LANDASAN TEORI. 2.1. Business .... dalam merubah sebuah konsep budaya
bekerja. .... Didalam sebuah industry K3 merupakan aspek yang sangat penting.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Busi ness Process Business Process menur ut Mathias Weske(2010), A business process consists of a set of activities that a re perfo rm ed in coordination in an organizational and technica l environm ent. Th ese activities jo intly realize a business goal. Each business p rocess is enacted by single organization, but it may intera ct with business p rocesses performed by other organ iza tion s. Proses bisnis didefinisikan oleh Ham mer dan Champy (1993) sebagai a collection of activities that takes one o r m ore kinds of input and creates an output that is of a value to th e customer.
Busin ess Process Management m enurut Weske(2010), Business process m anagem ent includes concept, m ethods, and techn iques to support th e design, adm inistration, configu ration, enactm ent, and analysis of business process.The basis of business process m anagement is the explicit representation of bu sin ess p rocesses with their a ctivities and th e execution constrain t between them . Once bu siness processes a re defined, they can b e subject to analysis, improvement, and enactment.
John Jeston dan Johan Nelis m emiliki pan dan gan tentang BPM yaitu ‘BPM does not equate to a techno logy tool o r initiative for business p rocesses. In our experience, there is significan t bu siness pro cess improvement that can
11
12
be achieved without technology. Can BPM invo lve technolog y, and is technology a good thing? Absolutely, in the right circum stances and when it can be justified. If the too ls referred to a re process-modeling tools, then yes, they can b e extrem ely useful in this p rocess. In fact, it is difficult to com plete com plex process improvement projects in a tim e-effective manner without the use of th ese tools.
Definisi istilah yang digunakan oleh John Jeston dan Johan Nelis dalam def inisi tentang BPM : 1.
Achievem ent: Mewujudkan tujuan strategis yan g dituan gk an dalam rencana strategis organisasi.Pada tingkat proyek, ini adalah tentang menyadar i manfaat nilai atau usaha sebagaimana dimaksud dalam kasus bisnis proyek.
2.
Organ iza tion: Or ganisasi dalam konteks ini m en gacu pada suatu perusahaan atau bagian per usahaan, m ungkin un it bisnis yan g diskrit dalam diriny a sen diri. Ini adalah bisnis end-to-en d proses yan g terkait den gan
bagian
dari
suat u
or ganisasi. Fokus
end-to-en d
akan
memastikan bahwa p endekatan sile tidak berkem bang. 3.
Objectives: T ujuan dari pelaksanaan ber bagai BPM dar i tujuan strategis organ isasi melalui proses dengan tujuan individu. In i adalah tentang mencapai hasil bisnis atau tujuan. BPM buk anlah t ujuan itu sendiri, melainkan sar ana untuk m encapai suatu tujuan. Ini buk an 'solusi mencari m asalah'.
13
4.
Improvement: Perbaikan adalah tentang membuat proses bisnis lebih efisien dan efektif.
5.
Management: Manajemen m engacu pada proses dan pen guk uran kinerja dan manajemen orang. In i adalah tentang mengorganisir semua kom ponen penting dan subkom ponen untuk pro ses An da. Den gan maksud mengat ur oran g, keteram pilan, motivasi, tolok uk ur kin erja, penghar gaan, proses itu sen diri dan struktur dan sistem yan g dip erlukan untuk m endukung pro ses.
6.
Control: BPM adalah tentang mengelola end-to-end proses bisnis Anda dan melibatkan siklus penuh r encana tin dakan- do- check (Dem ing Cir cle, Walton, 1986). Sebuah komponen pentin g pada ken dali adalah mem iliki kemampuan unt uk menguk ur den gan ben ar.Jika An da tidak dap at
menguk ur
sesuatu,
An da tidak
dap at
m engontrol
dan
mengelo lanya. 7.
Essential: Tidak setiap proses dalam suatu or ganisasi m em berikan kontribusi terhadap pencapaian sasaran strategis or gan isasi. proses penting adalah oran g-oran g yan g m elakukan.
