Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu
..... akan menguji empat jenis kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, ...
BAB II LANDASAN TEORI
A. Sertifikasi Guru 1. Definisi Sertifikasi Guru Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikasi pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional (UU RI No 14 Tahun 2005 dalam Depdiknas, 2004). Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi
guru
adalah
proses
uji
kompetensi
yang
dirancang
untuk
mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik (UU RI No 14 Tahun 2005 dalam Depdiknas, 2004). Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah. Pelaksanaan sertifikasi bagi guru dalam jabatan ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidkan Nasional Nomor 18 Tahun 2007, yakni dilakukan dalam bentuk portofolio (Samani, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Sertifikasi guru merupakan kebijakan yang sangat strategis, karena langkah dan tujuan melakukan sertifikasi guru untuk meningkat kualitas guru, memiliki kompetensi, mengangkat harkat dan wibawa guru sehingga guru lebih dihargai dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia (Sanaky, 2004). Menurut Mulyasa (2007), Sertifikasi guru merupakan proses uji kompetensi bagi calon guru atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau meningkatkan
kompetensi
sesuai
profesi
yang
dipilihnya.
Representasi
pemenuhan standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam sertifikasi guru adalah sertifikat kompetensi pendidik. Sertifikat ini sebagai bukti pengakuan atas kompetensi guru atau calon guru yang memenuhi standar untuk melakukan pekerjaan profesi guru pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Dengan kata lain sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandnag sebagai bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. National Commision on Education Services (NCES) memberikan pengertian sertifikasi guru secara lebih umum. Sertifikasi guru merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang calon guru layak diberikan izin dan kewenangan untuk mengajar. Hal ini diperlukan karena lulusan lembaga pendidikan tenaga keguruan sangat bervariasi, baik di kalangan perguruan tinggi negeri maupun swasta (NCES dalam Mulyasa, 2007). Maka, dapat disimpulkan bahwa program sertifikasi guru adalah suatu program yang dilakukan oleh pemerintah dibawah kuasa Dinas Pendidikan Indonesia
Universitas Sumatera Utara
dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, yang dilaksanakan melalui LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah dengan pemberian sertifikat kepada guru yang telah berhasil mengikuti program tersebut.
2. Prinsip Sertifikasi Guru Menurut Jalal (2007), prinsip sertifikasi guru adalah sebagai berikut: a. Dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel. Objektif yaitu mengacu kepada proses perolehan sertifikat pendidik yang impartial, tidak diskriminatif, dan memenuhi standar pendidikan nasional. Transparan yaitu mengacu kepada proses sertifikasi yang memberikan peluang kepada para pemangku kepentingan pendidikan untuk memperoleh akses informasi tentang proses dan hasil sertifikasi. Akuntabel merupakan proses sertifikasi yang dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan pendidikan secara administratif, finansial, dan akademik. b. Berujung pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui peningkatan guru dan kesejahteraan guru. Sertifikasi guru merupakan upaya Pemerintah dalam meningkatkan mutu guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru. Guru yang telah lulus uji sertifikasi guru akan diberi tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok sebagai bentuk upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru. Tunjangan tersebut berlaku, baik bagi guru yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) maupun bagi guru yang berstatus non-pegawai negeri sipil (non PNS/swasta). Dengan peningkatan mutu dan kesejahteraan guru maka
Universitas Sumatera Utara
diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. c. Dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan. Program sertifikasi pendidik dilaksanakan dalam rangka memenuhi amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. d. Dilaksanakan secara terencana dan sistematis. Agar pelaksanaan program sertifikasi dapat berjalan dengan efektif dan efesien harus direncanakan secara matang dan sistematis. Sertifikasi mengacu pada kompetensi guru dan standar kompetensi guru. Kompetensi guru mencakup empat kompetensi pokok yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional, sedangkan standar kompetensi guru mencakup kompetensi inti guru yang kemudian dikembangkan menjadi kompetensi guru TK/RA, guru kelas SD/MI, dan guru mata pelajaran. Untuk memberikan sertifikat pendidik kepada guru, perlu dilakukan uji kompetensi melalui penilaian portofolio. e. Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah. Untuk alasan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan sertifikasi guru serta penjaminan kualitas hasil sertifikasi, jumlah peserta pendidikan profesi dan uji kompetensi setiap tahunnya ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan jumlah yang ditetapkan pemerintah tersebut, maka disusunlah kuota guru peserta
Universitas Sumatera Utara
sertifikasi untuk masing-masing Provinsi dan Kabupaten/Kota. Penyusunan dan penetapan kuota tersebut didasarkan atas jumlah data individu guru per Kabupaten/ Kota yang masuk di pusat data Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
3. Dasar Hukum Pelaksanaan Program Sertifikasi Guru Sertifikasi
bagi
guru
dalam
jabatan
sebagai
upaya
meningkatkan
profesionalisme guru dan meningkatkan mutu layanan dan hasil pendidikan di Indonesia, diselenggarakan berdasarkan landasan hukum sebagai berikut (Samani, 2007): a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. b. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2005 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik. e. Fatwa/Pendapat Hukum Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor I.UM.01.02-253. f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.
Universitas Sumatera Utara
4. Tujuan Sertifikasi Guru Menurut Jalal (2007), sertifikasi guru memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional 2. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan 3. Meningkatkan martabat guru 4. Meningkatkan profesionalitas guru
5. Manfaat Sertifikasi Guru Menurut Fajar (2006), manfaat uji sertifikasi guru adalah sebagai berikut: 1. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri. 2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional yang akan dapat menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia di negeri ini. 3. Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK yang bertugas mempersiapkan calon guru dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan. 4. Menjaga lembaga penyelenggaran pendidikan dari keinginan internal dan tekanan eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
5. Memperoleh tunjangan profesi bagi guru yang lulus ujian sertifikasi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan guru.
6. Jenis-jenis Pelaksanaan Program Sertifikasi Guru Dalam pelaksanaannya, sertifikasi guru terbagi dalam 2 (dua) jenis, diantaranya sebagai berikut (Dasuki dkk, 2008): a. Sertifikasi bagi guru prajabatan dilakukan melalui pendidikan profesi di LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah diakhiri dengan uji kompetensi. b. Sertifikasi guru dalam jabatan dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007, yakni dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio.
