BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, TEMUAN ... - Digilib UPI

10 downloads 88 Views 504KB Size Report
pembelajaran program produktif dalam rangka implementasi kurikulum SMK saat ini; b) ... program produktif SMK program keahlian Teknik Mekanik Otomotif; b),.
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, TEMUAN, INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Bab ini terdiri atas 5 (lima) bagian yang menggambarkan tahapan dalam pelaksanaan penelitian. Bagian kesatu adalah

pelaksanaan penelitian, yang

mencakup langkah-langkah: a), persiapan teknis dan administratif; b), ujicoba instrumen studi pendahuluan; c), pengumpulan data studi pendahuluan; d), pengembangan model pembelajaran program produktif SMK program keahlian Teknik Mekanik Otomotif; e), ujicoba terbatas dan lebih luas; f), pelaksanaan uji validasi model; dan g), analisis dan kesimpulan hasil Bagian

kedua

adalah

uraian

tentang

temuan

hasil

penelitian/studi

pendahuluan, mencakup: a), gambaran umum tentang bentuk penyelenggaraan pembelajaran program produktif dalam rangka implementasi kurikulum SMK saat ini; b), prosedur penyusunan rencana pembelajaran; c), bentuk penyelenggaraan diklat Program Produktif: d), pelaksanaan tugas guru program produktif; e), bentuk dukungan stakeholders terkait; dan f)- dukungan alat dan fasilitas diklat Program Produktif; dan g), gambaran tentang hasil pembelajaran produktif (kompetensi) siswa. Bagian ketiga adalah uraian tentang pelaksanaan dan hasil pengembangan desain model, yang mencakup: a), pengembangan desain model pembelajaran program produktif SMK program keahlian Teknik Mekanik Otomotif; b), pelaksanaan dan hasil ujicoba terbatas; c), pelaksanaan dan hasil ujicoba lebih luas. Bagian keempat adalah uraian tentang pelaksanaan dan hasil uji validasi model, yang

UI

112

mencakup paparan tentang penerapan model dan dampaknya terhadap: a), peningkatan prestasi siswa hasil belajar diklat produktif; dan b), pelaksanaan tugas guru program produktif. Bagian kelima adalah interpretasi dan pembahasan hasil penelitian, yang memaparkan tentang kajian kritis terhadap hasil penelitian berdasarkan rujukan teoretis dan empiris, untuk berikutnya menjadi dasar dalam pengambilan kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian.

A. Tahap Pelaksanaan Penelitian Dalam penelitian ini dilaksanakan tahap-tahap sebagai berikut: l). persiapan teknis dan administratif, 2). pengembangan dan uji coba instrumen studi pendahuluan; 3). pengumpulan data studi pendahuluan; 4). pengembangan model pembelajaran program produktif SMK program keahlian teknik Mekanik Otomotif; 5). pelaksanaan dan hasil uji validasi model; dan 6). analisis dan kesimpulan hasil.

1. Persiapan Teknis dan Adminsitratif Persiapan teknis dan administratif ini ditempuh dengan telah disetujuinya desain penelitian, dan telah ditetapkannya Tim Komisi Pembimbing, berdasarkan Surat Keputusan Direktur Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia No.0599/J33.07/PP.04.01/ 2004 tanggal 4 April 2004. Penulis melakukan persiapan antara lain: (a), melakukan penjajagan ke kantor Dinas Pendidikan Kota Semarang, untuk memperoleh gambaran tentang SMK yang membuka program studi Teknik

113

Mekanik Otomotif; (b) melakukan penjajagan terhadap SMK-SMK yang akan menjadi lokasi penelitian. Langkah berikutnya, penulis mengurus ijin penelitian, hingga dikeluarkan ijin penelitian No. 1772/J33.7/PL.03.06/2004, tertanggal 17 Juni 2004, yang ditandatangani Asisten Direktur H atas nama Direktur Program Pascasarjana UPL

2. Pengembangan dan Ujicoba Instrumen Studi Pendahuluan Sebagai bagian penting dalam pelaksanan studi penduhuluan adalah instrumen pengumpulan data. Untuk itu segera setelah dilakukan persiapan, berikutnya penulis mengembangkan instrumen pengumpulan data untuk studi pendahuluan. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian/studi pendahuluan ada dua macam, yaitu; (a) angket untuk Ka Prodi, Guru Program Produktif, Instruktur industri, dan untuk siswa; (b) daftar centang (check list) untuk mengamati dan mengidentifikasi kondisi yang dijelaskan dalam angket Ada dua tahap dalam melakukan ujicoba instrumen, yaitu penilaian para pakar (expert judgement), dan uji keterbacaan, baik untuk angket maupun daftar centang Penilaian pakar dilakukan untuk menilai struktur dan isi (content) pada tiap-tiap sub pertanyaan/observasi. Sedangkan uji keterbacaan dilakukan untuk menilai apakah redaksi dan rumusan kalimat dalam instrumen dapat dipahami oleh responden. Dengan demikian instrumen ini mendasarkan kepada kesahihan (validitas) isi (content validity), dan validasinya menggunakan expert judgement. Berdasarkan uji coba instrumen studi pendahuluan dapat dijelaskan hasil sebagai berikut:

114

a. Hasil penilaian struktur dan isi instrumen memberikan koreksi terhadap beberapa hal, yaitu: 1). perlu penataan terhadap sistematika angket, dalam sub pertanyaan II. 1 (strategi umum pelaksanaan pembelajaran program produktif) sehingga menjadi lebih fokus; 2). perlu keterangan tambahan siapa yang dimaksud pelaksana kurikulum program produktif; karena pelaksana langsung di lapangan adalah Ka Prodi, Guru program produktif dan instruktur lapangan. b. Hasil uji keterbacaan memberikan masukan sebagai berikut 1). Pertanyaan pada sub I butir 3 dan yang sejenisnya, perlu ditegaskan batasan bertanggung jawab; sebab ada yang bertindak sebagai pelaksana dan penanggung jawab; 2). Pertanyaan sub II butir 4, yang dimaksud penyusun apakah berarti juga menghimpun, karena modul tertentu sebagian sudah disediakan oleh Direktorat.

3. Pengumpulan Data Studi Pendahuluan Setelah instrumen pengumpulan data dilakukan perbaikan berdasarkan masukan dan koreksi dalam pelaksanaan uji coba, berikutnya digunakan dalam studi pendahuluan. Pendekatan yang diterapkan dalam studi pendahuluan bersifat deskriptif, yaitu mendeskripsikan bentuk penyelenggaraan pembelajaran program produktif, khususnya pada program keahlian Teknik Mekanik Otomotif, beserta aspek-aspek pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran produktif. Pengumpulan data dalam studi pendahuluan secara kronologis dilakukan dengan memberikan angket kepada responden (Ka Prodi, Guru Program Produktif, Instruktur dan Siswa).

115

Setelah jawaban angket dikumpulkan, berikutnya penulis melakukan pengamatan terhadap kondisi/lingkungan bengkel/workshop, sebagai langkah pengecekan silang (cross check) terhadap apa yang telah diinformasikan responden dalam jawaban angket Jawaban hasil angket dengan temuan hasil pengamatan selanjutnya menjadi sumber utama dalam melakukan analisis temuan terhadap aspek-aspek yang menjadi fokus dalam studi pendahuluan. Hasil analisis temuan tersebut pada dasarnya menjadi acuan dalam langkah berikutnya, yaitu pengembangan desain model pembelajaran program produktif dalam rangka implementasi kurikulum produktif.

4. Pengembangan Model Pembelajaran Program Produktif Kegiatan utama dalam

tahap

pengembangan

penelitian ini adalah

pengembangan model pembelajaran program produktif SMK program keahlian teknik Mekanik Otomotif yang mencakup kegiatan: pengembangan draft desain model; uji coba terbatas; serta uji coba lebih luas.

4.1. Pengembangan Desain Mode) Pengembangan draft desain model dilakukan secara bertahap berdasarkan analisis dan kesimpulan hasil studi pendahuluan, terutama yang secara spesifik berkaitan dengan bentuk penyelenggaraan pembelajaran program produktif. Karena fokus pengembangan desain model ini berkaitan dengan model pembelajaran program produktif pada program keahlian Teknik Mekani Otomotif, maka

analisis temuan juga secara spesifik dilakukan terhadap

penyelenggaraan pembelajaran produktif pada program keahlian Teknik Mekanik

116

Otomotif. Dalam pengembangan desain model ini bersifat mikro dalam lingkup pembelajaran; dengan demikian dipilih satu mata diklat yaitu Perbaikan Motor Otomotif, yang diselenggarakan pada kelas dua SMK, semester tiga dan empat Tahap-tahap pengembangan desain model serta hasil yang diperoleh, diuraikan dalam pembahasan selanjutnya.

4.2. Ujicoba Terbatas dan Lebih Luas Draft desain model yang telah dirancang bersama antara penulis dengan guru mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, tahap selanjutnya memasuki uji coba terbatas. Tujuan pelaksanaan uji coba terbatas adalah untuk memperoleh gambaran tentang kelayakan desain model yang dikembangkan, serta melakukan, perbaikan desain model berdasarkan masukan/koreksi dalam lingkup terbatas. Berdasarkan masukan dan koreksi dalam uji coba terbatas, berikutnya desain model dilakukan perbaikan untuk selanjutnya memasuki uji coba lebih luas. Secara kronologis, tahapan pelaksanaan dan hasil uji coba terbatas dan lebih luas diuraikan dalam pembahasan tentang pengembangan model.

5. Uji Validasi Model Sebagai langkah untuk menilai keterterapan model yang telah melalui uji coba terbatas dan lebih luas, maka berikutnya desain model yang dikembangkan memasuki tahap uji validasi. Tahap ini merupakan fase penerapan model dalam kancah yang sebenarnya (dalam proses pembelajaran program produktif), tanpa kehadiran penulis baik secara personal, maupun dalam bentuk arahan/bimbingan.

117

Penulis dalam konteks mi bersifat memantau pelaksanaan uji validasi, agar tahap uji validasi berjalan dalam kondisi wajar {real setting), sesuai dengan lingkungan SMK yang menjadi subyek uji validasi. Tahapan pelaksanaan dan hasil uji validasi model, dijelaskan dalam pembahasan tentang uji validasi.

6. Analisis dan Kesimpulan Hasil Penelitian Analisis dan kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan pada dasarnya berkaitan dengan tujuan penelitian, baik secara umum maupun khusus. Dalam tujuan khusus penelitian telah dirumuskan hasil-hasil yang diharapkan dapat dicapai, sejalan dengan tahap-tahap penelitian yang dirancang. Dalam konteks hasil final, maka tujuan penelitian tersebut dirumuskan untuk menemukan dampak pelaksanaan model pembelajaran program produktif terhadap peningkatan kompetensi siswa, serta dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru program produktif. Dengan demikian analisis yang diterapkan berdasarkan pendekatan tertentu, serta kesimpulan hasil penelitian yang dirumuskan, akan bermuara kepada tujuan final tersebut

B. Temuan Hasil Studi Lapangan Studi lapangan dalam penelitian ini dilaksanakan di empat SMK, yaitu SMKN A Semarang, SMKN b Semarang, SMK C, dan SMK D Semarang. Sesuai dengan rancangan penelitian, terdapat tujuh aspek (komponen) yang diungkap dalam studi

lapangan,

pembelajaran

yang

program

menggambarkan produktif,

yaitu:

bentuk (1)

penyelenggaraan gambaran

umum

(faktual) tentang

penyelenggaraan pembelajaran program produktif SMK saat ini, (2) prosedur

118

penyusunan rencana pembelajaran program produktif; (3) bentuk pelaksanaan pembelajaran program produktif, (4) pelaksanaan tugas-tugas guru program produktif; (5) bentuk dukungan stakeholders terkait; dan (6) dukungan alat dan fasilitas pembelajaran program produktif; serta (7) gambaran hasil diklat produktif (kompetensi) siswa.

1. Pola Penyelenggaraan Pembelajaran Program Produktif SMK Saat Ini Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada empat SMK yang menjadi subyek dalam

penelitian ini,

diperoleh gambaran umum tentang bentuk

penyelenggaraan pembelajaran program produktif dalam rangka implementasi kurikulum sebagai berikut: a. Penyelenggaraan pembelajaran program produktif SMK, masih banyak menemui hambatan, di samping mencirikan keberagaman tertentu, yang cenderung mengarah kepada kondisi tidak optimal. Beberapa temuan spesifik yang berkaitan dengan penerapan kurikulum program produktif adalah: (a) peran guru program produktif dalam pengembangan GBPP program produktif pada seluruh SMK yang diteliti belum berjalan optimal, sehingga terdapat beberapa mata diklat program produktif belum dilakukan sinkronisasi (penyelarasan) GBPP; (b) pola

penyelenggaraan

pembelajaran

program

produktif memiliki

kecenderungan berbeda antara satu SMK dengan SMK yang lain, baik dalam perancangan, proses pelaksanaan, pola pembagian/alokasi waktu, maupun tempat pelaksanaannya;

119

(c) pelaksanaan evaluasi hasil belajar terdapat perbedaan antara SMKN A, SMKN B dan SMK C, khususnya dalam pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi; sedangkan dalam pelaksanaan evaluasi formatif dan sumatif, memiliki pola yang cenderung sama; (d) dukungan

stakeholders

pada

masing-masing

SMK

memiliki

kecenderungan bervariasi, sesuai dengan pertimbangan subyektif masingmasing

stakeholders.

Pada

SMK

negeri

dukungan

stakeholders

cenderung lebih intensif mulai dari penyelarasan GBPP program produktif sampai dengan pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi; sedangkan pada SMK C, dukungan stakeholders

terbatas H ^ m

penempatan siswa prakerin; (e) dukungan dan ketersediaan alat/fasilitas dalam penyelenggaraan diklat produktif terdapat perbedaan, sesuai dengan kondisi SMK dan akses kerjasama dengan Du/Di. Alat dan fasilitas di SMKN A

tergolong

lengkap dan memiliki akses kerjasama dengan institusi pasangan lebih luas, dibandingkan dengan SMKN B; demikian juga alat dan fasilitas di SMKN B tergolong lebih lengkap dan memiliki akses lebih luas dibandingkan dengan SMK C; (f) hasil pembelajaran dalam bentuk kompetensi siswa menunjukkan kecenderungan perbedaan dalam mutu; salah satu indikatornya adalah pada SMK negeri mampu mengirimkan siswa untuk melaksanakan uji kompetensi dengan prosentase kelulusan 50% - 60%, sedangkan SMK C belum mampu mengirimkan siswa untuk melakukan uji kompetensi.

120

Dalam konteks yang lebih spesifik ditemukan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran program produktif pada seluruh SMK yang diteliti, guru program produktif belum mengembangkan strategi pembelajaran yang mengarah kepada prinsip highly effective éducation and training program, guna menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi tinggi. Dalam hemat penulis,

pembelajaran

program

produktif

perlu

mengembangkan

metoda/strategi yang berisi seperangkat preskripsi pembelajaran bagi siswa dan guru untuk mencapai standar kompetensi (hasil pembelajaran) yang dirumuskan. Untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran, guru belum mengembangkan modul-modul pembelajaran dan instructional sheets secara baik, sebagai suatu paket pembelajaran (learning package) yang utuh sebagai salah satu perangkat pembelajaran program produktif. Pembelajaran program produktif adalah berbasis kompetensi,

namun guru program produktif belum

menyiapkan perangkat pembelajaran secara terstrukutr untuk tiap-tiap kompetenst/sub kompetensi yang akan dipelajari siswa. Dari empat SMK yang disurvei, hanya sebagian yang menerapkan penggunaan job sheet, itupun dalam format yang tidak lengkap; sementara beberapa SMK yang tidak menggunakan job sheet. Keadaan ini dimungkinkan karena beberapa alasan, yaitu: (a) pengguaan job sheet dianggap sudah biasa, sehingga guru menganggap sudah hafal di luar kepala; (b) ada kebimbangan bagi para guru, format mana yang akan dipakai dalam membuat job sheet, karena ternyata versinya juga berbeda-beda.

121

d. Sebagian besar guru program produktif, dalam melaksanakan evaluasi basil belajar diklat produktif siswa lebih menekankan sedikit aspek pengetahuan, dan lebih banyak aspek keterampilan kerja; sementara sebagian besar aspek pengetahuan (kognitif) dan sikap kerja (disiplin, ketelitian, kecermatan kerja dsb), belum diungkap. Dalam hemat penulis, faktor utama hai ini adalah belum adanya perangkat pembelajaran program produktif yang mengungkap prestasi (kecakapan) siswa hasil belajar diklat produktif secara komprehensif, mencakup aspek pengetahuan, keterampilan kerja, dan sikap kerja Dalam perkembangannya saat ini, untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi, penggunaan job sheet saja tidak cukup, sehingga dibutuhkan model pembelajaran dengan pendekatan tertentu yang dapat

mengoptimalkan

penyelenggaraan

pembelajaran

produktif

sehingga

meningkatkan prestasi siswa hasil belajar diklat produktif. Model pembelajaran yang dikembangkan juga memungkinkan fleksibilitas dalam penyusunan kegiatan belajar secara individual atau kegiatan belajar remedial, karena ada kemungkinan sesorang anak didik belum mencapai kompetensi hanya dalam unit-unit belajar tertentu saja, sehingga dengan menambah atau mengulangi unit yang kurang tersebut secara individual masalah tersebut dapat diatasi.

2. Mekanisme Penyelenggaraan Pembelajaran Program Produktif Seperti diketahui, dalam struktur kurikulum program produktif, terdapat dua kelompok mata diklat yang memiliki ciri/sifat berbeda, yaitu: (1) kelompok mata diklat produktif yang bersifat teoretik atau yang pembelajarannya lebih banyak

122

dilaksanakan di dalam kelas, seperti Perhitungan Dasar Konstruksi Mesin; dan Menggambar Teknik Dasar, dan (2) kelompok mata diklat produktif yang bersifat praktik

atau

yang

bengkel/workshop/unit

pembelajarannya produksi/Du/Di,

lebih seperti:

banyak Perbaikan

dilaksanakan Motor

di

Otomotif,

Perbaikan Chasis dan Pemindah Tenaga, Perbaikan Sistem Kelistrikan Otomotif, Perbaikan Bodi Otomotif Dasar dsb. Dengan dua ciri/sifat kelompok mata diklat seperti tersebut, sangat memungkinkan masing-masing SMK memilih pola yang tidak sama dalam penyelenggaraannya. Secara prinsip, dalam suatu mata diklat produktif tidak dipisahkan antara pembelajaran praktik dan teori; artinya tidak dikenal istilah teori atau praktik pada satu mata diklat produktif Kedua hal tersebut (teori dan praktik) pada dasarnya menyatu dalam kegiatan pembelajaran suatu mata diklat, hanya proporsinya yang ditentukan secara berbeda. Dalam GBPP dan pedoman penyelenggaraan diklat produktif kurikulum SMK edisi 1999, secara eksplisit disebutkan beberapa hal: (1) alokasi waktu pembelajaran praktik dalam program produktif minimum 70%, yang berani teori maksimum 30%; (2) pengaturan waktu pembelajaran dalam bentuk jadwal mingguan dalam 1 (satu) tahun dilakukan masing-masing sekolah dengan memperhatikan : keutuhan dan ketuntasan penguasaan kompetensi; kesinambungan proses pembelajaran; dan efisiensi penggunaan sumber daya pendidikan; (3) paket keahlian produktif dilaksanakan di industri atau sebagian di sekolah. Prinsip yang sama pada dasarnya juga berlaku bagi pola pembelajaran program produktif yang tertuang dalam kurikulum SMK 2004.

123

Mekanisme penyelenggaraan pembelajaran program produktif,

secara

spesifik dapat dikelompokkan dalam tiga kegiatan utama, yaitu: (a) penyusunan rencana pembelajaran; (b) pelaksanaan pembelajaran; dan (c) evaluasi hasil pembelajaran. Berdasarkan studi pendahuluan terhadap tiga kegiatan tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut: 2.1 Penyusunan Rencana Pembelajaran Langkah awal yang harus dilakukan pelaksana kurikulum program produktif (Ka Prodi dan guru program produktif) di lapangan untuk melaksanakan pembelajaran

berbasis

menyiapkan/menyusun

kompetensi program

dan

pembelajaran

berbasis sehingga

produksi

adalah

menjadi

rencana

pembelajaran yang siap diterapkan dan sejalan dengan kondisi institusi pasangan serta sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang dirumuskan. Untuk mencapai hal tersebut, maka tugas yang semestinya dilakukan oleh pelaksana kurikulum, terutama Ka Prodi dan Guru Program Produktif, adalah; (a) mengkaji dan menganalisis standar kompetensi lulusan suatu program keahlian; (b) mengkaji GBPP program produktif, dan (c) mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan dan perkembangan Du/Di atau institusi pasangan. Tujuan dilaksanakannya tiga hal di atas adalah agar rencana program pembelajaran yang disusun dapat dirancang dengan tepat serta sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran program produktif. Langkah menyiapkan rencana pembelajaran tersebut menjadi sangat penting terutama pada kelompok mata diklat yang menitikberatkan pada penguasaan keahlian dan kompetensi produktif, serta dalam penyelenggaraan pembelajarannya perlu memperoleh dukungan sarana bea^el/workshop atau pihak institusi pasangan.