8.
Business: Sebuah implem entasi BPM har us m em iliki dampak pada usaha dengan m em berikan manfaat. Hal ini har us berfok us pada proses bisnis inti yan g pentin g untuk aktivitas bisnis utama An da - prosesproses yan g berkontribusi terhadap pen capaian tujuan strategis organisasi.
9.
Processes: Ap a it u pro ses? Ada banyak definisi sebagai pro ses karena ada proses. Sat u kita setuju dengan adalah Roger Burlton, di m ana dia
14
mengatakan bahwa "proses y an g benar terdiri dari sem ua hal yan g k ita lak ukan untuk m em ber ikan seseorang yan g peduli den gan apa yan g mereka harapkan untuk menerim a '(Bur lton, 2001:72). Hal ini melip uti proses benar en d-to-en d, dari pemicu asli untuk pro ses terhadap kepuasan stakeho lder utama. Burlton m enambahk an bahwa 'ujian akhir dar i proses kelen gkapan adalah ap akah proses tersebut memberikan produk yan g jelas atau jasa ke p ihak ek sternal atau pro ses lain internal.
Weske(2010) mengatakan Business process management system is a generic software system that is d riven b y explicit p rocess representations to coordinate the enactm ent of busin ess processes.
Ber dasarkan sum ber-sum ber diatas bisa disimpulkan bah wa bu siness process m erupakan kegiatan-kegiatan yang saling terhubung dan memiliki masuk an, pro ses dan keluaran atau hasil y ang bertujuan untuk mencapai target perusahaan atau visi dan misi per usahaan. Busin ess process management m erup akan bagaimana k ita bisa menganalisa ber bagai business process, m endefin isikan, mem per baik i dan men gim plementasik an sehingga selur uh busin ess pro cess dapat berjalan den gan baik dan perusahaan mencapai tar get yan g telah ditentukan. Konsep, metode dan teknik digunakan untuk m engatur business p rocess. Busin ess process management juga dapat dilak ukan tanpa melibatkan teknologi.
15
Sedan gk an menur ut Harr ington (1991) m engatakan Bu siness Process Improvement (BPI) consists of fou r different app roach designed to improve the efficiency, effectiveness, and adaptability of administrative business process. Busin ess Proses Improvement adalah sebuah m etodolo gi yan g di design untuk m em buat sebuah p enin gkatan di dalam adm inistratice dan support proses y an g m enggunakan m etode seperti FAST ( Fast, Analy sis, Solution An d Technique), Process Benchmarkin g, Process Redesign, Process Reen gineer ing.
2.1. 1. Busi ne ss Proce ss Modeling BPMN dik em ban gk an oleh konsorsium in dustry ( BPMI.org) yaitu konstituen yan g m ewakili ber bagai vendor alat BPM tetapi bukan sebagai penggun a akh ir, m en gem ukakan bah wa “The Business Process Modeling Nota tion (BPM N) is em erging as a standard language fo r captu ring business processes, especially at the level of domain analysis and highlevel system s design” ( BPMI.org, 2006).
“Th e BPM N wo rking g roup developed a sp ecification docum ent that differen tiates the BPM N con structs into a set of core g raphica l elem ents and an extended specialized set. The com plete BPM N specification defines 50 constru cts plus attributes, g rouped into fou r ba sic ca tego ries of elem ents, viz., Flow Objects, Conn ecting Objects, S wim lanes and Artefacts”.
16
1. Flow Objects : event, a ctivities, dan gateways adalah notasi yan g biasa digunak an untuk m em buat BPMN m odels. 2. Connecting Objects : biasa digunakan untuk m eng- interkoneksikan Flow Object melalui beber apa jenis arrows. 3. Swim lanes : biasa digunakan kedalam beberapa gr up activities dengan kategori yan g ber beda fun gsional atau tanggun g jawab / responsibilities. ( ber beda aturan /ber beda departem en). 4. Artefacts :
bisa dim asukkan kedalam m odel dimana model
tersebut dian ggap sesuai dalam rangk a unt uk menam pilkan informasi lebih lanjut terkait seperti data yan g diproses atau komentar – kom entar lain.
