BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...

58 downloads 173 Views 492KB Size Report
2.1 Kajian Pustaka. 2.1.1 Konsep. Konsep adalah istilah dan .... dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa ini, peneliti menggunakan teori fungsionalisme yang ...
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

Konsep Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989: 33). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Poerwadarminta sebagai editor (1995:456) dikatakan bahwa, konsep diartikan sebagai rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari pengertian kongkret, gambaran mental dari objek apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal hal lain Dalam hal ini, defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar. Selain itu adalah untuk menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.

Universitas Sumatera Utara

2.1.1.1

Penghormatan Leluhur

Semua aktivitas manusia yang berhubungan dengan religi didasarkan atas suatu getaran jiwa yang biasanya disebut dengan emosi keagamaan. Emosi keagamaan ini biasanya dialami setiap manusia, walaupun getaran emosi itu hanya berlangsung beberapa detik saja, untuk kemudian menghilang kembali. Emosi keagamaan itulah yang mendorong orang melakukan tindakan-tindakan bersifat religi. Sistem religi dalam suatu kebudayaan selalu mempunyai ciri-ciri khusus untuk sedapat mungkin memelihara emosi keagamaan itu di antara pengikut pengikutnya. Dengan demikian emosi keagamaan merupakan unsur-unsur penting dalam suatu religi bersama dengan tiga unsur yang lain yaitu: sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan, dan suatu umat yang menganut religi itu. Penghormatan leluhur dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa merupakan suatu sistem religi, oleh karena selain memiliki emosi keagamaan,

juga

memiliki

unsur-unsur

sistem

keyakinan,

yang

memusatkan perhatian kepada konsep tentang roh-roh leluhur; sistem upacara keagamaan, suatu umat yang menganut religi tersebut. Sistem upacara mengandung empat aspek yang menjadi perhatian khusus yaitu: (1) tempat upacara keagamaan; (2) saat saat upacara keagamaan dijalankan; (3) benda-benda dan alat upacara; dan (4) pelaku

Universitas Sumatera Utara

upacara. Keempat unsur upacara ini disusun oleh dua dimensi yaitu waktu (saat upacara) dan ruang (mencakup tempat, benda dan alat, serta pelaku) upacara. Penghormatan leluhur merupakan suatu bentuk religi yang menekankan pada pengaruh roh leluhur terhadap kehidupan nyata. Suatu bentuk religi yang merupakan perkembangan dari animisme dimana manusia percaya bahwa mahluk-mahluk halus menempati alam sekeliling manusia. Kepercayaan terhadap roh leluhur dalam religi suku bangsa Tionghoa sudah sangat tua, dan mungkin merupakan bentuk religi manusia yang tertua, yang kemudian terdesak kebelakang oleh keyakinan kepada mahluk-mahluk halus lain seperti dewa dewa alam, roh nenek moyang, hantu dan lain-lain. Penghormatan leluhur dilakukan pada tempat tempat tertentu yaitu dirumah abu, kelenteng, vihara dan dirumah tempat tinggal keluarga serta kuburan-kuburan.

2.1.1.2

Kepercayaan Kepercayaan dalam bahasa inggris dinamakan trust atau believe ini

merupakan suatu bentuk nyata dalam kehidupan dimana menjadi bagian yang paling berharga bagi kehidupan manusia. Sedangkan kepercayaan Tradisional adalah kepercayaan yang telah ada sejak dahulu dan menjadi

Universitas Sumatera Utara

bagian dari hidup mereka dan secara turun temurun masih dijalankan dari generasi ke generasi. Dalam kehidupan orang Tionghoa, ada tiga ajaran yang mereka anut yaitu Taoisme, Konfusianisme, dan Buddha. Ketiga ajaran ini sudah saling menyatu (sinkretisme) dan dikenal dengan nama San Jiao atau Sam Kauw (dialek Hokkian). Dalam kehidupannya, orang Tionghoa memang sangat toleran terhadap soal-soal agama. Setiap agama dianggap baik dan bermanfaat, begitu pula dengan ajaran Taoisme, Konfusianisme, dan Buddha yang mempunyai banyak kesamaan-kesamaan pandangan dan saling membutuhkan sehingga ketiga ajaran tersebut berpadu menjadi satu.

