Bab V - Program Pasca Sarjana

36 downloads 3381 Views 144KB Size Report
Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng dan ... Untuk mengetahui tingkat pendidikan formal penduduk Desa Banjar dapat ...
BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5.1 Letak Geografis

Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng dan 80 km dari ibu kota Provinsi Bali. Letak Desa Banjar pada ketinggian 12 m di atas permukaan laut dan bentang wilayah dari datar hingga berbukit. Desa Banjar terdiri atas enam dusun/banjar dinas yaitu: Banjar Sekar, Banjar Melanting, Banjar Munduk, Banjar Pegentengan, Banjar Ambengan, dan Banjar Perampas. Adapun batas-batas wilayah Desa Banjar adalah sebagai berikut. 1.

Sebelah Utara

: Laut Jawa

2.

Sebelah Barat

: Desa Tukad Mendaung, Kecamatan Banjar

3.

Sebelah Selatan : Desa Banyuseri, Kecamatan Banjar

4.

Sebelah Timur : Desa Dencarik, Kecamatan Banjar Desa Banjar memiliki hasil pertanian yang khusus dan cukup terkenal di

Indonesia pada umumnya dan Bali pada khususnya yaitu buah anggur. 5.2 Luas Wilayah dan Tata Guna Tanah Luas wilayah Desa Banjar adalah 908 ha. Penggunaan lahan di desa Banjar dalam tahun 2008 sebagian besar berupa tegalan yaitu sebesar 368,55 ha (40,59%) dan digunakan untuk perkebunan sebesar 346 ha (38,11%). Tata guna tanah di Desa Banjar dapat dilihat pada Gambar 5.1.

59

60

Sumber Data: BPS (2009)

Gambar 5.1 Tata Guna Tanah di Desa Banjar, Tahun 2008 Dari gambar 5.1 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar lahan yang ada di Desa Banjar merupakan lahan tegalan dan perkebunan. 5.3

Penduduk dan Lapangan Usaha Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik pada Kecamatan Banjar dalam

angka 2009, bahwa jumlah penduduk desa Banjar sebanyak 2.764 KK atau 8.132 jiwa yang terdiri atas penduduk laki-laki 3.953 orang dan penduduk perempuan sebanyak 4.179 orang. 5.3.1

Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada

Tabel 5.1 Menurut Ritongga, 2001 (dalam Andika, 2007) menyatakan bahwa usia produktif adalah usia 15 sd 64 tahun.

61

Tabel 5.1 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa Banjar

No

1 2 3

Kelompok umur (th)

Jenis kelamin L (orang)

Jumlah L+P

P (%)

(orang)

(%)

(orang)

(%)

< 15 15 - 64 >64

719 3.023 221

18,14 76,28 5,58

734 3.521 254

16,28 78,09 5,63

1.453 6.544 475

17,15 77,24 5,61

Jumlah

3.963

100.00

4.509

100

8.472

100

Sumber Data: BPS (2009)

Berdasarkan Tabel 5.1 di atas maka dapat dilihat bahwa usia produktif (15 sd 64 tahun) merupakan jumlah penduduk terbanyak dibandingkan dengan jumlah penduduk diluar usia produktif. Diketahui bahwa jumlah penduduk pada usia produktif terbanyak yaitu 6.544 orang dan jumlah usia non produktif sebanyak 1.928 orang. Sehingga dependency ratio (besarnya ratio beban tanggungan) adalah 29 yang artinya setiap 100 penduduk yang berusia produktif harus menanggung 29 orang yang berada pada usia tidak produktif. 5.3.2

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang dalam dunia kerja yang

membuat seseorang mampu mendapat pekerjaan dengan upah yang lebih tinggi. Untuk mengetahui tingkat pendidikan formal penduduk Desa Banjar dapat dilihat pada Tabel 5.2.