7. Jalur Sertifikasi Guru dalam Jabatan Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilakukan melalui dua jalur (Dasuki, 2008): a. Penilaian portofolio (Permendiknas no. 18 tahun 2007) b. Jalur pendidikan (Permendiknas no. 40 tahun 2007)
A. Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Melalui Penilaian Portofolio Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 18 Tahun 2007 menyatakan bahwa sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Uji kompetensi tersebut dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio, yang merupakan pengakuan atas
Universitas Sumatera Utara
pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru (Samani, 2007). Sertifikasi guru dalam jabatan melalui penilaian portofolio adalah proses pemberian sertifikat pendidik bagi guru dalam jabatan melalui penilaian dokumen prestasi yang telah dimiliki guru selama mengajar (berdasarkan Permendiknas Nomor 18 tahun 2007). Penilaian portofolio tersebut diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Keputusan Mendiknas Nomor 057/O/2007. Portofolio guru adalah kumpulan dokumen yang menggambarkan pengalaman berkarya/prestasi dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu. Penilaian portofolio guru adalah penilaian kumpulan dokumen yang mencerminkan rekam jejak prestasi guru dalam menjalankan tugasnya sebagai agen, sebagai dasar pertimbangan pengakuan tingkat profesionalitas guru yang bersangkutan. Komponen portofolio (sesuai Permendiknas no. 18 tahun 2007): 1. Komponen kualifikasi akademik Kualifikasi akademik adalah ijazah pendidikan tinggi yang dimiliki oleh guru pada saat yang bersangkutan mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar (S1, S2, atau S3) maupun nongelar (D-IV), baik di dalam maupun di luar negeri. 2. Komponen pendidikan dan pelatihan Pendidikan dan Pelatihan adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh guru dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan
Universitas Sumatera Utara
kompetensi selama melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. 3. Komponen pengalaman mengajar Pengalaman mengajar adalah masa kerja sebagai guru pada jenjang, jenis, dan satuan pendidikan formal tertentu. 4. Komponen perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran Perencanaan pembelajaran adalah persiapan pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk satu topik atau kompetensi tertentu. Perencanaan pembelajaran sekurang-kurangnya memuat perumusan tujuan/kompetensi, pemilihan
dan
pengorganisasian
materi,
pemilihan
sumber/media
pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian proses dan hasil belajar. 5. Komponen penilaian dari atasan dan pengawas Penilaian dari atasan dan pengawas adalah penilaian atasan terhadap kompetensi kepribadian dan sosial. 6. Komponen prestasi akademik Prestasi akademik adalah prestasi yang dicapai guru dalam pelaksanaan tugasnya sebagai agen pembelajaran yang mendapat pengakuan dari lembaga/panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Komponen ini meliputi lomba dan karya akademik (juara lomba atau penemuan karya monumental di bidang pendidikan atau nonkependidikan), sertifikat keahlian/keterampilan tertentu, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
7. Komponen karya pengembangan profesi Karya pengembangan profesi adalah hasil karya guru yang menunjukkan adanya upaya pengembangan profesi, misalnya guru ikut serta dalam pembuatan soal Ujian Nasional (UN). 8. Komponen keikutsertaan dalam forum ilmiah Keikutsertaan dalam forum ilmiah adalah partisipasi guru dalam forum ilmiah pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, atau internasional, baik sebagai nara sumber/pemakalah maupun sebagai peserta. 9. Komponen pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial adalah keikutsertaan guru menjadi pengurus organisasi kependidikan atau organisasi sosial pada tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, propinsi, nasional, atau internasional, dan/atau mendapat tugas tambahan. 10. Komponen penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan adalah penghargaan yang diperoleh guru atas dedikasinya dalam pelaksanaan tugas sebagai agen pembelajaran dan memenuhi kriteria kuantitatif (lama waktu, hasil, lokasi/geografis), dan kualitatif (komitmen, etos kerja), baik pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional.
Alur Sertifikasi Guru dalam Jabatan melalui Penilaian Portofolio Alur sertifikasi guru dalam jabatan melalui penilaian portofolio adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Guru dalam jabatan peserta sertifikasi, menyusun dokumen portofolio dengan mengacu Pedoman Penyusunan Portofolio. 2. Dokumen portofolio yang telah disusun kemudian diserahkan kepada Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota
untuk
diteruskan
kepada
Rayon
LPTK
Penyelenggara sertifikasi untuk dinilai. 3. LPTK Penyelenggara Sertifikasi terdiri atas LPTK Induk dan LPTK Mitra. 4. Apabila hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi dapat mencapai angka minimal kelulusan, maka dinyatakan lulus dan memperoleh sertifikat pendidik. 5. Apabila skor hasil penilaian portofolio telah mencapai batas kelulusan, namun secara administrasi masih ada kekurangan maka peserta harus melengkapi kekurangan tersebut (melengkapi administrasi). Misalnya ijazah belum dilegalisasir, pernyataan peserta pada portofolio sudah ditandatangani tanpa dibubuhi materai, dan sebagainya. 6. Apabila hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi belum mencapai angka minimal kelulusan, maka Rayon LPTK menetapkan alternatif sebagai berikut: a. Melakukan kegiatan yang berkaitan dengan profesi pendidik untuk melengkapi kekurangan portofolio bagi peserta yang memperoleh skor 841 s/d 849. b. Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (Diklat Profesi Guru atau DPG) yang diakhiri dengan uji kompetensi. Materi DPG mencakup 4 (empat) kompetensi yaitu kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial. Peserta yang lulus uji kompetensi akan memperoleh Sertifikat Pendidik.
Universitas Sumatera Utara
7. Pelaksanaan DPG diatur oleh LPTK penyelenggara dengan memperhatikan skor hasil penilaian portofolio dan rambu-rambu yang ditetapkan oleh Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG). a. Peserta DPG yang lulus uji kompetensi, akan memperoleh sertifikat pendidik. b. Peserta yang tidak lulus diberi kesempatan mengikuti ujian ulang sebanyak dua kali, dengan tenggang waktu sekurang-kurangnya dua minggu. Apabila tidak lulus peserta diserahkan kembali ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
B. Sertifikasi Guru dalam Jabatan melalui Jalur Pendidikan Sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur pendidikan adalah proses pemberian sertifikat pendidik bagi guru dalam jabatan melalui pendidikan selamalamanya 2 semester (Permendiknas Nomor 40 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan melalui Jalur Pendidikan). Pendidikan tersebut diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah (Keputusan Mendiknas Nomor 122/P/2007 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru Dalam Jabatan melalui Jalur Pendidikan). Sertifikasi melalui jalur pendidikan diorientasikan bagi guru yunior yang berprestasi dan mengajar pada pendidikan dasar (SD dan SMP). Alur Sertifikasi Guru dalam Jabatan melalui Jalur Pendidikan Alur sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur pendidikan adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Guru yang memenuhi syarat untuk mengikuti sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur pendidikan mendaftar ke dinas pendidikan kabupaten/kota dengan melengkapi berkas. 2. Dinas pendidikan kabupaten/kota melakukan seleksi administratif kepada calon peserta, sesuai dengan rambu rambu yang telah ditetapkan. Masingmasing dinas pendidikan kabupaten/kota mengusulkan 2 (dua) orang guru SMP per bidang studi dan 2 (dua) orang guru SD. 3. Rekap usulan calon peserta sertifikasi melalui jalur pendidikan beserta dokumen kelengkapannya di kirimkan ke Ditjen Dikti. 4. LPTK penyelenggara sertifikasi melalui jalur pendidikan bersama dengan Ditjen Dikti melakukan seleksi akademik untuk menetapkan calon peserta. Ditjen Dikti menetapkan alokasi jumlah peserta pada masing-masing LPTK yang ditunjuk. 5. Peserta yang lolos seleksi akademik mengikuti Penelusuran Kemampuan Awal (PKA) untuk menentukan jumlah SKS yang wajib diambil selama mengikuti sertifikasi guru melalui jalur pendidikan. 6. Peserta mengikuti pendidikan maksimal 2 semester dan wajib lulus semua mata kuliah, sebagai syarat untuk mengikuti uji kompetensi. Peserta yang belum lulus ujian mata kuliah diberi kesempatan mengikuti pemantapan dan ujian ulang sampai 2 kali. Peserta yang tidak lulus dikembalikan ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk mendapatkan pembinaan. 7. Peserta uji kompetensi yang tidak lulus diberi kesempatan untuk mengikuti remidi di LPTK. Kesempatan remidi diberikan dua kali. Bila peserta gagal uji
Universitas Sumatera Utara
kompetensi yang ke-3, maka peserta dikembalikan ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk mendapatkan pembinaan.