2.1. 2. Business Process re-e ngi neering Berdasarkan jurn al dari summaries. com Michael ham mer dan jam es cham py “Reengineering m eans to disregard a ll the a ssumptions an d tradition s of the way bu sin ess has alwa ys b een done, and in stead develo p a new, process- centered business organization that ach ieves a quantum leap fo rward in perfo rm ance.
To achieve reengineering success, a fresh p erspective and app roach is required. A clean sheet of paper is ta ken and, given wha t is curren tly known about cu stomers and their preferences, a new organization is developed wh ich will optim ize the p rocess of creating satisfied cu stomers.
17
Reengin eering is the process b y which th e o rganization that exists today is retired and the op timal version o f the new organ iza tion is constructed. Reengin eering is the oppo rtunity to develop the rules b y which bu siness in the futu re will be conducted rath er than being forced to operate by th e rules im posed by som eone else. As such, reengineering underpin s every attempt to seize and m aintain a tru e com petitive advantage”.
Re- engineerin g merupakan pemikiran ulang dan sebuah design radical dar i sem ua bisnis proses untuk menciptakan sebuah p enin gkatan / im provem ent perform a, seperti pada : co st, qua lity, service dan sp eed.
Gambar 2.1: The Re-engineerin g Concept
Kunci utam a kesuksesan dari re- engineering menur ut hamm er dan champy adalah : 1. Always sta rt with the customer a nd work backwards. Business process ada semata – mata hanya untuk m em buat pelan ggan puas--Tidak ada alas an y ang lain. Oleh karena itu, re-eng ineering ber arti penataan ulan g kembali selur uh sum ber daya yan g dimiliki per usahaan yang t ujuanny a untuk mem enuhi sem ua k ebutuhan p elan ggan.
18
Dari p erspective internal, jalan ter baik untuk m enghasilkan antusiasm e untuk re- engineerin g pro gram adalah untuk tujuan yang am bisius jangk a panjan g dan tantangan didalam sebuah or gan isasi. Oran g – orang tidak akan term otivasi dan m en gadopsi re-engineer in g proses sampai m erek a terinspirasi o leh visi per usahaan yan g akan terjadi nanti. 2. Move fa st. Reen gineerin g m erupakan proses y ang san gat dram atis dan radik al. Hal ini tidak bisa dilakukan den gan per lahan atau secara m enyak inkan, jika masih ada perlawan dari internal organisasi akan m embebani dan mengham bat proses. Reen gineerin g harus dilak ukan dengan cepat – sem akin cepat semakin baik. Pen galaman menun jukkan biasanya di 12 bulan awal ter buk a kesem patan untuk m embuat inisiative suksesnya r een gineerin g. 3. Tolerate risk. Chan ge -- an d therefore progr ess -- always involves r isk. Therefore, in un dertakin g reen gineer in g, the people who are by n ature risk-aver se will feel disoriented and disfranchised. Experien ce has sho wn probably the only way to offset the fear of chan ge within an or ganization is to demonstrate dram atically the gr eatest risk o f all comes from sticking with the status quo. If people can be conv ince d ‘‘business as usual’’ pro bably m eans being unemployed v ery soon, they’ll suddenly develop a voracio us appetite for trying something new.
19
4. Accept imperfectio ns alo ng the way. No reen gineering pro gram ever emerges f ull-blown right out of the box. Reengineering is always an iterative process -- wh ere som ething new is trailed and exp an ded on if it works or altered if it doesn’t. That m eans there will be partial failures alon g the way as a normal, expected part of the process. The key is not to avoid mistakes but to learn from them and move on. 5. Don’t stop to soon. Many organizations suspend reen gineer in g when they see the first sign of success. Others stop at the fir st hint of a pro blem . Both actions ar e equally dam agin g to the long-term success of the organization. The true br eakthrough s always r equire p erseverance an d patience.