124

Berdasarkan survei yang dilakukan di SMKN A, produktif telah

membuat rencana pembelajaran

Ka Prodi dan guru

program

produktif dengan

mendasarkan kepada tiga hal di atas; sedangkan di SMKN B dan SMK C, rencana pembelajaran produktif dirancang hanya mendasarkan kepada dua hal, yaitu GBPP Produktif dan kondisi institusi pasangan. Secara ideal, penyusunan rencana pembelajaran produktif semestinya mendasarkan kepada tiga hal seperti diuraikan di atas; di samping untuk menyelaraskan isi rencana pembelajaran dengan kondisi riel di lapangan, juga untuk mengarahkan bahwa rumusan tujuan pembelajaran dirancang sesuai dengan tuntutan kompetensi dan kondisi Du/Di. Secara spesifik, dijumpai bahwa dalam penyusunan rencana pembelajaran program produktif yang dilakukan oleh guru dapat dideskripsikan hasilnya dalam empat hal pokok sebagai berikut: (l) materi pembelajaran, kurang memuat bahan pembelajaran yang mendukung kompetensi yang akan dicapai; kemudian penyusunannya menekankan pokok bahasan; serta tidak dihimpun dalam bentuk modul-modul pembelajaran; (2) metoda/strategi pembelajaran, sebagian besar meriskankan perlakukan klasikal dengan metoda utama ceramah dan tanya jawab; dan tidak menerapkan pembelajaran modular, (3) bahan dan alat pembelajaran yang ada, kurang sejalan dengan tujuan serta kompetensi yang akan dicapai; dan (d) rencana evaluasi, direncanakan program pengayaan (enrichment) tetapi tidak mengintegrasikan tes tertulis dan tes tindakan. 2.2 Pelaksanaan Pembelajaran Dari survei yang dilakukan ditemukan bahwa penyelenggaraan pembelajaran program produktif, khususnya pada program Teknik Mekanik Otomotif dapat

125

dideskripsikan dalam tiga hal, yaitu: (1) dalam pelaksanaan pembelajaran program produktif dan pemberian tugas pembelajaran kepada siswa, para guru tidak mengembangkan model preskriptif dan tidak mengembangkan instructional sheets sebagai suatu paket pembelajaran {learning package); (2) pemberian tugas pembelajaran dan pembimbingan bersifat klasikal; dan (3) bentuk operasional pembelajaran di lapangan ada tiga pola yaitu: (a) pola day-release; (b) semi blockrelease atau pola on-off, dan (c) pola block-release. Pola day-release dan semi-block release, lebih banyak diterapkan pada penyelenggaraan pembelajaran program produktif di sekolah (SMK); sedangkan block-release diterapkan pada diklat praktik kerja industri (prakerin). Dalam pembelajaran program produktif di SMKN B dan SMK D, para guru program produktif masih menggunakan lembar-lembar pembelajaran {instructional sheets), dalam bentuk job sheet, namun dalam versi yang berbeda. Sedangkan di SMKN A dan SMK C para guru dan instruktur tidak menggunakan job sheet, dengan alasan diklat yang dilaksanakan sudah sangat diketahui urutan dan prosedurnya, sehingga lebih mudah mengajar tanpa menggunakan job sheet. Tabel: 4.1 Deskripsi Pemanfaatan Instructional Sheets dalam Pembelajaran Program Produktif Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif No. 1. 2. 3. 4.

SMK SMKN B SMK D SMKN A SMK C

Bentuk Instructional Sheets Job sheet Lainnya ada tidak ada ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

126

Dari tabel 4.1 di atas tergambar bahwa perangkat pendukung pelaksanaan diklat produktif, sebagian besar tidak dikembangkan oleh guru, hanya sebagian kecil yang mengembangkan dan menggunakan, itupun hanya dalam bentuk job sheet. Padahal, idealnya dengan pendasarkan kepada model pembelajaran tertentu, perlu dikembangkan instructional sheets sebagai suatu paket pembelajaran (learning package). Hal ini terlebih dalam pembelajaran program produktif, sebab di samping bahan-bahan instruksional yang konvensional seperti buku, manual atau media cetak dan non cetak; perlu dikembangkan instructional sheets, yang mencakup learning guide, job sheet, deskripsi leraning steps, sel/ check, dan perangkat tes. Dengan demikian untuk memperoleh peningkatan prestasi siswa hasil belajar diklat produktif, dalam pembelajaran program produktif tidak cukup hanya menggunakan job sheet namun juga perlu perlu dikembangkan instructional sheets dengan mendasarkan kepada model pembelajaran preskriptif. Penyelenggaraan pembelajaran program produktif di SMKN B dan SMK C menggunakan pola day-release, yaitu pelaksanaan pembelajaran kelompok mata diklat produktif yang bersifat praktik dilaksanakan selama 1 (satu) atau 2 (dua) hari berturut-turut di bengkel/work shop atau di unit produksi (UP) sekolah, sedangkan pembelajaran mata diklat produktif yang bersifat teori dilaksanakan selama 4 (empat) atau 5 (lima) hari di kelas. Sedangkan di SMKN A Semarang menggunakan pola semi-block atau biasa disebut pola on-off, yaitu pembelajaran kelompok mata diklat produktif yang bersifat praktik dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan berturutturut atau setara 13-15 minggu yang dilaksanakan di bengkel/workshop/unit produksi sekolah; kemudian

15-17 minggu berikutnya pembelajaran kelompok mata diklat

127

produktif yang bersifat teori, yang dilaksanakan di kelas. Bentuk pelaksanaan pembelajaran program produktif di tiga SMK yang diteliti, sebagai berikut: Tabel: 4.2 Pola Pelaksanaan Pembelajaran Program Produktif SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif

Pola Diklat

Lama waktu Prakerin Kelompok Praktik 4-5 hr/minggu 6 bki/Block-release

No

SMK

1.

SMKN B

Day-release

Kelompok Teori 1-2 nr/minggu

2.

SMKNA Semi-block/ On-off

3 bin-13-15 minggu

15-17 minggu

6 bln/Block-release

3.

SMK C

Day-release

1-2 hr/ming&u

4-5 hr/minggu

3 bln/Block-release

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan praktik kerja industri (prakerin), ketiga SMK yang diteliti menerapkan pola block-release, hanya lama waktunya berbeda sesuai dengan kesediaan/kesepakatan dengan EP. Untuk siswa SMKN B dan SMKN A lama waktu prakrein selama 6 (enam) bulan; sedangkan siswa SMK C selama 3 (tiga) bulan. Fokus diklat yang dilaksanakan selama

pelaksanaan

prakerin

pada

dasarnya

adalah

pembekalan

keahlian

(kompetensi) kerja melalui pelibatan siswa dalam aktivitas produktif, baik dalam produksi komponen otomotif maupun pengadaan jasa perbaikan otomotif. Dari pengumpulan data yang dilakukan diperoleh gambaran tentang komponen

penyelenggaraan

diklat

program

produktif sebagai

berikut:

(1)

pendekatan pembelajaran; (2) tingkat kemampuan guru program produktif; (3) strategi pelaksanaan diklat produktif; dan (4) peran guru program produktif. Dalam pendekatan pembelajaran, ditemukan bahwa pembelajaran berbasis kompetensi belum dapat dilaksanakan secara maksimal, salah satunya karena untuk seluruh mata

128

diklat program produktif dalam pembelajarannya tidak menerapkan modul pembelajaran dan instructional sheets kompetensi/sub kompetensi yang dirumuskan. Sebagian besar guru program produktif, khususnya pengampu diklat Teknik Mekanik Otomotif, telah memperoleh pembekalan atau penataran yang berkaitan dengan diklat produktif. Dengan demikian kualifikasi kemampuan guru produktif sebagian besar telah ditingkatkan. Sedangkan strategi pelaksanaan sebagian besar telah disosialisasikan sebelum pembelajaran program produktif dilaksanakan.

23 Evaluasi Hasil Pembelajaran Dalam pengumpulan data tentang bentuk evaluasi hasil pembelajaran program produktif, diperoleh gambaran dalam beberapa hal, yaitu: (1) pelaksanaan evaluasi hasil pembelajaran; (2) uji kompetensi dan sertifikasi; (3) peran guru program produktif; dan (4) bentuk dukungan stakeholders. Dalam hal pelaksanaan evaluasi hasil pembelajaran, dideskripsikan bahwa: (a) sebagian besar guru program, produktif SMK melaksanakan evaluasi sumatif, artinya sebagian kecil yang menerapkan evaluasi formatif dan sumatif, (b) sebagian, guru menerapkan pendekatan PAN dan sebagian lagi menerapkan pendekatan PAP; dan (c) dilaksanakan tes tertulis, namun tes tindakan tidak diterapkan secara optimaL Evaluasi hasil pembelajaran ini bersifat internal, sehingga dilaksanakan oleh guru pengampu mata diklat progran produktif. Untuk evaluasi kompetensi siswa, kalangan SMK saat ini menyebut uji kompetensi. Pada tiga SMK yang menjadi subyek penelitian, yang melaksanakan uji kompetensi adalah SMKN A dan SMKN B, itupun tidak seluruh siswa diikutkan dalam uji kompetensi. Hal ini berkaitan

129

dengan penyelenggaraan uji kompetensi saat ini, di samping melibatkan guru/penguji internal juga melibatkan pihak luar/Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) serta penguji eksternal (external assessor), sehingga membutuhkan biaya cukup besar. Atas dasar hal tersebut, maka pada tahap ini sekolah mengirimkan siswa-siswa yang prestasinya baik untuk mengikuti uji kompetensi dan sertifikasi. Dalam evaluasi dan uji kompetensi, peran pelaksana kurikulum program produktif cukup signifikan, terutama dalam pelaksanaan evaluasi formatif dan sumatif, serta dalam penyiapan guru program produktif yang ditunjuk sebagai penguji internal. Dalam hal dukungan stakeholders (Du/Di dan asosiasi profesi) terkait, antara lain berupa dukungan penguji eksternal (exsternal assessor), serta penyediaan tempat uji kompetensi, jika di SMK tertentu tidak tersedia alat/mesin untuk melaksanakan uji kompetensi keahlian tertentu. Sebagai penyelenggaraan uji kompetensi, maka LSP menyusun materi uji kompetensi, serta menerbitkan sertifikat kompetensi bagi siswa yang lulus. Gambaran pelaksanaan evaluasi dan uji kompetensi yang berlangsung saat ini sebagai berikut: Tabel 4.3 Pola Pelaksanaan Evaluasi dan Uji Kompetensi Pembelajaran Program Produktif SMK No

SMK

Evaluasi

Uji Kompetensi

Assessor

Sertifikasi

1.

SMKNB

Sumatif

Uji Kompetensi *)

Internal & Eksternal

Profesi/LSP

2.

SMKNA

Formatif & Sumatif

Uji Kompetensi *)

Internal & Eksternal

Profesi/LSP

j.

SMK C

Sumatif

Internal

Prakerin

Keteranga * ) : siswa terpilih



130

Evaluasi proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan sebagian besar guru program produktif, bersifat sumatif melalui tes yang dilaksanakan setiap selesai pembelajaran. Sebagian guru juga program produktif belum menerapkan tes tindakan (performance test) sebagai salah satu alat untuk mengukur prestasi hasil belajar diklat produktif. Dari enam guru program produktif yang menjadi responden, hanya tiga guru yang dalam evaluasi pembelajaran menggunakan teknik tes tindakan sebagai salah satu teknik evaluasi hasil pembelajaran.

3. Pelaksanaan Tugas Guru Program Produktif Secara riel pelaksana kurikulum program produktif di lapangan pada dasarnya terdiri dari Ketua Program Studi (Ka Prodi) dan guru program produktif. Dengan demikian tugas-tugas pengembangan kurikulum, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, sampai dengan pelaksanaan evaluasi dan uji kompetensi, secara riel dilaksanakan oleh ketua Prodi bersama-sama guru program produktif. Dalam hal tugas pengembangan kurikulum, antara lain mencakup kegiatan melakukan sinkronisasi (penyelarasan) kurikulum (GBPP) produktif agar selaras dengan standar kompetensi (SKKNT) serta sesuai dengan kondisi/perkembangan Du/Di atau institusi pasangan. Dalam tugas perencanaan pembelajaran, antara lain mencakup kegiatan analisis proporsi pembelajaran produktif, penyusunan rencana pembelajaran, dan penyusunan job sheet. Demikian juga tugas pelaksanaan proses pembelajaran sampai dengan evaluasi dan uji kompetensi, merupakan bagian yang melekat dalam kinerja pelaksana kurikulum program produktif.

131

Secara umum tugas-tugas pembelajaran seperti dijelaskan di atas, telah dapat dilaksanakan oleh guru program produktif. Namun demikian hasil yang diperoleh belum selaras dengan harapan dan prinsip pembelajaran program produktif, dengan ciri utama berbasis kompetensi. Guru program produktif sebagian besar masih bersifat rutinitas dalam melaksanakan tugas pembelajaran, yaitu menyusun rencana, melaksaakan, dan melakukan evaluasi hasil pembelajaran. Dari pelaksanaan tugas tersebut belum terlihat adanya pembaharuan atau inovasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan program produktif.

4. Bentuk Dukungan Stakeholders Terkait Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kejuruan khususnya SMK pada dasarnya sangat diharapkan partisipasi dan dukungan riel dari kalangan institusi pasangan, Du/Di atau asosiasi profesi Secara operasional, partisipasi dan dukungan tersebut diharapkan dapat terjalin sejak perencanaan pendidikan, pengembangan kurikulum, penyelenggaraan pembelajaran, evaluasi, hingga upaya-upaya penyaluran tamatan. Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan bahwa dukungan dan partisipasi tersebut sebagian besar masih berkisar dalam penyelenggaraan diklat, itupun sebagian besar dalam bentuk penyediaan tempat praktik kerja industri (prakerin) atau magang; serta yang sekarang ini mulai baru tumbuh adalah dalam pelaksanan uji kompetensi dan sertifikasi. Secara substansial, sebenarnya partisipasi institusi pasangan (IP), Du/Dt atau asosiasi profesi sangat dibutuhkan dalam proses penyelarasan kurikulum dan rencana pembelajaran, di samping dalam pelaksanaan pembelajaran dan uji kompetensi.

132

Namun pada kenyataannya, dalam proses penyelarasan kurikulum dan rencana pembelajaran, serta dalam pelaksanaan pembelajaran, hampir tidak dijumpai dukungan dan partisipasi IP atau Du/Di secara memadai. Padahal pada dua kegiatan itulah (penyelarasan kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran) sangat dibutuhkan dukungan Du/Di atau IP, karena dalam pembelajaran kompetensi dan produksi, dibutuhkan tingkat kesesuaian yang tinggi dengan lapangan yang akan menjadi lapangan kerja lulusan.

S. Bentuk Dukungan Alat dan Fasilitas Diklat Salah satu kondisi yang diharapkan sudah siap dan memadai dalam pelaksanaan pembelajaran produktif adalah ketersediaan alat dan fasilitas diklat Namun, berdasarkan studi awal dijumpai bahwa ketersediaan alat/fasilitas pokok dalam pembelajaran produktif masih belum memadai, terutama pada SMK swasta yang berakreditasi sedang. Dari sisi jumlah, alat/fasilitas pokok yang ada tidak seimbang dengan jumlah siswa yang harus dilayani. Demikian juga dari sisi kualitas, alat/fasilitas pokok yang ada sebagian besar mutunya tertinggal jauh dengan kondisi dan perkembangan Du/Di. Satu hal lagi yang banyak menjadi hambatan guru program produktif adalah alat bantu pembelajaran, serta media pembelajaran dirasakan masin sangat kurang. Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran program produktif, khususnya pada program keahlian Teknik Mekanik Otomotif di SMK swasta dengan akreditasi sedang, secara operasional belum berjalan secara maksimal. Keadaan yang lebih baik, terutama dimiliki oleh dua SMK negeri yang menjadi subyek studi pendahuluan. Beberapa sarana/alat dan bahan tergolong masih

133

cukup memadai, walaupun tidak dapat dikatakan mutakhir, namun secara operasional masih memenuhi syarat untuk penyelenggaraan pembelajaran program produktif.

6. Gambaran tentang Hasil Diklat (Kompetensi) Lulusan Studi untuk mengungkap hasil diklat program produktif atau lebih tepat disebut kompetensi lulusan, dilakukan terhadap instruktur lapangan (industri), tim penguji (assessor) kompetensi, Ka prodi dan guru produktif, serta siswa. Studi ini dijelaskan secara deskriptif, menyangkut dua aspek yaitu; tingkat kompetensi siswa dan relevansi kompetensi siswa dengan kebutuhan lapangan kerja. Dari sudut pandang pembimbing lapangan (industri) diperoleh gambaran bahwa tingkat kompetensi siswa yang melakukan prakerin/magang, sebagian besar belum memenuhi standar kerja di industri, terutama berkaitan dengan keterampilan kerja yang dimiliki. Oleh karena itu, siswa perlu berlatih lebih maksimal, baik sebelum prakerin di industri maupun selama prakerin, agar ke depan dapat memiliki peluang yang besar untuk memperoleh sertifikasi kompetensi Namun demikian, dari sisi sikap, perilaku, etos kerja siswa, sebatas yang dapat diamati, selama ini cukup terjadi peningkatan. Hal ini diindikasikan bahwa siswa-siswa yang melakukan prakerin di tempatnya, telihat semakin dewasa dan memiliki semangat kerja yang semakin tinggi. Dari sisi kesesuaiannya dengan lapangan kerja, dijelakan bahwa hal itu relatif, terutama jika dihubungkan dengan di mana siswa tersebut melakukan prakerin. Namun diakui, memang ada beberapa siswa yang masuk prakerin terlihat

134

belum siap untuk melakukan kegiatan kerja sesuai dengan standar yang ada di industri; sehingga dibutuhkan penyesuaian. Dari sudut pandang tim penguji (assessor) kompetensi, terutama external assessor, dijelaskan bahwa dalam tahap-tahap awal penyelenggaran uji kompetensi seperti sekarang, memang belum begitu terlihat kualitas kompetensi siswa secara signifikan terhadap standar kompetensi maupun tuntutan lapangan kerja. Dapat diambil contoh, dari sekitar sepuluh siswa yang mengikuti uji kompetensi di bidang keahlian otomotif, baru sekitar empat sampai lima siswa yang lulus sesuai standar ITO (Ikatan Teknisi Otomotif). ITO merupakan lembaga sertifikasi profesi bidang otomotif yang saat mi menjadi mitra Direktorat Dikmenjur untuk melakukan uji kompetensi dan sertifikasi. Dari sudut pandang Ka prodi dan guru program produktif, diperoleh keterangan senada dengan penguji eksternal; bahwa untuk mencapai kompetensi siswa sesuai standar ITO, guru produktif beserta siswa masih harus berjuang lebih keras, dalam arti meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya pembelajaran produktif Diakui oleh guru-guru program produktif, bahwa berbagai kendala dan hambatan yang saat ini masih ada dalam pelaksanaan pembelajaran program produktif sangat diharapkan segera dapat diatasi, baik melalui upaya-upaya internal para guru maupun dukungan eksternal, terutama Du/Di. Secara internal, guru program produktif berusaha memperbaiki penyelenggaraan pembelajaran mulai dari penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan sampai dengan evaluasinya Untuk itu, menurut keterangan guru, upaya maupun inovasi apapun yang berkaitan dengan

135

peningkatan pelaksanaan pembelajaran, khususnya program produktif, akan diterima secara positif. Dari sisi siswa, berbagai informasi seputar pelaksanaan uji kompetensi, baik hambatan yang ada maupun prospek keberhasilannya, diyakini itu justru menjadi pemacu dalam melaksanakan pembelajaran. Siswa memang merasa ada hambatan dalam mengikuti uji kompetensi, khususnya dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan kecermatan dan disiplin tinggi sesuai standar industri, siswa masih memerlukan pendidikan dan pelatihan yang lebih maksimal.

136

C. Pengembangan Model Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide dalam Rangka Implementasi Kurikulum SMK Berdasarkan temuan/hasil survei terhadap model pembelajaran program produktif SMK,

secara umum telah digambarkan bahwa enam komponen

pembelajaran dalam rangka implementasi kurikulum program produktif ternyata tidak

berjalan secara

optimal;

bahkan

mengarah kepada ketidak-efektifan

pembelajaran program produktif yang selama ini berlangsung dalam meningkatkan kompetensi produktif siswa. Dari enam komponen tersebut yang menjadi pokok pengembangan adalah proses penyelenggaraan pembelajaran program produktif. Dengan demikian, tindak lanjut penelitian ini adalah merumuskan pengembangan desain model pembelajaran preskriptif program produktif, menjadi suatu model operasional yang teruji efektif dalam meningkatkan kompetensi lulusan. Sebagaimana telah

disebutkan bahwa sebagai

suatu desain

model

pembelajaran, secara operasional pembelajaran preskriptif memerlukan suatu pendekatan dalam penerapannya. Pendekatan tersebut, di samping merupakan ciri desain model yang dikembangkan, juga berfungsi untuk mengelaborasi aspek-aspek pada komponen kondisi pembelajaran, dan komponen metoda/strategi pembelajaran. Perangkat yang digunakan dalam penerapan model pembelajaran preskriptif adalah 'The Learning Guide". Dengan demikian secara eksplisit rumusan pengembangan model disebut sebagai: model pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide. Pelaksanaan

pengembangan

model

pembelajaran

preskriptif program

produktif SMK dengan penerapan learning guide dalam penelitian ini mencakup dua

137

tahap, yaitu: (1) perumusan dan pengembangan komponen (isi) desain model; dan (2) uji coba desain model, baik secara terbatas dan lebih luas. Kedua tahap tersebut merupakan suatu rangkaian pengembangan dalam rangka menemukan model penyelenggaraan pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide yang teruji efektif.

1. Pengembangan Komponen Desain Model Pembelajaran Preskriptif Program Produktif Perumusan dan pengembangan desain model pembelajaran preskriptif yang dirancang dalam penelitian ini difokuskan pada desain model pembelajaran Perbaikan Motor Otomotif pada program keahlian Teknik Mekanik Otomotif. Untuk memperoleh peningkatan prestasi hasil belajar program produktif yang juga mencerminkan kompetensi siswa, maka pembelajaran Perbaikan Motor Otomotif perlu dikembangan dalam tiga aspek secara terintegrasi, yaitu: pengembangan desain rencana pembelajaran, desain pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran. Dengan demikian secara spesifik, desain model pembelajaran preksriptif program produktif dengan penerapan learning guide pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, mencakup komponen/isi sebagai berikut: (1) desain model rencana pembelajaran; (2) desain model pelaksanaan pembelajaran; dan (3) desain model evaluasi hasil pembelajaran.

