Chapter I.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...

16 downloads 55 Views 297KB Size Report
masalah rasionalitas (kecerdasan intelektual), tetapi lebih dari itu adalah masalah yang menyangkut dimensi emosional dan spiritual diri manusia. Di sisi lain ...
19

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Berkembangnya profesi akuntan telah banyak diakui oleh berbagai kalangan. Pemicu perkembangan ini tidak lain adalah semakin berkembangnya kebutuhan dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat luas atas jasa akuntan. Namun demikian, masyarakat belum sepenuhnya menaruh kepercayaan terhadap profesi akuntan. Krisis kepercayaan yang dialami oleh para akuntan di Indonesia semakin terlihat jelas seiring dengan terjadinya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia pada sekitar tahun 1997 yang lalu. Masalah utama yang paling sering dipersoalkan dalam ketidakpercayaan ini adalah etika profesi dari para akuntan tersebut dalam melaksanakan pekerjaannya. Problema ini berkaitan erat dengan berbagai praktek pelanggaran moral yang dilakukan oleh akuntan publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah. Praktek pelanggaran etika ini dapat ditelusuri dari laporan Dewan Kehormatan IAI dan Pengurus Pusat IAI pada tiap-tiap laporan pertanggung- jawaban pengurus. Untuk kasus akuntan publik, beberapa pelanggaran etika ini, seperti yang dilaporkan pada laporan pertanggungjawaban pengurus IAI periode 1990 – 1994 yang menyebutkan adanya 21 kasus pelanggaran etika yang melibatkan 53 KAP. Selain itu menurut GATRA terdapat pula pelanggaran yang dilakukan oleh sembilan KAP yang terjadi di Jakarta pada tahun 2001, yaitu hasil laporan KAP itu bukan sekedar “human error” atau kesalahan dalam penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi 1

Universitas Sumatera Utara

20

kemungkinan ada berbagai penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi untuk melakukan rekayasa akuntansi. Kasus-kasus tersebut seharusnya tidak perlu terjadi apabila seorang akuntan dalam melaksanakan pekerjaan profesionalnya, mempunyai pengetahuan, pemahaman dan menerapkan aturan etika secara baik dan benar. Pekerjaan seorang profesional harus dikerjakan dengan sikap profesional pula, dengan sepenuhnya melandaskan pada standar moral dan etika tertentu. Dengan sikap profesionalnya dan memahami aturan etika, seorang akuntan akan mampu menghadapi berbagai tekanan yang dapat muncul dari dirinya sendiri ataupun dari pihak luar. Kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti dan peka terhadap persoalan etika juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada. Dalam hal ini, Sudibyo menyatakan bahwa dunia pendidikan akuntansi juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku etika akuntan (Sudibyo dalam Khomsiyah dan Indriantoro, 1997). Di Indonesia, etika akuntan menjadi isu yang sangat menarik. Tanpa etika, profesi akuntansi tidak akan ada karena fungsi akuntansi adalah penyedia informasi yang tidak hanya bertindak untuk menghasilkan “informasi” yang berguna bagi pengambil keputusan, tetapi juga bertindak harus sesuai dengan moral dan nilai-nilai yang berlaku. Terjadinya krisis multi dimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya etika untuk dilaksanakan. Etika menjadi kebutuhan penting bagi semua profesi yang ada agar tidak melakukan tindakan yang menyimpang dari hukum. Berbagai penelitian tentang etika, baik etika profesi akuntan maupun etika bisnis–memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan

Universitas Sumatera Utara

21

perilaku etis seseorang (dalam hal ini akuntan, mahasiswa, manajer, karyawan, dan salesman) yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga aspek, yaitu: 1) Aspek individual; 2) Aspek organisasional; dan 3) Aspek lingkungan. Penelitian tentang etika yang berfokus pada aspek individual menunjukkan berbagai faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku etis seseorang antara lain: a) religiusitas, b) kecerdasan emosional (emotional quotient), c) gender, d) suasana etis (ethical climate) individu, e) sifat-sifat personal, dan f) kepercayaan bahwa orang lain lebih tidak etis. Sementara, aspek organisasi yang mempengaruhi sikap dan perilaku etis seseorang meliputi faktor-faktor antara lain: a) Suasana etis organisasi, dan b) Suasana organisasi. Sedangkan aspek lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perilaku etis seseorang meliputi: a) Lingkungan organisasi, dan b) Lingkungan sosial atau masyarakat (Tikollah dkk, 2006). Penekanan penelitian ini adalah pada dimensi kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual sebagai bagian dari aspek individual yang mempengaruhi sikap etis mahasiswa akuntansi. Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengetahui perasaan sendiri dan perasaan orang lain, serta menggunakan perasaan tersebut menuntun pikiran dan perilaku seseorang (Salovey dan Mayer dalam Svyantek, 2003). Sedangkan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai yang menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks yang lebih luas dan kaya yang memungkinkan seseorang untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal, serta menjembatani kesenjangan antara diri sendiri dan orang lain (Zohar dan Marshall, 2002). Wujud dari kecerdasan spiritual ini adalah sikap moral yang dipandang luhur oleh pelaku (Ummah dkk, 2003).