2.1. 3. Davenport Method Davenport mem buat sebuah methodolo gy, yan g bisa m em buat dampak yan g besar pada teknologi inform asi. Methodo logy,nya sangat m elekat pada Business Process Reen gin eering. Disam pin g teknologi, davenport juga m em buat inovasi yang besar pada sum ber daya manusia dan or gansiasi yan g h ar us menjadi sebuah issues dalam m erubah sebuah konsep budaya bekerja.
20
Davenport Methodolo gy terdir i dari 6 tahap : 1. Visioning and Goal Setting Pada tahap ini, sebuah Visi bisa dibuat. Didalam sebuah v isi ini mencakup apa saja tujuan / Go als yang ak an dicapai dari Process Reengineering ini. Davenport berkata bahwa aka n ada pen gur angan biaya untuk identifikasi ulang sebagai tujuan dari reen gineerin g process tersebut, m aka dia juga m enenkankan bahwa dalam membuat visionin g in i akan san gat ber dampak pada v isi yan g akan dibuat. Hal ini akan m em buat tujuan – t ujuan y an g lain tidak dap at tercapai dengan baik seperti : penin gk atan kepuasan peker ja, mengurangi / m enambahk an proses improvement.
2. Identification Of Bu siness Processes Pada tahap identification of business pro cess, yang har us dir ubah pada saat reengin eering proses adalah sebuah bisnis proses. Pada tahap ini har us bisa men gidentifikasi bisnis pro ses yan g saat ini sedang berjalan. Kar ena dar i sinilah inti dari sebuah metode yan g dav enport ciptakan. Pada tahap ini bisa dilihat dan diidentifikasi proses bisnis yang saat ini sedan g ber jalan. Yan g ditahap selanjutnya akan bisa dilihat apa saja yan g akan ditingkatkan/im prove. Davenport m engatakan unt uk
berkon sentrasi pada 15 proses
maksim um yang menciptakan inti dari perilak u organisasi. Oleh karena itu davenport m enyebutkan bahwa pada pro ses inilah sebagai sebuah “proses inti”.
21
3. Understand and Measure Processes Pada tahap ke tiga ini, sangat m enarik karena disini harus m engerti dan m engukur dari tahap sebelumnya, dim ana kesalah an / kekur an gan pada proses bisnis yang sedang ber jalan saat ini tidak terulang lagi dan m em buat sebuah proses bisnis baru yan g lebih baik. Dengan adanya reengin eering davenport in gin m encegah kesalahan y ang sudah dilak ukan pada proses bisn is sebelumnya. Dan m elihat improvement apa saja yan g akan dibuat untuk m en ghin dari kesalahan k esalahan pada proses bisnis sebelumnya.
4. Information Technology Pada tahap Info rmation Technology in i, pen ggunaan teknologi informasi sangat m em ungkink an, untuk menin gkatkan proses bisnis m enjadi lebih baik. Sehingga mem buat proses bisnis yang saat ini sedang ber jalan m enjadi lebih baik.
5. Process Prototype Pada tahap ini, tahap dimana pem buatan pro ses bisnis yan g baru, yaitu sebuah prototype, dim ana disin i bisa diuji dari setiap fungsi – fun gsi yan g ada sehingga ap abila masih ada kek uran gan atau k esalah an didalam prototype ini, system yan g bar u dibuat m asih bisa diper baiki.
22
6. Im plementation Pada tahapan y ang terakhir atau tahap an implementasi, dim ana pada tahapan sebelumnya yait u proses prototype sem ua fun gsi sudah diuji co ba dan bisa dik atakan berhasil, m aka tahapan terakhir adalah den gan im plementasi proses bisnis yan g baru dibuat. Pada tahap an ini biasanya memakan waktu m inimal 1 tahun.
