BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian ...

31 downloads 328 Views 506KB Size Report
Komunikasi adalah proses pertukaran informasi atau proses yang menimbulkan dan ... Adapun bentuk-bentuk komunikasi menurut Uripni, 2003 dalam buku.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi

adalah

proses

pertukaran

informasi

atau

proses

yang

menimbulkan dan meneruskan makna atau arti, berarti dalam komunikasi terjadi penambahan

pengertian

antara

pemberi

informasi

dengan

penerima

informasisehingga mendapatkan pengetahuan (Taylor, 1993). 2.1.2. Tujuan Komunikasi Pada dasarnya komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melancarkan, melaksanakan kegiatan tertentu dalam mencapai suatu tujuan. Artinya, dalam proses komunikasi, terjadi suatu pengertian yang diinginkan bersama sehingga tujuan lebih mudah tercapai ( Tatik, dkk, 2003). Menurut Wijaya (1993), tujuan komunikasi persuasif adalah untuk memengaruhi pikiran, perasaan, dan tingkah laku seseorang, kelompok, untuk kemudian melakukan tindakan/perbuatan sebagaimana dikehendaki. 2.1.3. Jenis-jenis Komunikasi Menurut Tatik, dkk (2003), ada dua jenis komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. a. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alat sehingga komunikasi verbal ini sama artinya dengan komunikasi kebahasaan.

Universitas Sumatera Utara

b. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang tidak meggunakan bahasa lisan maupun tulisan, tetapi menggunakan bahasa kial, bahasa gambar, dan bahasa sikap. 2.2 Komunikasi Persuasif Menurut Dedy, 1994 komunikasi persuasif adalah suatu proses komunikasi dimana terdapat usaha untuk meyakinkan orang lain agar publiknya berbuat dan bertingkah laku seperti yang diharapkan komunikator dengan cara membujuk tanpa memaksanya. 2.2.1. Prinsip-prinsip Komunikasi Persuasif Dalam prinsip komunikasi persuasif ada 5 (lima) prinsip, diantaranya : 1. Membujuk demi konsistensi Khalayak lebih memungkinkan untuk mengubah perilaku mereka apabila perubahan yang dianjurkan sejalan dengan kepercayaan, sikap, dan nilai sat ini. Sikap didefenisikan sebagai predisposisi mengenai suka atau tidak suka. Nilai sebagai pernyataan terakhir yang lebih abadi dari eksistensi atau mode yang luas dari perilaku. Kepercayaan adalah tingkat keyakinan. 2. Membujuk demi perubahan-perubahan kecil Khalayak lebih memungkinkan untuk mengubah perilaku mereka apabila perubahan yang dianjurkan khalayak merupakan perubahan kecildan bukan perubahan besar perilaku mereka.

Universitas Sumatera Utara

3. Membujuk demi keuntungan Khalayak lebih mungkin mengubah perilakunya apabila perubahan yang disarankan akan menguntungkan

mereka lebih dari biaya yang akan mereka

keluarkan. 4. Membujuk demi pemenuhan kebutuhan Khalayak lebih mungkin untuk mengubah perilaku mereka apabila perubahan yang disarankan berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan mereka. 5. Membujuk berdasarkan pendekatan-pendekatan gradual Bergantung pada penerimaan khalayak terhadap perubahan yang disarankan pembicara dalam kehidupan mereka. Pendekatan gradual menganjurkan yang lebih memungkinkan untuk bekerja dibandingkan pendekatan yang meminta khalayak untuk segera berubah perilakunya. 2.3 Bentuk Komunikasi Adapun bentuk-bentuk komunikasi menurut Uripni, 2003 dalam buku komunikasi kebidanan sebagai berikut : 1. Interpersonal Communication (face to face communication) Komunikasi interpersonal adalah salah satu yang paling efektif dan komunikator dapat langsung bertatap muka, sehingga stimulus yakin pesan atau informasi yang disampaikan komunikan, langsung dapat direspon atau ditanggapi pada saat itu juga.