8. Aspek-aspek yang Diujikan pada Sertifikasi Guru Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal 8 pasal 13 (dalam Komara, 2007) bahwa dalam sertifikasi guru akan mengujikan beberapa aspek, diantaranya kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Menurut McAshan (dalam Komara, 2007), kompetensi itu adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Selanjutnya dijelaskan oleh Mulyasa (2007) bahwa Program Sertifikasi Guru akan menguji empat jenis kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. a. Kompetensi Pedagogik Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Universitas Sumatera Utara
Ditambahkan Sanaky (2007), aspek pada kompetensi ini berkaitan dengan aktualisasi diri dan menekuni profesi, jujur, beriman, bermoral, peka, luwes, humanis, berwawasan luas, berpikir kreatif, kritis, refletif, mau belajar sepanjang hayat. b. Kompetensi Kepribadian Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b dikemukakan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. c. Kompetensi Profesional Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Ditambahkan Sanaky (2007), aspek pada kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan mengajar, meliputi kemampuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran, kemampuan dalam menganalisis, penyusunan program perbaikan dan pengayaan, kemampuan dalam membimbing dan konseling. Kemampuan dalam bidang keilmuan, terkait dengan keluasan dan kedalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan ditransformasikan kepada peserta didik, pemahaman terhadap wawasan pendidikan, dan kemampuan memahami kebijakan-kebijakan pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
d. Kompetensi Sosial Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
9. Pentingnya Uji Kompetensi dalam Sertifikasi Guru Dalam standar sertifikasi guru, uji kompetensi baik secara teoritis maupun praktis memiliki manfaat yang sangat penting, terutama dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas guru. Pentingnya uji kompetensi dalam sertifikasi guru antara lain dapat dikemukakan berikut ini (Mulyasa, 2007): a. Sebagai alat untuk mengembangkan standar kompetensi guru Uji kompetensi guru dapat digunakan untuk mengembangkan standar kompetensi guru. Berdasarkan hasil uji dapat diketahui kemampuan rata-rata para guru, aspek mana yang perlu ditingkatkan, dan siapa guru yang perlu mendapat pembinaan secara kontinyu, serta siapa guru yang telah mencapai standar kemampuan minimal. b. Merupakan alat seleksi penerimaan guru Melalui uji kompetensi, diharapkan dapat terjaring guru-guru yang kompeten, kreatif, profesional, inovatif, dan menyenangkan, sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolahnya. Dengan uji kompetensi yang digunakan sebagai alat seleksi, penerimaan guru baru dapat dilakukan
Universitas Sumatera Utara
secara profesional, tidak didasarkan atas suka-tidak suka, atau alasan subjektif lain, yang bermuara pada korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), tetapi berdasarkan standar kompetensi yang objektif, dan berlaku secara umum untuk semua calon guru. c. Untuk pengelompokkan guru Hasil uji kompetensi guru dapat digunakan untuk mengelompokkan dan menentukan mana guru profesional yang berhak menerima tunjangan profesional, tunjangan jabatanm dan penghargaan profesi serta guru yang tidak profesional yang tidak berhak menerimanya. Dalam hal ini, guru-guru dapat dikelompokkan berdasarkan hasil uji kompetensi, misalnya kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok kurang. d. Sebagai bahan acuan dalam pengembangan kurikulum Secara khusus keberhasilan lembaga pendidikan dalam mempersiapkan calon guru ditentukan oleh berbagai komponen dalam lembaga tersebut, antara lain Kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum lembaga pendidikan yang mempersiapkan calon guru harus dikembangkan berdasarkan kompetensi guru. e. Merupakan alat pembinaan guru Dengan adanya syarat yang menjadi kriteria calon guru, maka akan terdapat pedoman bagi para administrator dalam memilih, menseleksi, dan menempatkan guru sesuai dengan karkateristik dan kondisi, serta jenjang sekolah.
Universitas Sumatera Utara
f. Mendorong kegiatan dan hasil belajar Kegiatan pembelajaran, dan hasil belajar peserta didik tidak saja ditentukan oleh manajemen sekolah, kurikulum, sarana dan prasarana pembelajaran, tetapi sebagian besar ditentukan oleh guru. Oleh karena itu, uji kompetensi guru akan mendorong terciptanya kegiatan dan hasil belajar yang optimal,
karena
menyesuaikan
guru
yang
kompetensinya
teruji dengan
kompetensinya perkembangan
akan
senantiasa
kebutuhan
dan
pembelajaran.
10. Penetapan Peserta Sertifikasi Guru Mengacu pada Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007, persyaratan utama peserta sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah guru yang telah memiliki kualifikasi akademik Sarjana (S1) atau Diploma Empat (D-IV) (Samani, 2007). A. Peserta Sertifikasi Guru Melalui Penilaian Portofolio 1. Persyaratan Peserta Persyaratan dan prioritas penentuan calon peserta sertifikasi guru baik untuk guru PNS maupun bukan PNS berlaku sama, kecuali pangkat dan golongan. Persyaratan peserta sertifikasi guru melalui penilaian portofolio sebagai berikut (Dasuki, 2008): 1. Memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana (S1) atau diploma empat (DIV) dari program studi yang terakreditasi. 2. Mengajar di sekolah umum di bawah binaan Departemen Pendidikan Nasional.
Universitas Sumatera Utara
3. Guru PNS yang mengajar pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah atau guru yang diperbantukan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat. 4. Guru bukan PNS yang berstatus guru tetap yayasan (GTY) atau guru yang diangkat oleh Pemerintah Daerah (Pemda) yang mengajar pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemda. 5. Memiliki masa kerja sebagai guru minimal 5 tahun pada satu sekolah atau sekolah yang berbeda dalam yayasan yang sama 6. Memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK). 2. Penetapan Peserta Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan peserta diantaranya: a. Penetapan peserta untuk jenis dan jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMA, dan SMK dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. b. Penetapan peserta untuk satuan pendidikan SLB dilakukan oleh dinas pendidikan provinsi. c. Guru yang diranking hanya guru yang memenuhi persyaratan yaitu memiliki ijazah S1/D4 dan NUPTK. d. Penetapan peserta dilakukan secara terbuka dan transparan dengan melibatkan beberapa unsur terkait yaitu perwakilan dari kepala sekolah, guru, pengawas, PGRI, dan asosiasi profesi guru lainnya. e. Mengikuti prosedur yang telah ditetapkan yaitu meranking guru calon peserta berdasarkan urutan kriteria penetapan peserta.