Metode in i m emilki defin isi yan g jelas tentang visi pada faktor – faktor didalam pem buatan sebuah proses bisnis yan g baru / reeng ineering. Faktor – faktor seperti pen gurangan biaya, penguran gan waktu, dan penin gkatan kinerja. Metodo logi ini m emiliki dasar yang kuat, hal ini karena pada tahapan keempat (teknologi inform asi) yan g bisa dijadikan andalan dalam membuat sebuah reengin eering.
Gambar 2.2: per bandingan antar methodolo gy
23
2.2. Occupational Health Care Occupational Health Ca re ( OHC) mer upakan suat u kegiatan yan g bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja atau penyakit serta melak ukan pengawasan terhadap keseh atan karyawan selam a berkerja di per usahaan. Hal ini dapat membantu dalam m eningkatkan atau m enjaga kinerja karyawan.
More and m ore com panies are implem enting wellness programs in an effort to facilitate th e health of their employees, hop ing to im prove job perfo rmance (O’ Donnell, 2002). While im proved job perfo rmance is fairly well accepted as an outcom e of providing wellness program s, evidence tha t is m ore em pirical is need ed to m easure th e benefits of well em ployees. ( Som mers-Krause, Exp loring The Rela tion ship Of Employee Welln ess And Job Perfo rm ance,2007,pp26)
Vano ver Po rter (2005) repo rted that the top th ree rea son s companies do no t offer a wellness p rog ram is not having enough staff to run the program, lack of board suppo rt because of the p erception of wa sting m oney and coddling employees, and not b eing ab le to afford to im plement one. (Somm ersKrause, Exploring Th e Relation ship Of Employee Wellness And Job Performance,2007,pp27)
Berdasarkan penelitian yan g dilak ukan oleh Som mers-Krause, menyatakan bahwa ada h ubungan antara keseh atan dan k inerja dar i karyawan hal in i
24
diny atakan ber dasarkan k esim pulan dar i pen elitian. exercise no t on ly a ssists in job perfo rm ance but also improves o verall health and decreases deadly risk factors, organ iza tion s should con sid er implementing wellness p rogram s that includ e exercise. This is good fo r their employees, but also helps them contro l co sts th rough improved job p erform ance and decreased h ealth care expenditures. Organizations ben efit when health care costs are contained. There is evidence welln ess prog rams benefit the wo rkpla ce th rough improved employee health, less use o f sick time, and decreased u se o f physician and ho spital services (Baun et al, 2000). Reid Psychologica l System s (RPS) im plem ented a wellness prog ram in respon se to the rising cost of health insu rance (Mayna rd, 1997). At the time of im plem entation, the com pany’s premiums were well above th e national averag e. With in two years of im plementation, prem ium s had dropped and were abou t 45% belo w the nationa l average. This typ e of occurrence shou ld be encou raging wh en organizations a re deciding on wheth er to implement a wellness prog ram. ( Somm ers-Krause, Exploring The Relation ship Of Em ployee Wellness And Job Performance,2007,pp114-116)
Perusahaan perlu menerapkan manajemen keseh atan dan k eselamatan kerja bagi selur uh karyawannya. Ber dasarkan penelitian yang dilakukan oleh Som mers-Krause, kesehatan dan kondisi badan dar i karyawan memiliki hubungan ber banding lur us dengan kiner ja dan pro duktifitas kary awan. Hal yang nyata ber up a m embaiknya kesehatan pekerja, berk ur an gnya p ekerja yang sakit, berk uran gnya waktu yan g ter buang karena k etidakhadir an
25
pegawai yan g sakit serta berk uran gnya biay a yang digunakan untuk keperluan berobat karyawan. Unt uk m enerapkan manajemen keseh atan dan keselamatan kerja ini m emerlukan pegawai yan g ahli dibidan gny a.