Universitas Sumatera Utara

2. Intrapersonal communication Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang terjadi dalam diri individu. Komunikasi tersebut akan membantu seseorang atau individu agar tetap sadar akan kejadian di sekitarnya. Atau penyampaian pesan seseorang kepada dirinya sendiri. 2.4 Komponen Komunikasi Komponen komunikasi merupakan unsur terpenting yang terdiri atas lima unsur meliputi 1. Unsur dasar komunikasi Dalam

komunikasi,

harus

mempunyai

komunikator,

pesan,

saluran

komunikasi. Metode komunikasi, komunikan, lingkungan, dan umpan balik. 2. Sumber dan sasaran komunikasi Sumber komunikasi adalah komunikator yang berperan dalam membentuk kesamaan persepsi dengan pihak lain yang dalam hal ini adalah sasaran, memformulasikan pesan, menggunakan lambang, dan menginterpretasikan pesan dalam pola pemahaman kontekstual. Sasaran adalah penerima pesan yang menerjemahkan pesan disesuaikan dengan pengalaman dan pengertian dari komunikan. 3. Bentuk komunikasi Pelaksanaan kegiatan komunikasi pada prinsipnya disesuaikan dengan kebutuhan sasaran yang akan membuat jalinan komunikasi. Jaringan

Universitas Sumatera Utara

komunikasi disesuaikan dengan kebutuhan akan mewujudkan bentuk komunikasi yang menggambarkan proses dan pelaksanaan pelaksanaan komunikasi tersebut. Bentuk komunikasi yang akan terjadi berdasarkan kebutuhan terdiri atas komunikasi pribadi, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. 4. Teknik komunikasi Ada berbagai teknik komunikasi, diantaranya adalah jurnalisme, hubungan masyarakat, periklanan, pameran persahabatan, propaganda, dan iklan masyarakat. 2.5 Faktor yang Memengaruhi Komunikasi Proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor (Potte; & Perry, 1993) : 1. Perkembangan Agar dapat berkomunikasi efektif dengan seseorang, bidan harus mengerti pengaruh perkembangan usia, baik dari sisi bahasa maupun proses berpikir orang tersebut. 2. Persepsi Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa persepsi ini dibentuk oleh pengharapan atau pengalaman. 3. Nilai Nilai adalah standar yang memengaruhi perilaku sehingga penting bagi bidan untuk menyadari nilai seseorang. Bidan perlu berusaha untuk mengetahui dan

Universitas Sumatera Utara

mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien. 4. Latar belakang sosial budaya Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan komunikasi. 5. Emosi Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti marah, sedih, senang akan dapat memengaruhi bidan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bidan perlu mengkaji emosi klien dan keluarganya sehingga mampu memberi asuhan kebidanan yang tepat. 6. Jenis kelamin Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda. Tanned (1990) menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki mempunyai perbedaan gaya komunikasi. 7. Pengetahuan Tingkat pengetahuan memengaruhi komunikasi. Seseorang yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit merespons pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan tinggi. Bidan perlu mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga dapat berinteraksi dengan baik dan akhirnya dapat memberi asuhan kebidanan yang tepat kepada klien. 8. Peran dan hubungan

Universitas Sumatera Utara

Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antarorang yng berkomunikasi. Cara berkomunikasi seorang bidan dengan koleganya, dengan cara komunikasi seorang bidan pada klien akan berbeda tergantung peran. 9. Lingkungan Lingkungan interaksi akan memengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana bising, tidak ada privasi yang tepat akan menimbulkan kerancuan, ketegangan, dan ketidaknyamanan. 10. Jarak Jarak dapat memengaruhi komunikasi. Jarak tertentu akan memberi rasa aman dan kontrol. 11. Citra diri Manusia mempunyai gambaran tertentu mengenai dirinya, status sosial, kelebihan dan kekurangannya. Citra diri terungkap dalam komunikasi. 12. Kondisi fisik Kondisi

fisik

mempunyai

pengaruh

terhadap

komunikasi.