138

1.1. Desain Model Rencana Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide Menyusun rencana pembelajaran program produktif adalah langkah awal dalam penyelenggaraan pembelajaran program produktif. Dalam langkah ini unsur utama pelaksana kurikulum yaitu guru pada suatu mata diklat program produktif, merumuskan rencana pembelajaran sesuai dengan rumusan kompetensi atau sub kompetensi yang ada dalam GBPP program produktif Teknik Mekanik Otomotif, serta sejalan dengan kondisi dan kebutuhan institusi pasangan maupun unit produksi (UP) sekolah Prosedur penyusunan rencana pembelajaran produktif, khususnya pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif yang selama ini berlangsung di SMK, seperti ditemukan dalam survei, menggambarkan prosedur yang tidak efektif serta tidak sejalan dengan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi {compétence based) dan berbasis produksi {production based). Secara konseptual perencanaan pembelajaran program produktif harus menitikberatkan bentuk paket-paket pembelajaran (learning packages) secara tuntas untuk setiap kompetensi/sub kompetensi yang harus dikuasai siswa. Demikian juga, rumusan rencana pembelajaran harus mencerminkan penekanan pada penguasaan dasar-dasar keahlian yang luas, kuat, serta penguasaan alat dan teknik bekerja yang tepat Dengan demikian, setiap guru program produktif harus mampu membuat rencana pembelajaran yang mencakup aspek/komponen sebagai

berikut:

(1)

tujuan

pembelajaran,

(2)

metoda/strategi pembelajaran, (4) alokasi waktu, evaluasi.

materi

pembelajaran,

(3)

(5) alat dan bahan, dan (6)

139

Dari hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar guru program produktif pada dasarnya telah membuat rencana pembelajaran program produktif yang mencakup keseluruhan aspek/komponen di atas; namun demikian setidaknya ada empat aspek yang sebagian besar tidak memiliki keselarasan dengan tujuan pembelajaran yang dirumuskan, baik dari sisi substansi maupun kedalamannya, yaitu aspek materi pembelajaran, metoda/strategi, alat dan bahan, dan evaluasi. Pada keempat aspek tersebut banyak terjadi guru program produktif tidak merumuskan rencana pembelajaran secara benar dan sesuai/selaras dengan tujuan pembalajaran. Misalkan dalam rencana pembelajaran dirumuskan tujuan pembelajaran khusus sebagai berikut siswa dapat menjelaskan fungsi kepala silinder, namun setelah dianalisis pada empat aspek yang disebutkan di atas sebagian besar belum sejalan dengan tujuan yang akan dicapai. Dengan pengembangan

mendasarkan

kepada

dalam perumusan

fakta

rencana

tersebut

penulis

pembelajaran program

melakukan produktif,

khususnya pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif Rumusan rencana pembelajaran tersebut dikembangkan bersama antara penulis dengan guru pengampu mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, serta menitikberatkan kepada pengembangan prosedur dan isi/substansi materi pembelajaran yang selama ini terlaksana. Dengan demikian secara spesifik dapat dinilai hasil pengembangannya dibandingkan dengan model yang selama ini berlangsung. Secara bagan dapat dideskripsikan hasil pengembangan desain model rencana pembelajaran preskriptif program produktif sebagai berikut:

140

Tabel :4.4 Deskripsi Hasil Pengembangan Desain Model Rencana Pembelajaran Preskriptif Program Produktif Deskripsi Hasil Kondisi Sebelum Aspek No Pengembangan Pengembangan 1) Berisi rumusan tentang 1) Berisi rumusan tentang kompetensi 1. Tujuan Pembelajaran kompetensi yang akan dicapai 2.

Materi Pembelajaran

1) Tidak mendukung ru- 1) Bersisi bahan ajar yang mendukung musan kompetensi yang kompetensi yang akan dicapai; akan dicapai; 2) Disusun berhentak penyelesaian 2) Disajikan per pokok tugas pembelajaran per kompetensi; bahasan; 3) Dikemas dalam bentuk modul 3) Tidak dihimpun dalam pembelajaran setiap kompetensi/sub bentuk modul pembekompetensi lajaran

3.

Metoda/ Strategi Pembelajaran

1) Lebih menekankan perlakuan klasikal dengan metoda utama ceramah dan tanya jawab; 2) Tidak menerapkan pembelajaran modular

1) Bersifat preskriptif, dengan tahap: a. menjelaskan materi sesuai kompetensi yang akan dicapai; b-memberikan tugas pembelajaran secara bertahap (task-focused) dan diberikan petunjuk pelaksanaan per kompetensi; c. memberikan layanan pembelajaran (individualized instruction); A memberikan layanan pembelajaran tuntas per kompetensi. 2) Menerapkan learning guide, dengan langkah: a. guru menjelaskan materi sesuai kompetensi; b. siswa membaca dan memahami modul pembelajaran; c. siswa membaca dan memahami learning guide; d. siswa membaca dan memahami job sheets; e. siswa menyelesaikan tugas secara bertahap dengan acuan learning steps; f. siswa melakukan self check; g. siswa melakukan tes tertulis dan tindakan; h. guru memfasilitasi kegiatan pembelajaran siswa

141

1 4.

1) Sesuai dengan bobot dan lingkup materi

Alokasi waktu

1) Sesuai dengan bobot dan lingkup materi

5.

Alat/Bahan

1) Bahan pembelajaran 1) Bahan pembelajaran mendukung kurang sejalan dengan tujuan dan disusun per kompetensi; tujuan dan materi; 2) Alat pembelajaran sesuai rumusan kompetensi yang akan dicapai

6.

Evaluasi

1) Tersedia remedial tetapi tidak ada program pengayaan (enrichment);

2) Tidak mengintegrasikan tes tertulis dan tes tindakan

]) Dirancang

program

pengayaan

(enrichment);

2) [ntegrasi antara tes tertulis (written tesi) dengan tes tindakan (performance lesi)

Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat deskripsi hasil pengembangan desain model rencana pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, yang mencakup beberapa komponen/aspek yang mengarah kepada prinsip pembelajaran berbasis kompetensi dan berbasis produksi. Dalam mengembangkan desain model rencana pembelajaran tersebut penulis bersama dengan guru mata diklat Perbaikan Motor Otomotif merumuskan secara intensif sehingga menjadi rencana pembelajaran yang secara konseptual memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sebelum pengembangan. Empat komponen rumusan rencana pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan tabel 4.4 adalah: (1) materi pembelajaran, berisi bahan ajar yang mendukung kompetensi yang akan dipelajari; disusun berbentuk penyelesaian tugas per kompetensi;

dan dikemas

dalam

bentuk modul

pembelajaran

setiap

kompetensi/sub kompetensi; (2) metoda/strategi pembelajaran, bersifat prescriptive artinya memberikan resep/petunjuk bagi guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran; (3) alat dan bahan pembelajaran, sesuai mendukung tujuan yang akan dicapai serta sesuai dengan rumusan kompetensi; (4) evaluasi pembelajaran,

142

dirancang program pengayaan serta mengintegrasikan antara tes tertulis (wriiten test) dan tes tindakan (performance test).

1.2. Desain Model Pelaksanaan Pembelajaran Preskriptif dengan dengan Penerapan Learning Guide Pelaksanaan pembelajaran program produktif pada dasarnya merupakan langkah pokok dalam implementasi kurikulum program produktif. Pembelajaran program produktif, dalam pelaksanaannya secara konseptual perlu mendasarkan kepada beberapa pendekatan pembelajaran; dua diantaranya yang berkaitan langsung dengan diklat program produktif adalah: pembelajaran berbasis kompetensi dan berbasis produksi. Berdasarkan temuan studi lapangan dijelaskan bahwa seluruh mata diklat program produktif belum dikembangkan modul pembelajaran beserta panduan pembelajaran (learning guide) sesuai dengan rumusan kompetensi/sub kompetensi. Sebagian besar guru program produktif hanya terfokus rencana pembelajaran yang disusun berdasarkan pada GBPP produktif, sehingga tidak mengembangkan modul pembelajaran dan panduan pembelajaran tuntas untuk setiap kompetensi yang harus dikuasai siswa. Keadaan lain adalah peserta diklat diperlakukan secara klasikal. Pada saat bersamaan guru produktif kurang mendorong siswa terlibat dalam pemanfaatan secara maksimal unit produksi (UP) sekolah sebagai salah satu sarana pembelajaran produktif; walaupun pada dasarnya sekolah memiliki potensi untuk mengembangkan unit produksi (UP). Demikian juga pada sekolah-sekolah yang telah memiliki unit produksi secara baik, kecenderungan guru kurang melibatkan siswa dalam aktivitas UP, khususnya dalam pembelajaran

143

produktif. Dengan fakta tersebut dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran program produktif di SMK yang berlangsung selama ini tidak sejalan dengan pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dan berbasis produksi. Secara konseptual prinsip pembelajaran berbasis

kompetensi dalam

pelaksanaannya antara lain memiliki ciri sebagai berikut: a. Fokus kegiatan pembelajaran mengarah kepada penguasaan kompetensi oleh peserta diklat; b. Kondisi proses belajar peserta, harus memiliki kesepadanan dengan kondisi di mana kompetensi tersebut akan digunakan; c. Aktivitas belajar peserta bersifat perseorangan; antara satu peserta dengan peserta lainnya tidak ada ketergantungan; dengan demikian siswa tidak diperlakukan secara klasikal; d. Harus tersedia program pengayaan (enrichment) bagi peserta yang lebih cepat dan program perbaikan (remedial) bagi peserta yang lebih lamban, sehingga perbedaan irama perkembangan belajar setiap peserta dapat dilayani. Sedangkan prinsip pembelajaran berbasis produksi dalam pelaksanaannya berciri sebagai berikut: a. Dilaksanakan bekerjasama dengan unit produksi atau institusi pasangan; b. Setiap peserta/kelompok peserta dapat dibagi tugas sesuai dengan jenis pekerjaan dan tingkat kompetensi masing-masing, tetapi tetap dalam prosedur dan standar kerja yang menjamin ketepatan waktu dan mutu hasil pekerjaan yang dituntut oleh konsumen;

144

c. Untuk memperoleh hasil maksimal, pembelajaran berbasis produksi harus didukung oleh: (a) fasilitas yang siap pakai dengan kepresisian standar, (b) guru yang memiliki profesionalisme dan dedikasi tinggi; (c) kesiapan bekerja tidak semata-mata bergantung kepada jam kerja sekolah; (d) sikap menghargai kepuasan konsumen; (e) sikap komitmen kepada kualitas; d Hasil pembelajaran merupakan produk jadi yang layak jual atau bagianbagian produk (komponen) yang dapat dirakit menjadi produk yang layak jual. Dengan merujuk kepada konsepsi pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi serta mendasarkan kepada keadaan lapangan

khususnya dalam

pelaksanaan pembelajaran Perbaikan Motor Otomotif, maka dikembangkan desain model pelaksanaan pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide, dengan memberikan tekanan kepada tiga hal, yaitu:

(a) tugas

pembelajaran diberikan dengan prinsip prescriptive, menekankan layanan individual (individualized instruction) sesuai tahapan pembelajaran dan dikemas dalam bentuk modul pembelajaran; (b) menerapkan perangkat learning guide mencakup penerapan format learning guide, job sheet,

learning steps, dan self check dan perangkat

evaluasi secara optimal; (c) menerapkan pembelajaran modular. Dalam model pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide memberikan peluang layanan pembelajaran secara individual kepada siswa serta memberikan arahan secara rinci tahapan tugas pembelajaran yang harus dilakukan

siswa, bagaimana dan kapan melakukannya.

Dengan demikian,

menerapkan model ini adalah suatu pendekatan yang memberikan peluang

145

meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran program produktif. Sebagaimana dikemukakan oieh Blank (1982:194) bahwa panduan pembelajaran (learning guide) adalah sarana pembelajaran yang dirancang dengan baik dan dikembangkan secara cermat untuk memberikan arahan secara rinci kepada siswa dalam proses pembelajaran, menyediakan bahan-bahan pembelajaran yang tepat, kapan dan berapa lama bahan tersebut dibutuhkan, sehingga tiap siswa memiliki waktu yang cukup untuk dapat menguasai tugas-tugas yang diberikan. Dengan mendasarkan kepada karakteristik pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi, serta pengembangan model preskriptif dengan penerapan panduan pembelajaran (learning guide) seperti dijelaskan di atas, maka berikutnya dirumuskan desain model pelaksanaan pembelajaran preskriptif program produktif. Artinya, prosedur pelaksanaan pembelajaran program produktif merujuk kepada konsep pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, sedangkan bentuk kegiatan/langkah pembelajaran dirumuskan sesuai dengan karakteristik pembelajaran program produktif, lebih khusus sesuai dengan karakteristik mata diklat Perbaikan Motor Otomotif.

Hasil pengembangan desain model pelaksanaan pembelajaran

preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide digambarkan sebagai berikut:

146

Tabel: 4.5 Deskripsi Hasil Pengembangan Desain Model Pelaksanaan Pembelajaran Preskriptif Program Produktif No 1.

Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan Pembelajaran Hasil Pengembangan Sebelum Pengembangan 1) Pembelajaran dilaksana- 1) Tugas pembelajaran diberikan menggunakan prinsip preskriptif melalui tahap: kan tanpa menerapkan a. menjelaskan materi sesuai kompetensi yang tahap dan pembimbingan akan dicapai; bersifat klasikal; b. memberikan tugas pembelajaran secara bertahap (task-focused) dan diberikan petunjuk pelaksanaan per kompetensi; c. memberikan layanan pembelajaran individual (individualized instruction); d. memberikan layanan pembelajaran tuntas per kompetensi. 2) Pemanfaatan job sheets hanya diterapkan oleh 2) Kegiatan pembelajaran menerapkan learning guide, dengan langkah: beberapa instruktur pada a guru menjelaskan materi sesuai kompetensi; SMK tertentu dalam b. siswa membaca dan memahami modul bentuk/versi yang berpembelajaran; beda-beda; c. siswa membaca dan memahami learning guide; d. siswa membaca dan memahami job sheets; e. siswa menyelesaikan tugas secara bertahap dengan acuan learning steps; f. siswa melakukan self check, g. siswa melakukan tes tertulis dan tindakan; L guru memfasilitasi dan memotivasi kegiatan pembelajaran siswa.

Rumusan desain model pelaksanaan pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide yang dikembangkan seperti pada tabel 4.5, secara umum merujuk kepada karakteristik dan prinsip pembelajaran program produktif serta mendasarkan kepada konsep pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Namun demikian, secara spesifik desain model ini merujuk kepada keadaan pembelajaran mata diklat Perbaikan Motor Otomotif.

147

Desain model ini pada dasarnya berupaya menegaskan kembali peran guru sebagai fasilitator dan motivator dalam pelaksanaan diklat di dalam/luar kelas. Di luar dua peran tersebut, semaksimal mungkin harus dikurangi, sehingga menciptakan pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Siswa juga diberikan tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran produktif, dengan menentukan kapan dia harus mulai, harus melaksanakan, kapan proses dan hasil diklat

harus

konsultasikan/konfirmasikan kepada guru untuk memperoleh masukan, serta kapan dia merasa siap untuk melakukan tes tertulis maupun tes tindakan.

13. Desain Model Evaluasi Hasil Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide Evaluasi hasil pembelajaran program produktif adalah kegiatan penilaian terhadap hasil belajar siswa pada mata diklat produktif, yang meliputi kegiatan pengukuran, analisis dan penafsiran hasil pengukuran, seria pemberian nilai terhadap tingkat penguasaan suatu kompetensi yang dicapai. Dengan penjelasan tersebut, evaluasi hasil pembelajaran program produktif pada dasarnya mempunyai tiga tujuan utama, yaitu: (1) mengetahui sejauhmana siswa telah mencapai kemajuan belajar, sebagai bahan perimbangan dalam menetapkan kegiatan perbaikan selanjutnya; dalam hal ini evaluasi diklat memiliki fungsi formatif (formative evaluation); (2) mengetahui tingkat keberhasilan peserta, sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan apakah yang bersangkutan berhasil (lulus) atau belum baik dalam suatu tingkat kompetensi ataupun dalam menempuh suatu program pembelajaran; dalam hal ini evaluasi berfungsi sumatif (summative evaluation), (3) mengetahui tingkat

148

penguasaan siswa terhadap kompetensi-kompetensi pada keahlian tertentu sesuai dengan yang dipersyaratkan (standardized) dunia kerja, agar yang bersangkutan dapat dinyatakan ahli (mastery) pada keahlian tersebut; dalam hal ini evaluasi berfungsi untuk mengukur penguasaan kompetensi (competence evaluation) yang biasanya berbentuk uji kompetensi dan sertifikasi. Dalam pembelajaran di kelas, guru program produktif dituntut mampu merancang dan melaksanakan evaluasi baik bersifat formatif maupun sumatif. Berdasarkam hasil evaluasi formatif, maka guru akan menetapkan langkah perbaikan dalam suatu pembelajaran kompetensi, baik dalam bentuk remedial (remedial teaching) maupun pengayaan (enrichment). Sedangkan berdasarkan hasil evaluasi sumatif, guru dapat menentukan apakah siswa dapat melanjutkan ke paket kompetensi berikutnya, ataupun berhasil dalam menyelesaikan suatu mata diklat tertentu. Permasalahan mendasar dalam pelaksanaan evaluasi hasil pembelajaran program produktif khususnya pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, berdasarkan temuan studi lapangan, adalah bahwa guru program produktif beranggapan bahwa tes performansi dalam evaluasi diklat produktif adalah penting, namuo sebagian guru program produktif tidak melaksanakan dengan alasan tes performansi memerlukan pengelolaan yang rumit Tes performansi (tes tindakan) yang dilaksanakan oleh sebagian guru juga tidak dikelola secara efektif melalui penggunaan format-format penilaian secara benar. Dari sisi acuan penilaian yang digunakan, guru produktif sebagian menggunakan penilaian acuan patokan (PAP) sebagai dasar dalam pengambilan keputusan hasil penilaian, sedangkan sebagian

149

yang lain menggunakan pendekatan penilaian acuan norma (PAN). Hal ini ternyata sejalan dengan pendekatan pelaksanaan diklat yang belum menitik beratkan paketpaket kompetensi secara tuntas. Jika menilik prinsip dan karakteristik pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi, maka kegiatan evaluasi hasil pembelajaran program produktif seharusnya dilaksanakan dengan prinsip dan prosedur sebagai berikut a. Evaluasi dilakukan dengan menitikberatkan pada penguasaan prosedur kinerja. Oleh karena itu di samping menggunakan tes tertulis (written test), juga harus

digunakan tes unjuk kerja (performance test) guna menjamin

ketuntasan penguasaan standar minimal kompetensi yang harus dikuasai setiap peserta secara perseorangan; b. Sesuai

dengan

karekteristik

pendekatan PAP,

maka

evaluasi

hasil

pembelajaran program produktif perlu dilaksanakan dengan prosedur : 1). Kegiatan evaluasi diawali dengan menetapkan patokan batas lulus, atau standar minimal penguasaan kompetensi yang akan dijadikan acuan dalam menetapkan kelulusan peserta; 2). Jenis kompetensi dan tingkat penguasaan minimal yang dijadikan patokan ditetapkan berdasarkan standar yang berlaku di lapangan kerja yang relevan; 3). Patokan atau standar yang dijadikan acuan bersifat mutlak (tetap) dan berlaku untuk semua peserta diklat;

150

4). Tidak cukup menggunakan teknik tes yang hanya mengungkapkan kemampuan menjelaskan (essay), tetapi harus sampai kepada tes tindakan (action test) yang dapat mengungkap kinerja (performance) peserta; 5). Tingkat atau batas penguasaan minimal yang dijadikan standar atau patokan dalam menetapkan keberhasilan/penguasaan peserta, ditentukan atas dasar urgensi dan tingkat kekritisan kompetensi yang dinilai dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan kerja; 6). Setiap peserta yang dapat mencapai dan atau melampaui patokan atau standar minimal yang ditetapkan, dinyatakan mampu atau berhasil. Sebaliknya mereka yang tidak atau belum mencapai standar minimal dinyatakan belum berhasil; 7). Hasil penilaian mberlakukan secara perseorangan untuk setiap peserta. Jika diperlukan, terhadap mereka yang berhasil dilakukan pengkategorian atau grading nilai-nilai hasil belajat/diklat, sehingga diperoleh gambaran kualitas atau derajat keberhasilan setiap peserta terhadap peserta lain; 8). Perpindahan proses pembelajaran dari satu materi kompetensi ke kompetensi

berikutnya

ditetapkan

atas

dasar

ketuntasan

hasil

belajat/diklat (mastery leaming). Dengan demikian harus dilakukan penilaian pada setiap materi kompetensi pembelajaran, untuk menetapkan apakah seorang peserta telah mencapai kompetensi minimal yang harus dikuasai dan dapat direkomendasikan untuk beralih ke satuan kompetensi berikutnya.

151

Dari beberapa prinsip evaluasi hasil pembelajaran program produktif seperti dijelaskan di atas, pada akhirnya dirumuskan desain model evaluasi hasil pembelajaran preskripuf program produktif dengan penerapan learning gucde, dengan mendasarkan kepada tiga prinsip utama, yaitu: (1) dilaksanakan evaluasi formatif dan sumatif; (2) menggunakan pendekatan PAP secara konsisten; dan (3) mengintegrasikan pelaksanaan tes tertulis dan tes tindakan untuk menilai penguasaan setiap kompetensi/sub kompetensi yang dikuasai siswa. Dilaksanakannya evaluasi formatif dan sumatif, mengingat bahwa evaluasi pada dasarnya merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pelatihan, sehingga senantiasa harus mengacu dan sejalan dengan prinsip-prinsip pendidikan dan pelatihan yang berlaku pada kurikulum SMK. Demikian juga keharusan konsisten dengan pendekatan PAP, karena kemampuan dan kompetensi yang dicapai oleh peserta harus dirujuk kesesuaiannya dan kualifikasinya (standarnya) dengan kebutuhan lapangan kerja; sehingga perlu dicapai standar (patokan) minimal kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja. Untuk mencapai dua hal tersebut, maka evaluasi hasil pembelajaran program produktif tidak cukup dengan hanya menggunakan teknik tes tertulis, melainkan harus sampai kepada tes tindakan. Hasil pengembangan desain model evaluasi hasil pembelajaran preskriptif program produktif digambarkan dalam tabel di bawah ini.

152

Tabel: 4.6 Deskripsi Hasil Pengembangan Desain Model Evaluasi Hasil Pembelajaran Preskriptif Program Produktif No 1.

Evaluasi Pembelajaran Produktif Sebelum Pengembangan 1) Evaluasi pembelajaran: a. Evaluasi pembelajaran cenderung bersifat final (sumatif); b. Sebagian menerapkan pendekatan PAN dan sebagian pendekatan PAP; c. Dilaksanakan tes tertulis, namun tes tindakan tidak dikelola secara efektif.

