar antara 0.40-0.50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya,dan hanya 0.10-0.20 ayah dan ibu angkatnya. 2) Faktor Lingkungan Inteligensi tentunya tidak terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi,

23   

rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang sangat penting. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1990: 55-56) faktorfaktor

yang

mempengaruhi

inteligensi,

sehingga

terdapat

perbedaan inteligensi seseorang dengan yang lain adalah : a) Pembawaan : Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat atau ciriciri yang dibawa sejak lahir. b) Kematangan : Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis)

dapat

dikatakan

matang

apabila

ia

mencapai

kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. c) Pembentukan : Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi. d) Minat dan Pembawaan yang Khas : Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan suatu dorongan bagi perbuatan itu. e) Kebebasan : Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam menyelesaikan masalah. c. Intelligence Quitient (IQ) Istilah Intelligence Quitient diperkenalkan untuk pertama kalinya pada tahun 1912 oleh seorang ahli psikologi berkebangsaan Jerman bernama William Stern. Menurut Arief Budiman (2005: 8) 24   

Intelligence Quitient atau sering disebut IQ merupakan suatu nilai yang menggambarkan mengenai seberapakah tingkat “ kecerdasan “ seseorang bila dibandingkan dengan orang lain. Sewaktu dipergunakan pertama kali secara resmi angka IQ dihitung dari hasil tes Inteligensi Binet, yaitu dengan membandingkan skor tes yang telah diperoleh seseorang anak dengan usia anak tersebut. Tes Binet, terdiri dari sekumpulan pertanyaan-pertanyaan yang dikelompokkan menurut umur. Pada waktu itu perhitungan IQ dilakukan dengan memakai rumusan : IQ = (MA: CA) X 100 

Keterangan : MA : Mental Age (usia mental) CA : Cronological Age (usia kronologis) 100 : Angka kostan untuk menghindari angka desimal Dengan tes macam inilah usia kecerdasan seseorang dapat diukur atau ditentukan. Dari hasil tes tersebut ternyata tidak tentu bahwa usia kecerdasan sama dengan usia sebenarnya (usia kalender). Pengukuran psikologis dalam hal ini, tes inteligensi berfungsi mengukur kemampuan potensi individu. Menurut Agus Sujanto (2004: 16), intelegensi digolongkan menjadi enam golongan: 1) Pandai 2) Normal 25   

3) Bodoh adalah orang yang hanya mencapai intelegensi yang sama derajatnya dengan intelegensi anak S.R. 4) Bebal (debil) orang yang hanya mencapai intelegensi setingkat dengan anak usia 10 tahun. 5) Dungu (embicil) orang yang hanya mencapai intelegensi setingkat dengan anak usia 7 tahun. 6) Idiot adalah orang yang hanya mencapai intelegensi setingkat dengan anak usia 2 tahun. Sedangkan menurut Woodworth dan Margius dalam Sumadi Suryabrata (2004: 216), penggolongan intelegensi diklasifikasikan menjadi Sembilan kriteria dengan batasan nilai-nilai tertentu yaitu: Tabel 1. Penggolongan Intelegensi No

Nilai

Kriteria

1

Nilai 140 - keatas

tergolong luar biasa (genius)

2

Nilai 120 – 139

tergolong cerdas sekali (very superior)

3

Nilai 110 -119

tergolong cerdas (superior)

4

Nilai 90 – 109

tergolong sedang (average)

5

Nilai 80 - 89

tergolong bodoh (dull average)

6

Nilai 70 - 79

tergolong anak pada batas (border line)

7

Nilai 50 - 69

tergolong debil (moron)

8

Nilai 30 - 49

tergolong ambisil (ambicile)

9

Nilai 30 – kebawah

tergolong idiot

26   

4. Prestasi Belajar Menurut Bertha Nurina Sari (2004: 3) Prestasi belajar merupakan suatu gambaran dari penguasaan kemampuan peserta didik sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu. Setiap usaha yang dilakukan dalam kegiaan pembelajaran baik oleh guru sebagai pengajar, maupun oleh peserta didik sebagai pelajar bertujuan untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Menurut David Tarigan (2006: 1), ”Prestasi belajar adalah suatu ketercapaian hasil belajar yang diperoleh siswa setelah menerima pelajaran dan ditentukan oleh tes prestasi belajar.” Menurut Oemar Hamalik (1994: 18) menyatakan prestasi belajar adalah tingkat penguasaan siswa terhadap suatu mata pelajaran setelah melakukan proses belajar dan dinyatakan dalam nilai test. Menurut Suratinah (1984: 43) prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha belajar yang ditunjukkan dalam bentuk simbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai siswa. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan oleh peserta didik lewat pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya dalam mencapai ketercapaian dalam belajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka, huruf, maupun simbol sebagai indikator pengetahuan peserta didik untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Untuk mengumpulkan data Prestasi Belajar yaitu menggunakan nilai raport semester ganjil 2011/2012. 27   