Artinya,

pembicaraan mempunyai andil terhadap kelancaran dalam berkomunikasi. 2.6 Pengaruh Komunikasi Terhadap Penggunaan Susu Formula Bidan mempunyai peran yang sangat penting dalam penggunaan susu forrmula. Komunikasi yang salah diberikan oleh bidan tentang penggunaan susu formula sangat berdampak tidak baik untuk bayi maupun pada ibu bayi sendiri. Kurangnya penyuluhan kepada masyrakat tentang menyusui masih sangat jarang sehingga banyak di antara mereka yang kurang mengerti akan pentingnya pemberian

Universitas Sumatera Utara

ASI kepada bayi mereka. Tempat ibu bersalin juga sangat menentukan keberhasilan menyusui, hendaknya bayi disusui segera atau sedini mungkin setelah lahir. Namun, tidak semua persalinan berjalan normal dan tidak semua dapat melaksanakan menyusui dini. Di samping itu, belum semua petugas paramedis diberi pesan dan cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayinya, dan ada praktik yang keliru dengan memberikan susu formula kepada bayi yang baru lahir dan masih banyak rumah sakit yang masih merawat bayi secara terpisah dengan ibunya. Berdasarkan Kode Etik Pemasaran PASI (Pengganti Air Susu Ibu), makanan yang paling tepat/ideal untuk bayi adalah Air Susu Ibu (ASI). Namun demikian, karena beberapa hal bayi tidak memperoleh ASI, mungkin karena alasan kesehatan ibu ataupun karena alasan lainnya, misalnya ibu bekerja di luar rumah. Untuk menggantikan ASI, kepada bayi diberikan PASI yang juga terkenal dengan susu bayi (Akre, 1994). Oleh karena promosi PASI yang sangat berlebihan, banyak kaum ibu di negara

berkembang

yang

sebenarnya

mampu

menyususi

anaknya/bayinya,

memberikan PASI kepada bayinya karena ingin dianggap modern. Praktek ini dapat menimbulkan akibat yang merugikan kesehatan bayi diantara lain karena penyiapannya yang tidak memenuhi syarat hygiene. Disamping itu sebagai akibat dari keadaan ekonomi yang kurang atau belum baik, kepada bayi sering diberikan PASI yang terlalu encer dan ini dapat mempengaruhi perkembangan pertumbuhan bayi/balita (Akre 1994).

Universitas Sumatera Utara

Keadaan kesehatan bayi di Negara berkembang ini mendapatkan perhatian WHO (World Health Organization). Dalam usaha menanggulangi hal ini WHO menyusun suatu rekomendasi yang dinamakan Code of Marketing of Breast Milk Subtitues (tata cara pemasaran pengganti air susu ibu). Code ini telah diterima oleh negara-negara anggota WHO termasuk Indonesia tahun 1981 (Speirs,1992). Sesuai dengan sikap pemerintah Indonesia yang menerima kode dari WHO tersebut, maka Departemen Kesehatan (Depkes) mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) No. 240/MENKES/PER/V/1985 tentang PASI. Speirs (1992), WHO (World Health Organization) telah menetapkan peraturan mengenai pemasaran PASI. 1. Ketentuan tentang produksi dan peredaran PASI untuk menjamin beredarnya produk yang memenuhi syarat mutu antara lain tentang keharusan persetujuan untuk memproduksi dan pendaftaran produk sebelum diedarkan. Tata cara untuk mendapat persetujuan akan ditetapkan oleh Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan (POM). Demikian juga ketentuan dan cara produksi yang baik dan standar mutu untuk PASI. 2. Pada label harus dicantumkan a. Persyaratan tentang keunggulan Air Susu Ibu (ASI) b. Pernyataan yang menyatakan bahwa pengganti air susu ibu digunakan atas nasihat tenaga kesehatan, serta penggunaan secara tunggal dapat memenuhi kebutuhan bayi berumur antara empat dan enam bulan. c. Tanggal kadaluarsa.

