BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian ...

93 downloads 3143 Views 495KB Size Report
Pengertian pariwisata lebih luas daripada bertamasya atau melancong dapat diartikan .... 2.4 Pengertian Wisata Rohani dan Potensi dalam Kepariwisataan.
BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Pariwisata Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasin dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu, (Spiliane,199:21). Secara etimologis istilah pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta, yang terdiri dari dua suku kata yaitu “pari” yang berarti lengkap, banyak, berputar-putar dan kata “wisata” yang berarti perjalanan, bepergian. Dengan demikian secara tata bahasa “pariwisata” dapat diartikan sebagai “Suatu perjalanan yang dilakukan secar lengkap”. Pengertian lengkap di sini dapat diartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan mulai dari rumahnya sampai ke tujuan dan kembali lagi ke rumahnya dengan tidak bermaksud untuk tinggal menetap di tempat tujuan perjalanannya. Kraph dan Swiss mendefinisikan pariwisata adalah “sejumlah hubungan-hubungan dan gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orang-orang asing, asalkan tinggalnya mereka itu tidak menyebabkan timbulnya tempat tinggal serta usaha-usaha yang bersifat sementara atau permanen sebagai usaha untuk mencari kerja”. (Pendit,1999:39). Dalam UU RI No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

Universitas Sumatera Utara

Pariwisata juga dapat dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, daya tarik wisata yang termasuk pengelolaan objek serta usaha-usaha yang terkait dalam bidang tersebut. Pengertian pariwisata lebih luas daripada bertamasya atau melancong dapat diartikan sebagai bepergian ke suatu tempat untuk sekedar menikmati keindahan alam, pergi untuk makan dan minum, dan juga tujuan yang dituju tidaklah jauh. Adanya berbagai alasan bagi seseorang untuk melakukan perjalanan maka diperlukan batasan-batasan mengenai apa yang dimaksud dengan wisatawan dan pelancong. Dalam Inpres No. 9 Tahun 1996 disebutkan bahwa “wisatawan adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungan itu”, (Spillane, 199:21).

Pariwisata berhubungan erat dengan perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseoarang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Menurut Yoeti (1996:108) bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan hidup guna bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Dari beberapa definisi pariwisata di atas, maka dibuat kesimpulan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan dari satu daerah ke daerah lain dengan tujuan untuk mendapatkan hiburan, pelayanan, dan kesenangan di mana perjalanan tersebut lebih dari 24 jam dan suatu waktu kembali lagi ke tempat asalnya.

Universitas Sumatera Utara

2.2 Pengertian Wisatawan Kata wisatawan berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu “wisata” yang artinya “perjalanan” yang sama atau dapat disamakan dengan kata travel dalam Bahasa Inggrisnya. Jadi orang yang melakukan perjalan dalam pengertian ini adalah “wisatawan”

sama artinya dengan kata

“traveller”, karena dalam Bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman pemakaian akhiran “……wan” untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya, jabatannya, kedudukan seseorang. (Yoeti 1983 : 120). Pada tahun 1937, Komisi Ekonomi Liga Bangsa-Bangsa berusaha untuk merumuskan suatu defenisi wisatawan yang diusulkan untuk diterima secara internasional. Diusulkan: “Hendaknya istilah ‘wisatawan’ pada asasnya diartikan sebagai orang yang selama 24 jam atau lebih mengadakan perjalanan di negara yang bukan tempat kediamannya yang biasa”. Defenisi Liga Bangsa-Bangsa itu juga menyebutkan motif-motif apa yang menyebabkan orang asing itu harus disebut wisatawan. Mereka yang termasuk wisatawan ialah : 1. Orang yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang (Pleasure) karena alasan keluarga, kesehatan, dan sebagainya; 2. Orang yang mengadakan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan-pertemuan atau sebagai utusan (ilmiah, administrative, diplomatic, keagamaan, atletik, dan sebagainya); 3. Orang yang mengadakan perjalanan bisnis; 4. Orang yang datang daam rangka pelayaran pesiar (sea cruise), juga kalau ia tinggal kurang dari 24 jam; Akan tetapi istilah wisatawan ini tidak meliputi orang-orang berikut: 1. Orang yang datang untuk memangku jabatan atau mengadakan usaha di sesuatu negara; 2. Orang yang datang untuk menetap; 3. Penduduk daerah perbatasan dan orang yang tinggal di negara yang satu, akan tetapi bekerja di negara tetangganya; 4. Pelajar, mahasiswa, dan kaum muda ditempat-tempat pemondokan dan di sekolahsekolah; 5. Orang yang dalam perjalanan melalui sebuah negara tanpa berhenti di situ, meskipun di negara itu lebih dari 24 jam.

Dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia No.9 Tahun 1969 tertulis dalam Bab I pasal 1, bahwa “wisatawan (tourist) adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk

Universitas Sumatera Utara

berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu. Defenisi ini sifatnya konseptual, tidak operasional. Ada kejanggalan bahwa juga disebutkan “dengan menikmati kunjungan dan perjalanan itu”. (Dalam Soekadijo 1997:17). Dari beberapa definisi wisatawan di atas, maka diambil kesimpulan bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan wisata.

2.3 Pengertian Daya Tarik dan Atraksi Wisata UU RI No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sarana atau tujuan kunjungan wisatawan. Yoeti menjelaskan bahwa terdapat perbedaan tentang makna “objek wisata” dan “atraksi wisata”. Kita hanya menyebutkan sebagai objek apabila untuk melihat objek itu tidak ada persiapan yang dilakukan terlebih dahulu, dengan kata lain kita dapat melihatnya secara langsung tanpa bantuan orang lain walaupun kadang-kadang kita harus membayar sekedar tanda masuk saja, seperti misalnya : pemandangan, gunung, candi, gereja, mesjid, bangunan bersejarah dan lain sebagainya. Sedangkan atraksi wisata adalah sesuatu yang telah dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat dan dinikmati, seperti misalnya : tari-tarian, nyanyian, kesenian rakyat tradisional, upacara adat dan lain sebagainya. Yang penting diperhatikan dalam pengembangan suatu daerah untuk menjadi daerah tujuan wisata, agar menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan harus memenuhi tiga syarat yaitu : daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai “something to see” yaitu di tempat tersebut harus ada objek dan atraksi wisatanya yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain. “something to do” yaitu adanya fasilitas rekreasi

Universitas Sumatera Utara

yang dapat membuat pengunjung betah untuk tinggal lebih lama lagi di tempat itu. “something to buy” yaitu adanya tempat untuk berbelanja terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing. Yoeti (1983 : 160). Dari kedua definisi Daya Tarik dan Atraksi Wisata di atas, maka diambil kesimpulan bahwa Daya Tarik Wisata adalah suatu hal yang indah dan unik di mana dapat membuat orang selalu tertarik untuk mengunjungi tempat wisata itu, baik hal itu berupa benda abstrak maupun nyata. Sedangkan atraksi wisata adalah sesuatu kegiatan yang menjadi ciri khas tempat wisata tersebut dan dapat disaksikan yang merupakan karya manusia.

2.4 Pengertian Wisata Rohani dan Potensi dalam Kepariwisataan 2.4.1

Pengertian Wisata Rohani Tentang mengapa semua orang melakukan perjalanan wisata, setiap orang akan