2.1.1.3

Masyarakat Tionghoa Masyarakat adalah suatu kesatuan manusia yang berinteraksi dan

bertingkah laku sesuai dengan adat istiadat tertentu yang bersifat kontiniu, dimana setiap anggota masyarakat terikat suatu rasa identitas bersama (Koentjaningrat, 1985:60). Masyarakat manusia juga merupakan sistem hubungan sosial (social relation system) yang utama. Hubungan ini ditentukan oleh kebudayaan manusia. Untuk mencapai persatuan dan integrasi melalui kebudayaan anggota masyarakat perlu belajar dan memperoleh warisan kebudayaan, termasuk apa yang diharapkan oleh mereka dalam suatu keadaan tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Tionghoa adalah adat istiadat yang dibuat sendiri oleh orang di Indonesia berasal dari kata zhinghuo dalam Mandarin. Zhonghua dalam dialek Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa. Suku bangsa Tionghoa di Indonesia merupakan keturunan dari leluhur mereka yang berimigrasi secara periodik dan bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu. Catatan-catatan literatur Tiongkok menyatakan bahwa kerajaan kerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Tiongkok. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang maupun manusia dari Tiongkok ke Nusantara dan sebaliknya.

2.1.2

Landasan Teori Teori merupakan yang alat terpenting dari suatu pengalaman. Tanpa

teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1973:10). Teori adalah landasan dasar keilmuan untuk menganalisis berbagai fenomena. Teori adalah rujukan utama dalam memecahkan masalah penelitian didalam ilmu pengetahuan. Sebagai pedomaan dalam menyelesaikan tulisan ini penulis menggunakan teori yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini. Adapun teori yang penulis pergunakan adalah seperti teori yang akan diuraikan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

2.1.2.1 Teori Fungsionalisme Untuk mengkaji fungsi sosiobudaya tradisi penghormatan leluhur dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa ini, peneliti menggunakan teori fungsionalisme yang ditawarkan oleh Malinowski. Teori fungsionalisme adalah salah satu teori yang dipergunakan dalam ilmu sosial, yang menekankan pada saling ketergantungan antara institusi-institusi (pranatapranata) dan kebiasaan-kebiasaan pada masyarakat tertentu. Analisis fungsi menjelaskan bagaimana susunan sosial didukung oleh fungsi-institusiinstitusi seperti: negara, agama, keluarga, aliran, dan pasar terwujud. Teori fungsionalisme dalam ilmu Antropologi mulai dikembangkan oleh seorang pakar yang sangat penting dalam sejarah teori antropologi, yaitu Bronislaw Malinowski (1884-1942). Ia lahir di Cracow, Polandia, sebagai putera keluarga bangsawan Polandia. Ayahnya adalah gurubesar dalam Ilmu Sastra Slavik. Jadi tidak mengherankan apabila Malinowski memproleh pendidikan yang kelak memberikannnya suatu karier akademik juga. Tahun1908 ia lulus Fakultas Ilmu Pasti dan Alam dari Universitas Cracow. Yang menarik, selama studinya ia gemar membaca buku mengenai folkor dan dongeng-dongeng rakyat, sehingga ia menjadi tertarik kepada ilmu psikologi. Ia kemudian belajar psikologi kepada Profesor W. Wundt, di Leipzig, Jerman (Koentjaraningrat, 1987:160).

Universitas Sumatera Utara

Ia kemudian mengembangkan suatu kerangka teori baru untuk menganalisis fungsi kebudayaan manusia, yang disebutnya dengan teori fungsionalisme kebudayaan, atau a functional theory of culture. Ia kemudian mengambil keputusan untuk menetap di Amerika Serikat, ketika ia menjadi guru besar Antropologi di University Yale tahun 1942. Sayang tahun itu ia juga meninggal dunia. Buku mengenai fungsional yang baru yang

telah

ditulisnya,

diredaksi

oleh

muridnya

H.