62

No 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 5.2 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa Banjar Tahun 2008 Tingkat pendidikan yang Jumlah ditamatkan (orang) (%) Tidak sekolah 581 7,14 Belum tamat SD 2.188 26,91 Tamat SD 2.452 30,15 Tamat SLTP 1.146 14,09 Tamat SLTA 1.683 20,70 Tamat sarjana muda 15 0,18 Tamat sarjana 67 0,82 Jumlah

8.132

100.00

Sumber Data: BPS (2009)

Pada Tabel 5.2 menunjukan bahwa penduduk Desa Banjar memiliki jumlah

penduduk dengan angka tertinggi tamat Sekolah Dasar (SD) dengan

persentase 30,15 %. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk di Desa Banjar relatif rendah. 5.3.3

Komposisi penduduk menurut mata pencaharian Indonesia merupakan negara agraris sehingga sebagian besar penduduk

hidup di sektor pertanian. Demikian juga halnya dengan penduduk di Desa Banjar yang sebagian besar penduduk bekerja atau memiliki mata pencaharian di sektor pertanian. Berdasarkan Tabel 5.5. bahwa penduduk Desa Banjar yang bekerja di sektor pertanian merupakan angka tertinggi dibanding dengan jumlah penduduk yang memiliki mata pencaharian lainnya. Penduduk yang memiliki mata pencaharian di sektor petanian sebanyak 78,33 %, dapat dilihat pada Tabel 5.3.

63

Tabel 5.3 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Banjar No A 1 2 3 4 B

Jumlah

Mata pencaharian

(orang)

Sektor pertanian Tanaman pangan Perkebunan rakyat Peternakan Perikanan Jumlah Sektor non pertanian Perdagangan Industri Penggalian Listrik dan air Pengangkutan air Perbankan Pegawai negeri sipil ABRI Jasa Jumlah Pekerjaan lainnya Total

(%)

4.316 452 38 45 4.851

69,69 7,30 0,61 0,73 78,33

629 94 6 1 97 31 225 16 184 1.283 59

10,16 1,52 0,10 0,02 1,57 0,50 3,63 0,26 2,97 20,72 0,95

6.193

100,00

Sumber Data: BPS (2009)

Selajutnya masih dari Tabel

5.8 jumlah penduduk desa Banjar yang

bekerja disektor perdagangan merupakan jumlah tertinggi dalam sektor non pertanian yaitu sebanyak 629 orang atau 10,16 %. Hal tersebut berati bahwa mata pencaharian penduduk desa Banjar tidak hanya terpaku pada sektor pertanian saja melainkan penduduk desa Banjar sudah

mengembangkan dan berusaha

meningkatkan pendapatannya melalui sektor non pertanian yaitu dalam hal usaha perdagangan.

64

5.4

Sarana dan Prasarana Pelayanan Fisik

5.4.1

Sarana tranportasi dan komunikasi Tranportasi dan komunikasi yang lancar merupakan faktor yang

mendukung kelancaran dan perkembangan kegiatan pemasaran anggur di desa Banjar. Jalan aspal, jalan beton maupun jalan tanah merupakan sarana utuk trasportasi yang utama dan kondisi pada umumnya masih baik. Jalan asapal yang ada di Desa Banjar adalah sepanjang 9,09 km, jalan tanah 3,00 km dan jalan tanah 10,00 km (Anonim, 2009). Ketersediaan dan keterjangkauan angkutan jalan (kendaraan bermotor) sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas dan mobilisasi suatu usaha, adapun jumlah kendaraan bermotor yang ada di Desa Banjar kaitannya dengan proses produksi dan pemasaran anggur adalah sebanyak lima buah truk dan 10 buah mobil pickup (BPS, 2009). Prasarana lain yang dianggap bisa mendorong kelancaran aktifitas perekonomian, khususnya aktifitas pemasaran di suatu daerah meliputi jumlah pasar dan pertokoan yang ada di Desa Banjar. Adapun jumlah pasar yang ada di Desa Banjar satu buah, toko sebanyak 22 buah dan kios sebanyak 140 buah. Untuk menunjang kebutuhan pembiayaan ataupun permodalan yang dibutuhkan masyarakat tentunya diperlukan adanya lembaga keuangan. Berikut ditampilkan lembaga keuangan yang ada di wilayah Desa Banjar dapat dilihat pada Tabel 5.4.

65

Tabel 5.4 Sarana Lembaga Keuangan di Desa Banjar No 1 2 3

Jenis lembaga Bank Pemerintah LPD Koperasi Non KUD Jumlah

Unit 1 1 2 4

Sumber Data: BPS (2009)