Pada Per usahan Panasonic di jepang diperkenalkan OHC dim ana setiap perusahaan p anasonic m em iliki occupational h ealth and safety m anagement system berdasarkan stan dar internal per usahaan disetiap n egara. Untuk dapat m enjaga keselamatan
kerja, kesehatan
karyawan
dan
keny amanan
lingk ungan k erja, panasonic mem perkenalk an gen eral hea lth and sa fety m easures, dan melakukan insp eksi keseh atan dan keamanan kerja pada fasilitas k erja dan tempat kerja.
2.3. Keselamatan dan ke se hatan kerja Pemerintah Indonesia juga telah m em iliki peraturan yang mencakup keselamatan kerja yang ter dap at pada un dan g- un dan g nomor 1 tahun 1970 pasal 1 sampai 18 tentang keselam atan kerja dan kesehatan y ang ter dapat pada un dan g-un dan g nom or 23 tahun 1992 pasal 23 tentang kesehatan. Undang- undang tersebut berguna untuk m elin dun gi hak keselamatan kerja serta kesehatan karyawan yang juga mem iliki dam pak positif untuk perusahaan y aitu ber upa produktifitas dan kinerja karyawan yan g baik dan biaya yang dik eluarkan unt uk per awatan dan p engo batan kary awan y an g sakit menjadi lebih berk uran g.
26
Ber dasarkan p enelitian yan g dilak ukan o leh harrys siregar, “Peranan keselam atan kerja ditempat kerja sebagai wujud keberha silan perusahaan dengan m engikuti dan mentaati ketentuan pada undang – undang Keseha tan
dan
Keselamatan
Kerja
serta
peraturannya.
Program
Keselamatan dan Keseha tan Kerja sangat perlu ka rena dapat memperbaiki kualita s hidup pekerja m elalui jaminan keselamatan dan keseha tan kerja serta situasi kerja yang aman, tentram dan sehat sehingga dapa t mendorong pekerja untuk bekerja lebih produktif. Perusahaan dapat dikatakan b erhasil apabila p roduk yang diha silkan perusahaan semakin baik dan berkualita s dan kerugian yang diperoleh peru sahaan sem akin kecil (zero accident) ”.
Hubun gan tim bal balik antara keselam atan dan kesehatan kerja dengan pengem ban gan sum ber day a m anusia dapat dilihat sebagai berik ut : 1. Program Keselam atan dan Keseh atan Ker ja akan mem per baik i kualitas hidup peker ja m elalui jam inan kesehatan dan kesehatan kerja yang dapat m enciptakan situasi ker ja yang am an, tenteram dan sehat sehin gga dapat m endorong peker ja untuk bekerja lebih produktif. 2. Melalui progr am Keselamatan dan Kesehatan kerja terjadiny a kerugian
dap at
dihin darkan
sehin gga
per usahaan
dapat
mengem ban gkan usahany a dan m enin gkatkan kesejahteraan pekerja. 3. Program keselam atan dan kesehatan k erja m enur ut peker ja dan pengusaha untuk m en gem ban gkan kemampuannya sen diri, seperti:
27
a. Kem ampuan
keahlian
untuk
m eneliti dan
mendesain
teknologi yan g bebas resiko kecelakaan kerja dan mendesain peralatan pen gamanan. b. Kem ampuan
pen gusaha
untuk
m emproduksi
dan
m enciptakan peralatan yan g lebih am an dan can ggih sesuai dengan tuntutan kon sum en dan per sain gan besar. c. Kem ampuan p ekerja unt uk mengop erasikan alat – alat produksi dan alat – alat pengam anan dengan baik dan tepat. d. Menuntut adany a organisasi dan manajemen yang mantap dan
dinam is
den gan
unit
fun gsional y an g
bert ugas
m engkoordinasik an pro gram keselamatan dan k esehatan kerja atau yan g bersifat adhoc seperti P2K3, term asuk diadakannya program pendidik an,
baik
bagi operator
peralatan kerja/pro duksi, m aup un bagi m ereka yan g secar a khusus bertugas mencegah kecelak aan ker ja. Produktifitas adalah perbandingan antara input dan outp ut, sedan gkan efisiensi adalah pemberdayaan sumber – sum ber (resou rce) yang ada diper usahaan seperti : m anusia, waktu, dana dan lainnya yan g bisa dimanfaatkan secara efektif dan menek an pengeluaran den gan sekecil – kecilnya. Produktifitas adalah pertum buhan yan g bisa menin gkatkan pendapatan yan g pada akhirny a bisa m enin gkatkan kemakmur an. Antara keselam atan dan kesehatan kerja den gan pro duktifitas ter dapat korelasi yan g nyata. Sebagai contoh : seoran g pekerja y an g m endapatkan kecelakaan atau penyak it akibat kerja, biasanya keh ilan gan produktivitas
28
kerja ny a secara nyata, dan bahkan produktivitasny a bisa dikatakan m enjadi nol(0) atau hilang sam a sekali.