5. Hubungan antara Perilaku Hidup Sehat dengan Prestasi Belajar Pola hidup yang baik akan mendukung kesehatan seseorang dalam hidupnya. Dengan tubuh yang sehat maka aktivitas seseorang tidak akan terganggu salah satunya aktivitas belajar. Maka pola hidup yang baik akan mendukung keberhasilan seseorang dalam belajar, baik itu belajar gerak maupun teori. Pola hidup sehat siswa kelas VII SMP N 3 Depok diduga beraneka ragam. Hal ini dikarenakan kebiasaan siswa juga beraneka ragam, asupan makanan juga berbeda-beda. Keberanekaragaman pola hidup sehat tersebut perlu kiranya dicari tahu sebagai tolok ukur pola hidup sehat di sekolah. Selain sebagai tolok ukur keadaan pola hidup sehat di sekolah, status pola hidup sehat diperkirakan juga dapat mempengaruhi prestasi hasil belajar siswa. Siswa dengan pola hidup sehat yang baik diharapkan prestasi hasil belajarnya juga baik. 6. Hubungan antara Tingkat Kesegaran jamani dengan Prestasi Belajar Kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan tugasnya sehari-hari secara efektif dan efisien dalam waktu yang relatif lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Kebugaran jasmani sangat dibutuhkan agar aktifitas sehari-hari menjadi lancar, begitu juga aktivitas siswa di sekolah untuk mengikuti proses belajar mengajar dapat menerima dengan baik dan selalu dalam keadaan bugar. Tingkat kebugaran jasmani juga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki tingkat kebugaran 28   

jasmani yang baik diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal dengan adanya mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan maka sangat berperan dalam mencapai tingkat kebugaran jasmani siswa menjadi lebih lagi. 7. Hubungan Antara Intelegensi Dengan Prestasi Belajar Inteligensi merupakan ”ability to learn” (kemampuan untuk belajar). Intelegensi yang baik merupakn kecerdasan dalam berfikir, memahami dan juga merespon, tingkat inteligensi yang tinggi yang terbentuk oleh ikatan–ikatan syaraf antara stimulus dan respon yang mendapat penguat. Oleh karena itu siswa yang memiliki inteligensi yang tinggi diharapkan akan dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi juga. Intelegensi berfungsi dalam meningkatkan pola fikir anak, dan anak yang mempunyai intelegensi tinggi akan mampu melakukan gerakan dengan lancar, serasi, terkoordinasi dan mampu menyelesaikan masalah dengan cepat. 8. Hubungan antara Perilaku Hidup Sehat, Tingkat Kesegaran Jasmani dan Intelegensi dengan Prestasi Belajar Siswa SMP N 3 Depok Anak dengan pola hidup sehat, dia akan menerapkan kebiasaan yang sehat dan makan-makanan yang bergizi, dan anak yang mempunyai tingkat kesegaran jasmani yang baik dia akan mempunyai tubuh yang sehat dan fit. Dengan keadaan tersebut maka aktifitas tubuhnya tidak akan terganggu, salah satunya aktifitas belajar.

29   

Pola hidup sehat akan mempengaruhi kesehatan tubuh seseorang, dengan tubuh yang sehat maka diharapkan mempunyai tingkat kesegaran jasmani yang baik, dengan demikian secara bersama-sama akan mempengaruhi prestasi belajarnya. Ditambah lagi dengan tingkat intelegensi yang tinggi pasti akan memperoleh prestasi belajar yang baik pula. Hal tersebut diartikan semakin baik pola hidup sehat, tingkat kebugaran jasmani dan intelegensi maka prestasi belajarnya akan semakin baik. Kaidah angka untuk mengetahui nilai korelasinya jika nilai F hitung > F tabel. B. Penelitian Yang Relevan 1. Penelitian Sri Suwartini (2005) dengan judul “Tingkat Kesegaran Jasmani, Status Gizi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas Atas SD Keyongan Bantul”. Penelitian ini termasuk penelitian korelasi dengan tes pengukuran dan dokumentasi. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas atas SD keyongan Bantul yang berjumlah 84 siswa, sampel di ambil dengan teknik random sampling dengan jumlah 53. Instrumen yang digunakan adalah tingkat kesegaran jasmani yang diukur dengan menggunakan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) usia 10-12 tahun, status gizi yang diukur melalui perbandingan antara berat badan dan tinggi badan dengan indeks masa tubuh, dan prestasi belajar diukur dengan dokumentasi hasil raport semester gasal tahun ajaran 2004/2005. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi ganda dan dilanjutkan dengan korelasi parsial dengan taraf signifikan 5%. 30   