Universitas Sumatera Utara
f. Menggunakan data individu guru pada masing-masing wilayah yang telah diverifikasi. g. Tidak memberikan kuota ke sekolah-sekolah. h. Hasil penetapan peserta diumumkan secara terbuka melalui pertemuan dengan kepala
sekolah,
media
masa,
pengumuman
di
dinas
pendidikan
kabupaten/kota, dan media lain. 3. Urutan Prioritas Penetapan Peserta Penentuan guru calon peserta sertifikasi guru dalam jabatan menggunakan sistem ranking bukan berdasarkan seleksi atau tes. Penyusunan ranking calon peserta sertifikasi secara berurutan adalah: masa kerja sebagai guru, usia, pangkat/golongan (bagi PNS), beban mengajar, jabatan/tugas tambahan, dan prestasi kerja. Urutan prioritas penetapan peserta dijelaskan sebagai berikut (Dasuki, 2008): a. Masa kerja sebagai guru Masa kerja dihitung sejak yang bersangkutan bekerja sebagai guru baik sebagai PNS maupun bukan PNS. b. Usia Usia dihitung berdasarkan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran yang tercantum dalam akta kelahiran atau bukti lain yang sah. c. Pangkat/Golongan Pangkat/golongan adalah pangkat/golongan terakhir yang dimiliki guru saat dicalonkan sebagai peserta sertifikasi. Kriteria ini khusus untuk guru PNS.
Universitas Sumatera Utara
d. Beban mengajar Beban mengajar adalah jumlah jam mengajar per minggu yang diemban oleh guru saat didaftarkan sebagai peserta sertifikasi guru. e. Tugas tambahan Tugas tambahan adalah jabatan atau tugas yang diemban oleh guru pada saat guru yang bersangkutan diusulkan sebagai calon peserta sertifikasi. Tugas tambahan yang dimaksud misalnya kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua program/jurusan, kepala laboratorium, kepala bengkel, kepala unit produksi satuan pendidikan, kepala perpustakaan sekolah, atau ketua program keahlian. f. Prestasi kerja Prestasi kerja yang dimaksudkan adalah prestasi akademik dan atau non akademik yang pernah diraih guru atau pembimbingan yang dilakukan guru dan mendapatkan penghargaan baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Di samping itu, prestasi kerja termasuk kinerja guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari. B. Peserta Sertifikasi Guru Melalui Jalur Pendidikan 1. Persyaratan Peserta Persyaratan peserta sertifikasi melalui jalur pendidikan adalah sebagai berikut (Dasuki, 2008): 1. Memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana (S1) atau diploma empat (DIV) dari program studi yang terakreditasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Mengajar di sekolah umum di bawah binaan Departemen Pendidikan Nasional. 3. Guru PNS yang mengajar pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah atau guru yang diperbantukan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat. 4. Guru bukan PNS, yaitu guru tetap yayasan (GTY) atau guru yang mengajar pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah. 5. Memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK). 6. Guru SD yang meliputi guru kelas dan guru Pendidikan Jasmani. Guru kelas diutamakan yang memiliki latar belakang pendidikan S1 PGSD atau S1 kependidikan lainnya, sedangkan guru Pendidikan Jasmani diutamakan yang memiliki latar belakang S1 keolahragaan. 7. Guru SMP (bidang studi PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Kesenian, Pendidikan Jasmani, dan guru bimbingan konseling) diutamakan yang mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikannya. 8. Memiliki masa kerja sebagai guru minimal 5 tahun dengan usia maksimal 40 tahun pada saat mendaftar. 9. Memiliki prestasi akademik/non akademik dan karya pengembangan profesi di tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun organisasi/lembaga. 10. Bersedia mengikuti pendidikan selama 2 semester dan meninggalkan tugas mengajar.
Universitas Sumatera Utara
11. Disetujui oleh dinas pendidikan kabupaten/kota dengan pertimbangan proses pembelajaran di sekolah tidak terganggu. 2. Penetapan Peserta Penetapan peserta sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur pendidikan dilakukan dengan proses yang berjenjang yaitu dimulai dari seleksi tingkat kabupaten oleh dinas pendidikan kabupaten/kota, dan seleksi di tingkat Pusat oleh Direktorat Ketenagaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dasuki, 2008). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan peserta diantaranya (Dasuki, 2008): a. Kelengkapan dokumen peserta b. Calon peserta sertifikasi guru melalui jalur pendidikan tidak terdaftar sebagai peserta sertifikasi melalui jalur penilaian portofolio. 3. Kriteria Penetapan Peserta Penetapan peserta sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur pendidikan dilakukan melalui seleksi administrasi oleh dinas pendidikan kabupaten/kota dan seleksi akademik oleh LPTK. Seleksi administrasi menggunakan kriteria seleksi sebagai berikut: a. Prestasi akademik adalah prestasi yang dicapai guru dalam pelaksanaan tugasnya sebagai agen pembelajaran yang mendapat pengakuan dari lembaga/panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Misalnya mengikuti lomba dan karya akademik, pembimbingan siswa kegiatan ekstrakurikuler (pramuka, drumband, mading, karya ilmiah remaja-KIR, dan lain-lain).
Universitas Sumatera Utara
b. Karya pengembangan profesi adalah hasil karya guru yang menunjukkan adanya upaya pengembangan profesi. Misalnya menulis buku yang dipublikasikan pada tingkat kabupaten/kota, membuat artikel yang dimuat dalam media cetak, dan sebagainya.
B. Sikap 1. Definisi Sikap Pratkanis & Greenwald (dalam Deaux, Dane, & Wrightsman, 1993) mendefenisikan sikap sebagai suatu evaluasi terhadap objek dimana individu memiliki pengetahuan yang memadai akan objek tersebut. Ditambahkan lagi oleh Baron & Byrne (2004) bahwa evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka terhadap isu, ide, orang, kelompok sosial, dan objek lainnya. Berkowitz (dalam Azwar, 2003) menyatakan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu. Sikap merupakan ekspresi bagaimana seseorang suka atau tidak suka terhadap beberapa hal, atau diekspresikan melalui bentuk pro-anti, favorit-non favorit, dan positifnegatif. Ekspresi tersebut mewakili evaluasi terhadap keanekaragaman dari objek sikap. Sikap itu didasari oleh informasi yang didapat. Jadi sikap itu akan terbuka terhadap informasi yang datang dan informasi ini dapat mempengaruhi sikap terhadap objek.