Crains

dan

menerbitkannya dua tahun selepas itu (Malinowski 1944). Selanjutnya Malinowski (T.O. Ihromi 2006), mengajukan sebuah orientasi teori yang dinamakan fungsionalisme, yang beranggapan atau berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat di mana unsur itu terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan yang bersangkutan. Menurut Malinowski, fungsi dari satu unsur budaya adalah kemampuannya untuk memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau beberapa kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari para warga suatu masyarakat. Kebutuhan pokok adalah seperti makanan, reproduksi (melahirkan keturunan), merasa enak badan (bodily comfort), keamanan,

Universitas Sumatera Utara

kesantaian, gerak dan pertumbuhan. Beberapa aspek dari kebudayaan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar itu. Dalam pemenuhan kebutuhan dasar itu, muncul kebutuhan jenis kedua (derived needs), kebutuhan sekunder yang harus juga dipenuhi oleh kebudayaan. Dari teori fungsionalisme yang dikemukakan oleh malinowski itu, penulis berasumsi bahwa tradisi penghormatan leluhur dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa pastilah berfungsi, kalau tidak kegiatan atau lembaga sosiobudaya ini pastilah mati atau menjelma dalam bentuk yang lainnya. Kegiatan sosiobudaya menghormati leluhur ini memainkan peran dalam konteks kesinambungan dan integrasi kebudayaan Tionghoa secara umum.

2.1.2.2 Teori Semiotik Dalam

membahas

makna-makna

yang

terkandung

dalam

penghormatan leluhur dan pada masyarakat etnik Tionghoa, secara lebih mendetail, penulis menggunakan teori semiotik yang dikemukakan oleh Roland Barthes. Semiotik berasal dari bahasa Yunani, yaitu semeion yang berarti

tanda.

Semiotik

adalah

model

penelitian

sastra

dengan

memperhatikan tanda-tanda. Tanda tersebut dianggap mewakili sesuatu objek secara representative. Istilah semiotik sering digunakan dengan bersama dengan istilah semiologi. Istilah pertama merujuk pada sebuah disiplin sedangkan istilah kedua merefer pada ilmu tentangnya. Baik

Universitas Sumatera Utara

semiotik atau semiologi sering digunakan bersama-sama, tergantung dimana istilah itu popular (Endaswara, 2008:64) Menurut Barthes dalam (Kusumarini, 2006), “denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti.” Barthes adalah penerus pemikiran Saussure tertarik pada cara kompleks

pembentukan

kalimat

dan

cara

bentuk-bentuk

kalimat

menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Berthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi

antara

teks

dengan

pengalaman

personal

dan

kultural

penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan order of signification, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman cultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure.

Universitas Sumatera Utara

Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu mitos yang menandai suatu masyarakat. Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk system sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki pertanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.

2.1.3

Tinjauan Pustaka Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat, sesudah

menyelidiki atau mempelajari (KBBI, 2003:912). Pustaka adalah kitabkitab; buku; buku primbon (KBBI,2003:912).

2.1.3.1 Penelitian Terdahulu Laya Pirevia Maengkom, skripsi (1987): Suatu Tradisi dalam Keluarga Cina. Skripsi ini menjelaskan tentang tata cara penghormatan leluhur pada Suatu keluarga Etnik Tionghoa yang merupakan unit sosial dasar dimana setiap anggotanya ikut ambil bagian dalam pemeliharaan religi tradisional tersebut. Dalam penghormatan leluhur ini penulisnya juga menguraikan bahwa tradisi ini bukan hanya merupakan suatu kepercayaan

Universitas Sumatera Utara

atau religi saja tetapi juga mempunyai fungsi sosial dan turut berperan dalam kehidupan keluarga. Dari uraian di atas, peneliti lebih mengarah pada aspek antropologi budaya. Dalam hal ini maksudnya penulis menekankan hasil pengamatan melalui ilmu-ilmu budaya, terutama pada pelaksanaan upacara dan peran penghormatan leluhur pada satu keluarga Tionghoa. Tedy Jusuf (2000) dalam tulisannya yang berjudul Sekilas Budaya Tionghoa Indonesia. Buku ini menjelaskan tentang budaya dan adat istiadat Tionghoa yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia. Isi buku ini merupakan sublimasi dari budaya berbagai subetnik Tionghoa, dan dicoba ditulis dalam kaidah-kaidah yang mungkin dapat disepakati. Selain itu buku ini dibuat untuk menginventarisasikan budaya Tionghoa Indonesia yang masih hidup dan masih terpelihara dalam masyarakat Tionghoa.

Universitas Sumatera Utara