Universitas Sumatera Utara

d. Penjelasan tanda-tanda yang menunjukkan bilamana pengganti air susu ibu sudah tidak baik lagi dan tidak boleh diberikan kepada bayi. 3. Dilarang dicantumkan pada label a. Gambar bayi b. Gambar atau tulisan yang dapat memberi kesan, bahwa penggunaan pengganti air susu ibu merupakan suatu yang ideal. c. Kata-kata “semutu air susu ibu” atau kata-kata yang semakna. d. Tulisan “pengganti air susu ibu”. 4. Kegiatan promosi atau periklanan dilarang kecuali dalam media ilmu kesehatan. 2.7 Susu Formula (PASI) 2.7.1 Susu Formula (PASI) Susu formula adalah makanan tambahan bayi yang secara tunggal dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sampai berumur enam bulan. PASI dapat dikelompokkan menjadi susu formula awal (adapted formula), susu lanjutan (Followup Formula) dan susu formula khusus (specific formula). 2.7.2 Jenis Susu Formula Umumnya susu formula untuk bayi yang beredar di pasaran berasal dari susu sapi. Susu sapi adalah salah satu susu pilihan untuk bayi yang tidak memiliki riwayat alergi dalam keluarga, sedangkan untuk bayi yang memiliki alergi, maka bahan dasar susu formula diganti menggunakan selain susu sapi.

Universitas Sumatera Utara

Di Indonesia, beredar berbagai macam susu formula dengan merek dagang, diantaranya : 1. Susu Formula Adaptasi Susu formula adaptasi adalah susu formula yang disesuaikan dengan kebutuhan bagi bayi yang baru lahir sampai umur 6 bulan. 2. Susu Formula Awal Lengkap Susu formula awal lengkap, berarti susunan zat gizinya lengkap dan pemberiannya dapat dimulai setelah bayi dilahirkan. Berbeda dengan formula adaptasi, susu formula ini memiliki kadar protein yang lebih tinggi dan komposisi zat gizi lain tidak disesuaikan dengan yang terdapat dalam ASI. 3. Susu Formula “Follow Up” Pengertian follow up dalam dalam susu formula ini adalah lanjutan, yaitu menggantikan susu formula yang sedang digunakan dengan susu formula ini. Susu formula ini diperuntukkan untuk bayi berumur 6 bulan ke atas. Pada umumnya susu formula follow up mengandung protein dan mineral yang lebih tinggi daripada susu formula adapted dan completing startng. 4. Susu Formula Prematur Susu formula permatur digunakan untuk bayi yang lahir prematur. Susu formula prematur komposisi zat gizinya lebih besar dibandingkan dengan

Universitas Sumatera Utara

formula biasa karena pertumbuhan bayi prematur yang cepat sehingga membutuhkan zat-zat gizi yang lebih banyak. 5. Susu Hipoalergenik Susu formula hipoalergenik diberikan kepada bayi yang mengalami gangguan pencernaan protein. Susu formula jenis ini kandungan lemaknya sudah diperkecil. 6. Susu Soya Bahan dasar dalam susu soya diganti dengan sari kedelai yang diperuntukkan bagi bayi yang memiliki alergi terhadap protein susu sapi, tetapi tidak alergi terhadap susu kedelai. Fungsinya sama dengan susu sapi yang protein susunya sudah dipecah dengan sempurna sehingga dapat digunakan sebagai pencegahan alergi. 7. Susu Rendah Laktosa atau Tanpa Laktosa Susu rendah laktosa atau tanpa laktosa cocok untuk bayi yang tidak mampu mencerna laktosa (intoleransi laktosa) karena tidak memiliki enzim untuk mengolah laktosa. Intoleransi laktosa, biasanya ditandai dengan buang air terus-menerus atau diare. Susu rendah laktosa adalah susu sapi yang bebas dari kandungan laktosa (rendah laktosa atau tanpa laktosa). Sebagai penggantinya, susu formula jenis ini akan menambahkan kandungan gula jagung. 8. Susu Formula dengan Asam Lemak MCT (Lemak Rantai Sedang) yang Tinggi