Evaluasi Pembelajaran Produktif Hasil Pengembangan 1) Evaluasi pembelajaran: a Dilaksanakan evaluasi formatif dan sumatif; b. Menggunakan pendekatan PAP secara konsisten; c. Dilaksanakan tes tertulis dan tes tindakan secara terintegrasi untuk setiap kompeteosi/sub kompetensi dengan format spesifik

1.4. Pengembangan Komponen Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide (Fokus pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif) Desain model pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide dalam

rangka implementasi

kurikulum

SMK yang telah

dikembangkan, mencakup tiga aspek yaitu: (1) desain model rencana pembelajaran; (2) desain model pelaksanaan pembelajaran; dan (3) desain model evaluasi hasil pembelajaran; secara spesifik difokuskan kepada suatu mata diklat dalam program produktif, yaitu Perbaikan Motor Otomotif. Ketiga desain model yang telah dikembangkan tersebut sebelum diimplementasikan, disusun dalam bentuk rencana pembelajaran pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif. Namun demikian, pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, dengan kompetensi Memperbaiki kerusakan motor otomotif, di dalamnya mencakup sebelas sub kompetensi, yaitu sub kompetensi: (1) menggunakan dan merawat peralatan perbaikan motor otomotif; (2) memperbaiki kerusakan pada sistem pelumasan; (3) memperbaiki kerusakan pada sistem pendinginan, (4) memeriksa dan memperbaiki blok motor dan kepala silinder;

153

(5) memeriksa dan memperbaiki poros engkol dan perlengkapannya;

(6)

memperbaiki kerusakan mekanisme katup dan kelengkapannya; (7) memperbaiki kerusakan pada sistem bahan bakar bensin konvensional; (8) memperbaiki kerusakan pada sistem bahari bakar diesel; (9) memperbaiki kerusakan pada sistem pemasukan bahan bakar dan pembuangan gas bekas; (10) membongkar, memeriksa, menyetel dan merakit kembali motor bensin; (11) membongkar, memeriksa, menyetel dan merakit kembali motor diesel. Untuk keperluan pengembangan ini dipilih tiga sub kompetensi sebagai subyek atau materi pengembangan desain model, untuk berikutnya memasuki tahapan ujicoba, baik terbatas maupun uji coba lebih luas, serta tahap validasi model. Ketiga sub kompetensi yang dipilih adalah: (l) memperbaiki kerusakan pada sistem pelumasan mesin; (2) memperbaiki kerusakan pada sistem pendinginan mesin; dan (3) memeriksa dan memperbaiki kerusakan pada kepala silinder. Secara keseluruhan mata diklat Perbaikan Motor Otomotif memiliki alokasi waktu 240 jam pembelajaran @ 45 menit, yang tersedia bagi sebelas sub kompetensi seperti di atas. Berdasarkan distribusi alokasi waktu yang dirancang antara instruktur dengan peneliti, alokasi waktu untuk sub kompetensi Memperbaiki kerusakan pada sistem pelumasan mesin sebanyak 9 jam diklat. Dengan proporsi minimum 70% praktik dan maksimum 30% teori, maka minimum 6 jam diklat digunakan untuk kegiatan praktikum (pembelajaran keterampilan) dan maksimum 3 jam diklat untuk pembahasan teorenk (pembelajaran pengetahuan). Kegiatan pembelajaran suatu mata diklat program produktif pada dasarnya tidak mengenal istilah pembelajaran teori

154

atau praktik, kedua aspek tersebut secara ideal terintegrasi dalam suatu kegiatan pembelajaran. Setelah ditetapkan sub kompetensi yang menjadi subyek atau materi pengembangan desain model, berikutnya penulis bersama instruktur program produktif menyusun rancangan pembelajaran program produktif, merujuk kepada desain model yang telah dirumuskan yaitu desain model rencana pembelajaran, pelaksanaan, dan evaluasi hasil, serta menggunakan penerapan learning guide. Secara utuh, pendekatan ini mencakup pengembangan komponen sebagai berikut: (1) menghimpun modul pembelajaran tiap kompetensi/sub kompetensi; (2) penyusunan learning guide; (3) penyusunan job sheet untuk suatu sub kompetensi; (4) penyusunan learning steps, (5) penyusunan self check, untuk masing-masing tujuan khusus pembelajaran; dan (6) penyusunan instrumen tes, meliputi wrilten test dan performance test untuk suatu sub kompetensi yang diajarkan. Hasil penyusunan desain model pembelajaran preksriptif dengan penerapan learning guide pada mata Diklat Perbaikan Motor Otomotif, secara lengkap disajikan dalam lampiran. Desain model pembelajaran preskriprif program produktif dengan penerapan learning guide pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif; kompetensi: Memperbaiki kerusakan motor otomotif; sub kompetensi: Memperbaiki kerusakan pada sistem pelumasan; Memperbaiki kerusakan pada sistem pendinginan; dan Memeriksa dan memperbaiki kerusakan kepala silinder, selanjutnya oleh guru program produktif menjadi acuan dasar dalam pelaksanaan pembelajaraa Secara spesifik rancangan tersebut mengacu kepada pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi, sehingga strategi/skenario pelaksanaan pembelajaran dan

155

evaluasinya, dilaksanakan dengan menitikberatkan pada pencapaian standar kompetensi minimal, serta pengembangan keterampilan produksi siswa. Rencana pembelajaran tersebut,

selanjutnya memasuki

tahap ujicoba dalam

bentuk

pelaksanaan pembelajaran pada sekolah dan kelas yang telah ditetapkan sebagai subyek penelitian.

2. Uji Coba Desain Model Suatu desain model pembelajaran dalam rangka implementasi kurikulum yang telah dirancang secara cermat dan saksama, untuk dapat diterapkan di lapangan perlu dilakukan serangkaian ujicoba untuk mengetahui apakah desain model yang dikembangkan dapat diterapkan dengan benar serta apakah kendala-kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan model di lapangan. Demikian juga dengan desain model pembelajaran preskripaf program produktif dengan penerapan learning guide, khususnya dalam bentuk pelaksanaan pembelajaran Memperbaiki Kerusakan Motor Otomotif yang telah dikembangkan. Untuk mencapai maksud tersebut, maka dalam uji coba ini dilakukan pengamatan dan pencatatan, di samping untuk menilai kekuatan dan kelemahannya, hasil pengamatan dan pencatatan juga merupakan dasar dalam melakukan perbaikan pada uji coba berikutnya. Uji coba desain model ini dilakukan berulang/bertahap, hingga diperoleh model yang siap diimplementasikan. Uji coba desain model dilakukan dalam dua tahap, yaitu ujicoba terbatas {preliminary field testing) dan uji coba lebih luas (main field testing). Ujicoba terbatas dilakukan sebanyak tiga kali, dan ujicoba lebih luas dilakukan sebanyak tiga kali. Setiap uji coba memerlukan waktu sebanyak 9 x 45 menit, sesuai dengan

156

jumlah jam

pembelajaran

Memperbaiki

Kerusakan

Motor Otomotif yang

berlangsung saat ini. Ada dua aspek utama yang dilakukan penilaian terhadap hasil ujicoba desain model ini, yaitu: (1) Internal, yang mencakup: fleksibilitas struktur dan isi desain model; dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru; dan. peningkatan kompetensi siswa; dan (2) Hambatan dan keterbatasan penerapan desain model. Dengan demikian kedua aspek utama tersebut terinci dalam empat aspek yang akan dilakukan penilaian dalam uji coba desain model. Deskripsi desain model pembelajaran preskriptif program produktif siap ujicoba terbatas dapat dideskripsikan sebagai berikut: 2.1. Deskripsi Desain Model Siap Ujicoba Terbatas Model Pembelajaran Preskriptif Program Produktif dengan Penerapan Leaming Guide Siap Ujicoba Terbatas Pclaksaoaan Pembelajaran

Rencana Pembelajaran Aspek I l.TujuanPem* belajaran

I 2. Materi Pembelajaran

i

3. Metoda/ Strategj Pembelajaran

Deskripsi 1) Berisi rumusan tentang kompetensi yang skan dicapai 1) Bersisi bahan ajar yang mendukung kompetensi yang akan dicapai; 2} Disusun berbentuk penyelesaian tugas pembelajaran per kompetensi; 3) Dikemas dalam bentuk modul pembelajaran setiap kompetensi/sub kompetensi 1) Dirancang bersifat preskriptif, dengan tahap: a. menjelaskan materi sesuai kompetensi yang akan dicapai; b. memberikan tugas pembelajaran secara bertahap (lask-focused) dan diberikan petunjuk pelaksanaan per kompetensi; c. menerapkan pembela-

1)

Tugas pembelajaran diberikan menggunakan prinsip preskriptif, dengan tahap: a menjelaskan materi sesuai kompetensi yang akan dicapai; b. memberikan tugas pembelajaran secara

bertahap (taskfocused) dan diberikan petunjuk pelaksanaan per kompetensi; c. menerapkan pembelajaran individual

(individualized histniction); d. menerapkan pembelajaran kompetensi. modular, tuntas. berbasis pioduksi. dan dunia kerja

Evaluasi Hasil Pembelajaran 1) Evaluasi pembelajaran: a. Dilaksanakan evaluasi formatif dan sumatif; b. Menggunakan pendekatan PAP secara konsisten; c. Dilaksanakan tes tertulis dan tes tindakan secara terintegrasi untuk setiap kompetensi/sub kompetensi dengan format spesifik.

157

jaran individual (individualized instruction); d. menerapkan pembelajaran kompetensi, modular, tuntas, berbasis produksi, dan dunia kerja

L

t

\

2) Dirancang menerapkan learning guide, dengan langkah: a. guru menjelaskan materi sesuai kompetensi; b. siswa membaca dan memahami modul pembelajaran; c. siswa membaca dan memahami learning guide; d. siswa membaca dan memahami job sheets; e. siswa menyelesaikan tugas secara bertahap dengan acuan learning steps; f. siswa melakukan self check. g. siswa melaksanakan tes tertulis dan tindakan; h. guru memfasilitasi kegiatan pembelajaran siswa. 4.Alokasi waktu

I) Sesuai dengan bobot dan lingkup materi

5. AJat/ Bahan Pembelajar an

1) Bahan pembelajaran mendukung tujuan dan disusun per kompetensi; 2) Alat pembelajaran sesuai rumusan kompetensi yang akan dicapai

6. Evaluasi

1) Dirancang program pengayaan (enrichment); 2) Integrasi antara tes tertulis (yvritten test) dengan tes tindakan (performance lest)

2) Kegiatan pembelajaran menerapkan leaming guide, dengan langkah: a. guru menjelaskan materi sesuai kompetensi; b. siswa membaca dan memahami modul pembelajaran; c. siswa membaca dan memahami leaming guide; d. siswa membaca dan memahami job sheets; e. siswa menyelesaikan tugas secara bertahap dengan acuan leaniing steps; f. siswa melakukan self chec/r. g. siswa melaksanakan tes tertulis dan tindakan; h. guru memfasilitasi dan memotivasi kegiatan pembelajaran siswa.

Bagan 4.1: Deskripsi Model Pembelajaran Preskriptif Program Produktif dengan Penerapan Learning Guide Siap Ujicoba Terbatas

158

Deskripsi desain model pada bagan 4.1 di atas mencakup tiga sub model, yaitu desain inodel rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Sesuai dengan tahap pengembangan dalam studi ini, maka kerangka desain model tersebut berikutnya memasuki tahap ujicoba terbatas.

2.2. Pelaksanaan dan Hasil Uji Coba Terbatas Uji coba desain model dalam skala terbatas ini mempunyai tujuan untuk mengetahui tingkat keterapan model oleh guru, serta kendala-kendala yang dijumpai dalam penerapan model. Dengan melakukan penilaian terhadap keempat aspek uji coba yang dirumuskan di atas dalam setiap tahap uji coba, selanjutnya desain mode! dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Uji coba terbatas dilakukan sebanyak tiga kali dengan materi (sub kompetensi) berbeda, sehingga pada uji coba pertama, kedua, dan ketiga, guru mengalami uji coba desain model dengan materi/isi pembelajaran yang bervariasi. Diharapkan memasuki uji coba ketiga dapat diperoleh rumusan desain model yang siap diuji coba lebih luas. Lokasi uji coba ini di SMKN D Semarang dengan mengambil subyek kelas dua semester tiga program keahlian Teknik Mekanik Otomotif, dengan jumlah siswa 36 orang dan guru 2 orang. Dari pelaksanaan uji coba terbatas dilakukan penilaian terhadap empat aspek seperti disebutkan di atas, yaitu: fleksibilitas isi dan struktur desain model, dukungan terhadap

pelaksanaan

tugas

guru,

hambatan/keterbatasan desain model.

peningkatan

kompetensi

siswa,

dan

159

2.2.1. Fleksibilitas Isi dan Struktur Desain Model Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa desain model yang dikembangkan secara spesifik berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran program produktif, yaitu model pembelajaran preskriptif dengan penerapan panduan pembelajaran (the learning guide) pada mata diklat Pebaikan Motor Otomotif. Komponen panduan pembelajaran yang dikembangkan mencakup format learning guide, job sheet, iearning steps, sel/ check, dan instrumen tes kompetensi.

Dari format panduan

pembelajaran yang dikembangkan tersebut tentu memiliki tata urutan, struktur, maupun sistematika yang telah dikembangkan oleh penulis bersama para guru. Melalui ujicoba terbatas yang diberikan kepada dua orang guru program produktif di SMK D Semarang, diperoleh masukan berkaitan dengan isi dan struktur masingmasing komponen desain model {learning guide, job sheet, learning steps, self check, dan instrumen tesf); serta keterterapan di lapangan.

1). Isi Komponen Desaia Model Desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide secara utuh mencakup komponen modul pembelajaran, learning guide, job sheet, learning steps, self check, dan perangkat tes kompetensi. Melalui ujicobc terbatas, masing-masing komponen desain model tersebut diterapkan dan dinilai oleh guru program produktif, untuk diberikan masukan berkaitan dengan isi dan substansi yang terkandung pada masing-masing komponen learning guide.

160

Pada ujicoba kesatu, guru masih mencoba mendalami isi dan substansi desain model serta mengkaji masing-masing komponen learning guide. Ada beberapa pertanyaan dari guru berkaitan dengan isi dan substansi desain model dan komponen learning guide, namun setelah diberikan penjelasan oleh penulis, guru dapat memahami substansi desain model dan isi komponen learning guide. Dengan demikian pada ujicoba kesatu tidak terdapat masukan perbaikan terhadap isi dan substansi komponen learning guide. Demikian juga memasuki ujicoba kedua dan ketiga, secara konseptual, isi dan substansi komponen desain model dapat dipahami dan diterapkan oleh guru program produktif.

2). Struktur/Tata Urutan Desain Model Pada ujicoba kesatu, guru masih mengajukan beberapa pertanyaan berkaitan dengan slruktur/tata urutan learning guide dan komponennya. Pertanyaan yang diajukan adalah apakah penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide tidak bertentangan dengan kurikulum 2004. Setelah mendapatkan penjelasan bahwa secara substansial, dalam pendekatan dan perencanaan pembelajaran, antara kurikulum SMK 1999 dengan kurikulum SMK 2004 tidak terdapat perbedaan, yaitu mendasarkan pada

pendekatan

pembelajaran

kompetensi

preskriptif

dan produksi.

dengan

penerapan

Namun demikian learning guide

format memiliki

struktur/tata urutan yang spesifik antara lain learning guide, learning steps, self schek, dan instrumen tes. Setelah memperoleh penjelasan tentang struktur/tata

161

urutan ini, akhirnya guru dapat memahaminya, dan berikutnya menerapkan dalam uji coba Dengan demikian sejak uji coba pertama hingga ketiga, struktur/tata urutan desain model pembelajaran program produktif secara prinsip dapat dipahami oleh guru subyek uji coba.

3). Keterterapan di lapangan Untuk menilai keterterapan desain model ini di lapangan, peneliti melakukan pengamatan dan diskusi dengan guru subyek uji coba, selama uji coba pertama rangga ke tiga. Pada uji coba pertama memang ada beberapa pertanyaan dari guru yang berkaitan dengan isi/uraian dalam format learning guide, learning steps, self check dan instrumen tes yang dirasa asing bagi mereka. Tetapi hal itu tidak berpengaruh terhadap pemahaman konsep desain model secara keseluruhan, sehingga dengan cepat guru dapat memahami dan menerapkannya, terutama memasuki uji coba kedua dan ketiga. Dengan demikian, secara prinsip desain model pelaksanaan pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide memiliki peluang yang besar untuk diterapkan dan dilanjutkan ujicobanya untuk dinilai terhadap komponen lain dalam uji coba Dengan penjelasan hasil ujicoba terbatas yang berkaitan dengan fleksibilitas isi dan struktur desain model di atas, maka diketahui bahwa pada ujicoba

terbatas,

secara

perubahan/penyempurnaan

internal

desain

model

tidak

mengalami

secara spesifik. Masukan dan saran guru masih

bersifat umum, belum berhubungan dengan isi dan struktur desain model.

162

2.2.2. Dukungan terhadap Pelaksanaan Tugas Guru Dalam impelementasi suatu kurikulum dalam bentuk pembelajaran, sudah barang tentu memerlukan persyaratan kerja atau tugas dari pelaksana di lapangan, khususnya guru, agar dapat tercapai hasil secara maksimal. Demikian halnya dengan penyelenggaraan pembelajaran program produktif, diperlukan peran dan kinerja guru secara profesional agar hasil pembelajaran dalam bentuk kompetensi siswa dapat tercapai. Namun demikian berdasarkan temuan dalam studi pendahuluan, peran dan kinerja guru program produktif belum sejalan dengan tuntutan dan kriteria pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi. Dalam konteks tertentu, peran dan kinerja guru tersebut kadang tidak berhubungan dengan pemahamannya terhadap substansi kurikulum. Artinya, bisa jadi pemahaman guru terhadap substansi kurikulum

benar,

tetapi

kinerja

yang

ditunjukkan

tidak

sesuai

dengan

tuntutan/kriteria yang diharuskan. Sebagai contoh, sebagian besar guru memahami bahwa dalam pembelajaran kompetensi perlu didukung modul pembelajaran dan instructional sheets sesuai dengan kompetensi yang dirumuskan; namun demikian hampir semua guru produktif tidak menyusun dan menerapkan paket pembelajaran tersebut dalam pembelajaran. Uji coba desain model ini, secara spesifik akan dililmt/dinilai dampaknya atau dukungannya terhadap pelaksanaan tugas guru, terutama dalam hal; kemampuan menyusun rencana rjembelajaran; kemampuan melaksanakan proses pembelajaran; dan kemampuan melakukan evaluasi hasil pembelajaran.

163

1). Menyusun rencana pembelajaran Walaupun kegiatan menyusun rencana pembelajaran pada dasarnya adalah salah satu tugas pokok guru, namun dalam beberapa hal guru ternyata memerlukan penyesuaian/sosialisasi dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi. Hal ini tentu juga ada kaitannya dengan keadaan bahwa sebagian besar guru masih beranggapan bahwa secara umum pembelajaran kompetensi tidak berbeda dengan pembelajaran yang menekankan bidang studi, sehingga layanan pembelajarannya masih bersifat klasikal. Desain model yang dikembangkan ini diharapkan dapat mendukung pelaksanaan tugas guru dalam menyusun rencana pembelajaran program produktif. Seperti banyak dijumpai pada pelaksanaan studi pendahuluan, sebagian

besar

guru

program

produktif belum

menyiapkan rencana

pembelajaran secara utuh mencakup materi, strategi, alat dan bahan, serta rencana evaluasi pembelajaran sesuai dengan karakteristik pembelajaran kompetensi dan produksi. Guru program produktif masih bersifat kompilatif dalam menyiapkan rencana pembelajaran, belum dikemas dengan prinsip prescriptive dengan penerapan pedoman pembelajaran (learning guide) per kompetensi atau sub kompetensi. Pada uji coba kesatu ini guru diberikan kesempatan menyusun secara utuh rencana pembelajaran sesuai prinsip model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide tersebut. Namun demikian,

guru

terlihat

belum

maksimal

dalam

menyusun

rencana

pembelajaran dalam bentuk pedoman pembelajaran secara utuh per kompetensi atau sub kompetensi, yang mencakup learning guide, job skeet. learning steps.

164

sel/ check, dan perangkat tes kompetensi. Ada kesan guru masih kerepotan dalam menyusun rencana pembelajaran, namun demikian dalam pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran tidak dijumpai kendala berarti. Memasuki uji coba kedua guru berusaha menyusun rencana pembelajaran untuk sub kompetensi (Memperbaiki kerusakan pada sistem pendinginan mesin) sesuai model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide,

yang

pembelajaran,

mencakup: penyusunan

menghimpun pedoman

materi

dalam

pembelajaran

bentuk

modul

(learning

guide),

penyusunan job sheet, menyusun learning steps, self check, dan perangkat tes kompetensi. Pada uji coba ketiga, guru mulai dapat secara mandiri menyiapkan rencana pembelajaran sesuai model pembelajaran preskriptif dengan penerapan pedoman pembelajaran (learning guide) untuk sub kompetensi: Perbaikan kerusakan kepala silinder. Hal pokok yang dapat diperoleh dalam ujicoba terbatas ini adalah diperoleh rumusan desain model rencana pembelajaran sesuai model preskriptif dengan pendekatan pedoman pembelajaran (learning guide) yang sesuai/sejalan dengan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi.

2). Melaksanakan proses pembelajaran Di kalangan guru terdapat pemahaman yang umum, bahwa rangkaian pembelajaran adalah kegiatan belajar di kelas yang diawali pembukaan, dilanjutkan pelaksananaan pembelajaran, dan diakhiri penutup atau evaluasi.