Universitas Sumatera Utara
Sikap juga dapat diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu. Kecenderungan untuk melakukan atau meninggalkan, hal ini tergantung kepada kesesuaian oleh seseorang dengan objek yang disikapi tersebut (Tim Penyusun, Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan UNIMED). Zana dan Rempel (dalam Azwar, 2003) menyatakan bahwa sikap merupakan respon evaluatif terhadap pengalaman kognisi, reaksi afeksi, kehendak, dan perilaku berikutnya. Menurut para ahli, dalam memahami sikap harus diperhatikan tentang ambivalensi sikap. Istilah ini mengacu pada kenyataan bahwa evaluasi manusia terhadap objek, isu, orang, atau peristiwa tidak selalu secara seragam positif atau negatif; sebaliknya, evaluasi itu sering terdiri dari dua reaksi baik positif maupun negatif (Baron & Byrne, 2004). Hogg dan Vaughan (2000)
menyatakan bahwa mengukur sikap adalah
pekerjaan yang tidak mudah, karena sikap tidak dapat diobservasi secara langsung. Cara yang paling umum dilakukan untuk mengetahui sikap adalah bertanya langsung pada orang tersebut. Sikap diukur dengan pertanyaan yang meminta seseorang membuat evaluasi positif atau negatif pada objek tertentu. Ada 4 (empat) teknik pengukuran sikap, yaitu: skala Thurstone (skala interval tampak setara), skala Likert (skala rating yang dijumlahkan), skala Guttman, dan skala Osgood (skala diferensi semantik). Pernyataan sikap (attitude expression) merupakan rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap dapat berisi kalimat-kalimat yang bersifat mendukung atau memihak dan
Universitas Sumatera Utara
juga bersifat yang tidak mendukung atau tidak memihak. Pernyatan sikap dapat diperoleh dari suatu skala sikap yang merupakan indikator sikap paling dapat diandalkan. Namun tidak berarti bahwa skala-skala itu selalu dapat dipercaya sepenuhnya dan tepat mencerminkan sikap yang sesungguhnya. Hal itu disebabkan adanya berbagai faktor yang menghambat penerjemahan sikap individu yang sebenarnya kedalam pernyataan-pernyataan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang maknanya terbatas (Azwar, 2003). Dapat disimpulkan bahwa sikap adalah evaluasi terhadap suatu objek. Evaluasinya bisa positif atau negatif, dan juga bisa tercampur antara positif dan negatif. Dalam penelitian ini sikap guru terhadap program sertifikasi guru, yaitu ekspresi positif atau negatif yang ditampilkan guru terhadap program sertifikasi guru.
2. Komponen Sikap Krech, Cruthchfield, dan Ballachey (dalam Sobur, 2003) merumuskan bahwa sikap memiliki 3 (tiga) komponen. Yaitu, komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Komponen kognitif adalah kepercayaan (belief) seseorang terhadap objek sikap. Belief bergantung pada sistem sikap, yang merupakan evaluative belief mencakup ciri-ciri menyenangkan atau tidak menyenangkan, menguntungkan atau tidak menguntungkan, berkualitas baik atau buruk, dan belief tentang cara merespons yang sesuai dan tidak sesuai terhadap objek. Komponen afektif menunjuk pada emosionalitas terhadap objek. Objek dirasakan sebagai sesuatu yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, disukai atau tidak disukai.
Universitas Sumatera Utara
Dan komponen konatif adalah kecenderungan tindakan seseorang, baik positif maupun negatif, terhadap objek sikap. Selanjutnya Mann (dalam Azwar, 2003), menyatakan sikap terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu: 1. Komponen Kognitif Komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. Azwar (2003) menyatakan kepercayaan terhadap sesuatu datang dari apa yang telah dilihat atau dari yang telah diketahui. Berdasarkan hal ini kemudian terbentuk ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan terbentuk akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu.Tentu saja kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selamanya akurat. Kadangkadang kepercayaan itu terbentuk justru karena kurang atau tiadanya informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi. 2. Komponen Afektif Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin mengubah sikap seseorang. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang
Universitas Sumatera Utara
dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap. Azwar (2003) menyatakan bahwa reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang dipercayai sebagai benar dan berlaku bagi objek termaksud. 3. Komponen Konatif Komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Menurut Azwar (2003) komponen konatif menunjukkan bagaimana cara berperilaku sesuai dengan objek sikap yang dihadapi. Asumsinya adalah bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual Azwar (2003) menyatakan bahwa ketiga komponen diatas adalah selaras dan konsisten. Konsistensi antara kepercayaan (kognitif), perasaan (afektif), dan tendensi perilaku (konatif) menjadi landasan dalam usaha penyimpulan sikap yang dicerminkan oleh jawaban terhadap skala sikap. Apabila salah satu diantara ketiga komponen tersebut tidak konsisten dengan yang lain, maka akan terjadi mekanisme perubahan sikap. Komponen tambahan dalam sikap adalah cognitive complexity (kompleksitas kognitif), berarti bahwa dalam objek sikap manusia memiliki pikiran dan keyakinan yang beragam. Tidak semuanya benar, dan bisa saja saling bertolak belakang (Taylor, Peplau, dan Sears, 2000). Ahli lain mengemukakan tentang
Universitas Sumatera Utara
komponen tambahan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dan tingkah laku. Sikap mempermudah akses terhadap informasi yang relevan dan menghubungkan semua informasi yang terdapat dalam ingatan (Judd, Drake, Downing, dan Krosnick dalam Taylor, Peplau dan Sears, 2000). Komponen lain adalah bahwa sikap mempermudah seseorang membuat keputusan dengan cepat, karena sikap mengandung informasi yang dibutuhkan dalam membuat pilihan (Sanbonmatsu dan Fazio dalam Taylor, Peplau dan Sears,2000). Dijelaskan oleh Crites, Fabrigar, dan Petty (dalam Taylor, Peplau dan Sears, 2000), komponen afektif berisi semua perasaan manusia dan mempengaruhi evaluasi positif atau negatif terhadap suatu objek. Komponen konatif terdiri dari bagaimana seseorang cenderung bertindak terhadap suatu objek. Komponen kognitif terdiri dari pikiran seseorang tentang objek sikap, termasuk fakta pengetahuan dan keyakinan. 3 (tiga) komponen ini tidak selalu berkaitan satu sama lain dan, penting untuk selalu mempertimbangkan ketiganya.
3. Faktor-faktor Pembentukan Sikap Hudaniah (2003) menyatakan bahwa pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis. Faktor pengalaman besar peranannya dalam pembentukan sikap. Deaux, Dane dan Wrightsman (1993) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu: 1. Pengalaman langsung dengan objek sikap.
Universitas Sumatera Utara
Hal yang langsung berpengaruh terhadap sikap adalah nilai tentang objek yang diperoleh secara langsung. Middlebrook (Azwar, 2003) menyatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Hogg dan Vaughan (2000) mengatakan bahwa pengalaman langsung dengan objek sikap harus meninggalkan kesan yang kuat agar dapat menjadi dasar pembentukan sikap. Selanjutnya Azwar (2003) menyatakan bahwa agar pengalaman langsung dengan objek sikap meninggalkan kesan yang kuat, maka pengalaman tersebut terjadi dengan melibatkan faktor emosional. 2. Orangtua dan teman sebaya Orang lain disekitar individu merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap. Seseorang yang dianggap penting (significant others) adalah seseorang yang diharapkan persetujuannya atas tingkah laku dan pendapat individu. Diantara yang dianggap penting adalah orangtua dan teman sebaya. Orangtua adalah sumber sikap yang terdekat dan paling nyata bagi seseorang. Demikian juga dengan teman sebaya yang memberikan pengaruh besar terhadap sikap. 3. Pengaruh media Oskamp dkk (dalam Deaux, Dane dan Wrightsman, 1993) menyatakan bahwa media, khususnya televisi, merupakan sumber kekuatan dari sikap.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian oleh Taras (dalam Deaux, Dane dan Wrightsman, 1993) telah membuktikan bahwa media mempengaruhi sikap dan penguatan yang diperoleh individu. Misalnya seorang anak yang meminta jenis makanan tertentu karena frekuensi makanan tersebut muncul ditelevisi tinggi. Azwar (2003) menyatakan adanya informasi baru megenai sesutau hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
4. Perubahan Sikap Pada dasarnya sikap itu relatif tetap, tetapi dapat berubah. Perubahan sikap dipengaruhi oleh (a) Sistem sikap (b) kepribadian dan (c) afiliasi individu dalam kelompok (Krech, Couthfield, & ballachey dalam Mujiyati, 2004). Menurut Walgito (dalam Hudaniah, 2003) bahwa perubahan sikap ditentukan oleh dua faktor, yaitu: a. Faktor internal (individu itu sendiri), yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak. b. Faktor eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang merupakan stimulus untuk mengubah sikap.