mempunyai alasan-alasan tersendiri. Salah satu alasan adalah untuk berziarah atau untuk keperluan keagamaan lain. Hal ini disebut juga dengan wisata rohani. Wisata rohani adalah perjalanan wisata di mana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah untuk melihat atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan. Jenis wisata ini sedikit banyaknya dikaitkan dengan agama, sejarah adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ini banyak dilakukan oleh perorangan maupun rombongan ke tempat-tempat suci, seperti kunjungan ke Istana Vatikan di Roma bagi orang yang beragama Katolik, ke Yerusalem dan ke Muntilan pusat pengembangan agama Kristen di Jawa Tengah bagi umat beragama Kristen Protestan, ke tanah suci bagi umat beragama Islam, upacara agama Hindu Bali di Sakenan, Bali, Umat beragama Budha ke tempat-tempat suci Agama Budha di India, Nepal, Tibet dan sebagainya. Yoeti (1983 : 116) Suwantoro berpendapat bahwa wisata rohani merupakan perjalanan wisata yang dimaksudkan guna melakukan ibadah keagamaan, misalnya umroh oleh sebuah konsorsium biro perjalanan, tour ke Lourdes di Perancis Selatan, tour mengikuti Waicak di Candi BorobudurPawon-Mendut dan lain-lain, ( Suwantoro 1997:16 ).

Universitas Sumatera Utara

Dari kedua pengertian wisata rohani di atas, maka diambil kesimpulan bahwa wisata rohani adalah perjalanan yang dilakukan dengan tujuan keagamaan baik dalam bentuk upacara keagamaan dan juga merupakan tempat ibadah.

2.4.2

Potensi Kepariwisataan Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa potensi adalah kemampuan yang

mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, daya. Kepariwisataan itu mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata, sedangkan atraksi wisata itu tentu harus komplementer dengan motif perjalanan wisata. Maka untuk menemukan potensi kepariwisataan di suatu daerah orang harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan. Dalam UU No.10 Tahun 2009 disebutkan bahwa kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, bertanggung jawab dengan tetap memberikan pelindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestraian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional. Berdasarkan alinea pertama di atas, maka diambil kesimpulan bahwa potensi kepariwisataan merupakan suatu hal yang mempunyai kekuatan dan nilai tambah tersendiri untuk dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata. Potensi Pariwisata dapat dibagi atas tiga, yaitu:

2.4.2.1 Potensi Alam Potensi alam yang dimaksud di sini adalah alam fisik, fauna dan floranya. Meskipun sebagai atraksi wisata ketiga-tiganya selalu berperan bersama-sama, bahkan biasanya juga

Universitas Sumatera Utara

bersama-sama dengan potensi kebudayaan dan manusia, akan tetapi tentu ada salah satu modal yang menonjol peranannya.

2.4.2.2 Potensi Budaya Potensi kebudayaan merupakan kelakuan manusia yang diatur oleh tata kelakuan yang didapatkan dengan belajar dalam kehidupan masyarakat yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan lain

2.4.2.3 Potensi Manusia Potensi manusia

merupakan kemampuan seseorang atau beberapa orang yang

mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata. Perjalanan itu selalu kompleks sehingga atraksi yang menarik kedatangan wisatawan pasti juga kompleks, dan potensi kepariwisataan itu juga tidak pernah hanya potensi alam, potensi manusia atau potensi kebudayaan saja, akan tetapi ketiga-tiganya diperlukan bersama-sama Yoeti (1997 : 53) menjelaskan bahwa terdapat beberapa potensi dalam daerah wisata, yaitu : a. Potensi Alam. Mengapa alam itu menarik bagi wisatawan? Pertama, banyak wisatawan tertarik oleh kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di alam terbuka. Daerah terpenting untuk wisatawan yang demikian itu ialah pegunungan, hutan dan pantai. Di pegunungan mereka dapat berkuda, mendaki gunung, main ski, bertualang ke guagua, dan sebagainya. Di pantai orang dapat berselayar, berenang, berdayung, berselancar, menyelam, dan sebagainya. Jadi, daerah pegunungan dan daerah pantai itu mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi daerah wisata olah raga dan daerah wisata rekreasi . kalau di hutan keadaan fauna mengizinkan dan orang diperbolehkan berburu , maka di situ juga ada kesempatan kegiatan berburu (wisata berburu/hunting tourism). Kedua, dalam kegiatan pariwisata jangka pendek, pada akhir pecan atau dalam masa liburan, orang sering mengadakan perjalanan sekedar untuk menikmati pemandangan atau suasana pedesaan atau kehidupan di luar kota. Untuk itu yang dikunjungi ialah tempat