165

Kegiatan pembelajaran juga masih dipahami sebagai aktivitas transfer of knowtedge, atau transfer of skills dari guru kepada siswa, dengan posisi siswa sebagai subyek pasif yang harus siap menerima. Keadaan seperti inilah yang masih banyak dijumpai, hingga memasuki uji coba pertama dalam uji coba terbatas ini. Memasuki

uji coba kesatu, dengan desain model dan pendekatan

pembelajaran yang telah disusun bersama antara guru dengan penulis, ternyata guru masih menemui kendala dalam menerapkan skenario/strategi pembelajaran. Pada awal uji coba guru masih terbawa dengan pola lama (konvensional), di mana dia sebagai aktor utama di kelas, dan menempatkan siswa sebagai subyek pasif yang siap menerima transfer pengetahuan dan keterampilan Irama pembelajaranpun masih menggunakan pola pembukaaan, pelaksanaan belajar, dan penutup. Melalui serangkaian diskusi dan masukan dari penulis, pada akhirnya guru dapat memahami bahwa model pembelajaran preskriptif dengan penerapan pedoman pembelajaran {learning guide) yang telah dikembangkan memiliki keunggulan berfokus kepada siswa, memberikan layanan pembelajaran secara individual, mempermudah pelaksanan tugas guru, serta membangkitkan partisipasi dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada uji coba kedua, guru mulai memiliki keyakinan dalam menerapkan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Dengan dukungan komponen pedoman pembelajaran seperti modul pembelajaran, learning guide, job sheet, learning steps, self check dan instrumen tes, maka guru lebih siap melaksanakan pembelajaran dengan penerapan learning guide. Namun

166

demikian, terdapat beberapa catatan dari pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan learning guide, yang diterapkan guru dalam uji coba kedua, yaitu: (a) guru masih belum maksimal dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran; masih ada kecanggungan guru dalam mamfasilhasi siswa untuk melakukan belajar secara mandiri. Dalam uji coba kedua ini guru masih dominan sebagai sumber informasi dan cenderung masih mendominasi suasana kelas; (b) dalam pelaksanaan

pembelajaran

guru

sudah

menunjukkan

perannya

sebagai

pembimbing bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar, guru mengamati prosedur dan unjuk kerja siswa serta memberikan penjelasan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran; (c) guru menyarankan dibuat panduan/prosedur pelaksanaan pembelajaran bagi guru yang menggambarkan alur interaksi siswa dan guru. Dari uji coba kedua ini dapat dideskripsikan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai desain model yang dirancang, masih perlu perbaikan/penyempurnaan terutama dalam mengelola alur pembelajaran. Hal tersebut diupayakan dapat diperbaiki pada saat uji coba ketiga. Pada ujicoba ketiga, walaupun belum dibuat panduan prosedur pelaksanaan pembelajaran namun secara spesifik telah diperoleh- perbaikan dalam pengelolaan pembelajaran. Ini terlihat dari kemampuannya dalam memberikan penjelasan kepada siswa tentang isi panduan pembelajaran (learning guide). Demikian juga kemampuan guru dalam memberikan layanan dan respon (balikan) terhadap pertanyaan siswa pada tahap-tahap pembelajaran (learning steps), sehingga telah terjalin interaksi yang efektif antara guru dan siswa dalam pembelajaran. Kegiatan evaluasi pembelajaran juga telah terlaksana dengan baik, dengan

167

memberikan kesempatan kepada siswa yang telah siap lebih dahulu untuk melaksanakan tes tertulis dan tes tindakan. Secara garis besar deskripsi pelaksanaan proses pembelajaran Perbaikan Motor Otomotif yang dilaksanakan guru pada ujicoba terbatas kesatu, kedua dan ketiga, digambarkan dalam tabel berikut. Tabel: 4.7 Deskripsi Hasil Ujicoba Terbatas Kesatu Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif Dengan Penerapan iearning guide Sub Kompetensi: Memperbaiki Kerusakan pada Sistem Pelumasan Mesin Kegiatan yang ditampilkan Siswa Kegiatan yang ditampilkan Guru 1. Menjelaskan materi tentang sistem 1. Mengkaji buku sumber secara berkelompok karena belum tersedia pelumasan mesin, namun belum dalam modul diklaf, bentuk modul diklaf, 2. Belum memberikan kesempatan siswa untuk 2. Siswa masih ragu-ragu akan mengajukan pertanyaan terhadap mengajukan pertanyaan; penjelasan guru; 3. Langsung menjelaskan Iearning guide, job sheet; deskripsi Iearning steps; dan prosedur 3. Mengkaji secara umum penjelasan menggunakan datar cek (self check) tetapi guru tentang Iearning guide, job bersifat pengantar umum sheet, iearning steps, dan prosedur selfcheck. 4. Menginformasikan tes yang perlu dilakukan 4. Mengkaji prosedur tes tertulis dan tes siswa; tindakan; 5. Memberi kesempatan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami; 5. Belum timbul pertanyaan dari siswa; melaksanakan tugas/ 6. Memneisilahkan siswa mulai mengerjakan 6. Memulai pekerjaan; tugas; 7. Terkesan belum siap memberikan layanan/ 7. Menanyakan dan memeriksakan tahapan penyelesaian tugas tetapi jawaban terhadap pertanyaan siswa; belum sesuai tujuan khusus; 8. Terkesan belum maksimal dalam memberikan layanan pelaksanaan tes tertulis; 8. Terkesan belum percaya diri melaksanakan tes tertulis; 9. Berusaha melaksanakan tes tindakan bagi 9. Agak kurang percaya diri siswa secara bertahap. melaksanakan tes tindakan

Dari tabel 4.7 di atas dapat dijelaskan bahwa pada ujicoba kesatu, guru belum menghimpun modul pembelajaran sesuai sub kompetensi, serta masih memberikan pengantar bersifat, umum terhadap penerapan perangkat Iearning guide. Idealnya,

168

guru dapat secara rinci menjelaskan isi dan cakupan komponen learning guide yang mencakup learning guide, job sheet, learning steps, dan sel/check. Demikian juga secara rinci menjelaskan pelaksanaan tes tertulis dan tes tindakan. Kondisi seperti ini ternyata berdampak kepada kegiatan siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Siswa terlihat belum fokus terhadap substansi pembelajaran, serta belum terarah kepada tahap-tahap pembelajaran. Demikian juga sampai dengan pelaksanaan tes tertulis dan tes tindakan, siswa terkesan belum siap dan percaya diri. Berdasarkan hasil ujicoba kesatu tersebut penulis bersama guru melakukan diskusi untuk mengadakan perbaikan dalam pelaksanaan ujicoba berikutnya. Tabel: 4.8 Deskripsi Hasil Ujicoba Terbatas Kedua Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif Dengan Penerapan learning guide Sub Kompetensi: Memperbaiki Kerusakan pada Sistem Pedinginan Mesin Kegiatan vang ditampilkan Guru I .Menjelaskan materi tentang sistem pendinginan mesin dan kerusakan yang biasa terjadi, sudah dalam bentuk modul diklar, 2. Memberikan kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan; 3. Menjelaskan isi dan cakupan learning guide, namun masih berkesan memberikan pengantar pembelajaran 4.Menjelaskan isi dan cakupan job sheet; deskripsi learning steps sesuai tujuan khusus; dan prosedur menggunakan daftar cek {sel/check). 5.Menjelaskan prosedur tes yang perlu dilakukan siswa; 6. Memberi kesempatan siswa untuk mengkaji isi dan cakupan Learning guide secara keseluruhan sebelum melaksanakan tugas; 7.Mempersilahkan siswa mulai mengerjakan tugas; 8. Siap memberikan layanan/jawaban terhadap pertanyaan siswa; 9.Siap memberikan layanan pelaksanaan tes tertulis; 10. Melaksanakan tes tindakan bagi siswa yang siap.

Kegiatan yang ditampilkan Siswa 1.Secara individual mengkaji modul pembelajaran tentang sistem pendinginan mesin; 2.Masih terkesan ragu-ragu dalam mengajukan pertanyaan terhadap penjelasan guru; 3.Mengkaji penjelasan guru tentang learning guide, job sheet, learning steps, dan prosedur self check.

4,Mengkaji prosedur tes tertulis dan tes tindakan; S.Mengkaji isi dan cakupan Learning guide secara cermat; 6.Memulai melaksanakan tugas/ pekerjaan; 7. Menanyakan dan memeriksakan tahapan penyelesaian tugas; 8. Siap melaksanakan tes tertulis; 9.Terkesan belum percaya diri dalam melaksanakan tes tindakan

169

Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat adanya langkah-langkah perbaikan dari guru dalam penerapan learning guide dalam pembelajaran Perbaikan Motor Otomotif pada sub kompetensi Memperbaiki kerusakan sistem pendinginan mesin. Penulis dan Guru sudah menghimpun modul diklat sesuai sub kompetensi. Walaupun masih bersifat pengantar dalam menjelaskan learning guide, namun sudah menjelaskan secara rinci isi dan cakupan job sheet, learning steps, dan self cheek. Demikian juga guru sudah menjelaskan prosedur tes tertulis dan tes tindakan. Hal yang cukup ideal ditunjukkan guru dalam ujicoba ini adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkaji learning guide secara keseluruhan sebelum melaksanakan tugas. Alur kerja seperti ini, memberikan dampak kepada kesiapan siswa untuk melaksanakan pembelajaran baik secara individual maupun secara kelompokSiswa terlihat sejak awal sudah fokus kepada substansi/materi diklat serta konsetrasi kepada tahap-tahap pembelajaran. Walaupun terkesan ragu-ragu dalam mengajukan pertanyaan, tetapi pertanyaan siswa beranjak dari isi learning guide dan learning steps. Dalam tahap ujicoba ini siswa telah terlibat secara inten terutama dalam mengkaji isi dan cakupan learning guide secara cermat. Namun demikian dalam tes tindakan siswa terlihat belum menunjukkan percaya diri secara penuh. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat format-format learning guide yang digunakan masih tergolong baru bagi mereka, sehingga membutuhkan waktu untuk penyesesuaian.

Berdasarkan

ujicoba

kedua tersebut,

penulis dan guru

170

merumuskan langkah-langkah perbaikan, diharapkan untuk ujicoba berikutnya dapat dicapai hasil lebih optimal. Tabel: 4.9 Deskripsi Hasil Ujicoba Terbatas Ketiga Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif Dengan Penerapan leaming guide Sub Kompetensi: Memperbaiki Kerusakan pada Kepala Silinder Mesin Kegjatan yang ditampilkan Guru 1.Menjelaskan modul pembelajaran tentang kepala silinder dan kerusakan yang biasa terjadi; 2.Memberikan kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan; 3 .Memberi kesempatan siswa untuk mengkaji isi dan cakupan Leaming guide secara keseluruhan sebelum melaksanakan tugas pekerjaan; 4 .Mempersilahkan siswa mulai mengerjakan tugas; 5.Memberikan layanan/jawaban terhadap pertanyaan masing-masing siswa; 6. Memberikan layanan pelaksanaan tes tertulis; 7.MenyeIenggarakan tes tindakan bagi siswa yang siap.

Kegiatan yang ditampilkan Siswa l.Secara individual mengkaji modul diklat tentang kepala silinder dan kerusakan yang biasa terjadi; 2. Mengajukan pertanyaan terhadap penjelasan guru; 3.Mengkaji isi dan cakupan Leaming guide (leaming guide, job sheet, leaming steps, dan self check) secara cermat; 4.Memu)ai melaksanakan tugas/pekerjaan; 5.Menanyakan dan memeriksakan kepada guru sesuai tahapan penyelesaian tugas; 6.Siap melaksanakan tes tertulis; 7.Siap melaksanakan tes tindakan

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat dijelaskan bahwa guru secara bertahap menunjukkan peningkatan kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran Perbaikan Motor Otomotif melalui pembelajaran sub kompetensi Memperbaiki kerusakan pada kepala silinder.

Memasuki

ujicoba ketiga, guru telah

menunjukkan kemampuannya mengelola pembelajaran. Modul diklat telah disiapkan dan menjadi komponen dalam pembelajaran; demikian juga pada tahap pembelajaran berikutnya guru telah menerapkan learning guide secara konsisten sebagai perangkai pembelajaran. Pada ujicoba ketiga, terlihat guru telah

171

menerapkan langkah sistematis serta memberikan layanan secara individual secara benar kepada siswa. Dari langkah secara sistematis tersebut, berdampak kepada kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran dimulai dari mengkaji komponen learning guide secara cermat, membaca modul pembelajaran, menanyakan/mengkosultasikan kepada guru, hingga sampai mengikuti tes tertulis dan tes tindakan. Untuk berikutnya, kegiatan yang dilaksanakan oleh guru maupun siswa dalam desain pembelajaran dengan penerapan learning guide ini, pada dasarnya tidak mengalami perubahan secara berarti; artinya pola pengelolaan kelas dalam desain model ini pada akhirnya berkisar seperti pola yang ditampilkan pada ujicoba terbatas ketiga tersebut.

3). Melakukan evaluasi hasil pembelajaran Evaluasi pembelajaran yang dimaksud dalam tahap ini adalah penilaian hasil pembelajaran untuk setiap kompetensi/sub kompetensi. Secara umum, prosedur dan kriteria yang diterapkan pada langkah evaluasi ini cakupannya meliputi beberapa tujuan pembelajaran dalam suatu kompetensi/sub kompetensi. Dalam konteks ini, dari tiga kali ujicoba secara terbatas, dilakukan tiga kali evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk tes tertulis dan tes tindakan. Sesuai dengan desain model yang dirumuskan, maka evaluasi ini bersifat sumatif, dengan pendekatan penilaian acuan patokan (PAP), dan bersifat layanan individual. Sesuai dengan sub kompetensi yang telah dipilih, berikutnya penulis bersama guru mengembangkan tes tertulis dan tes tindakan untuk tiga sub kompetensi

172

yang diujicobakan. Tes tertulis (written tesi) dikembangkan dalam bentuk pilihan ganda (multipte choise) dengan maksud mengungkap pengetahuan teknis siswa berkaitan dengan kompetensi/sub kompetensi yang diajarkan.

Sedangkan tes

tindakan {performance test) dilaksanakan setelah siswa mampu menjawab tes tertulis 100 % benar. Tes tindakan pada dasarnya merupakan kegiatan mendemonstrasikan pengetahuan teknis yang dimiliki siswa sesuai jawaban dalam tes tertulis, melalui penyelesaian tugas pekerjaan sesuai kompetensi/sub kompetensi yang dirumuskan. Pada ujicoba kesatu, setelah naskah tes jadi, kemudian dilaksanakan di kelas. Dalam tahap ini guru pada dasarnya sudah mampu memahami substansi tes (tertulis dan tindakan), serta mampu mengelola pelaksanaan tes. Sebab dalam desain ini, siswa yang telah menyelesaikan tahap pembelajaran {iearning steps) secara tuntas dan telah siap, dapat melaksanakan tes. Pada ujicoba kedua guru tidak mengalami kendala; demikian juga memasuki ujicoba ketiga bahkan dua guru yang menjadi subyek ujicoba merasa memiliki kemudahan dalam melaksanakan evaluasi dalam bentuk tes tertulis dan tes tindakan, karena merasa didukung pengalaman melakukan balikan dalam pelaksanaan pembelajaran. Secara khusus, kemampuan evaluasi ini memang tidak diukur kinerjanya, namun dideskripsikan secara kualitatif selama guru melaksanakan dan mengelola tes tertulis dan tes undakan. Deskripsi hasil ujicoba terbatas desain model dilihat dari aspek fleksibilitas isi dan struktur, serta dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru, ditampilkan dalam tabel di bawah ini.

173

Tabel 4.10 Deskripsi Perkembangan Hasil Ujicoba Terbatas Pada Aspek Fleksibilitas Desain Model dan Dukungan terhadap Pelaksanaan Tugas Guru Fleksibilitas Desain Model

uc Ke

1 2 3

Sub Kompetensi

Memperbaiki kerusakan pada sistem pelumasan Memperbaiki kerusakan pada sistem pendinginan Memperbaiki kerusakan kepala silinder

Dukungan terhadap Pelaksanaan Tugas Guru Menyusun MelaksaMelakuRencana nakan. kan EvaPembelaPembelaluasi jaran jaran

Isi

Struktur

75%

75%

75%

75%

100 %

75%

100%

100 %

100%

100%

100 %

100 %

100 %

100 %

100 %

Berdasarkan tabel 4.10 di atas diperoleh gambaran bahwa aspek fleksibilitas isi dan struktur desain model secara bertahap dapat ditingkatkan penerapannya, yaitu ditunjukkan bahwa memasuki ujicoba ke tiga, isi dan struktur desain model dapat dipahami sepenuhnya (100%) oleh guru. Demikian juga pada aspek dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru, terlihat bahwa memasuki ujicoba kedua dan ketiga, guru sudah dapat sepenuhnya menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran sesuai dengan penerapan learning guide. Atas dasar tabel 4.10 tersebut diketahui bahwa desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, dalam aspek fleksibilitas isi dan struktur tidak mengalami perubahan/perbaikan; namun demikian diperlukan tahap penyesuaian bagi guru agar desain model dapat dipahami dan diterapkan secara maksimal oleh guru.

174

2.23. Peningkatan Prestasi Siswa Hasil Diklat Produktif Fokus utama pengembangan pembelajaran program produktif pada dasarnya adalah diperolehnya peningkatan prestasi siswa hasil pembelajaran diklat produktif. Melalui perbaikan dan penyempurnaan dalam penyusunan rencana pembelajaran, perbaikan dalam pelaksaan proses pembelajaran, serta penyempurnaan dalam sistem evaluasi hasil pembelajaran, melalui penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan Jearning guide, diharapkan akan diperoleh sumbangan secara signifikan terhadap peningkatan prestasi siswa hasil diklat produktif, sesuai dengan karakteristik mata diklat yang diajarkan. Dalam penelitian ini yang dikembangkan model pembelajarannya adalah mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, yang memiliki karakteristik pendekatan berbasis kompetensi dan berbasis produksi. Untuk itu ukuran pencapaian hasil pembelajaran pada mata diklat tersebut pada dasarnya mencakup dua ranah yang terintegrasi dalam satu dimensi yaitu peningkatan kompetensi hasil belajar siswa sesuai standar yang dirumuskan. Dalam hubungan ini,

peningkatan prestasi siswa hasil diklat produktif

dideskripsikan dalam bentuk skor kumulatif hasil tes tertulis dan dan tes tindakan pada masing-masing ujicoba pembelajaran. Hasil peningkatan prestasi siswa hasil diklat produktif disajikan dalam tabel 4.11 berikut ini.

175

Tabel 4.11 Deskripsi Prestasi Siswa Hasil Diklat Produktif Hasil Ujicoba Terbatas Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan learning guide Kegiatan Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba

1 2 2 3 1 3

N

Rata-rata

Stand. Dev.

Nilai t

Df

36 36 36 36 36 36

68,67 71,28 71,28 76,19 68,67 76,19

2,00 1,80 1,80 2,79 2,00 2,79

10,45

70

1-tabel pada a = 0,05 2,000

9,34

70

2,000

14,14

70

2,000

Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa hasil pengukuran prestasi siswa yang berbentuk skor rata-rata kumulatif masing-masing ujicoba berbeda (meningkat) secara signifikan. Skor rata-rata kumulatif ujicoba kedua lebih tinggi dari pada ujicoba kesatu; skor hasil ujicoba ketiga lebih tinggi dari ujicoba kedua; dengan demikian hasil ujicoba ketiga lebih tinggi dari ujicoba kesatu. Secara statistik, kenaikan skor rata-rata kumulatif tersebut perbedaannya teruji secara signifikan. Hal ini memiliki arti bahwa ujicoba dalam skala terbatas model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide secara signifikan memberikan peningkatan terhadap kompetensi siswa

2.2.4. Dukungan Alat, Bahan dan Stakeholders Terkait Selama ujicoba terbatas desain model, pada dasarnya dibutuhkan alat dan bahan pembelajaran sesuai dengan sub kompetensi yang dipelajari. Bahan dan alat tersebut sebenarnya juga perlu disediakan guru sebagaimana guru menyelenggarakan pembelajaran pada umumnya Namun demikian, karena desain model yang

176

dikembangkan merupakan hal baru bagi mereka, maka diperlukan tahap-tahap penyesuaian. Tabel 4.12 Deskripsi Perkembangan Hasil Ujicoba Terbatas Desain Model Pada Aspek Dukungan Alat dan Bahan serta Stakeholders

uc

Sub Kompetensi

Keselarasan Dukungan Alat dan Bahan Alat Bahan 75% 75%

Potensi Dukungan Stakeholders 75%

ke 1

Memperbaiki kerusakan sistem pelumasan

2

Memperbaiki kerusakan sistem pendinginan

75%

100 %

75%

3

Memperbaiki kerusakan kepala silinder

100%

100%

75%

Pada tabel 4.12 di atas ditunjukkan keselarasan penerapan desain model dengan dukungan alat dan bahan. Memasuki ujicoba ketiga, guru sudah sepenuhnya dapat menyiapkan alat dan bahan sesuai dengan kebutuhan dalam penerapan desain model. Namun demikian, pada aspek potensi dukungan Du/Di, sampai dengan ujicoba ketiga, masih belum terlihat; artinya penyelenggaraan pembelajaran sampai dengan ujicoba ketiga ini belum melibatkan pihak Du/Di, masih dikelola oleh guru program produktif dan dilaksanakan di laboratorium/bengkel sekolah.

2.2.5. Perkembangan Hasit Ujicoba Terbatas Desain Model Dalam ujicoba terbatas desain model, secara spesifik dilakukan penilaian terhadap lima aspek yaitu: fleksibilitas isi dan struktur, dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru, peningkatan kompetensi siswa, keselarasan dengan dukungan alat dan bahan, serta potensi dukungan stakeholders.

Sesuai dengan

177

tahap-tahap ujicoba terbatas, kelima aspek tersebut menunjukkan perkembangan tertentu, seperti digambarkan dalam tabel 4.13 di bawah ini. Tabel 4.13 Deskripsi Perkembangan Hasil Ujicoba Terbatas Desain Model Pada Seluruh Aspek Ujicoba No 1

2

Aspek Ujicoba Fleksibilitas Desaui Model: 1). Keselarasan isi dengan tujuan pembelajaran 2). Keselarasan isi dengan topik sah kompetensi yang dipelajari 3). Kemanfaatan masing-masing komponen desaui model dalam pembelajaran 4). Kejelasan tata urutan komponen desaui model Dukungan terhadap Pelaksananan Tugas Guru: 5). Menyusun rencana pembelajaran 6). Melaksanakan pembelajaran 7). Melaksanakan evaluasi R) Pf-ninglrafan prp«;ta

Guru/ fastruktui

Cek Hasil Penyelesaian Tueas (Self Check) Tidak

Ya •

Tes Tertulis

¡"100% ;

Belum

i Betul j Guru/ mstruktur

Tes Tindakan Belum

-K^^MenguasaT^!)

Lanjut ke Sub Kompetensi Berikutnya Bagan 4.4 Panduan Alur Interaksi Siswa dan Guru Dalam Penerapan Model untuk Ujicoba Lebih Luas

184

2.4. Pelaksanaan dan Hasil Uji Coba Lebih Luas Dalam pelaksanaan ujicoba terbatas, guru-guru program produktif mata diklat Perbaikan Motor Otomotif memberikan masukan perlunya dibuat panduan pelaksanaan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Bagi penulis sendiri, belum adanya panduan tersebut juga dirasakan sebagai suatu keterbatasan dalam ujicoba terbatas. Berdasarkan masukan guru dan keterbatasan dalam penerapan desain model khususnya dalam pelaksanaan pembelajaran program produktif, maka telah dibuat panduan tentang urutan dan alur interaksi siswa dan guru. Panduan tersebut menjadi rambu-rambu bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran preskriptif program produktif Desain model yang telah dilakukan ujicoba terbatas, walaupun secara spesifik tidak terdapat revisi, setelah dilakukan penataan dalam aspek redaksional, serta disusun panduan pelaksanaan pembelajaran, berikutnya dilakukan ujicoba lebih luas. Dengan demikian hasil-hasil yang telah dideskripsikan dalam ujicoba terbatas tersebut, berikutnya merupakan pijakan dalam melakukan ujicoba dalam skala lebih luas. Tujuan utama ujicoba lebih luas adalah untuk menilai keterterapan desain model, serta dalam rangka menyempurnakan desain model melalui penerapan ke beberapa subyek ujicoba yang memiliki karakteristik bervariasi. Dalam hal ini subyek ujicoba yang dipilih sebanyak tiga SMK, yaitu SMK A Semarang (akreditasi sangat baik); SMK B Semarang (baik), dan SMK C Semarang (sedang), dengan masing-masing subyek dilakukan ujicoba sebanyak tiga kali, yang secara keseluruhan melibatkan enam orang guru dan 109 siswa. Dengan mengambil subyek

185

ujicoba secara bervariasi, diharapkan dapat diketahui keunggulan dan kelemahannya, untuk berikutnya dilakukan perbaikan/penyempurnaan pada sisi-sisi yang lemah. Aspek-aspek yang dilakukan penilaian sama dengan pada tahap uji coba terbatas, yaitu: substansi isi dan fleksibilitas struktur desain model, dukungan terhadap

pelaksanaan

tugas,

peningkatan

kompetensi

siswa,

dan

hambatan/keterbatasan desain model.