Universitas Sumatera Utara
C. Guru 1. Definisi Guru Djamarah (2000) mengungkapkan, guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru merupakan figur manusia sebagai sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat Indonesia merupakan orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak harus di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid, di rumah, dan sebagainya. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991 (dalam Syah, 1995), guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Guru yaitu orang-orang yang berkewajiban atau bertugas mengajar termasuk metode, model, strategi dan lain-lain yang berhubungan dengan aktivitas penyajian materi pelajaran (Syah, 1995). Guru merupakan profesi, yaitu pekerjaan yang menuntut keahlian. Artinya, pekerjaan sebagai guru tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan. Kegiatan pendidikan dan pembelajaran di sekolah terhadap peserta didik tidak bisa dilakukan sembarang orang, karena untuk melakukan tersebut dituntut keahlian atau kompetensi sebagai guru. Guru adalah orang yang profesional, artinya secara formal mereka disiapkan oleh lembaga atau institusi
Universitas Sumatera Utara
pendidikan yang berwenang. Mereka dididik secara khusus memperoleh kompetensi sebagai guru, yaitu meliputi pengetahuan, keterampilan, kepribadian, serta pengalaman dalam bidang pendidikan (Wibowo, 2004). Maka, guru dapat kita definisikan sebagai suatu profesi yang memiliki tugas atau pekerjaan mengajar, dengan memberikan ilmu pengetahuan kepada individu lain, yang dalam hal ini dinamakan sebagai anak didik.
2. Persyaratan Guru Menjadi guru menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat dkk (dalam Djamarah, 2000) tidaklah sembarangan, tetapi harus memenuhi persyaratan seperti di bawah ini: a. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Guru merupakan teladan bagi anak didiknya, sejauhmana seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia. b. Berilmu Guru harus mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan mengajar. c. Sehat jasmani dan rohani d. Berkelakuan baik Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru harus menjadi teladan, karena ank-anak bersifat suka meniru.
Universitas Sumatera Utara
3. Tanggungjawab Guru Guru adalah orang yang bertanggungjawab mencerdaskan kehidupan anak didik. Membimbing dan membina anak didik agar di masa mendatang menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa (Djamarah, 2000). Wens Tanlain dkk (dalam Djamarah, 2000) mengatakan bahwa guru yang bertanggungjawab harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut: a. Menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan. b. Memikul tugas mendidik dengan bebas, berani, gembira. c. Sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta akibat-akibat yang akan timbul. d. Menghargai orang lain, termasuk anak didik. e. Bijaksana dan baik hati. f. Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Peranan Guru Djamarah (2000) menyatakan ada 13 peranan yang harus dijalani oleh seorang guru, diantaranya yaitu korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator, supervisor, dan evaluator. Sementara menurut Mulyasa (2007) merangkum peranan guru menjadi 4 peranan penting, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Guru sebagai fasilitator; Seorang guru bertugas untuk memberikan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana
Universitas Sumatera Utara
yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. 2. Guru sebagai motivator; Guru dituntut untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik. 3. Guru sebagai pemacu; Guru harus mampu melipatgandakan potensi peserta didik, dan mengembangkannya sesuai dengan aspirasi dan cita-cita mereka di masa yang akan datang. 4. Guru sebagai pemberi inspirasi; Guru harus mampu memerankan diri dan memberikan inspirasi bagi peserta didik, sehingga kegiatan belajar dan pembelajaran dapat membangkitkan berbagai pemikiran, gagasan, dan ide-ide baru.
5. Guru Sebagai Suatu Profesi Guru adalah pendidik profesional dengan utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Komara, 2007). Dalam menjalankan tugasnya, guru memiliki prinsip-prinsip profesionalitas yang harus dipenuhi dan dijalankannya (Dikdasdki, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Prinsip-prinsip tersebut diantaranya: a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas. d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. g. Memiliki
kesempatan
untuk
mengembangkan
keprofesionalan
secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. h. Memiliki
jaminan
perlindungan
hukum
dalam
melaksanakan
tugas
keprofesionalan. i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Selain prinsip profesionalitas di atas, Wibowo (2002) juga menyatakan bahwa seorang guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi yang dimaksud di sini adalah kualifikasi akademik yang diperoleh dari pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat. Sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi yang
Universitas Sumatera Utara
harus dimiliki seorang guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
D. Sikap Guru Terhadap Program Sertifikasi Guru Berkowitz (dalam Azwar, 2003) menyatakan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu. Sikap merupakan ekspresi bagaimana seseorang suka atau tidak suka terhadap beberapa hal, atau diekspresikan melalui bentuk pro-anti, favorit-non favorit, dan positifnegatif. Ekspresi tersebut mewakili evaluasi terhadap keanekaragaman dari objek sikap. Sikap itu didasari oleh informasi yang didapat. Ada tiga komponen dalam sikap: pertama, komponen kognitif yang merupakan persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu; kedua, komponen afektif yang merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi dan ketiga, komponen konatif yang merupakan tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu (Mann dalam Azwar, 2000). Sikap guru terhadap Program Sertifikasi Guru dimaksudkan sebagai tendensi mental yang diaktualkan atau diverbalkan terhadap Program Sertifikasi Guru yang didasarkan pada pengetahuan atau perasaannya terhadap Program Sertifikasi
Universitas Sumatera Utara
Guru. Yang menjadi komponen objek sikap adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan Sertifikasi Guru. Berkaitan dengan komponen-komponen sikap, maka sikap terhadap Program Sertifikasi Guru dapat di jelaskan sebagai berikut: a. Komponen kognitif Komponen ini dapat menggambarkan bagaimana sikap guru itu muncul berdasarkan
pengetahuannya
atau
pemahamannya
terhadap
Program
Sertifikasi Guru, misalnya bagaimana persyaratan untuk mengikutinya, seperti apa proses pelaksanaannya, dan lain-lain. Secara umum dapat dikatakan bahwa komponen kognitif menjawab pertanyaan-pertanyaan apa yang diyakini dan dipikirkan oleh guru terhadap Program Sertifikasi Guru. b. Komponen afektif Komponen ini dapat menggambarkan bagaimana sikap guru itu muncul berdasarkan apa yang dirasakan guru terhadap Program Sertifikasi Guru. Komponen ini menjawab pertanyaan: “apa yang dirasakan guru terhadap Program Sertifikasi Guru?”. Misalnya guru senang dengan adanya Program Sertifikasi Guru yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan melalui guru. Perasaan seperti senang atau tidak senang yang berhubungan dengan Program Sertifikasi Guru, termasuk komponen afektif. Jadi afektif itu menimbulkan evaluasi emosional terhadap objek. c. Komponen konatif Berdasarkan komponen-komponen kognitif dan afektif nampak adanya kecenderungan untuk bertindak sebagai reaksi terhadap Program Sertifikasi
Universitas Sumatera Utara
Guru. Komponen ini menjawab pertanyaan-pertanyaan bagaimana kesediaan atau kesiapan guru untuk bertindak terhadap Program Sertifikasi Guru. Guru yang memperlihatkan tingkah laku seperti aktif mencari tahu tentang Sertifikasi Guru melalui internet, media cetak, maupun televisi, membeli buku yang membahas tentang Sertifikasi Guru dan sebagainya, merupakan contoh yang tergolong dalam komponen konatif.