Pekerja yan g produktifitasnya akan m en urun. Tentu akan berpengaruh pada produktivitas perusah aan yan g m enur un hal ini terjadi karena pen garuh dar i lin gkun gan ker ja yang bur uk terhadap kesehatan ker ja kary awan.
Dem i terwujudny a Keselamatan dan Keseh atan Kerja dilingk un gan kerja, maka sasaran y an g in gin dicap ai adalah sebagai berik ut : 1. Mencegah secara prev entif terjadinya kecelakaan. 2. Mencegah secara prev entif tim bulnya penyakit akibat kerja. 3. Mencegah / menguran gi an gka k ematian. 4. Mencegah / menguran gi cacat tetap/ seum ur h idup ( invaliditet). 5. Mengamankan
m aterial, konstr uksi,
pemakaian, pem eliharaan
ban gun an – ban gunan, alat – alat kerja, m esin – mesin, dll. 6. Meningkatkan produktifitas ker ja tanpa memeras tenaga ker ja dan menjam in kehidupan produktifnya. 7. Mencegah pem borosan tenaga kerja, m odal, alat-alat, dan sumbersum ber pro duk si lainny a sewaktu ker ja. 8. Menjam in tem pat kerja yang seh at, bersih, ny am an dan aman.
Pada umum nya disetiap industry untuk mengontrol seberapa besar tingkat kecelakaan ker ja yang terjadi di lokasi kerja, m aka diperluk an sebuah audit system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang fun gsinya unt uk
29
m enganalisa, m engidentifikasi dan m engcontrol bahaya atau kecelakaan kerja yan g akan terjadi di lokasi kerja.
Pelaksanaan K-3 sebagai usah a memelihar a tenaga kerja dari hal – hal y an g berh ubun gan dengan kesalahan m an usia maup un alat, san gat diperlukan realisasinya sebagai up aya mawas diri kh ususny a masalah kedisiplinan dan pengertian terhadap pem eliharaan tenaga kerja dar i kecelakaan dan keseh atan kerja.
1.
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Pro duktifitas Keselam atan, kesehatan, k erja dalam kondisi seperti sekarang in i, hampir selur uh kegiatan operasional dilak san akan dengan alat m odern dan can ggih, sebagaimana yan g terjadi p ada per usahaan industry, den gan perk embangan tersebut maka produktifitas kerja yang optimal merup akan t untutan yan g har us dicapai yaitu input dan outputnya m ember ikan nilai kebih k epada per usahaan /penyelenggar a kerja dan m erupakan konsekuensi logis dari terlaksanany a pro gram K-3 dilin gk ungan kerja. Dengan tercapainy a tujuan p erusahaan yait u produktifitas ker ja meningkat maka Keselam atan kesehatan Kerja karyawan suatu per usah aan pun ak an m eningkat.
2.