2.4.1. Substansi Isi dan Fleksibilitas Struktur Desain Model Dalam ujicoba lebih luas, permasalahan substansi isi dan fleksibilitas struktur desain model merupakan aspek yang tetap perlu dinilai; bahkan dalam uji coba ini dapat memberikan gambaran lebib lengkap tentang kekuatan dan kelemahan desain model dinilai dari isi dan strukturnya, terutama berkait dengan jumlah subyek ujicoba yang bervariasi, untuk berikutnya secara bertahap dilakukan perbaikan. Masukan perbaikan yang diperoleh selama ujicoba lebih luas dideskripsikan secara rinci untuk berikutnya ditindak-lanjuti sesuai dengan konteks masukan pada masingmasing komponen desain model.

1). Substansi Isi Komponen Desain Model Desain model pembelajaran preskriptif yang mencakup sub model: rencana pembelajaran, pelaksanaan pembalajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran, perlu dilakukan penilaian substansi isi yang terkandung dalam masing-masing sub model.

187

kepada guru apabila menghadapi kendala. Uraian dalam learning steps juga melatih kecermatan siswa terhadap penyelasaian pekerjaan sesuai tahapan tugas; (d) Walaupun terkesan merepotkan, namun isi dalam daftar cek {sel/check), dinilai

perlu

untuk

mengembangkan

sikap

teliti

siswa

dalam

menyelesaikan tugas sesuai tahap pembelajaran. Bagaimanapun siswa adalah subyek pembelajar, sehingga perlu diberikan latihan secara tertib. Dengan demikian daftar cek (sel/ check) sangat perlu dilatihkan kepada siswa dalam pembelajaran produktif. Namun demikian dalam daftar cek perlu

disediakan

kolom

untuk

melaporkan

hasil-hasil

pengecekan/pengukuran; sebab hasil pengukuran yang tepat juga merupakan aspek penilaian. (e) Isi instrumen tes (tertulis dan tindakan) dinilai sangat bermanfaat untuk membantu mengefisienkan dan mengefektifkan tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran. Diakui, selama ini guru sering dalam melaksanakan pembelajaran belum menyiapkan perangkat/instrumen evaluasi khususnya perangkat tes sesuai dengan kompetensi yang diajarkan. Namun demikian, untuk beberapa item soal perlu diperjelas, misalnya komponen tertentu hanya tepat untuk kendaraan tertentu, seperti pada materi pelumasan soal nomor enam, delapan dan sembilan. Juga pada beberapa soal pada materi perbaikan kepala silinder. Dengan pengembangan ini diharapkan pembelajaran program produktif menjadi lebih efisien dan efektif.

188

(f) Isi yang terkandung dalam deskripsi evaluasi, dinilai oleh guru pada dasarnya

dapat

diterapkan

untuk

melaksanakan

evaluasi

hasil

pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan masukan perbaikan seperti yang diuraikan di atas, maka memasuki ujicoba kedua dan ketiga, secara spesifik terdapat perbaikan dalam beberapa hal, menyangkut substansi isi komponen desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide.

2). Fleksibilitas Struktur/Tata Urutan Desain Model Penilaian fleksibilitas struktur/tata urutan desain model, lebih fokus kepada struktur dan penerapan learning guide. Sebelum ujicoba lebih luas dilaksanakan, penulis meminta masukan perbaikan dari guru tentang struktur dan tata urutan learning guide yang mencakup modul pembelajaran, learning guide, job sheet, learning steps, self check, dan instrumen tes. Dari enam guru subyek ujicoba, secara umum mereka memberikan tanggapan dan masukan perbaikan sebagai berikut: (a)

Mengapa struktur learning guide, job sheet, learning steps dan self check, berbentuk seperti yang ada sekarang ? Terhadap pertanyaan ini penulis memberikan penjelasan sebagai berikut: Bahwa konsep learning guide termasuk struktur yang ada pada masing-masing bagiannya tersebut, pada dasarnya berangkat dari konsep Highly effective éducation and training programs

yang dijelaskan oleh William E.

Blank (1982:193). Salah satu sarana untuk melaksanakan diklat

189

(éducation and training programs) yang efektif adalah dengan mengembangkan paket-paket pembelajaran (learning packages). Dari tiga pendekatan yang ada dalam paket-paket pembelajaran (learning packages), pendekatan pedoman pembelajaran (The learning guide) seperti yang dikembangkan penulis dalam penelitian ini, memiliki lebih banyak keunggulan di banding dua pendekatan yang lain (The student direction sheet dan The self-contained module). Pendekatan The learning guide yang dikembangkan oleh penulis dalam penelitian ini, telah dilakukan beberapa penyesuaian baik menyangkut isi dan struktur, sehingga desain inilah yang dianggap paling memungkinkan. (b) Dengan penjelasan ini maka dapat diketahui bahwa desain learning guide

tersebut dikembangkan di samping

untuk

meningkatkan

efektifitas pembelajaran program produktif, juga memiliki landasan konseptual yang jelas dan kuat Secara konseptual, desain ini merupakan alternatif dalam

pembelajaran program produktif yang berbasis

kompetensi dan produksi- Melalui serangkaian uji coba dan uji validasi dapat dinilai keunggulan dan kelemahannya dibandingkan desain yang sudah ada (konvensional); (c)

Panduan tentang urutan dan alur interaksi siswa dan guru perlu dipahami oleh guru sebelum pelaksanaan pembelajaran berlangsung.

Dengan penjelasan tersebut, maka dapat menambah pemahaman dan kepercayaan guru dalam menyusun rencana pembelajaran menggunakan model

190

pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide sesuai dengan struktur/tata urutan desain model yang dikembangkan. Dengan demikian memasuki ujicoba lebih luas kesatu, kedua hingga ketiga, secara substansial tidak ada perubahan dalam hal tata urutan/sistematika desain model. Secara keseluruhan, masukan perbaikan terhadap desaim model yang berkaitan dengan isi/substansi dan struktur desain model, utamanya terhadap perangkat learning guide, dapat dirangkum dalam tabel 4.14 di bawah ini. Tabe4.14 Deskripsi Masukan Perbaikan terhadap Desain Model Pada Aspek Isi/Substansi dan Struktur/Tata Urutan No. Aspek Desain Model 1 Isi/Substansi

2

Struktur/Tata Urutan

Deskripsi Perbaikan * Perlu penambahan kolom untuk melaporkan hasil cek/pengukuran dalam self check; • Beberapa butir instrumen tes perlu secara eksplisit menyebutkan spesifikasi kendaraan • Panduan tentang urutan dan alur interaksi siswa dan guru perlu disosialisasikan kepada guru sebelum pelaksanaan pembelajaran

2.4.2. Dukungan terhadap Pelaksanaan Tugas Gnru Berdasarkan pengalaman yang dijumpai dalam pelaksanaan ujicoba terbatas, penulis melakukan persiapan yang lebih sistematis dalam pelaksanaan ujicoba lebih luas. Persiapan yang dimaksud adalah melakukan sosialisasi kepada guru calon subyek penelitian, terutama dalam menyusun rencana pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran, sesuai dengan isi dan tata urutan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Dengan sosialisasi ini diharapkan diperoleh pemahaman secara tepat oleh guru sebelum

191

penyelenggaraan pembelajaran program produktif, untuk selanjutnya diperoleh dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru secara maksimal, yaitu tugas guru dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan melakukan evaluasi hasil belajar.

I). Menyusun rencana pembelajaran Sejalan dengan tahap-tahap ujicoba, pada ujicoba lebih luas diperlukan sosialisasi dalam rangka memberikan pemahaman kepada guru sebagai subyek ujicoba lebih luas. Pada ujicoba kesatu, penulis lebih dahulu menjelaskan kepada guru tentang strategi penyusunan rencana pembelajaran menggunakan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, yang mencakup: (a) perumusan tujuan pembelajaran; (b) materi pembelajaran yang berisi bahan ajar yang mendukung kompetensi; disusun berbentuk penyelesaian tugas per kompetensi; dikemas dalam bentuk modul pembelajaran per kompetensi/sub kompetensi; (c) metoda/strategi pembelajaran bersifat prescriptive, dengan tahap: menjelaskan materi; memberikan tugas secara bertahap dilengkapi petunjuk pelaksanaan per kompetensi; memberikan layanan pembelajaran individual; dan memberikan layanan pembelajaran tuntas per kompetensi; serta menerapkan learning guide secara utuh ; (d) alokasi waktu sesuai bobot dan lingkup materi; (e) alat/bahan pembelajaran mendukung

tujuan dan sesuai rumusan kompetensi; dan (f) evaluasi dirancang

program pengayaan, dan integrasi antara tes tertulis dan tes tindakan. Prinsip penyusunan rencana pembelajaran menggunakan model pembelajaran preskriptif

192

dengan penerapan learning guide untuk tiap kompetensi/sub kompetensi tersebut harus sudah tersedia/tersusun sebelum pembelajaran program produktif berlangsung. Sosialisasi dan penjelasan tersebut di atas perlu dilakukan, sebab yang dilakukan oleh guru program produktif selama ini adalah menyiapkan SAP dengan berbagai versi, serta sebagian guru menyiapkan lembar-lembar kerja (job sheets) dengan beberapa versi. Terdapat keraguati/kekhawatiran pada guru mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, terutama dalam menyiapkan perangkat learning guide. Beberapa guru membayangkan seolah ada beban tambahan dalam membuat formatformat pembalajaran Perbaikan Motor Otomotif. Hal ini berbeda dengan pelaksanaan penyusunan atau penghimpunan modul diklat, yang dirasakan oleh guru cukup mudah karena selama ini sebagian sudah dilaksanakan walaupun belum dihimpun per kompetensi/sub kompetensi. Dengan demikian, secara prinsip rencana pembelajaran yang perlu disiapkan guru dalam ujicoba kesatu ini adalah modul pembelajaran sesuai rumusan kompetensi dan perangkat learning guide, yang mencakup learning guide, job sheei, learning steps, self check dan perangkat tes. Dengan semangat kebersamaan antara penulis dengan guru, pada ujicoba kesatu dapat disusun modul pembelajaran dan perangkat learning guide untuk sub kompetensi Memperbaiki Kerusakan Sistem Pelumasan Mesin. Demikian juga dalam ujicoba kedua dapat disusun modul pembelajaran dan perangkat learning guide untuk sub kompetensi Memperbaiki Kerusakan Sistem Pendingin Mesin; serta ujicoba ketiga Memperbaiki Kerusakan Kepala Silinder.

193

Kemampuan menyusun rencana pembelajaran ini berkaitan langsung dengan kompetensi guru dalam merancang pembelajaran. Dari pelaksanaan ujicoba kesatu, kedua sampai dengan ketiga, tidak dijumpai perbedaan yang spesifik antara kemampuan guru SMK A, SMK B maupun SMK C. Yang terlihat secara umum adalah semangat dan motivasi kerja yang cukup tinggi dari guru SMK B, dibandingkan dengan dua SMK yang lain, yang memang dari sisi usia guru SMK B relatif lebih muda.

2). Melaksanakan proses pembelajaran Pengalaman dalam melaksanakan ujicoba terbatas, khususnya dalam pelaksanaan

proses

pembelajaran,

kiranya

cukup

memberikan dasar

bagi

perencanaan dan pelaksanaan ujicoba lebih luas. Dalam ujicoba terbatas, penulis belum menyusun atau merumuskan alur pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran preskriprif dengan penerapan learning guide. Atas dasar pengalaman tersebut, memasuki ujicoba lebih luas penulis bersama guru mengembangkan panduan prosedur pelaksanaan pembelajaran yang menggambarkan alur interaksi antara siswa dan guru dalam pembelajaran program produktif, dan ditetapkan sebagai standar prosedur operasional (SPO). Melalui diskusi dan sosialisasi dengan guru, diharapkan dapat dilaksanakan pembelajaran mata diklat Perbaikan Motor Otomotif sesuai dengan prosedur yang dikembangkan. Pada ujicoba kesatu (sub kompetensi: Memperbaiki Kerusakan pada Sistem Pelumasan Mesin), secara umum dapat dideskripsikan hasil sebagai berikut: (1) guru dan siswa belum sepenuhnya dapat melaksanakan diklat sesuai dengan SPO yang

194

dirancang, terutama kegiatan siswa dalam membaca dan memahami modul diklat, learning guide, dan job sheet yang harus dilakukan secara simultan. Kegiatan ini harus dilakukan siswa sebelum menyelesaikan tugas pekerjaan per tujuan khusus. Siswa masih tergesa-gesa ingin cepat menyelesaikan tugas sebelum memahami learning guide, job sheet dan modul secara tuntas; ( 2 ) guru masih canggung dengan prosedur pembelajaran yang dilaksanakan; namun dengan berpegang pada prinsip pembelajaran preskriptif serta alur pembelajaran seperti digambarkan dalam bagan SPO yang telah dikembangkan, guru sedikit demi sedikit memahami peran dan tanggung jawabnya. Memasuki ujicoba kedua dengan sub kompetensi Memperbaiki Kerusakan Sistem Pendinginan Mesin, guru mulai menerapkan strategi pembelajaran preskriptif serta sesuai dengan SPO yang dirancang. Demikian juga siswa, sudah diberikan arahan tentang tahap-tahap pembelajaran yang perlu dilaksanakan, sehingga tidak harus tergesa-gesa dalam penyelasaian tugas pekerjaan. Pada ujicoba kedua ini, guru mulai dapat mengelola pembelajaran sesuai dengan rancangan SPO. dengan tetap memberikan layanan secara individual kepada siswa. Pada ujicoba keriga dengan sub kompetensi: Memperbaiki Kerusakan Kepala Silinder, siswa dan guru dapat memahami dan melaksanakan kegiatan pembelajaran preskriptif serta menerapkan prosedur sesuai alur SPO. Kegiatan diklat juga telah berjalan secara baik melalui interaksi yang alami antara siswa dan guru. Peran guru dalam ujicoba ketiga ini telah terlihat secara nyata, baik dalam memberikan layanan pembelajaran serta respon terhadap pertanyaan siswa mengenai isi learning guide, job sheet, isi modui, sampai dengan layanan pelaksanaan tes tertulis dan tes tindakan.

195

Secara umum tidak terlihat perbedaan yang spesifik dalam kemampuan melaksanakan proses pembelajaran antara guru sekolah yang menjadi subyek ujicoba. Dalam konteks ujicoba desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, mulai ujicoba kesatu hingga ketiga, pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara umum mengalami perbaikan, sehingga interaksi pembelajaran juga berjalan secara efektif dan alami.

3). Melakukan evaluasi pembelajaran Sebagian besar guru diklat program produktif dalam menyiapkan rencana pembelajaran tidak menyiapkan perangkat evaluasi (dalam bentuk naskah tes); sehingga yang banyak terjadi adalah, evaluasi diklat dalam bentuk tes dilaksanakan secara spontan, atau tes dilakukan setelah beberapa kompetensi/sub kompetensi selesai dipelajari. Hal demikian tentu sangat rentan terhadap terjadinya bias; antara yang dipelajari dengan yang diujikan. Bisa jadi apa yang diujikan tidak atau belum dipelajari oleh siswa, atau sebaliknya. Dalam desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, dirancang secara integral suatu pendekatan pembelajaran mulai penyusunan modul pembelajaran, learning guide sampai dengan penyiapan perangkat tes (tertulis dan tindakan), sebelum pembelajaran •dilaksanakan. Dengan demikian, setiap selesai pembelajaran untuk satu kompetensi/sub kompetensi, guru tidak harus mencari-can bahan tes yang akan diujikan, karena sudah disiapkan sebelum pembelajaran dilaksanakan.

196

Sesuat dengan desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide yang dirumuskan, maka tes yang dilaksanakan bersifat formatif dan sumatif dengan pendekatan penilaian acuan patokan (PAP), yang dilaksanakan dengan menekankan layanan pembelajaran individual. Tes dirancang dalam bentuk tertulis/tes obyektif (written tesi) dan tes tindakan (performance test). Tes tertulis dikembangkan dalam bentuk pilihan ganda (multiple choise) dengan maksud menungkap pemahaman teknis siswa terhadap kompetensi/sub kompetensi yang telah dipelajari. Sedangkan tes tindakan dilaksanakan jika siswa telah mampu menjawab tes tertulis secara benar. Pada ujicoba kesatu, tes tertulis dan tes tindakan secara umum dapat berjalan dengan baik, walaupun ada beberapa siswa yang terlihat belum terbiasa dengan prosedur tes yang dilaksanakan. Memasuki ujicoba kedua sampai dengan ketiga, pelaksanaan tes yang dikelola guru menjadi semakin terfokus, karena perangkat tes sebelumnya sudah dapat disusun oleh guru bersama penulis. Memasuki ujicoba ketiga, guru telah berperan dalam menilai dan memberikan keputusan tentang kelanjutan kompetensi.

2.43. Peningkatan Prestasi Siswa Hasil Diklat Produktif Peningkatan prestasi siswa hasil diklat produktif pada dasarnya menjadi rujukan utama dalam pengembangan desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Tahapan-tahapan ujicoba yang dilaksanakan bertujuan mengukur dampak penerapan desain model terhadap peningkatan prestasi siswa hasil diklat produktif, sesuai dengan sub kompetensi yang dipelajari. Dengan demikian

197

perbaikan dan penyempurnaan desain model yang dilakukan selama berlangsungnya ujicoba lebih luas juga dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi siswa setelah melaksanakan pembelajaran. Deskripsi peningkatan kompetensi siswa yang dimaksudkan dalam konteks ini diukur berdasarkan hasil tes tertulis dan tes tindakan yang dilakukan sebelum (pra pembelajaran) dan sesudah (pasca pembelajaran) per sub kompetensi. Dalam mengukur dampak pelaksanaan ujicoba

pembelajaran terhadap peningkatan

kompetensi siswa ditetapkan dua kategori, yaitu: (1) deskripsi

peningkatan

kompetensi siswa pra pembelajaran dengan pasca pembelajaran, yang diukur berdasarkan perbandingan skor rata-rata antara hasil tes tertulis (written tesi) pra pembelajaran dengan hasil tes tertulis pasca pembelajaran; (2) deskripsi peningkatan kompetensi hasil pasca pembelajaran diukur berdasarkan perbandingan skor rata-rata gabungan (kumulatif) antara skor tes tertulis dengan tes tindakan, dan dilakukan terhadap ujicoba lebih luas kesatu, kedua, dan ketiga.

1). Deskripsi Peningkatan Prestasi Siswa Berdasarkan Hasil Tes Tertulis Pra dan Pasca Penerapan Desain Model Deskripsi peningkatan prestasu siswa yang diukur berdasarkan hasil tes tertulis pra pembelajaran dengan pasca pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif ditampilkan dalam tabel-tabel di bawah ini.

198

Tabel 4.15 Deskripsi Peningkatan Prestasi Siswa Pra dan Pasca Penerapan Desain Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK A) Semarang Kegiatan

N

Rata-rata

Ujicoba 4 (Pra) (Pasca) Ujicoba 5 (Pra) (Pasca) Ujicoba 6 (Pra) (Pasca)

36 36 36 36 36 36

57,89 70,42 60,39 73,42 62,83 79,72

Stand. Dev. 4,17 2,93 3,21 2,61 3,30 1,91

Nilai t

Df

21,83

70

T-tabel a =0,05 2,000

26,83

70

2,000

33,64

70

2,000

Berdasarkan tabel 4.15 di atas dapat ditunjukkan bahwa terdapat peningkatan prestasi siswa yang diukur berdasarkan hasil tes tertulis tentang pengetahuan dan pemahaman teknis, sebelum dan setelah siswa menerapkan model pembelajaran preksriptif program produktif dengan penerapan iearning guide. Tes tertulis yang dimaksud adalah tes untuk mengungkap pengetahuan dan pemahaman teknis siswa terhadap prosedur penyelesaian tugas (sub kompetensi), sebelum siswa melaksanakan pembelajaran dan sesudah melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian, isi pertanyaan dalam tes tersebut sama antara sebelum dengan sesudah pembelajaran. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa peningkatan kompetensi siswa SMK A yang diukur dalam bentuk pengetahuan dan pemahaman teknis, menujukkan peningkatan secara signifikan (taraf signifikansi 5%) pada kondisi sebelum dengan sesudah pembelajaran program produktif, mata diklat Perbaikan Motor Otomotif.

199

Tabel 4.16 Deskripsi Peningkatan Prestasi Siswa Pra dan Pasca Penerapan Desain Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK B) Semarang Kegiatan

N

Rata-rata

Ujicoba 4 (Pra) (Pasca) Ujicoba 5 (Pra) (Pasca) Ujicoba 6 (Pra) (Pasca)

38 38 38 38 38 38

40,79 69,32 43,16 72,26 52,18 76,68

Merujuk tabel 4.16

Stand. Dev. 3,24 3,44 4,86 4,10 7,53 2,63

Nilai t

df

34,82

74

t-tabel a =0,05 2,000

24,08

74

2,000

19,63

74

2,000

di atas, dapat dijelaskan bahwa prestasi siswa yang

diukur melalui tes pengetahuan dan pemahaman teknis tentang prosedur penyelesaian tugas, mengalami peningkatan secara signifikan diukur dari kondisi sebelum pembelajaran dan sesudah pembelajaran. Tabel 4.17 Deskripsi Peningkatan Prestasi Siswa Pra dan Pasca Penerapan Desain Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK C) Semarang Kegiatan

N

Rata-rata

Ujicoba 4 (Pra) (Pasca) Ujicoba 5 (Pra) (Pasca) Ujicoba 6 (Pra) (Pasca)

34 34 34 34 34 34

41,49 68,03 43,63 70,29 46,77 72,37

Stand Dev. 3,81 2,86 4,29 2,35 4,45 2,17

Nilai t

df

44,64

68

t-tabel a = 0,05 2,000

36,46

68

2,000

30,28

68

2,000

Berdasarkan tabel 4.17 di atas dapat dijelaskan adanya perbedaan secara signifikan prestasi siswa, pada kondisi sebelum pelaksanaan pembelajaran dan sesudah pembelajaran. Perbedaan yang menunjukkan peningkatan kompetensi terjadi pada masing-masing ujicoba, yang diukur pada taraf kepercayaan 95%.

200

2). Deskripsi Peningkatan Prestasi Siswa Pasca Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran Preskriptif-Learning Guide Berdasarkan Skor Hasil Tes Gabungan (Tertulis dan Tindakan)

Deskripsi perbedaan yang menunjukkan peningkatan prestasi siswa hasil diklat produktif yang diukur berdasarkan hasil tes tertulis dan tes tindakan pasca pembelajaran Perbaikan Motor Otomotif, pada masingmasing tahap ujicoba ditampilkan dalam tabel-tabel di bawah ini. Pengukuran perbedaan prestasi siswa dilakukan setelah siswa selesai melakukan pembelajaran program produktif dengan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Tabel 4.18 Deskripsi Pemngkatan Prestasi Siswa Pasca Penerapan Desain Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK A) Semarang Kegiatan

N

Rata-rata

Stand. Dev.