E. Komitmen Guru 1. Definisi Komitmen Guru Komitmen guru adalah suatu penafsiran internal seorang guru tentang bagaimana mereka menyerap dan memaknai pengalaman kerja mereka (Solomon, 2007). Secara umum komitmen mengacu pada satu tingkatan penerimaan dalam organisasi. Komitmen menjelaskan hasil yang disetujui dari sebuah keputusan atau meminta dan membuat sebuah usaha yang baik untuk menjalankan keputusan tersebut secara efektif (Yulk, 2002 dalam Solomon, 2007). Menurut Riehl dan Sipple (dalam Solomon, 2007) komitmen guru memiliki efek positif terhadap prestasi siswa di sekolah. Pengertian tentang komitmen guru berbeda-beda berdasarkan konteks analisanya. Komitmen merupakan keadaan psikologis yang mengidentifikasikan suatu keterbukaan individual yang diasosiasikan dengan hasrat untuk melibatkan diri (Leithwood, Menzies, & Jantzi, 1994 dalam Solomon, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Komitmen guru dimaknai sebagai komitmen guru merupakan faktor penentu yang mempengaruhi proses pengajaran dan belajar siswa (Reyes & Rosenholtz, dalam Solomon, 2007). Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa komitmen guru adalah penafsiran internal seorang guru tentang bagaimana mereka menyerap dan memaknai pengalaman kerja mereka yang ditandai dengan keinginan untuk menetap di dalam organisasi dan terlibat dalam pekerjaan, serta keinginan untuk mempengaruhi proses belajar siswa.
2. Aspek-aspek Komitmen Guru Pugach (2006) menjelaskan lima aspek dari komitmen guru, yaitu sebagai berikut : a. Belajar dari berbagai sumber ilmu pengetahuan Apa yang didapatkan seorang guru selama menjalankan pendidikannya akan memberikan dasar bagi guru untuk mengajar, hal tersebut diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri guru. Tetapi apapun profesinya tidaklah mungkin untuk mempelajari semua hal yang berkaitan. Tidak mungkin seorang guru mendapatkan semua informasi dari pendidikan formal yang dijalaninya. Seorang guru diharapkan bisa memulai dengan tingkat kompetensi dalam menciptakan suasana kelas, menyusun instruksi, dan bekerja sama dengan siswa untuk mendukung pelajaran mereka. Seorang guru telah memiliki pengalaman tentang mengajar selama ia menjadi siswa dulu, tetapi pengalaman itu sangat berbeda jika dilihat dari perspektif
Universitas Sumatera Utara
profesional.
Guru
belajar
mengajar
dari
latar
belakang
personal
dan
pengalamannya, dari persiapan profesionalnya, dari pengalaman mengajarnya, dari saran orang lain tentang mengajar, dari pendidikan formal untuk guru, dan dari program pengembangan profesional. Untuk menjadi guru yang bisa menghadapi tantangan tersebut guru diharapkan untuk terus belajar. Untuk menambah pengetahuannya guru hendaknya juga belajar dari praktek mengajarnya dan dari interaksi dengan orang lain, berhubungan dengan proses mengajar mereka (Donovan, 2000 dalam Pugach, 2006). Tinjauan kritis yang akan dihadapi dengan sumber ilmu pengetahuan dari pertumbuhan profesional seorang guru dan mengembangkan ilmu tersebut dalam karirnya adalah sebagai berikut: 1. Guru yang melihat diri mereka sebagai pelajar yang siap belajar dari para siswanya. Siswa memiliki banyak hal yang bisa diajarkan kepada guru tentang kehidupan mereka di dalam maupun di luar sekolah, tentang bagaimana mereka belajar, tentang kehidupan mereka, dan tentang sebaik apa guru telah mengajar berdasarkan pengertian guru tentang tugas yang telah dikerjakan oleh siswanya. 2. Guru yang melihat diri mereka sebagai model pembelajaran yang penting bagi siswa-siswa mereka. Mengenal bahwa ada hal baru dalam belajar, dimana belajar memiliki nilai, dan bersama dengan siswa-siswa mereka guru bisa mencoba pendekatan baru dalam mengajar sebagai cara dalam belajar.
Universitas Sumatera Utara
3. Guru membuat pilihan mengenai apa yang mereka lakukan untuk belajar pada tempat pertama. Apakah seorang guru tertarik untuk fokus pada isi pelajaran baru, metode mengajarnya, apakah guru akan bersikap fleksibel dalam mengajar, semua ini berhubungan dengan penempatan rangkaian pelajaran sepanjang karir seorang guru dan menggambarkannya dalam sumber ilmu pengetahuan yang beragam. b. Menjalankan kurikulum dengan penuh tanggung jawab Kurikulum merupakan salah satu hal yang utama dalam mencapai tujuan pendidikan. Seorang guru harus memiliki akses dengan kurikulum formal, dengan materi instruktusional formal dan buku panduan dalam bekerja. Tetapi walaupun seorang guru telah mengetahui dan menjalankan kurikulum, tetap saja guru harus membuat banyak pilihan mengenai apa dan bagaimana sebaiknya mengajar. Dengan kata lain, ketika guru menjalankan materi suatu kurikulum, guru harus mengetahui cara untuk mengajar. Seorang guru harus bisa menjalankan kurikulum dengan menyeluruh dan mendalam. Guru bisa nyaman dengan kurikulum tersebut dan kurikulum dapat menarik bagi siswa sehingga mereka termotivasi untuk belajar. Komitmen profesional untuk menggunakan kurikulum secara bertanggung jawab mengandung arti bahwa guru tidak hanya mengetahui apa yang ada di dalam kurikulum tersebut, tetapi juga berpikir mengenai cara terbaik dalam mengajar dengan kurikulum tersebut yang bertujuan untuk membuat siswa menjadi mandiri.