Universitas Sumatera Utara

Susu formula dengan lemak MCT tinggi diberikan kepada bayi yang menderita kesulitan dalam menyerap lemak. Oleh karena itu, lemak yang diberikan harus banyak mengandung MCT (lemak rantai sedang) tinggi sehingga mudah dicerna dan diserap oleh tubuhnya. 9. Susu Formula Semierlementer Susu formula ini biasa diberikan pada bayi yang mengalami infeksi usus dan sudah dilakukan pembedahan akan menunjukkan intoleransi/penolakan terhadap laktosa. Maka, dengan pemberian susu formula semierlementer tidak boleh diberikan secara sembarangan tanpa petunjuk dokter. 2.7.3 Kandungan Susu Formula Kandungan gizi susu formula untuk bayi di bawah 6 bulan lebih spesial karena secara alami, usus bayi kecil belum mampu mencerna nutrisi susu dengan bai. Masih rentannya ia dalam kelompok usia tersebut membuat susu yang dikonsumsinya pun dibagi lagi secara khusus, seperti susu untuk bayi yang lahir cukup bulan, ataupun yang lahir cukup bulan, namun dengan berat bayi lahir rendah (BBLR). Meskipun pembuatan susu formula dibuat semirip mungkin dengan ASI, tetap saja susu formula tidak sebaik ASI. Perbandingan komposisi kolostrum, ASI, dan susu sapi sangat berbeda. Susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Walaupun, ASI mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian protein whey-nya lebih banyak sehingga akan

Universitas Sumatera Utara

membentuk gumpalan yang lunak, dan lebih mudah dicerna, serta diserap oleh usus bayi. 1.

Lemak Kadar lemak yang disarankan dalam susu formula adalah antara 2,7-4,1 gr tiap 100 ml.komposisi asam lemaknya harus sedemikian rupa sehingga bayi umur 1 bulan dapat menyerap sedikitnya 85% lemak yang terdapat dalam susu formula.

2.

Protein Kadar protein dalam susu formula harus berkisar antara 1,2-1,9 gr tiap 100 ml. Pemberian protein yang terlalu tinggi dapat menyebabkan tingginya kadar ureum, amoniak, serta asam amino tertentu dalam darah. Perbedaan antara protein ASI dan susu formula terletak pada kandungannya dan perbandingan antara protein susu sapi terletak pada kandungannya dan perbandingan antara protein jenis whey dan kaseinnya. Namun, ada yang berpendapat bahwa kualitas kasein ASI lebih baik daripada kasein susu sapi.

3.

Karbohidrat Kandungan karbohidrat yang disarankan untuk susu formula, yaitu 5,4-8,2 gr tiap 100 ml. Dianjurkan supaya sebagian karbohidrat hanya atau hampir seluruhnya memakai laktosa, selebihnya glukosa atau maltosa. Tidak dibenarkan pada pembuatan susu formula untuk memakai tepung atau

Universitas Sumatera Utara

madu, atau diasamkan karena belum diketahui efek sampingnya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 4.

Mineral Kandungan sebagian besar mineral dalam susu sapi lebih tinggi 3-4 kali dibandingkan dengan yang terdapat dalam ASI. Pada pembuatan susu formula adaptasi, kandungan berbagai mineral harus diturunkan hingga jumlahnya berkisar antara 0,25-0.34 gr tiap 100 ml. Kandungan mineral dalam susu formula adaptasi memang rendah dan mendekati yang terdapat pada ASI. Penurunan kadar mineral diperlukan karena bayi baru lahir belum dapat mengeluarkan kelebihan mineral dengan sempurna.

5.

Vitamin Biasanya, berbagai vitamin ditambahkan pada pembuatan formula hingga dapat mencukupi kebutuhan sehari-harinya.

6.

Kandungan Zat Tambahan Kemajuan teknologi memungkinkan susu formula yang sudah ada ditingkat kualitasnya, yakni dengan diformulasikan sedemikian rupa sehingga semakin

mirip dengan ASI, salah satunya adalah penambahan DHA.

Penambahan ini dibolehkan karena zat tambahan tersebut merupakan zatzat mikro. 2.7.4

Faktor- Yang Dapat Memengaruhi Penggunaan ASI

Universitas Sumatera Utara

Menurut Soetjiningsih (1997), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan ASI antara lain : 1. Perubahan sosial budaya a. Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya b. Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol c. Merasa ketingggalan zaman jika tidak menyusui bayinya dengan susu botol 2. Faktor psikologis a. Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita b. Tekanan batin 3. Faktor fisik a. Ibu sakit, misalnya mastitis, panas, dan sebagainya. 4. Faktor kurangnya peugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI 5. Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI 6. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng.