5.5 Usahatani Anggur di Desa Banjar Anggur (Vitis) pertama kali mulai di budidayakan di Desa Banjar kira-kira pada akhir tahun 1970 sampai dengan awal tahun delapanpuluhan. Tanaman

ini

sangat cocok dibudidayakan di Desa Banjar karena sesuai dengan kondisi iklim di daerah ini. Jenis tanaman Anggur yang banyak diusahakan di Kecamatan Banjar adalah jenis Vitis vinivera yang sesuai dengan kondisi tanah yang sarang, berkerikil, cukup kapur, optimal pada ketinggian 0-300 mdpl dan mempunyai musim kering lebih dari tiga bulan (Setiadi, 1986). Minat petani di Desa Banjar tahun ketahun semakin meningkat, hal ini dikarenakan budidaya anggur sangat menguntungkan dan petani di Desa Banjar merupakan petani ulet, dengan pengetahuan berusahatani tinggi. Kebanyakan petani anggur di Desa Banjar sudah menguasai cara budidaya anggur dengan baik. Proses penyiapan bibit, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman maupun pemanenan rata-rata sudah dikuasai petani, hanya dalam hal penanganan pasca panen terutama pengolahan hasil petani kurang mengetahui karena petani memasarkan produknya sebagai buah segar. Dalam proses pemupukan para petani anggur di Desa Banjar sudah menerapkan pemupukan anorganik dan organik yang berjalan secara seimbang.

66

Pupuk organik yang diberikan berupa pupuk kandang, fermentasi air seni hewan dan sekam. Sedangkan pupuk anorganik yang diberikan berupa urea, TSP, dan KCl. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi proses pembersihan gulma, pemupukan, pemangkasan, penggunaan pestisida untuk mengatasi serangan hama dan penyakit. Komponen biaya yang paling besar pada usahatani anggur paling besar adalah dari komponen sarana produksi yaitu pupuk dan pestisida. Tanaman anggur mempunyai sifat yang khas yaitu akan berproduksi apabila dilakukan pemangkasan. Sifat yang demikian menyebabkan waktu produksinya dapat diatur sesuai dengan pilihan petani. Berdasarkan pengamatan di lapangan petani akan memutuskan untuk berproduksi apabila hasil yang diperoleh memberikan harapan keuntungan yang tinggi. Disamping itu petani juga mengetahui persisi sifat-sifat dari tanaman anggur yang berhubungan dengan tinggi rendahnya hasil. Petani mengetahui bahwa pemangkasan yang dilakukan pada musim kemarau akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan pemangkasan yang dilakukan pada musim penghujan. Proses pemanenan anggur juga sangat berpengaruh kualitas anggur yang dihasilkan. Dari hasil pengamatan di Desa Banjar, untuk memperoleh anggur yang bermutu bagus, petani responden memetik anggur pada saat warna anggur sudah mulai berubah dari hijau menjadi ungu kebiruan dan ditutup oleh lapisan lilin yang mirip bedak tebal. Tekstur buah terasa kenyal dan mengeluarkan aroma yang khas. Hal ini biasanya tiga setengah bulan setelah pemangkasan. Adapun cara panennya adalah dengan memotong bagian pangkal tangkai dompolan.

67

5.6

Karakteristik Responden Jumlah responden dalam penelitian ini terdiri atas 58 rumah tangga petani

anggur, dari seluruh populasi yang berjumlah 140 rumah tangga petani anggur. Di samping petani dalam penelitian ini juga terdiri atas 31 pedagang perantara yang terdiri atas 12 orang tengkulak, delapan orang pengepul, dan 11 orang pedagang pengecer. Total jumlah responden dalam penelitian ini adalah 89 responden. 5.6.1 Karakteristik petani responden Dalam sub bab ini diuraikan karakteristik petani responden, yang mencakup: umur, pendidikan, jumlah anggota rumah tangga dan sistem penguasaan lahan. Pada umumnya umur dapat mempengaruhi kualitas kerja petani dalam melaksanakan kegiatan usahataninya, karena terdapat variasi kapasitas kerja pada setiap orang. Petani sebagai orang yang bekerja berdasarkan kemampuan fisik, maka dalam hal ini pengaruh umum akan semakin jelas terlihat. Petani dengan umur yang lebih muda akan mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan dengan petani yang lebih tua. Tabel 5.5 Distribusi Petani Responden Menurut Kelompok Umur di Desa Banjar Kecamatan Banjar Tahun 2011 Jumlah Kategori umur No Keterangan (tahun) (orang) (%) 1 ≤14 Tidak produktif 2 15 - 64 54 93,10 Produktif 3 ≥65 4 6,90 Tidak produktif Total

58

100

Dilihat dari segi umur petani responden pada masing-masing kelompok umur yang terlihat pada pada Tabel 5.5 Sebagian besar petani responden yaitu 54