Universitas Sumatera Utara

pegunungan atau pantai dengan pemandangan yang menawan, atau daerah-daerah pedesaan yang khas. Wisatawan seperti ini hanya mengikuti kesenangan hati, wisatawan tamasya yang dengan sedirinya juga dapat mengunjungi tempat rekreasi, meskipun tujuannya sekedar untuk melihat dan menikmati keasaan. Katiga, banyak wisatawan yang mencari ketenangan di tengah alam yang iklimnya nyaman, suasananya tenteram, pemandangannya bagus dan terbuka luas. Mereka tinggal di daerah itu untuk beberapa lama sambil beristirahat untuk memulihkan kondisi fisik dan psikisnya, jadi mereka itu termasuk wisatawan tipe rekreasi (recreation tourist). Tempat-tempat semacam itu disebut juga tempat liburan. Misalnya, puncak Berastagi. Keempat, ada juga wisatawan yang menyukai tempat-tempat tertentu dan setiap kali ada kesempatan untuk pergi, mereka kembali ke tempat-tempat tersebut. Di tempat-tempat tersebut mereka sering memiliki rumah kedua berupa bungalow atau mendirikan tempat-tempat berteduh sementara berupa tenda atau, di luar negeri dengan menggunakan caravan (mobil rumah). Kelima, alam juga sering menjadi bahan studi untuk wisatawan budaya, khususnya dalam widya wisata. Untuk keperluan ini yang penting terutama ialah dengan jenis flora dan fauna yang khas dan langka, yang sering dilindungi dalam bentuk cagar alam, seperti ujung kulon, dan sebagainya.

b. Potensi Kebudayaan Yang dimaksud dengan kebudayaan di sini ialah kebudayaan dalam arti luas, tidak hanya meliputi “kebudayaan tinggi” seperti kesenian atau perikehidupan keratin dan sebagainya, akan tetapi juga meliputi adapt-istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah suatu masyarakat: pakaiannya, caranya berbicara, kegiatannya di pasar, dan sebagainya. Pokoknya semua act dan artifact (tingkah laku dan hasil karya) sesuatu masyarakat, dan tidak hanya kebudayaan yang masih hidup, akan tetapijuga kebudayaan yang berupa monument-monumen seperti Lubang Buaya atau tanpa monumen seperi Gua Selarong (tempat Diponegoro bersembunyi) atau Gettysburg tempat pertempuran yang menentukan dalam perang saudara di Amerika Serikat.

c. Potensi Manusia Bahwa manusia dapat menjadi atraksi wisata dan menarik kedatangan wisatawan bukan hal yang luar biasa, meskipun gagasannya mungkin akan membuat orang tersentak. Sudah tentu, manusia sebagai atraksi wisata tidak boleh kedudukannya begitu direndahkan sehingga kehilangan maertabatnya sebagai manusia. Tidak boleh manusia yang satu sekedar menjadi objek kesenangan atau pemuas nafsu bagi manusia yang lain: penderita cacat tubuh bukan tontonan seperti satwa di kebun binatang. Sebutan pramuria (hostess) yang kini kurang terhormat disebabkan karena pelanggaran terhadap martabat manusia baik oleh si wisatawan maupun oleh si pramuria sendiri. Penyalahgunaan manusia sebagai atraksi wisata pada hakikatnya terjadi apabila orang mengeksploitasi sifat-sifat manusia yang tidak baik untuk mencari keuntungan. Kalau seks sebagai daya tarik wisatawan tidak secara eksplisit dihadapi dan ditanggulangi, akan terjadi hal-hal yang merugikan pariwisata. Dalam tulisan-tulisan popular berbahasa Inggris disebut 4-S sebagai atraksi utama dalam pariwisata, yaitu; Sun, Sea, Sand, dan Sex. Beberapa penulis pariwisata Perancis mengemukakan 3-B yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Bronze (berjemur matahari sampai menjadi coklat), Bouver (minum), dan Braiser (memeluk,seks). Tidak boleh orang dalam pembangunan pariwisata menutup mata terhadap ekses yang berupa seks.