Tindakan Preventif Didalam sebuah in dustry K3 m erup akan aspek yang san gat penting. Masalah keselamatan kerja yan g sangat tergantun g pada factor
30
manusia, yan g m en untut kedisiplinan terhadap aturan – atur an ditempat kerja. 3. Langkah – langkah p encegahan / preventive tersebut dapat dibedakan sebagai berik ut : (a) Substitusi. Penggantian mesin lama yan g apabila diper baiki secara m anual berbahaya dan dap at diganti den gan mesin bar u y ang lebih m odern. (b) Isolasi. Mesin – mesin yan g m emiliki tingkat kebisin gan yan g sangat tinggi, yang bisa mengggan gu pen den garan. p erlu adanya isolasi tempat atau ditem patkan ditempat yang ter buka. (c) Pengendalian secar a teknis. Diber ikan p elin dun g bagi mesin – m esin yan g berp utar, dan m em antau secara berkala tingkat kebisingan dan r adiasi panas yang terjadi atau ditimbulkan oleh mesing ter sebut (d) Pemakaian alat pelin dun g peror angan Personal protektif, alat pelindung yan g digunak an seseoran g setiap melak sanakan pekerjaan untuk melindungi dari sum ber bahaya tertentu. (e) Sum ber bahaya dan alat pelindung ditempat kerja. Alat pelin dun g digunakan unt uk m en guran gi intensitas kontak langsung dan perlu diketah ui berbagai sum ber bahaya ditempat kerja, agar asal suatu bah aya potensial terhadap keselamatan
31
dan keseh atan kerja yang bersifat m ekanik, fisik, kimia, bio logis, fisiolo gis dan psikolo gis. (f) Petunjuk dan perin gatan ditem pat kerja Petunjuk tentang sumber bahay a perlu dipasan g disekitar tem pat kerja agar dapat mengin gatkan kembali k epada p ara karyawan yan g melak san akan tugas
2.4. E – Health E-health didefinisik an sebagai aplikasi dari Internet dan teknologi terkait lainnya dalam industri keseh atan untuk m enin gkatkan akses, efisiensi, efektivitas, dan k ualitas bisn is klin is dan proses digunakan oleh or ganisasiorgan isasi kesehatan, praktisi, pasien, dan konsumen dalam upay a untuk m eningkatkan status kesehatan pasien. e-health mencakup banyak dim en si: 1. Pengir iman inform asi p enting kepada mitra kesehatan 2. Penyediaan jasa pengiriman informasi kesehatan 3. Fasilitasi interaksi antara peny edia dan pasien 4. Fasilitasi integrasi bisnis in dustri kesehatan yan g berh ubun gan den gan proses 5. Baik ak ses lokal dan terpencil untuk informasi k esehatan 6. Duk un gan untuk m ajikan dan karyawan, wajib dan peny edia Menurut G unther Eysenbach didalam Journal of Medical Internet Research mengatakan “e-health is an em erging field in the intersection o f m edical info rmatics, pub lic health and bu siness, referring to health services and information delivered or enhanced through the Internet and related
32
technologies. In a b roader sense, the term characterizes no t only a technical development, but also a state-of-mind, a way of thinking, an attitude, and a commitment for netwo rked, globa l thinking, to improve hea lth ca re lo cally, regiona lly, and worldwide by using info rm ation and communication technology.”
“ e-health is the instrum ent for produ ctivity gains in the contest of th e existing Healthca re systems but also provide the backbone fo r th e future citizen centered h ealthcare environment” ( J. claude healey – WHO Septem ber 2004 )
E-health involves the use of information and comm unications technolog ies to improve health in general and the h ealthcare system in particula r (Alvarez, 2002; Chau & Hu, 2004; Roger & Pendha rka r,2000).
Jadi e-health bisa ditarik kesimpulan bah wa perluasan dari suatu teknolo gi yang tidak hanya dipakai sebagai fasilitas untuk memperm udah pengiriman informasi tetapi juga sebagai penin gk atakan akses informasi yang bisa digunakan unt uk efektifitas, efisien si dan proses bisnis pada or ganisasi – organisasi kesehatan.
33
Gambar 2.3: e-Health Environm ent
Gambar 2.4: Health Information Sy stem 1
34
Gam bar 2.5: Health Inform ation System 2