68

orang (93,10%) berada pada kelompok umur 15 sd 64 tahun, hal ini mencirikan bahwa petani dianggap sudah mampu baik fisik maupun mental dalam berusahatani setelah berumur 15 tahun, walaupun dari segi pengalaman masih kurang. Umur petani yang paling produktif dalam berusahatani adalah dibawah 40 tahun, sedangkan kebanyakan petani setelah berumur di atas 65 tahun akan melepaskan tanggung jawabnya dan lahannya akan diserahkan kepada anakanaknya. Selanjutnya dapat juga dilihat bahwa tidak ada satupun petani responden yang berumur di di bawah 15 tahun, sedangkan pada kelompok umur di atas 64 tahun terdapat empat orang atau 6,90 persen dari seluruh petani responden. Gambaran tingkat pendidikan penting artinya, karena hal ini akan mempengaruhi wawasan seseorang, yang kemudian pada gilirannya dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam kehidupannya. Dimana pendidikan merupakan salah satu modal dasar dalam meningkatkan produksi pertanian.

No

1 2 3 4 5

Tabel 5.6 Distribusi Petani Responden Menurut Tingkat Pendidikannnya di Desa Banjar Kecamatan Banjar Tahun 2011 Jumlah Tingkat pendidikan (orang) (%) Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMU Perguruan Tinggi Jumlah

2 31 9 14 2 58

3,45 53,45 15,52 24,14 3,45 100

Dilihat dari tingkat pendidikan formal petani responden di Kecamatan Banjar sangatlah bervariasi, dimana sebagian besar petani responden (53,45%) berpendidikan tamat sekolah dasar. Ada dua orang petani atau 3,45 persen yang

69

tidak menamatkan SD. Sedangkan responden yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi dari 58 responden hanya dua orang atau 3,45 persen. Dengan masih rendahnya tingkat pendidikan yang pernah dienyam oleh petani responden maka akan berpengaruh terhadap keberhasilan usahatani yang dilakukan, karena Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki, petani akan semakin intensif melakukan usahatani terhadap komoditas anggurnya. Ilmu pengetahuan juga dapat menambah keterampilan petani dalam mengolah kebunnya dan dapat lebih menyerap teknologi untuk mengolah hasil produksi, sehingga

dalam

mengambil

keputusan

petani

sudah

memperhitungkan

keuntungan dan kerugian dalam usahataninya. Jumlah anggota rumah tangga petani yang dijadikan responden sebanyak 184 orang yang terdiri atas 94 orang pria dan 84 orang wanita. Pada Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa petani anggur di Desa Banjar sebagian besar mempunyai anggota keluarga 4-6 orang yaitu sebanyak 51 orang atau sebesar 87,93%. Sedangkan sisanya atau 12,17 persen anggota rumah tangganya 1-3 orang. Rata– rata ukuran rumah tangga (family size) jumlah anggota rumah tangga petani responden di Desa Banjar relatif kecil yaitu 3,17 orang. Anggota keluarga petani yang ikut membantu kerja petani biasanya adalah istrinya saja, sedangkan anak-anak yang sudah dewasa biasanya sudah mempunyai pekerjaan lain diluar usahatani sebagai wiraswasta, pedagang, ataupun sebagai karyawan.

70

No 1. 2.

Tabel 5.7 Jumlah Anggota Keluarga Responden Jumlah Jumlah anggota keluarga (orang) (orang) ≤3 7 4–6 51 Jumlah 58

(%) 12,07 87,93 100,00

Distribusi Anggota Keluarga berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 5.8 Dari data distribusi anggota keluarga berdasarkan kelompok umur anggota keluarga sebagian besar berada pada usia produktif.

Anggota keluarga

yang masuk kategori tidak produktif umur 0-14 tahun adalah 21,20%. Umur keluarga tidak produktif diatas 64 tahun adalah 3,26 persen. Sisanya sebanyak 75,54% berada pada usia produktif. Angka ketergantungan (depedentsy ratio) pada keluarga petani anggur yang menjadi responden adalah 32,38%.