2.5 Pengertian Produk wisata Pada umumnya yang dimaksud dengan product adalah sesuatu yang dihasilkan melalui suatu proses produksi. Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata, tetapi merupakan suatu rangkaian jasa yang tidak hanya bersifat ekonomis, tetapi juga bersifat sosial, psikologis dan alam, namun demikian produk wisata sebagian besar dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Produk wisata sangat diperlukan untuk menunjang suatu kepariwisataan agar dapat berjalan sesuai dengan rencana. Karena ketertarikan wisatawan terletak pada isi produk wisata. Semakin baik produk wisata itu, maka semakin membangkitkan kepariwisataan di wilayah itu sendiri. Bukart dan Medlik (Dalam Yoeti,1986:151) mendeskripsikan produk wisata sebagai susunan produk yang terpadu, yang terdiri dari objek wisata, atraksi wisata, transportasi (jasa angkutan), akomodasi dan hiburan di mana tiap unsur dipersiapkan oleh masing-masing perusahaan dan ditawarkan secara terpisah. Hubungan antara produk wisata dan kunjungan wisatawan yang menentukan citra pariwisata di suatu wilayah. Sebaiknya setiap daerah memiliki produk ungulan tersendiri. Misalnya Jakarta dengan produk unggulannya wisata belanja dan wisata sejarah. Yogyakarta dengan wisata budaya dan wisata alam. Seperti halnya Bukart dan Medlik, Gamal Suwantoro juga memiliki pendapat sendiri tentang produk wisata. Suwantoro (1997:49), berpendapat produk wisata merupakan keseluruhan pelayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat

Universitas Sumatera Utara

tinggalnya, sampai ke daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumah dimana ia berangkat semula Ciri-ciri suatu produk wisata adalah : 1. Hasil atau produk wisata tidak dapat dipindahkan. Karena itu dalam penjualannya tidak mungkin produk itu dibawa kepada konsumen, sebaliknya konsumen (wisatawan) yang harus dibawa ke tempat di mana produk iu dihasilkan. 2. Produksi dan konsumsi terjadi pada tempat dan saat yang sama. Tanpa adanya konsumen yang membeli produk/jasa maka tidak akan terjadi produksi. 3. Produk wisata tidak menggunakan standar ukuran fisik tetapi menggunakan standar pelayanan yang didasarkan atas suatu criteria tertentu. 4. Konsumen tidak dapat mencicipi atau mencoba contoh produk itu sebelumnya, bahkan tidak dapat mengetahui atau menguji produk itu sebelumnya. 5. Hasil atau produk wisata itu banyak tergantung pada tenaga manusia dan hanya sedikit yang mempergunakan mesin. 6. Produk wisata merupakan usaha yang mengandung risiko besar. (Suwantoro, 1997:48). Jadi produk wisata merupakan rangkaian dari beberapa jasa yang saling terkait, yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial / psikologis) dan jasa alam. Dari beberapa definisi produk wisata di atas, maka saya membuat kesimpulan bahwa produk wisata adalah beberapa bentuk pelayanan dan jasa yang di hasilkan oleh perusahaanperusahaan yang ditawarkan kepada calon wisatawan dan akan dinkmati oleh wisatawan tersebut selama melakukan perjalanan wisata.

2.6 Pengertan Industri Pariwisata Ada beberapa pengertian tentang industri pariwisata, antara lainnya sebagai kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya, selama dalam perjalanannya. (Yoeti,1985:9).

Universitas Sumatera Utara

Dalam UU RI No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. Pengertian tentang industri pariwisata yang lainnya adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu

layanan

yang

memenuhi

kebutuhan

dari

orang

yang

sedang

bepergian.