Nilai t

Df

Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba

36 36 36 36 36 36

71,17 73,28 73,28 76,61 71,17 76,61

1,95 2,13 2,13 2,06 1,95 2,06

6,39

70

t-tabelpada a =0,05 2,000

8,45

70

2,000

13,12

70

2,000

4 5 5 6 4 6

Merujuk pada tabel 4.18

di atas, dapat dijelaskan bahwa rata-rata

skor hasil tes gabungan (tertulis dan tindakan) yang menunjukkan prestasi siswa (SMK A), antara tahap ujicoba satu dengan tahap ujicoba berikutnya, berbeda secara signifikan, pada taraf signifikansi 5%. Hasil ini menjelaskan bahwa terjadi peningkatan kompetensi siswa secara signifikan dari satu tahap ujicoba diklat ke tahap berikutnya.

201

Tabel 4.19 Deskripsi Peningkatan Prestasi Siswa Pasca Penerapan Desain Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK B) Semarang Kegiatan Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba

4 5 5 6 4 6

N

Rata-rata

Stand. Dev.

Nilai t

Df

3S 38 38 38 38 38

67,55 70,39 70,39 73,05 67,55 73,05

2,74 2,10 2,10 2,27 2,74 2,27

7,40

74

t-tabel pada a - 0,05 2,000

9,56

74

2,000

12,42

74

2,000

Berdasarkan tabel 4.19 di atas dapat diketahui bahwa prestasi siswa (SMK B) berbeda secara signifikan, berdasarkan nilai t (hitung) yang lebih besar dari nilai tabel pada taraf signifikansi 5%, pada setiap tahap ujicoba. Perbedaan tersebut secara spesifik menunjukkan peningkatan dari satu tahap ujicoba ke tahap ujicoba berikutnya. Tabel 4.20 Deskripsi Peningkatan Prestasi Siswa Pasca Penerapan Desain Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK C) Semarang Kegiatan

N

Rata-rata

Stand Dev.

Nilai t

Df

Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba

35 35 35 35 35 35

63,09 67,91 67,91 70,54 63,09 70,54

2,32 2,48 2,48 2,11 2,32 2,11

11,41

68

t-tabel pada a = 0,05 2,000

9,88

68

2,000

15,08

68

2,000

4 5 5 6 4 6

;

Merujuk pada tabel 4.20 di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan prestasi secara signifikan antara skor rata-rata hasil tes gabungan pada siswa SMK C, pada tahap ujicoba ke 4, 5, dan 6. Dengan demikian,

202

terdapat perbedaan kompetensi antara satu tahap ujicoba ke tahap berikutnya, yang ditunjukkan oleh nilai t (hitung) yang lebih besar dari nilai t (tabel) pada taraf signifikansi 5%.

2.4.4. Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas Desain Model Berdasarkan pelaksanaan ujicoba lebih luas yang dilakukan secara bertahap dengan melibatkan tiga SMK, diperoleh hasil dengan menunjukkan perkembangan meningkat. Secara rinci perkembangan hasil tiap tahap ujicoba pada masing-masing SMK ditampilkan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.21 Deskripsi Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas Desain Model di SMK A Pada Seluruh Aspek Ujicoba No 1 2 3 4. 5

Aspek Ujicoba Substansi Isi dan Fleksibilitas Desain Model Dukungan terhadap Pelaksananan Tugas Guru Peningkatan prestasi siswa f skor rata-rata) Keselarasan dukungan Alat dan Bahan Potensi dukungan Du/Di

Kategori rata-rata hasil pada Ujicoba :e 3 1 2 81,25% 87,5% 75% 100% 83,33% 83,33% 76,61 73,28 71,17 87,5% 100% 75% 100% 87,5% 87,5%

Berdasarkan tabel 4.21 di atas ditunjukkan bahwa seluruh aspek ujicoba desain model yang dilakukan di SMK A, mengalami perkembangan yang meningkat pada setiap tahap ujicoba. Pada ujicoba kesatu dan kedua, aspek-aspek desain model belum sepenuhnya dapat diterapkan oleh guru progrm produktif Namun demikian, memasuki ujicoba ketiga aspek-aspek desain model pembelajaran preskriptif dengan Penerapan learning guide sepenuhnya

dapat diterapkan oleh guru program

203

produktif. Secara bagan, perkembangan hasil ujicoba lebih luas yang dilakukan di SMK A pada seluruh aspek di atas dapat ditampilkan dalam diagram di bawah ini.

n 1 Fleksibilitas Desain Model

n 2 Dukungan thd Tugas Guru

• 3 Peningkatan Prestasi Diklat Produktif D 4 Dukungan Alat dan Bahan

• S Dukungan Stakeholders

tfìcoba Ke

»FDM * -

DTG

• * — PKS

-K

DAB

-K—DS

UjEcoba I

Ujcoba 1!

Ujicoba III

Bagan 4.5 Diagram Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas di SMK A Pada Seluruh Aspek Desain Model Berdasarkan bagan 4.5 di atas, terlihat bahwa secara kuantitatif, hasil ujicoba desain model mengalami peningkatan pada seluruh aspek. Dengan demikian, aspekaspek desain model secara bertahap sepenuhnya dapat diterapkan dalam pembelajaran program produktif, khususnya di SMK A.

204

Tabel 4.22 Deskripsi Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas di SMK B Pada Seluruh Aspek Ujicoba Aspek Ujicoba

No 1 2 3 4 5

Substansi Isi dan Fleksibilitas Desain Model Dukungan terhadap Pelaksananan Tugas Guru Peningkatan prestasi siswa (skor rata-rata) Keselarasan dukungan Alat dan Bahan Potensi dukungan Du/Di

Kategori rata-rata hasil pada Ujicoba 1 2 3 83,33% 75% 100% 75% 75% 100% 67,55 70,39 73,05 75% 75% 100% 7 5 % 75% 87.5%

Tabel 4.22 di atas memperlihatkan kemajuan hasil ujicoba lebih luas pada seluruh aspek yang dilakukan di SMK B. Pada ujicoba kesatu dan kedua, terlihat aspek-aspek desain model belum sepenuhnya menunjukkan hasil secara maksimal. Namun memasuki ujicoba ketiga sebagian besar aspek menunjukkan hasil maksimal (100%); kecuali potensi dukungan stakeholders dan tingkat kompetensi siswa. Perkembangan hasil ujicoba lebih luas di SMK B ditampilkan pada bagan 4.6 di bawah ini:

• 1 Fleksibilitas Desain Model

• 2 Dukungan t h d Tugas Guru

• 3 Peningkatan Prestasi Diklat Produktif • A Dukungan Alat dan Bahan

• 5 Dukungan Stakeholders

1 Ujicoba Ke

2

3

205

50

A

1

Ujicoba [

- T

Ujcoba tl



Ujicoba III

Bagan 4.6 Diagram Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas di SMK B Pada Seluruh Aspek Desain Model Tabel 4.23 Deskripsi Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas di SMK C Pada Seluruh Aspek Desain Model

No 1 2 3 4 5

Aspek Ujicoba Substansi Isi dan Fleksibilitas Desain Model Dukungan terhadap Pelaksananan Tugas Guru Peningkatan prestasi siswa (skor rata-rata) Keselarasan dukungan Alat dan Bahan Potensi dukungan Du/Di

Kategori rata-rata hasil pada Ujicoba X 2 3 1 100 % 75% 83,33% 100% 75% 75% 70,54 63,09 67,91 50% ' 75% 50% 50% 75% 50%

Hasil yang ditampilkan pada tabel 4.23 memperlihatkan perkembangan penerapan aspek-aspek desain model pada rangkaian ujicoba lebih luas yang dilaksanakan di SMK C. Sampai dengan ujicoba ketiga, aspek yang belum menunjukkan hasil maksimal adalah keselarasan dukungan alat dan bahan, serta potensi dukungan stakeholders. Pada aspek kompetensi siswa, perkembangannya meningkat secara signifikan; demikian juga pada aspek substansi isi dan fleksibilitas, serta dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru, memasuki ujicoba ketiga terjadi

206

peningkatan secara maksimal. Perkembangan hasil ujicoba tersebut ditampilkan pada bagan 4.7 di bawah ini. ¿"2

•,10Ch

I • 1 Fleksibilitas Desain Model

3 • 2 Dukungan itid Tugas Guru

• 3 Peningkatan Prestasi Diklat Produktif 5 | -

r

• 4 Dukungan Alat dan Bahan

• 5 Dukungan Stakeholders

Ujicoba Ke

> " ' FDM * -

DTG

»•—-PKS -K—DAB -*—DS

Ujicoba I

UjcobaH

Ujicoba (H

Bagan 4.7 Diagram Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas di SMK C Pada Seluruh Aspek Desain Model

2.4.5. Keterterapan Desain Model Setelah memasuki ujicoba lebih luas, desain model yang dikembangkan memiliki peluang keterterapan yang semakin tinggi. Ukuran keterterapan desain model, secara spesifik dilihat dari aspek-aspek yang telah diuraikan di atas, yaitu: (1)

207

substansi isi desain model; (2) fleksibilitas struktur/tata urutan; (3) dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru; dan (4) dampak terhadap peningkatan kompetensi siswa. Dilihat dari sisi substansi isi dan fleksibilitas desain model, komponen rencana pembelajaran, pelaksanaan, dan evaluasi hasil pembelajaran secara operasional dapat diterapkan secara efektif oleh guru, khususnya dalam mendukung pelaksanaan tugas guru dan meningkatkan prestasi siswa. Dinilai dari fleksibilitas struktur/tata urutan, utamanya perangkat learning guide yang mencakup learning guide, job sheet, learning sieps, sel/ check, dan perangkat tes, dianggap oleh guru program produktif program keahlian Teknik Mekanik Otomotif sangat sejalan dengan pendekatan pembelajaran program produktif yang bercirikan pembelajaam berbasis kompetensi dan produksi. Tentang kontribusinya terhadap peningkatan kompetensi siswa, sampai dengan ujicoba lebih luas ini, desain model yang dikembangkan teruji secara siginfikan memberikan peningkatan kompetansi siswa. Demikian juga kontribusinya dalam pelaksanaan tugas guru, memasuki ujicoba lebih luas telah terbukti mendukung tugas guru baik dalam penyusunan rencana pembelajaran,

pelaksanaan

pembelajaran,

serta

pelaksanaan

evaluasi

hasil

pembelajaran. Dalam hai dukungannya terhadap pelaksanaan pembelajaran, berdasarkan ujicoba lebih luas dapat diperoleh gambaran bahwa guru merasa lebih mudah melaksanakan proses pembelajaran preskriptif program produktif dengan diterapkannya standar prosedur operasional (SPO) dalam penerapan learning guide. Peran guru lebih dioptimalksan sebagai fasilitator terhadap kebutuhan pembelajaran siswa; sedangkan siswa diberikan latihan untuk mengelola penyelesaian tugas secara

208

mandiri, dan jika siswa menjumpai hambatan dalam penyelesaian tugas setiap saat dapat mengkonsultasikannya kepada guru. Berdasarkan uraian yang mencakup keempat aspek tersebut, dapat dikatakan bahwa desain model pembelajaran preskripnf program produktif dengan penerapan learning guide memiliki peluang yang tinggi untuk dapat diterapkan oleh guru di lapangan. Di samping keempat aspek yang diuraikan tersebut, keterterapan desain model pada dasarnya juga dirujuk dari dua aspek yang lain, yaitu: (5) keselarasan dengan dukungan alat dan bahan pembelajaran; dan (6) potensi dukungan stakeholders. Untuk kedua aspek yang disebut terakhir tersebut (5 dan 6), terdapat perbedaan kondisi secara spesifik khususnya antara SMK A dan SMK B dengan SMK C. Secara umum, aspek kelima dan keenam bagi SMK A (berakreditasi sangat baik) dan SMK B (berakreditasi baik) relatif dapat dipenuhi, artinya desain model pembelajaran preskripnf dengan penerapan learning guide yang dikembangkan secara riil dapat diterapkan selaras dengan dukungan alat dan bahan pembelajaran, serta memiliki potensi dukungan oleh institusi pasangan yang ada. Namun bagi SMK C (berakreditasi sedang), untuk memperoleh hasil maksimal dalam penerapan desain model, diperlukan penataan dan penambahan alat/fasilitas mesin maupun jalinan kerjasama yang lebih inten dengan institusi pasangan. Secara umum, indikator keterterapan desain model pada ketiga subyek (sekolah) ujicoba lebih luas digambarkan sebagai berikut

209

Tabel 4.24 Indikator Keterterapan Desain Model Hasil Observasi dalam Ujicoba Lebih Luas Aspek

1. Substansi Isi dan Fleksibilitas Struktur Desain 2. Dukungan md Pelaksanaan Tugas Guru 3. Peningkatan prestasi siswa 4. Potensi ketersediaan alat dan bahan 5.Potensi Dukungan stakeholders

Tingkat Keterterapan Tinggi

SMKA

SMKB

SMKC

Sumber Data

81,84%

86,84%

85,12%

Sedang

13,63

13,05%

14,88%

Guni/instruktur

Rendah Tinggi Sedang Rendah

-

-

-

4,54% 88,54% 6,58% 4,88% signifikan

82,63% 15,57% 1,89% signifikan

83,72% 6,98% 9,30% signifikan

Tinggi

88,45%

82,44%

19%

Sedang Rendah. Tinggi Sedang Rendah

11,55%

17,56%

Berdasarkan tabel

-

-

89,16% 10,84%

78,12% 21,88%

78,84 % 2,16% 19,76 % 80,24%

-

-

-

Guru/instruktur Tes obyektif dan tindakan Guru dan hasil observasi Guru dan hasil observasi

4.24 di atas dapat dijelaskan bahwa desain model

pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, memiliki keterterapan yang tinggi terutama bagi SMK berakreditasi baik dan sangat baik (SMK B dan SMK A). Sedangkan bagi SMK yang tergolong sedang, faktor yang kurang mendukung dalam penerapan desain model terutama berkaitan dengan alat dan bahan pembelajaran program produktif yang tersedia, serta dukungan institusi pasangan dalam penyelenggaraan pembelajaran. Dengan demikian bagi SMK yang tergolong sedang perlu mengupayakan alat/fasilitas dan bahan untuk memenuhi kebutuhan minimal dalam penyelenggaraan pembelajaran program produktif menggunakan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide.

210

2.4.6. Hambatan/Keterbatasan Uji Coba Lebib Luas 1). Hambatan Hambatan yang dijumpai dalam pelaksanaan ujicoba lebih luas desain model secara spesifik ada dua yaitu: (a) kurangnya komitmen guru dalam menyusun atau menghimpun modul pembelajaran per kompetensi/sub kempetensi; (b) pada SMK

yang

tergolong

(berakreditasi)

sedang,

keterbatasan

alat/sarana

pembelajaran program produktif cukup menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Kurangnya komitmen guru dalam menghimpun modul pembelajaran per sub kompetensi agaknya menjadi gejala umum yang perlu dipecahkan. Dalam penjelasannya, beberapa guru mengemukakan seringnya pergantian (gonta-ganti) kurikulum, menjadikan mereka 'malas' dalam menghimpun atau menyusun modul-modul pembelajaran. Namun demikian, melalui beberapa pendekatan penulis dapat mengajak para guru untuk menghimpun modul pembelajaran, khususnya

yang

berkaitan

dengan

kompetensi/sub

kompetensi

yang

diujicobakajL

Keterbatasan alat/saran pembelajaran, khususnya perangkat pendukung pembelajaran praktik, secara umum dijumpai pada SMK yang berakreditasi sedang. Kondisi ini secara riil memang menjadi kendala untuk menerapkan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide secara optimal. Hal yang dapat dilakukan adalah guru harus secara ketat dan disiplin dalam mengatur pelaksanaan pembelajaran program produktif, misalnya melakukan

211

rotasi kelompok dengan pembagian waktu secara ketat; atau menambah jam diklat sesuai dengan jumlah kelompok siswa. 2). Keterbatasan Pelaksanaan Ujicoba Lebih Luas Keterbatasan yang dijumpai dalam pelaksanaan ujicoba lebih tuas secara spesifik ada tiga, yaitu: (1) mengukur kompetensi siswa pada kondisi pra pembelajaran dan pasca pembelajaran; (2) keterbatasan dalam koordinasi jadwal pembelajaran;

dan (3) ketepatan waktu penyelesaian pembelajaran

per

korapetensi/sub kompetensi. Pertama, kompetensi siswa pada kondisi pra dan pasca pembelajaran yang diukur hanya berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan pada pra dan pasca pembelajaran, pada hemat penulis adalah suatu kelemahan; namun demikian menurut pendapat penulis, hal tersebut merupakan satu-satunya jalan dalam mengukur kompetensi siswa pada kondisi pra pembelajaran. Mengingat untuk melakukan tes tindakan kepada siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran, di samping membahayakan siswa, juga mengandung resiko kerusakan terutama kerusakan alat dan bahan. Kedua,

berkaitan dengan kesulitan melakukan koordinasi secara tepat,

khususnya dalam pangaturan urutan sub kompetensi yang akan diujicobakan. Hal ini dialami ketika pelaksanaan ujicoba kedua, dengan sub kompetensi: Memperbaiki Kerusakan Sistem Pendinginan Mesin; sesuai jadwal diklat, ternyata waktunya bersamaan antara SMK A dengan SMK B, sehingga diperlukan pengaturan yang cermat Untuk mengatasi keterbatasan semacam ini, penulis menggunakan bantuan tenaga peneliti sebagai pengumpul data lapangan.

212

Ketiga, beberapa kali dijumpai waktu penyelesaian (jam pembelajaran) mundur dari yang disediakan; artinya sampai dengan jam pelajaran habis, masih ada beberapa siswa yang belum tuntas menyelesaikan tugas pekerjaan, sehingga guru memberikan toleransi untuk menyelesaikan sampai tuntas. Untuk kegiatan berikutnya, guru perlu memberikan arahan secara jelas bahwa penyelesaian pekerjaan harus tepat waktu.

D. Validasi Model Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide Berdasarkan hasil ujicoba lebih luas terhadap desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, termasuk beberapa perbaikan dan penyempurnaan pada aspek isi dan struktur desain model, berikutnya dirumuskan model yang siap dilakukan validasi. Model siap validasi secara spesifik mencakup dua bagian utama, yaitu: (1) kerangka dan deskripsi model siap validasi; dan (2) prosedur pelaksanaan/penerapan model. Kerangka model siap validasi adalah paparan model yaang mencakup komponen, isi, dan sasaran model. Kerangka model pada dasarnya dirangkum (dikonstruksi) berdasarkan deskripsi isi model yang telah dilakukan ujicoba terbatas dan lebih luas. Sedangkan deskripsi model adalah penjabaran secara utuh tentang isi model pembelajaran preskriptif, yang mencakup sub model: rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran. Demikian juga sesuai dengan perbaikan yang dilakukan dalam pelaksanaan ujicoba lebih luas, bahwa sebagai rambu-rambu bagi guru dan untuk memperlancar pelaksanaan pembelajaran

213

program produktif, berikutnya dirumuskan standar prosedur operasional (SPO). Standar prosedur operasional tersebut mendeskripsikan bagaimana interaksi siswa dan guru dibangun dalam dan selama pembelajaran program produktif berlangsung.

1. Model Pembelajaran Preskriptif-Learnin^ Guide dan Panduan Penerapan Siap Validasi IX Kerangka dan Deskripsi Model Siap Validasi Model pembelajaran preskripnf program produktif dengan penerapan learning guide siap validasi, secara utuh dirangkum dalam suatu kerangka model dan deskripsi isi model, sebagaimana dicantumkan dalam bagan 4.8 dan bagan 4.9 di bawah ini.

1.2. Prosedur Pelaksanaan/Penerapan Model Kerangka model siap validasi seperti dirumuskan pada bagan 4.8, berikutnya dilakukan validasi dalam bentuk pelaksanaan pembelajaran di kelas pada sekolah (SMK) yang telah ditetapkan sebagai subyek uji validasi. Dalam kaitan pelaksanaan pembelajaran di kelas, sesuai dengan saran perbaikan yang berikan oleh para guru, maka telah dirumuskan standar prosedur operasional (SPO) yang menjadi rambu-rambu bagi guru dan siswa dalam melakukan interaksi pembelajaran. Prosedur pelaksanaan pembelajaran tersebut ditampilkan dalam bagan 4.10 di bawah ini.

214

Rencana Isi/Kompetensi 3 Tujuan D Materi D Metoda / Strategi D Waktu a Alat/Bahan D Evafuasi

1.

y

Imolementasi Prinsip Preskriptif o Sesuai Kompetensi o Tugas Bertahap o Individualized Instruction o Pembelajaran Tuntas

2. o o o o o

\

J\

Evaluasi o Formatif & Sumatrf D Pendekatan PAP o Integrasi Tes Tertulis dan Kinerja dengan Format Spesifik

Learning Guide Modul Pembelajaran Learning Guide Job Sheet Learning Steps Self Check

Bagan 4.8: Kerangka Model Pembelajaran Preskriptif Program Produktif dengan Penerapan Learning Guide

215

Deskripsi Model Pembelajaran Preskriptif Program Produktif dengan Penerapan Learnine Guide Sian Validasi Rencana Pembelajaran Evaluasi Hasil Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran

1) Tugas pembelajaran diberikan menggunakan prinsip preskriptif, dengan tahap: a. menjelaskan materi sesuai kompetensi yang akan dicapai; b. memberikan tugas pembelajaran secara bertahap (taskfocused) dan diberikan petunjuk pelaksanaan per kompetensi; c. memberikan layanan pembelajaran individual (individualized instruction); d. memberikan layanan pembelajaran tuntas per kompetensi.

1) Evaluasi pembelajaran: a Dilaksanakan evaluasi formatif dan sumatif; b. Menggunakan pendekatan PAP secara konsisten; c. Dilaksanakan tes tertulis dan tes tindakan secara terinfegrasi untuk setiap kompetensi/sub kompetensi dengan format spesifik.