No 1 2 3 Jumlah

Tabel 5.8 Distribusi Anggota Rumah Tangga Petani Responden Berdasarkan Kelompok Umur Jumlah Umur (tahun) (orang) (%) ≤14 15 - 64 ≥65

39 139 6

21,20 75,54 3,26

184

100

71

5.6.2

Status pemilikan dan luas lahan garapan Luas garapan usahatani mempunyai arti yang sangat penting karena

berkaitan dengan besar kecilnya pendapatan yang diterima petani. Lahan garapan yang dimaksud adalah lahan yang diusahakan untuk budidaya komoditas Anggur, baik lahan milik maupun lahan sakapan. Semakin kecil luas lahan garapan usahatani ketergantungan petani terhadap pendapatan diluar usahataninya makin besar. Menurut Hernanto (1991) berdasarkan kepemilikan lahan petani digolongkan menjadi empat, yaitu: (1) golongan petani

luas

(lebih 2 ha);

(2) golongan petani sedang (0,5 sd 2 ha); (3) golongan petani sempit (0,5 ha), dan (4) golongan buruh tani tidak bertanah. Secara umum sistem penguasaan lahan petani responden di Desa Banjar dibagi menjadi dua yaitu petani pemilik dan petani penyakap. Petani pemilik pada umumnya menggarap lahannnya dengan menggunakan tenaga upahan, dirinya sendiri dan tenaga buruh lainnya yang terkait dalam budidaya anggur. Untuk petani penggarap adalah petani yang ditugaskan oleh petani pemilik untuk mengerjakan lahannya dan pendapatan mereka tergantung pada kesepakatan antara petani pemilik dengan petani penggarap. Tabel 5.9 menyajikan distribusi responden berdasarkan status lahan garapannya. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa petani anggur yang menjadi responden lahan garapannya dengan menyakap yaitu sebanyak 46 orang atau 79,3%. Sebanyak satu orang

responden atau 1,72% mengusahakan lahan

garapannya disamping milik sendiri dengan menyakap tanah milik orang lain, sisanya sebanyak 11 orang atau 18,97% mengusahakan lahan milik sendiri.

72

No 1. 2. 3.

Tabel 5.9 Status Lahan Garapan Responden Jumlah Status lahan (orang) Milik sendiri 11 Milik sendiri + nyakap 1 Nyakap 46 Jumlah 58

(%) 18,97 1,72 79,31 100,00

Secara umum petani anggur di Desa Banjar mengusahakan anggur dalam skala kecil yaitu dibawah 0,5 ha dan tidak mempunyai badan hukum. Rata-rata dari penggunaan lahan untuk usahatani anggur adalah 36 are .

No 1. 2.

Tabel 5.10 Luas Lahan Garapan Responden Jumlah Luas lahan garapan (ha) (orang) ≤ 0,50 ha 47 0,51- 1,00 ha 11 Jumlah 58

(%) 81,03 18,97 100,00

Dari 58 responden sebanyak 41 orang responden atau 81,03% luas lahan garapannya dibawah 0,50 ha. Sedangkan sisanya sebanyak 9 orang responden atau 18,97% luas garapannya antara 0,50 ha-1 ha. Jumlah keseluruhan luas garapan dari 54 orang responden petani anggur adalah 2.088 are atau 20,88 ha dengan luas rata-rata lahan garapan per responden adalah 36 are atau 0,36 ha. 5.6.3 Karakteristik pedagang responden Pedagang responden yang menjadi obyek dalam penelitian ini dibatasi pada tengkulak (pedagang perantara I) , pengepul (pedagang perantara II) dan pedagang pengecer. Karakteristik lembaga pemasaran dalam penelitian ini akan dilihat dari umur, pendidikan dan pengalaman berusaha.

73

Pada penelitian ini yang dimaksud tengkulak adalah pedagang perantara I yang membeli anggur hasil produksi dari petani dengan mencari sendiri produk yang dihasilkan oleh petani ke tempat petani kemudian dikumpulkan dan selanjutnya dijual ke pengepul (pedagang perantara II). Pengepul adalah pedagang yang membeli anggur dari tengkulak ataupun langsung ke petani, selanjutnya dijual kepada pedagang besar di Jawa, ke pabrik wine ataupun ke pedagang pengecer di pasar-pasar. Pengepul ini biasanya sudah mempunyai gudang. Fungsi pemasaran yang dilakukan selain pembelian dan penjualan, juga melakukan sortasi dan pengepakan. Pengepul, pedagang besar, dan pengecer ditinjau dari umurnya semuanya terdistribusi pada usia produktif

yaitu berusia antara 35 sd 65 tahun dan

mempunyai tingkat pendidikan SMA hingga sarjana. Dari segi pengalaman berusaha

memiliki

antara 10 sd 28 tahun.

rentang

waktu

berusaha

yang

cukup

lama

yaitu