(Kusudianto,1996:11). Harus diperhatikan bahwa meskipun kita berbicara tentang industri pariwisata, akan tetapi industri di sini tidak dalam arti ekonomis biasa. Industri pariwisata adalah industri yang kompleks, yang meliputi industri-industri lain. Dalam kompleks industri pariwisata terdapat industri perhotelan, industri rumah makan, industri kerajinan/cendera mata, industri perjalanan dan sebagainya. Dari beberapa definisi Industri pariwisata di atas, maka diambil kesimpulan bahwa industri pariwisata adalah perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk berupa barang dan jasa yang dibutuhkan oleh para wisatawan.

2.7 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata 2.7.1

Sarana Pariwisata Sarana pariwisata adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada

wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan. Yoeti, (1984:184) Sarana kepariwisataan tersebut adalah : 2.7.1.1 Sarana Akomodasi

Universitas Sumatera Utara

Sarana akomodasi merupakan

wahana yang menggunakan sebagian atau seluruh

bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan, minum, danjasa lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial. Menurut

surat

Keputusan

Menteri

Pariwisata

Pos

dan

telekomunikasi

No.37/PW.304/MPT/86tanggal 17Juni1986, yang dimaksud dengan pengertian akomodasi adalah wahana yang menyediakan pelayanan jasa penginapan yang dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum serta jasa lainnya seperti : hotel, losmen, bungalow dan sebagainya.

2.7.1.2 Sarana transportasi Sarana transportasi dalam industri pariwisata sangat vital sekali,mengingat hal ini merupakan mobilisasi wisatawan dari suatu tempat ke tempat lainnya.sebagai komponen wisata, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan sarana transportasi ini, antara lain model transportasi, jenis fasilitas, biaya dan lokasi.berikut ini bagian sarana transportasi (angkutan wisata) yang terlibat dalam perhitungan paket tur: a. Charter pesawat udara atau pesawat udara dengan jadwal tetap (reguler); b. Feri penyebrangan, hovercraft (kapal cepat), hydrofol atau catamaran; c. Kapal pesiar (cruise line ship); d. Kereta api ekspres, subway; e. Coach dan mobil sewaan; f. Transportasi local : delman, becak, kereta kuda yang melayani khusus pariwisata saja.

2.7.1.3 Sarana Makanan dan Minuman (Restoran) Dilihat dari lokasi, ada restoran yang berada di dalam hotel dan menjadi bagian atau fasilitas yang bersangkutan, adapula restoran yang berdiri sendiri secara independen.begitu juga

Universitas Sumatera Utara

dengan rumah makan,depot atau warung-warung yang berada di sekitar objek wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari objek wisata tersebut. 2.7.1.4 Toko Penjual Cinderamata Komponen-komponen ini identik dengan buah tangan, oleh-oleh atau kenang-kenangan dari suatu tempat kunjunan dalam bentuk barang tertentu.barang-baran yang dijual ciri khusus sesuai dengan kondisi dan karakteristik daerah tempat cendera mata tersebut berada. Toko-toko penjual cinderamata khas dari objek wisata tersebut yang notabene mendapat penghasilan hanya dari penjualan barang-barang cinderamata khas objek tersebut (Yoeti, 1985:185). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam komponen ini antara lain jenis barang, kapasitas, lokasi, harga, kualitas, dan keunikannya. Bagaimanapun juga, bagi wisatawan membawa suatu cenderamata sangat berharga untuk dijadikan kenangan kelak.

2.7.2

Prasarana Pariwisata Menurut Yoeti (1985:181), mengatakan : Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas

yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam. Prasarana tersebut antara lain : 1. 2. 3. 4. 5.

Perhubungan : jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut, terminal. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi, kantor pos. Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit. Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga objek wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar objek wisata. 6. Pelayanan wistawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor pemandu wisata. 7. Pom bensin dan lain-lain. (Yoeti, 1984:183) Dalam pengembangan sebuah objek wisata sarana dan prasarana tersebut harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu objek wisata dapat membuat wisatawan untuk

Universitas Sumatera Utara

berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana maka akan menyedot banyak pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar objek wisata tersebut maupun pemerintah daerah.

Universitas Sumatera Utara