20 Ags 2009 ... antropologi sosial. ... Ancangan psikologi sosial, lebih menekankan individu
dalam kegiatan ... mengisyaratkan adanya ragam sosial, ujar Prof.
Berita Universitas Negeri Malang Prof. Dr. Abdul Syukur Ibrahim: “Kemestaan Sosiolinguistik, Kecenderungan Global Memahami Hubungan antara Bahasa dan Masyarakat Kemestaan Sosiolinguistik, Kecenderungan Global dalam Memahami Hubungan antara Bahasa dan Masyarakat. Demikian judul Pidato Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. H. Ibrahim Syukur Ibrahim dalam bidang Sosiolinguistik pada Fakultas Sastra UM yang disampaikan pada Sidang Terbuka Senat UM, tanggal 20 Agustus 2009 di Aula Utama UM. Menurut Prof. Abdul Syukur, “Berbagai ancangan dan model kajian hubungan antara bahasa dengan masyarakat telah dilakukan oleh sosiolinguis baik dari ancangan sosiologis, psikologi sosial maupun antropologi sosial. Ancangan sosiologis menekankan, bahwa kegiatan berbahasa dalam masyarakat berhubungan erat dengan konteks intitusional, yang lazim disebut domain. Domain dipandang sebagai konstelasi antara lokasi, topic, dan partisipan. Ancangan psikologi sosial, lebih menekankan individu dalam kegiatan berbahasa dalam masyarakat. Ada tiga situasi psikologis yang berpengaruh dalam kegiatan berbahasa, yaitu kebutuhan personal, latar belakang dan kedekatan. Ancangan antropologi, lebih teratrik pada penemuan nilai-nilai kelompok sosio-budaya, dan kaidah cultural perilaku yang mengungkap nilai-nilai sosio budaya”, ujar Prof. Ibrahim kelahiran Trenggalek, 6 Mei 1952. Dengan demikian lanjutnya, “Ada kecenderungan global untuk memahami dan menjelaskan alat-alat linguistik yang dapat membedakan hubungan sosial, gaya kontekstual, fungsi tutur dan pergeseran serta pemertahanan kode dalam masyarakat tutur. Pada akhir pidato pengukuhan guru besarnya, Prof. Abdul Syukur Ibrahim memberikan kesimpulan, “Kajian hubungan fungsional antara bahasa dengan masyarakat telah dikaji dalam berbagai ancangan baik sosiologi, psikologi maupun antropologi. Kajian kritis interdisipliner terhadapnya merupakan revolusi sosiolinguistik. Kehadiran paradigm baru sosiolinguistik menuntut sosiolinguis untuk memberikan kemestaan kaidah atau prinsip dalam memahami bahasa manusia, meskipun disadari bahwa berbahasa adalah bentuk praktik budaya dan produk budaya”. Bahasa menunjukkan representasi budaya pemiliknya, mempelajari bahasa berarti mempelajari budaya pemilik bahasa tersebut. Memahami keragaman representasi perilaku bahasa dalam kegiatan sosial-budaya dalam masyarakat, menuntut kompetensi bahasa dan berbahasa. Gagasan kemestaan sosiolinguistik ini dilandasi oleh empat asumsi utama. Pertama, semua masyarakat tutur memiliki alat linguistic gaya kontekstual yang berbeda antara faktor dan dimensi sosial, terutama solidaritas dan status sosial sebagai analisis yang relevan. Kedua, semua masyarakat tutur memiliki alat linguistik gaya kontekstual yang berbeda antara faktor sosial dan dimensi social, terutama dimensi formalitas sebagai analisis yang relavan. Ketiga, semua masyarakat tutur memiliki alat linguistik untuk mengeksperesikanfungsi tutur baik fungsi refresensial maupun afektif. Keempat, semua masyarakat tutur memiliki alat linguistik berupa ragam bahasa yang mengisyaratkan adanya ragam sosial, ujar Prof. Syukur Ibrahim. (zul)
1/1