Aspek 1.Tujuan Pembelajaran

Deskripsi I) Berisi rumusan tentang kompetensi yang akan dicapai

2. Materi Pembelajaran

1) Bersisi bahan ajar yang mendukung kompetensi yang akan dicapai; 2) Disusun berbentuk penyelesaian tugas pembelajaran per kompetensi; 3) Dikemas dalam bentuk modul pembelajaran setiap kompetensi/sub kompetensi

3. Metoda/ Strategi Pembelajaran

1) Dirancang bersifat preskriptif; dengan tahap: a. menjelaskan materi sesuai kompetensi yang akan dicapai; b. memberikan tugas pembelajaran secara bertahap (task-focused) dan diberikan petunjuk pelaksa- 2) Kegiatan pembelajaran naan per kompetensi; menerapkan learning c. memberikan layanan guide, dengan langkah: pembelajaran individual a. guru menjelaskan {individualized instrucmateri sesuai komtion); petensi; d. memberikan layanan b. siswa membaca dan pembelajaran tuntas per memahami modul kompetensi. pembelajaran; c. siswa membaca dan 2) Dirancang menerapkan memahami learning learning guide, dengan guide; langkah: d. siswa membaca dan a. guru menjelaskan materi memahami job sesuai kompetensi; sheets; b. siswa membaca dan e. siswa menyelesaikan memahami modul pemtugas secara bertahap dengan acuan belajaran; c siswa membaca dan learning steps; memahami /earning f siswa melakukan self check; guide; d. siswa membaca dan g. siswa melaksanakan memahami Job sheets; tes tertulis dan e. siswa menyelesaikan tindakan; lu^as secara bertahap h. guru memfasilitasi

216

dengan acuan leaming steps; f. siswa melakukan self check; g. siswa melaksanakan tes tertulis dan tindakan; h. guru memfasilitasi kegiatan pembelajaran siswa. 4.Alokasi waktu

1) Sesuai dengan bobot dan lingkup materi

5. Alat/ Bahan Pembelajar an

1) Bahan pembelajaran mendukung tujuan dan disusun per kompetensi; 2) A!at pembelajaran sesuai rumusan kompetensi yang akan dicapai

6. Evaluasi

1) Dirancang program pengayaan (enrichmeiit); 2) Integrasi antara tes tertulis (written lesi) dengan tes tindakan (performance tesi)

dan memotivasi kegiatan pembelajaran siswa.

Bagan 4.9: Deskripsi Model PembelajaranPreskriptif Dengan Penerapan leaming guide Siap Validasi

217

Guru: Menjelaskan Materi sesuai Sub Kompetensi

Membaca dan Mema hami Mo- ; ir dul Pembeij lajaran ;I

Membaca dan Mema hami Learning Guide

Guru/ Instruktur

Membaca dan Memahami \ À? \ ' Job Sheets ', \

Guru/ Instruktur Cek Hasil Penyelesaian Tugas (Self Check) Tidak Ya

Tes Tertulis j 100% ! i Betul ; Guru/ [nstruktur

Belum

Tes Tindakan

Belum

Lanjut ke Sub Kompetensi Berikutnya

Bagan 4.10 Standar Prosedur Operasional (SPO) Alur Interaksi Siswa dan Guru Dalam Model Pembelajaran Preskriptif Dengan Penerapan Learning Gv.ide

218

13. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide Berdasarkan rancangan prosedur operasional pembelajaran program produktif yang telah melalui serangkaian ujicoba, maka untuk melakukan validasi model diperlukan penjelasan tentang langkah-langkah penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. 1). Menyusun Rencana Pembelajaran Langkah ini merupakan awal untuk menerapkan model pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide. Dalam menyusun rencana pembelajaran guru perlu merujuk enam aspek dalam model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, yaitu (a) tujuan pembelajaran; (b) materi; (c) metoda/strategi; (d) alokasi waktu; (e) alat dan bahan; serta (f) evaluasi hasii. Sesuai kompetensi/sub kompetensi yang akan diajarkan, maka materi pembelajaran disusun menggunakan format penerapan learning guide, mencakup: menghimpun modul, menyusun learning guide, job sheet, learning steps, sel/check, dan menyusun tes tertulis dan tes tindakan. Dokumen learning guide ini perlu benar-benar dipastikan sudah siap sebelum guru melaksanakan pembelajaran untuk suatu sub kompeten/kompetensi. 2). Melaksanakan Pembelajaran a). Penjelasan materi sesuai sub kompetensi oleh Guru Pelaksanaan pembelajaran dimulai melalui guru menjelaskan materi sesuai sub kompetensi, sebelum siswa melaksanakan pembelajaran

219

program produktif. Secara empirik tidak ada ketentuan berapa lama waktu yang digunakan untuk menjelaskan materi tersebut, mengingat hal ini bergantung kepada luas cakupan dan kedalaman materi pembelajaran. Berdasarkan ujicoba model, guru-guru program produktif memanfaatkan waktu lebih kurang 30% dari keseluruhan waktu pembelajaran per kompetensi/sub kompetensi untuk menjelaskan dan melakukan tanya jawab materi berkaitan dengan sub kompetensi yang akan dipalajari siswa. Selama penjelasan materi guru memberikan kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang belum dipahami. b). Siswa membaca dan memahami modul pembelajaran Tahap berikutnya siswa membaca dan memahami modul pembelajaran. Modul tersebut pada dasarnya merupakan manual book, yang memuat materi pembelajaran beserta langkah-langkah penyelesaian tugas sesuai sub kompetensi yang dipelajari. Sampai dengan langkah memahami modul

pembelajaran,

siswa

diberikan

kesempatan

mengajukan

pertanyaan kepada guru baik berkaitan dengan isi learning guide, job sheet, ataupun modul pembelajaran. c). Siswa-Membaca dan Memahami learning Guide Kegiatan berikutnya siswa membaca dan memahami isi/substansi pembelajaran yang termuat dalam format learning guide, yaitu mencakup: deskripsi tugas, pengantar, tujuan pencapaian kinerja, serta

220

tujuan khusus pembelajaran. Jika siswa merasa ada yang belum jelas diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada guru. d). Siswa membaca dan memahami JobSheet Memasuki tangkan berikutnya, siswa membaca dan memahami job sheet, yang mencakup: kriteria unjuk kerja yang akan dicapai, alat dan bahan yang digunakan, langkah keselamatan kerja, serta langkah kerja pokok. Siswa dapat mengajukan pertanyaan jika belum memahami isi job sheet. e). Siswa menyelesaikan tugas dengan acuan Learning Steps Jika siswa merasa sudah memahami penjelasan materi dari guru, memahami modul, isi learning guide, job sheet, berikutnya siswa melaksanakan penyelesaian tugas secara bertahap sesuai urutan tujuan khusus. Siswa tidak diperkenankan melaksanakan penyelesaian tugas secara acak, tidak sesuai dengan urutan tujuan khusus. Tahap-tahap penyelesaian tugas sesuai urutan tujuan khusus dipandu oleh format learning steps. Jika siswa merasa ada yang kurang memahami pada suatu langkah penyelesaian tugas, dipersilahkan berkonsultasi dengan guru. f). Siswa mengecek hasil penyelesaian tugas dengan acuan Sel/Check Untuk memastikan apakah setiap langkah penyelesaian tugas sudah dikerjakan, serta sudah dilakukan pengecekan atau pengukuran sesuai urutan tujuan khusus, siswa perlu melakukan pengecekan dan memastikan hasil pengukuran menggunakan daftar cek {sel/ check).

221

Penyelesaian tugas dianggap berakhir jika setiap butir pengecekan (self check) telah memiliki jawaban 'ya'. Apabila masih ada salah satu atau lebih butir self check yang belum memiliki jawaban 'ya', siswa harus melakukan penyelesaian ulang terhadap suatu unit (item) tugas tersebut sampai tuntas sehingga memiliki jawaban 'ya'. Jika langkah ini telah selesai siswa memberi informasi kepada guru agar dilalaikan pengecekan oleh guru atas hasil penyelesaian tugas siswa. 3). Melaksanakan Evaluasi a). Siswa melaksanakan tes tertulis Siswa yang telah menyelesaikan tugas pembelajaran sampai dengan pengecekan hasil secara tuntas, berikutnya meminta kepada guru untuk menempuh tes tertulis (written tesi) sesuai dengan materi sub kompetens/kompetensi yang telah dipelajari serta m'praktikkan dalam penyelesaian tugas. Idealnya, tes tertulis yang dikerjakan siswa seluruhnya benar; jika ada jawaban siswa yang belum benar siswa harus mengulang untuk pertanyaan dimaksud, b). Siswa melaksanakan tes tindakan Setelah guru dapat memastikan siswa tertentu dapat menyelesaikan tes tertulis secara tuntas, berikutnya siswa melakukan tes tindakan (performance test) sesuai sub kompetensi yang dipelajari. Selama siswa melaksanakan tes tindakan, guru berperan sebagai evaluator atas unjuk kerja siswa sesuai kompetensi yang dipelajari.

222

c). Guru memfasilitasi pelaksanaan tes Intensitas peran guru dalam pelaksanaan tes tertulis dan tindakan, dalam bentuk pengaturan atau penjadwalan untuk masing-masing siswa, pengawasan pelaksanaan, ffyn pelaksanaan remedial bagi siswa yang belum tuntas, sangat berperan dalam pencapaian kompetensi siswa sesuai standar yang diharapkan. Dalam pengertian ini maka guru benarbenar harus menjadi fasilitator dalam pelaksanaan tes tertulis dan tindakan. d). Guru menilai dan memutuskan keberlanjutan belajar tiap siswa bagi kompetensi/sub kompetensi berikutnya Tahap

akhir

pelaksanaan pembelajaran suatu sub kompetensi/

kompetensi dengan penerapan learning guide, adalah guru memberikan penilaian atas ketuntasan hasil belajar masing-masing siswa, untuk berikutnya memutuskan siswa-siswa yang berhak meneruskan atau melanjutkan pembelajaran ke sub kompetensi/kompetensi berikutnya. Bagi siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran suatu sub kompetensi, guru memberikan pembelajaran remedial, yang hanya dilakukan bagi tujuan pembelajaran khusus yang belum dapat dicapai siswa secara tuntas.

2. Pelaksanan dan Hasil Validasi Model Berdasarkan kerangka model dan rumusan standar prosedur operasional (SPO) siap divalidasi, langkah berikutnya adalah pelaksanaan uji validasi. Uji

223

validasi dilaksanakan di tiga SMK, yaitu SMK A, SMK B dan SMK C, dengan melibatkan (menetapkan) sejumlah dua kelas untuk masing-masing SMK. Dengan demikian terdapat enam kelas dalam uji validasi, masing tiga kelas eksperimen, dan tiga kelas kontrol. Enam kelas dalam uji validasi tersebut merupakan kelas berbeda dengan kelas yang digunakan sebagai ujicoba lebih luas. Pelaksanaan uji validasi pada masing-masing kelas eksperimen dan kontrol dilaksanakan sebanyak tiga kali, dengan sub kompetensi yang berbeda. Sebelum uji validasi dilakukan, penulis melakukan sosialisasi tentang model pembelajaran preskriptif dengan

penerapan

learning guide

beserta

perangkatnya

dalam

pembelajaran produktif, kepada enam guru kelompok eksperimen. Tujuan sosialisasi ini

adalah

memberikan

pemahaman

bagaimana

model

pembelajaran

ini

dilaksanakan, serta langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran sampai dengan evaluasi. Tujuan utama uji validasi adalah untuk mengetahui keterterapan mode L, tanpa keterlibatan maupun kehadiran penulis dalam sitausi sebenarnya di dalam kelas. Ukuran-ukuran keterterapan model dirujuk pada dua hal, yaitu: (1) dukungan terhadap pelaksannan tugas guru dalam penyelenggaraan pembelajaran program produktif; dan (2) peningkatan kompetensi siswa setelah melaksanakan pembelajaran model preskriptif dengan penerapan learning guide. Dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru diantaranya mencakup: (a) kemudahan dalam menyusun rencana pembelajaran; (b) melaksanakan pembelajaran, meliputi: layanan bimbingan pembelajaran kepada siswa; dan pengelolaan kelas; dan (c) kemudahan dalam melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran. Sedangkan peningkatan kompetensi

224

siswa, diukur berdasarkan hasil tes tertulis dan tes tindakan pada setiap selesai pembelajaran per kompetensi/sub kompetensi.

2.1. Dukungan terhadap Pelaksanaan Tugas Guru Mulai dari pelaksanaan ujicoba terbatas, ujicoba lebih luas sampai dengan uji validasi, terdapat 14 guru yang telah berpartisipasi. Berdasarkan angket yang diberikan kepada para guru tersebut, dapat dideskripsikan tentang dampak penerapan model

pembelajaran

preskriptif dengan

penerapan

learning guide

dalam

pembelajaran produktif terhadap pelaksanaan tugas guru, yang mencakup tugas dalam menyusun rencana pembelajaran; melaksanakan proses pembelajaran; dan melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran Deskripsi tentang dampak tersebut secara spesifik merujuk (dibandingkan) dengan pola pembelajaran program produktif seperti yang selama ini berlangsung (konvensional). Pada tabel di bawah ini dijelaskan tentang deskripsi darnpak tersebut.

225

Tabel 4.25 Deskripsi Dampak Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif Dengan Penerapan Learning Guide Terhadap Pelaksanaan Tugas Guru Deskripsi Hasii Penerapan Model Aspek Tugas 1. Menyusun rencana pembelajaran

2. Melaksanakan pembelajaran/ diklat

3. Melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran

Lebih mudah • 76,92% pada seluruh komponen • 23,08 % pada modul diklat dan job sheet

• 72% pada pengelolaan kelas, layanan/ bimbingan diklat, dan pelaksanaan tes; • 24% layanan dan bimbingan siswa; • 4% pelaksanaan tes * 94,54 % pada penyusunan, pelaksanaan tes, dan remedial; • 5,46% penyusunan tes

• • •

• • •

Ada kesamaan 76,40% tidak; 15,07% pada penyusunan tes; 8,53% pada penyusunan job sheet dan modul 80% tidak; 16% pelaksanaan tes; 4% pada layanan bimbingan

Lebih sulit • 14% pada penyusunan tes

• 5,66% pada pelaksanaan tes; • 3,77 % pada pembimbingan siswa

• 3,71% pada • 78,80% tidak; penyusunan • 8,14% pelaksanaan tes remedial; • 13,06% pelaksanaan tes

Secara bagan dampak tersebut digambarkan di bawah ini:

226

MRP

MPD

MEHP

Aspek Tugas Bagan 4.11 Deskripsi Dampak Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide terhadap Pelaksanaan Tugas Guru Keterangan Bagan: MRP : Menyusun rencana pembelajaran MPD : Melaksanakan petnbelaj aran/diklat MEHP : Melaksanakan evaluasi hasil Pembelajaran

LM TP LS

Lebih mudah Tidak berbed Lebih sulit

Berdasarkan tabel 4.25 dan bagan 4.10 di atas dapat dilihat bahwa penerapan model pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide, pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, secara deskriptif dapat mendukung pelaksanaan tugas guru dilihat dari aspek penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan evaluasi hasil pembelajaran. Dengan demikian penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide secara deskriptif kualitatif memberikan sumbangan positif terhadap pelaksanaan tugas guru, khususnya dalam penyelenggaraan pembelajaran program produktif

227

2.2. Peningkatan Prestasi Siswa Hasil Diklat Produktif Peningkatan prestasi siswa hasil sebagai dampak dari penerapan modei pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide dalam pembelajaran produktif, diukur berdasarkan prinsip rancangan penelitian eksperimen (quasi experimental), yaitu: (l) mengukur perbedaan prestasi siswa kelompok eksperimen dan kontrol sebelum (pra) pembelajaran, berdasarkan rata-rata skor hasil tes tertulis (written test); (2) mengukur perbedaan prestasi siswa kelompok eksperimen dan kontrol setelah (pasca) pembelajaran, berdasarkan rata-rata skor hasil tes gabungan (tertulis dan tindakan); dan (3) mengukur perbedaan prestasi seluruh siswa (gabungan) subyek validasi kelompok eksperimen dan kontrol, berdasarkan rata-rata skor hasil tes gabungan (tertulis dan tindakan).

1). Perbedaan Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontro Pra Penerapan Model Prestasi d Mat produktif siswa kelompok eksperimen dan kontrol pra penerapan model diukur berdasarkan skor rata-rata hasil tes tertulis, yang menggambarkan pengetahuan dan pemahaman teknis siswa terhadap materi sesuai sub kompetensi yang dipelajari. Pelaksanaan tes awal (pra) pembelajaran ini dilakukan satu kali, dengan asumsi bahwa hasil skor yang diperoleh benar-benar merupakan cermin kemampuan siswa, bukan dipengaruhi oleh pengalaman mengerjakan tes yang berulang-ulang (dua atau tiga kali). Skor rata-rata hasil tes tertulis antara siswa kelompok eksperimen dan kontrol diasumsikan tidak berbeda secara signifikan

228

Tabel 4.26 Deskripsi Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pra Penerapan Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK A) Semarang Kegiatan

N

Rata-rata

Uji Validasi 1 (Eksp) (Kontr)

34 34

65,41 65,38

Stand. Dev. 2,62 2,44

Nilai t

Df

0,183

66

t-tabel a =0,05 2,000

Berdasarkan tabel 4.26 di atas dapat dijelaskan bahwa skor rata-rata hasil tes tertulis siswa kelompok eksperimen dan kontrol tidak berbeda secara siginfikan; yang berarti prestasi siswa sebelum melaksanakan pembelajaran antara kelompok eksperimen dan kontrol tidak berbeda secara siginfikan, pada taraf sigimfikansi 5 %. Tabel 4.27 Deskripsi Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pra Penerapan Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK B) Semarang Kegiatan

N

Rata-rata

Uji Validasi 1 (Eksp) (Kontr)

36 36

67,86 67,61

Stand. Dev. 1,99 2,05

Nilai t

Df

1,861

70

t-tabel a =0,05 2,000

Tabel 4.27 di atas juga menjelaskan bahwa prestasi awal (pra) pembelajaran siswa SMK B antara kelompok eksperimen dan kontrol tidak berbeda secara signifikan. Tabel 4.28 Deskripsi Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pra Penerapan Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK C) Semarang Kegiatan

N

Rata-rata

Uji Validasi 1 (Eksp) (Kontr)

35 35

63,00 62,91

Stand. Dev. 2,40 2,34

Nilai t

Df

0,421

68

t-tabel a =0,05 2,000

229

' Berdasarkan tabel 4.28 di atas dapat dilihat bahwa prestasi siswa SMK C kelompok eksperimen dan kontrol sebelum melaksanakan pembelajaran tidak berbeda secara signifikan.

2). Perbedaan Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pasca Penerapan Model Kompetensi siswa yang dideskripsikan dalam konteks ini didasarkan kepada skor rata-rata gabungan hasil tes tertulis dan tindakan yang diukur setelah siswa melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian, peningkatan prestasi siswa pasca pembelajaran pada kelompok eksperimen pada SMK-SMK subyek uji validasi, pada dasarnya merupakan gambaran dampak dari penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide dalam pembelajaran produktif. Tabel 4.29 Deskripsi Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pasca Penerapan Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK A) Semarang Kegiatan

N

Rata-rata

Uji Validasi 1 (Eksp) (Kontr) Uji Validasi 2 (Eksp) (Kontr) Uji Validasi 3 (Eksp) (Kontr)

34 34 34 34 34 34

72,74 66,44 74,76 68,21 75,79 69,74

Stand. Dev. 2,68 3,83 1,86 2,16 2,36 1,50

Nilai t

Df

8,03

66

t-tabel a =0,05 2,00

13,88

66

2,00

14,42

66

2,00

Hasil perhitungan rata-rata skor tes tertulis dan tindakan yang dicantumkan pada tebal 4.29 di atas menunjukkan bahwa kompetensi siswa SMK A kelompok eksperimen dan kontrol berbeda secara signifikan. Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran program produktif menggunakan model pembelajaran preskriptif

230

dengan penerapan learning guide di SMK A memberikan dampak secara signifikan dalam meningkatkan prestasi siswa. Tabel 4.30 Deskripsi Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pasca Penerapan Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK B) Semarang Kegiatan

N

Rata-rata

Stand. Dev.

Nilai t

Df

Uji Validasi 1 (Eksp) (Kontr) Uji Validasi 2 (Eksp) (Kontr) Uji Validasi 3 (Eksp) (Kontr)

36 36 36 36 36 36

73,78 67,33 74,17 67,28 75,36 68,50

2,62

8,28

70

t-tabel a = 0,05 2,00

13,80

70

2,00

16,48

70

2,00

4,49 2,12 3,28 2,28 2,30

Berdasarkan tabel 4.30 di atas dapat dijelaskan bahwa skor rata-rata siswa SMK B kelompok eksperimen dan kontrol berbeda secara signifikan, pada taraf signifikansi 5 %. Hal ini mengartikan bahwa pelaksanaan pembelajaran program produktif menggunakan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide yang diterapkan pada kelompok eksperimen, memberikan dampak peningkatan prestasi siswa hasil diklat produktif secara sigmfikan. Tabel 4.31 Deskripsi Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pasca Penerapan Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK C) Semarang Kegiatan

N

Rata-rata

Uji Validasi 1 (Eksp) (Kontr) Uji Validasi 2 (Eksp) (Kontr) Uji Validasi 3 (Eksp) (Kontr)

35 35 35 35 35 35

71,66 64,23 71,74 66,51 73,00 67,57

Stand. Dev. 2,30 2,67 2,59 3,26 1,94 2,52

Nilai t

Df

14,26

68

t-tabel a = 0,05 2,00

9,10

68

2,00

11,10

68

2,00

231

Tebal 4.31 di atas menunjukkan skor rata-rata hasil tes tertulis dan tes tindakan siswa SMK C kelompok eksperimen dan kontrol yang berbeda secara signifikan, pada taraf signifikansi 5 %. Hal ini mengartikan bahwa pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide memberikan dampak secara signifikan terhadap peningkatan prestasi siswa kelompok eksperimen.

3). Perbedaan Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Konntrol Pasca Penerapan Model pada Seluruh SMK Subyek Deskripsi prestasi diklat produktif siswa juga diukur dari keseluruhan subyek uji validasi antara kelompok eksperimen dan kontrol. Melalui penghitungan skor ratarata tes tertulis dan tindakan terhadap keseluruhan siswa pada SMK-SMK subyek uji validasi dapat diketahui perbedaan prestasi siswa sebagai dampak penerapan pembelajaran program produktif menggunakan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Tabel 4.32 Deskripsi Prestasi Diklat Produktif Seluruh Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pasca Pembelajaran Program Produktif Kegiatan

N

Rata-rata

Uji Validasi 1 (Eksp) (Kontr) Uji Validasi 2 (Eksp) (Kontr) Uji Validasi 3 (Eksp) (Kontr)

105 105 105 105 105 105

72,73 66,01 73,55 67,32 74,71 68,59

Stand. Dev. 2,66 3,94 2,55 3,01 2,50 2,32

Nilai t

Df

16,55

208

t-tabel a = 0,05 1,98

20,47

208

1,98

23,56

208

1,98

Berdasarkan tebal 4.32 di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan prestasi siswa hasil diklat produktif kelompok eksperimen dan kontrol, berdasarkan perhitungan skor rata-rata hasil tes tertulis dan tindakan pada seluruh siswa subyek validasi.

232

Q Eksperimen • Kontrol

76 74 72 70 68 66 64 62 60

c>