Universitas Sumatera Utara
c. Menggantikan batasan-batasan yang dimiliki dengan batasan umum yang lebih beranekaragam. Ketika seorang guru tidak terbiasa dengan bahasa dan budaya siswa atau ketika guru bertempat tinggal di luar komunitas para siswa yang diajarnya, maka guru harus menjembatani budaya dan perbedaan sosial ekonomi tidak hanya dengan siswa tetapi juga dengan keluarga siswa. Tindakan yang dipilih guru di dalam kelas untuk menghormati perbedaan yang ada dapat mempengaruhi kesuksesan ataupun kegagalan yang akan diterima siswa. Apakah guru akan melihat perbedaan sebagai aset yang akan memperkaya kelas mereka atau guru akan menghargai perbedaan yang dihadapinya. Apakah mereka akan komit sebagai guru untuk mempercayai potensi dari masing-masing siswanya, untuk memberikan kepada setiap siswa dengan tantangan pengalaman sekolah dan kemungkinan untuk tumbuh, daripada hanya menyukai siswa yang memiliki latar belakang yang sama dengan dirinya. d. Membicarakan kebutuhan pribadi siswa dalam lingkungan kelas dan sekolah. Pada bagian komitmen ini, guru harus mengerti bahwa mengajar bukan hanya kegiatan pasif yang terjadi di dalam kelas, membuka buku, dan membaca petunjuk untuk kegiatan selanjutnya di depan kelas. Terampil, menjalankan pekerjaan sebagai guru dengan aktif untuk menjadi gambaran bagaimana memotivasi dan terlibat dalam proses belajar siswanya. Mereka dengan sukarela mencari dan mengimplementasikan metode mengajar yang akan memungkinkan guru untuk menjangkau seluruh siswanya. Hal ini sering diartikan sebagai sebuah
Universitas Sumatera Utara
kebijaksanaan yang menggabungkan seluruh kelas, kelas kecil, dan kerja individual. Mengajar yang hanya untuk merata-ratakan siswa tidak menjadi pilihan bagi guru yang memperhatikan kebutuhan siswanya. e. Memberikan kontribusi secara aktif pada profesinya Guru bisa memberikan kontribusinya terhadap profesi dengan berbagai cara yang berbeda. Sepanjang perjalanan karir, seorang guru perlu membuat pilihan mengenai tingkatan komitmen yang akan mereka capai. Akankah guru tersebut menjadi guru yang pasif yang hadir setiap hari, menghabiskan hari, pulang ke rumah, dan mengumpulkan bon gaji setiap bulannya atau menjadi guru yang aktif yang ikut berpartisipasi secara profesional, kehidupan intelektual dari mengajar untuk menambah apa yang akan diberikan di dalam kelas atau sekolah. Pada area apa kekuatan dari keahlian khusus seorang guru akan berkembang, dan bagaimana kekuatan itu akan digunakan untuk lebih baik menjangkau siswa dan membantu guru yang lain melakukan hal yang sama. Kontribusi apa yang akan diberikan oleh seorang guru, apakah akan menjalankan peran kepemimpinan pada lingkungan sekitar sekolah, untuk membangun partisipasi dari pihak keluarga di dalam sekolah, atau akan membuat komitmen untuk menjalankan peraturan pendidikan atau bekerja dalam organisasi profesional yang menyediakan pengembangan mengajar dalam subjek utama atau area yang khusus. Dalam merencanakan karirnya sebagai guru, penting untuk mengetahui bagaimana untuk bisa menjadi produktif dan menjadi anggota yang aktif dalam profesinya.
Universitas Sumatera Utara
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen Guru Banyak faktor yang mempengaruhi komitmen guru, diantaranya adalah : a. Kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan organisasi
(Mowday, dkk,
dalam Solomon, 2007). b. Tingkat keterlibatan dalam pengambilan keputusan (Kushman, 1992 dalam Solomon, 2007). c. Menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar (Kushman, 1992, dalam Solomon, 2007). d. Prestasi siswa (Kushman, 1992 dalam Solomon, 2007). e. Hadiah dan otonomi tugas (Rosenholtz 1989, dalam Solomon, 2007). f. Feedback dari lingkungan atas tugas yang telah dilaksanakan (Solomon, 2007). g. Pengertian guru terhadap tugas dan keahliannya (Firestone & Rosenblum, dalam Solomon, 2007). h. Kepuasan kerja (Fresko, Kfir, & Nasser, 1997 dalam Solomon, 2002). i. Tingkatan tugas (Deci & Ryan, 1985 dalam Solomon, 2007). j. Dukungan administratif (Firestone and Rosenblum, 1988 dalam Solomon, 2007). k. Pengertian guru akan keunikan siswa (Louis, 1998 dalam Solomon, 2007). l. Pengabdian guru dalam membantu siswa untuk belajar (Dannetta, 2002 dalam Solomon, 2007).
Universitas Sumatera Utara
F. Hubungan Antara Komitmen Guru dengan Sikap Guru Terhadap Program Sertifikasi Guru Sikap merupakan ekspresi bagaimana seseorang suka atau tidak suka terhadap beberapa hal, atau diekspresikan melalui bentuk pro-anti, favorit-non favorit, dan positif-negatif. Ekspresi tersebut mewakili evaluasi terhadap keanekaragaman dari objek sikap. Sikap itu didasari oleh informasi yang didapat. Ada tiga komponen dalam sikap: pertama, komponen kognitif yang merupakan persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu; kedua, komponen afektif yang merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi dan ketiga, komponen konatif yang merupakan tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu (Mann dalam Azwar, 2000). Sikap guru terhadap Program Sertifikasi Guru dimaksudkan sebagai tendensi mental yang diaktualkan atau diverbalkan terhadap Program Sertifikasi Guru yang didasarkan pada pengetahuan atau perasaannya terhadap Program Sertifikasi Guru. Yang menjadi komponen objek sikap adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan Sertifikasi Guru. Menurut Danetta (dalam Solomon, 2007), salah satu hal yang dapat mempengaruhi seorang guru dalam menyikapi suatu ketentuan atau pun peraturan yang ditujukan kepada mereka, terutama demi mewujudkan pengabdian guru dalam menjalankan tugasnya adalah komitmen guru itu sendiri. Komitmen guru merupakan penafsiran internal seorang guru tentang bagaimana mereka menyerap dan memaknai pengalaman kerja mereka (Solomon, 2007). Secara umum
Universitas Sumatera Utara
komitmen mengacu pada satu tingkatan penerimaan dalam organisasi. Komitmen menjelaskan hasil yang disetujui dari sebuah keputusan atau meminta dan membuat sebuah usaha yang baik untuk menjalankan keputusan tersebut secara efektif (Yulk, 2002 dalam Solomon, 2007). Salah satu usaha yang dilaksanakan oleh Pemerintah demi memaknai pengalaman kerja guru dengan tujuan meningkatkan profesionalitas guru adalah Sertifikasi Guru. Menurut Riehl dan Sipple (dalam Solomon, 2007) komitmen guru memiliki efek positif terhadap prestasi siswa di sekolah. Pengertian tentang komitmen guru berbeda-beda berdasarkan konteks analisanya. Komitmen merupakan keadaan psikologis yang mengidentifikasikan suatu keterbukaan individual yang diasosiasikan dengan hasrat untuk melibatkan diri (Leithwood, Menzies, & Jantzi, 1994 dalam Solomon, 2007). Komitmen guru dimaknai sebagai komitmen guru merupakan faktor penentu yang mempengaruhi proses pengajaran dan belajar siswa (Reyes & Rosenholtz, dalam Solomon, 2007). Komitmen guru dapat dilihat dari lima aspek (Pugach, 2006), diantaranya: 1. Belajar dari berbagai sumber ilmu pengetahuan 2. Menjalankan kurikulum dengan bertanggung jawab 3. Menggantikan batasan-batasan yang dimiliki dengan batasan umum yang lebih beranekaragam 4. Membicarakan kebutuhan pribadi siswa pada lingkungan kelas dan sekolah 5. Memberikan kontribusi secara aktif pada profesinya.
Universitas Sumatera Utara
G. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara komitmen guru dengan sikap guru terhadap program sertifikasi guru. Makna dari adanya hubungan positif ini adalah semakin tinggi komitmen seorang guru, maka semakin positif sikap guru terhadap program sertifikasi guru.
Universitas Sumatera Utara