2.7.5

Penurunan Penggunaan ASI Penelitian dan pengamatan yang dilakukan di berbagai daerah menunjukkan

dengan jelas adanya kecenderungan meningkatnya jumlah ibu yang tidak menyusui

Universitas Sumatera Utara

sendiri bayi mereka. Menurunnya jumlah ibu yang menyusui bayi ini dimulai di kota terutama pada kelompok ibu dari keluarga yang berpenghasilan cukup, yang kemudian menjalar ke daerah pinggiran kota dan menyebar sampai ke desa-desa. Para ahli mengemukakan beberapa sebab terjadinya penurunan penggunaan ASI antara lain : a. Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga. Hubungan kerabat yang luas di daerah pedesaan menjadi renggang setelah keluarga pindah ke kota. Pengaruh orangtua seperti nenek, kakek, mertua, dan orang terpandang lain di lingkungan keluarga secara berangsur menjadi berkurang, karena mreka itupada umumnya tetap tinggal di desa sehingga pengalaman mereka dalam merawat makanan bayi yang tidak diwariskan. b. Kemudahan yang didapat sebagai kemajuan teknologi pembuatan makanan bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi, susu buatan untuk bayi mendorong ibu untuk mengganti ASI dengan makanan olahan itu. c. Iklan yang menyesatkan dari berbagai produsen makanan menyebabkan ibu beranggapan bahwa makanan-makanan itu lebih baik dari ASI. d. Karena para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas-tugas sosial, maka susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar dalam pemberian makanan bagi bayi yang ditinggalkan di rumah. e. Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak sebagai suatu simbol bagi kehidupan tingkat sosial yang lebih tinggi, terdidik, dan mengikuti perkembangan zaman.

Universitas Sumatera Utara

f. Ibu takut payudaranya rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan hilang. g. Pengaruh melahirkan di klinik bersalin atau rumah sakit. Belum semua petugas paramedic diberi pesan dan diberi cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka. 2.7.6 Kelemahan Susu Formula Kemajuan teknologi yang menawarkan susu formula yang mirip ASI dengan menambahkan berbagai macam zat gizi tetap tidak dapat menyamai keunggulan ASI. Selain itu, ternyata susu formula memiliki beberapa kelemahan, apalagi jika dalam pemberian susu formula, tidak sesuai petunjuk pemberian. Atau, memberikan susu formula tidak sesuai dengan usia bayi sehingga berdampak buruk baginya. Ada beberapa cara dalam melindungi hak bayi untuk mendapatkan ASI. Pertama, menganjurkan ibu untuk menyusui segera setelah melahirkan. Kedua, mendukung ibu untuk tinggal bersama dengan bayinya dalam satu ruangan setelah melahirkan. Ketiga, memberikan informasi yang tepat kepada ibu dan membantunya bila menyusui. Keempat, menghentikan pemberian susu pada bayi dengan menggunakan botol. Kelima, menolak contoh gratis, sumbangan, atau promosi susu formula ataupun susu botol.

Universitas Sumatera Utara

1. Kandungan susu formula tidak selengkap ASI Susu formula (susu sapi) tidak mengandung DHA seperti halnya pada ASI sehingga tidak bisa membantu meningkatkan kecerdasan bayi. 2. Mudah tercemar Pembutan susu formula sering mudah tercemar oleh bakteri, terlebih bila ibu menggunakan botol. dan tidak merebusnya setisp selesai memberi susu. 3. Diare dan sering muntah Pengenceran susu formula yang kurang tepat dapat mengganggu pencernaan bayi, sedangkan susu yang terlalu kental dapat membuat usuu bayi susah mencerna, sehingga sebelum dicerna, susu akan dikeluarkan kembali lewat anus yang mengakibatkan bayi mengalami diare. 4. Infeksi Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibodi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi. 5. Obesitas Suatu penelitian pernah membandingkan pola pertumbuhan normal antar bayi yang diberi ASI dengan susu formula. Kelebihan berat badan pada bayi yang mendapatkan susu formula diperkirakan karena kelebihan air dan komposisi lemak tubuh yang berbeda dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI. 6. Pemborosan

Universitas Sumatera Utara

Pemberian susu formula secara tidak langsung juga menambah anggaran untuk membeli susu formula. 2.8 Perilaku 2.8.1 Konsep Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia

itu berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing.

Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai kegiatan yang sangat luas sepanjang kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan seterusnya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sebagai individu setiap manusia adalah kompleks dan unik. Keunikan individu karena menyangkut banyak aspek yang menyatakan bahwa perilaku manusia itu merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik, maupun non fisik. Menyinggung tentang apa yang dimaksud dengan perilaku terdapat macam-macam pendapat.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Notoatmodjo, (1984), perilaku dijabarkan dalam 3 aspek operasional yaitu : a.

Perilaku dalam bentuk pengetahuan yakni dengan mengetahui rangsangan atau situasi dari luar.

b.

Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap rangsangan dari luar dari si objek, sehingga alam itu sendiri mencetak perilaku-perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuaia dengan sifat dan keadaan alam tersebut.

c.

Perilaku dalam bentuk tindakan yang konkrit yang berupa perbuatan (action) terhadap situasi dan rangsangan dari luar. Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi reaksi

organisme terhadap lingkungannya. Sedangkan menurut Kwick, (1974), menyatakan bahwa perilaku tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan di pelajari. 2.8.2 Bentuk Perilaku Bloom (1908) seorangahli psikologi pendidikan, membedakan adanya 3 ranah perilaku, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

a. Pengetahuan (knowledge) b. Sikap (attitude) c. Tindakan (practice) a. Perilaku dalam bentuk Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pascaindera manusia, yakni indera penglihatan,pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu : 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi.

Universitas Sumatera Utara

tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi yang harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi dini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (analysis) Analisis ialah kemampuan seseorang untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan pada kemampuan seseorang untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sitesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan criteria yang ditentukan sendiri atau menngunakan criteriakriteria yang telah ada. Pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. (Notoatmodjo, 2003). b. Perilaku dalam bentuk Sikap Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap merupakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Sepertinya halnya pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu . : 1. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2. Menanggapi (responding)

Universitas Sumatera Utara

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. 3. Menghargai (valuing) Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mangajak atau mempengaruhi orang lain merespons. 4. Bertanggung jawab (responsible) Sikap paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Pengalaman sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “tidak setuju” tehadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu.

c. Perilaku dalam bentuk Tindakan Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Universitas Sumatera Utara

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan. Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kualitasnya, yakni : 1. Praktik terpimpin (guided respons) Apabila suatu subjek atau seseorang telah malakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan. 2. Praktik secara mekanisme (mechanism) Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis, maka disebut praktik atau tindakan mekanis. 3. Adopsi (adoption) Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitasatau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberap jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2005).

Universitas Sumatera Utara

2.8.3 Proses Adopsi Perilaku Dari pengalaman dan penelitian, terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (!974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu : 1. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu 2. Interest yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus 3. Evaluation yaitu menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya 4. Trial yaitu orang yang telah mulai mencoba perlaku baru 5. Adoption yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003) 2.8.4 Faktor-faktor Yang Memengaruhi Perilaku Menurut Green bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu : 1. Faktor-faktor predisposisi (disposing factor), yaitu faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi terjadinya

perilaku atau tindakan

seseorang atau masyarakat. 3. Faktor-faktor penguat (reinforcing faktors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. 2.8.5 Teori SOR Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Hostland (1953) mengatakan bahwa perubahan perilaku pada hakikatnya adalah

sama

dengan

proses

belajar.

Proses

perubahan

perilaku

tersebut

menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari : a. Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti disini. Tetapi apabila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. b. Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

Universitas Sumatera Utara

d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku). Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini faktor reinforcement memegang peranan penting. 2.9

Kerangka Konsep

Komunikasi persuasif bidan

Pengetahuan

Sikap

Tindakan

Dari skema di atas dapat dilihat, responden yang mendapatkan stimulus dari komunikasi persuasif bidan akan memengaruhi organisme tersebut. Apakah stimulus ditolak atau diterima dapat diukur dari pengetahuan responden. Apabila stimulus telah memengaruhi pengetahuan responden maka selanjutnya akan memengaruhi sikap responden, maka akan muncul respon dari responden, yang dapat diukur dari sikap responden terhadap objek.

Universitas Sumatera Utara