Hasil analisis hipotesis : (1) terdapat hubungan antara tingkat kesegaran jasmani dengan prestasi belajar sebesar 0,406 dan P = 0,003 < 0,05, (2) terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar sebesar 0,291 dan P = 0,043 < 0,05, (3) terdapat hubungan antara tingkat kesegaran jasmani dan status gizi dengan prestasi belajar sebesar 0,499. Besar sumbangan efektif (SE) yang diberikan kedua variabel (24,931%) yang terdiri dari tingkat kesegaran jasmani (16,462%) dan status gizi (8,469%). 2. Penelitian Agustinus Teda Nurcahyo (2010) dengan judul “Hubungan Antara Status Gizi, Intelegensi dan Motivasi Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Wates” Penelitian ini merupakan penelitian korelasional menggunakan metode survey dengan instrumen berupa angket untuk mengukur motivasi dan tes pengukuran untuk mengukur status gizi dan intelegensi. Populasi yang digunakan adalah siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Wates dengan besarnya sampel penelitian yang digunakan sebesar 96. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment dan analisis regresi berganda dengan uji F. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi (X1), intelegensi (X2), dan motivasi (X3) terhadap prestasi belajar (Y). Dari uji hipotesis diperoleh F hitung 36,837 > F tabel (2,70), dengan koefisien korelasi sebesar 0,739 > r tabel (0,202) pada taraf signifikan 5 %. Sumbangan yang diberikan masing-masing 31   

variabel bebas yaitu status gizi memberikan sumbangan sebesar 5,41 %, variabel intelegensi memberikan sumbangan sebesar 41,47 % dan variabel memberikan sumbangan sebesar 7,72 %, sedangkan sisanya sebesar 45,4 % dipengaruhi oleh faktor lain. C. Kerangka Berfikir Untuk mempertahankan hidup yang sehat setiap manusia memerlukan pola hidup yang sehat, yakni memenuhi perilaku-perilaku yang sehat dan berimbang. Pola hidup sehat yang baik akan membantu tumbuh dan berkembang, memiliki daya tahan terhadap penyakit, gesit dan selalu bersemangat dalam segala hal termasuk dalam belajar. Kebugaran

jasmani

merupakan

kemampuan

seseorang

untuk

melakukan tugasnya sehari-hari secara efektif dan efisien dalam waktu yang relatif lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Kebugaran jasmanai sangat dibutuhkan agar aktifitas sehari-hari menjadi lancar, begitu juga aktivitas siswa disekolah untuk mengikuti proses belajar mengajar dapat menerima dengan baik dan selalu dalam keadaan bugar. Inteligensi adalah kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta serta kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Prestasi belajar merupakan hasil atau nilai yang diperoleh setelah mendapat pembelajaran. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor dari dalam diri siswa yang menyangkut faktor fisiologis, seperti kondisi fisik dan indera. Faktor dari luar individu adalah faktor lingkungan, 32   

metode, guru, kurikulum. Dengan perilaku hidup sehat, tingkat kesegaran jasmani dan intelegensi yang baik maka diharapkan siswa akan mencapai prestasi belajar yang memuaskan. Untuk mengetahui secara ilmiah maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang hubungan perilaku hidup sehat dan tingkat kesegaran jasmani dengan prestasi belajar siswa di SMP N 3 Depok. D. Hipotesis Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka, dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan di atas maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut : 1. Ada hubungan yang signifikan antara perilaku hidup sehat dengan prestasi belajar siswa kelas VII SMP N 3 Depok. 2. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat kesegaran jasmani dengan prestasi belajar siswa kelas VII SMP N 3 Depok. 3. Ada hubungan yang signifikan antara intelegensi dengan prestasi belajar siswa kelas VII SMP N 3 Depok. 4. Ada hubungan yang signifikan antara perilaku hidup sehat, tingkat kesegaran jasmani dan intelegensi dengan prestasi belajar siswa kelas VII SMP N 3 Depok.

33   

Suggest Documents