Universitas Sumatera Utara

22

Berbagai ungkapan di atas memberikan gambaran bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap sikap dan perilaku etis seseorang. Hal ini sejalan dengan apa yang ditegaskan oleh Ludigdo (2005) bahwa etika bukanlah sekedar masalah rasionalitas (kecerdasan intelektual), tetapi lebih dari itu adalah masalah yang menyangkut dimensi emosional dan spiritual diri manusia. Di sisi lain meningkatnya jumlah wanita yang memasuki dunia kerja dalam beberapa tahun terakhir mempengaruhi manajemen dalam pengelolaan diversitas yang berkaitan dengan gender. Isu tentang perbedaan gender dalam judgment etis relevan dalam bisnis, apalagi semakin banyaknya wanita masuk dalam bisnis dan menempati posisi-posisi penting dalam perusahaan sebagai para pembuat keputusan. Pada sebagian besar organisasi ternyata perbedaan gender masih mempengaruhi kesempatan (opportunity) dan kekuasaan (power) dalam suatu organisasi (Radtke dalam Rianto, 2008). Selama ini mungkin kaum perempuan diidentikkan dengan urusan domestik rumah tangga dan memiliki kesempatan terbatas untuk berkecimpung di dunia kerja. Namun bersamaan dengan profesional lainnya di bidang bisnis, dalam praktik akuntansi jumlah kaum perempuan yang memasuki profesi sebagai akuntan publik telah meningkat secara drastic

(Trapp dkk dalam Murtanto dan Marini, 2003). Sejarah

perkembangan perempuan di bidang akuntansi merefleksikan suatu perjuangan yang panjang untuk mengatasi penghalang dan batasan yang diciptakan oleh struktur sosial yang kaku, diskriminasi, pembedaaan gender, ketidakpastian konsep, dan konflik antara rumah tangga dan karir (Reid dkk dalam Murtanto dan Marini, 2003).

Universitas Sumatera Utara

23

Ameen & Millanl dalam Rianto (2008) menyatakan ada dua alternatif penjelasan mengenai perbedaan gender tentang perilaku tidak etis dalam bisnis. Pendekatan tersebut adalah pendekatan sosialisasi gender (gender socialization approach) dan pendekatan struktural (structural approach). Pendekatan sosialisasi gender menyatakan bahwa pria dan wanita membawa perbedaan nilai dan perlakuan dalam pekerjaannya. Perbedaan ini disebabkan karena pria dan wanita mengembangkan bidang peminatan, keputusan dan praktik yang berbeda yang berhubungan dengan pekerjaannya. Pria dan wanita merespon secara berbeda tentang reward dan cost. Pria akan mencari kesuksesan kompetitif dan bila perlu melanggar aturan untuk mencapainya. Sedangkan wanita lebih menekankan pada melakukan tugasnya dengan baik dan lebih mementingkan harmonisasi dalam relasi pekerjaan. Wanita lebih memiliki kecenderungan taat pada peraturan dan kurang toleran dengan individu yang melanggar aturan. (Rustiana, 2003). Dalam pendekatan struktural, perbedaan antara pria dan wanita lebih disebabkan karena sosialisasi awal dan persyaratan peran. Sosialisasi awal diatasi dengan reward dan cost yang berhubungan dengan peran. Pada situasi ini pria dan wanita merespon secara sama. Pendekatan ini memprediksi bahwa pria dan wanita dalam kesempatan atau pelatihan akan menunjukkan prioritas etika yang sama (Rustiana, 2003). Dari penjelasan di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi Dipandang dari Segi Gender (Studi Pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Medan).

Penelitian ini difokuskan pada aspek

Universitas Sumatera Utara

24

individual yang mempengaruhi sikap etis mahasiswa S-1 Jurusan Akuntansi (selanjutnya disebut mahasiswa akuntansi) di universitas negeri yang ada di kota Medan yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang dipandang dari segi gender.

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan: 1. Apakah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi, baik secara simultan maupun secara parsial? 2. Apakah gender berpengaruh terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi?

1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa, baik secara simultan maupun secara parsial. 2. Untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh gender terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa

akuntansi.

Universitas Sumatera Utara

25

1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Masyarakat khususnya di lingkungan perguruan tinggi Memberikan tambahan pengetahuan untuk memperluas pandangan atau wawasan mengenai pentingnya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual untuk mengembangkan sikap etis mahasiswa akuntansi sebagai cikal bakal lahirnya seorang akuntan yang akan terjun ke masyarakat. 2. Penulis Menambah pengetahuan penulis mengenai perbandingan pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual antara mahasiswa dan mahasiswi akuntansi. 3. Peneliti berikutnya Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama pada bidang akuntansi keperilakuan dan dapat memberikan bukti empiris dan konfirmasi konsistensi dengan hasil penelitian sebelumnya serta sebagai referensi dan sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak yang akan mengadakan kajian lebih luas dalam bahasan ini.

1.5. Originalitas Penelitian ini merupakan replikasi dan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tikollah dkk (2006) yang meneliti mengenai. pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi (Studi Pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Makassar

Universitas Sumatera Utara

26

Provinsi Sulawesi Selatan). Namun demikian ada beberapa perbedaan antar penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, penelitian ini tidak mengikut-sertakan variabel kecerdasan intelektual sebagai faktor yang mempengaruhi sikap etis karena dalam penelitian sebelumnya sudah diperoleh hasil yang positif dimana variabel ini terbukti mempengaruhi sikap etis sedangkan untuk dua variabel lainnya yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual ada beberapa hasil penelitian yang tidak konsisten. Namun demikian penelitian ini menambah variabel penelitian yaitu variabel gender sebagai salah satu faktor yang nantinya akan memperkuat atau memperlemah pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap perilaku etis mahasiswa akuntansi. Selain itu terdapat perbedaan waktu dan lokasi dimana penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2006 di kota Makasar, sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun 2010 di kota Medan.

Universitas Sumatera Utara