DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI KEDELAI DI ...

14 downloads 932 Views 184KB Size Report
Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis di Indonesia. Produksi kedelai dalam negeri terus menurun seiring dengan merosotnya areal tanam.
DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI KEDELAI DI AGROSISTEM LAHAN KERING TERHADAP PENDAPATAN PETANI Impact of Technology Adoption on Soybean Farming in Uplund Agroecosystem Toward Farmers Income Amar K. Zakaria1) 1)

Staf Peneliti Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSE-KP) Bogor

ABSTRACT Soybean is one of the strategic food commodities in Indonesia. The domestic production of soybean decreases continuously in line with the sharp decline of the planted area. 'lo fulfrll the domestic demand for soybean, impor was conducted. From ther farmers' side, the decrease in the planted area shows the low participation of farmers in planting the crop. Efforts to increase soybean production toward self-reliance area not only related with the technical aspects, but also strategies to strengthen farmer's parlicipation is soybean production increasing. The study was conducted in Garut District, West Java Province in May 2009 with using survey methods. The data was collected with interview toward 64 of farmer's sample. The result of study showed aboutthe level of farmer's o1' technology adoption is still under recommendation by government. In other hand, the activities of soybean farming in the farmer's level are shows feasibilities with R/C value is more one. Key words farmers participation, upland, soybean farming, lechnology adoption ABSTRAK Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis di Indonesia. Produksi kedelai dalam negeri terus menurun seiring dengan merosotnya areal tanam. Untuk mencukupi permintaan kedelai dalam negeri yang terus meningkat pemerintah melakukan impor. Dilihat dari segi petani, merosotnya luas areal tanam kedelai menunjukkan kurangnya partisipasi petani untuk menanam kedelai. Oleh karena itu, upaya meningkatkan produksi kedelai nasional dalam rangka menuju swasembada, bukan hanya berkaitan dengan aspek teknis, tetapi juga perlu strategi menggalang partisipasi petani dalam peningkatan produksi kedelai. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kabupaten Garut , Propinsi .Iawa Barat pada bulan Mei 2009 dengan menggunakan metoda survey. Data dikumpr-rlkan dengan melakukan wawancara terhadap 64 orang petani contoh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penerapan teknologi budidaya kedelai masih dibawah teknologi yang dianjurkan pemerintah. Di lain pihak, pelaksanaan kegiatan usahatani kedelai di tingkat petani adalah layak diusahakan karena nilai imbangan pendapatan dan biaya (R/C) adalah lebih dari satu. Key words: partisipasi petani, lahan kering, usahatani kedelai, adopsi teknologi

PENDAHULUAN Peranan

karena produksi kedelai nasional belum mampu komoditas

kedelai

mencukupi kebutuhan kedelai dalam negeri.

dalam

Untuk mengurangi ketergantungan impor

perekonomian Indonesia, kedudukannya sangat

kedelai yang terus meningkat dari tahun ke tahun,

penting dan memiliki nilai strategis yang perlu mendapat

perhatian

terkait

diperlukan seperangkat kebijakan baik kebijakan

perdagangan

insentif maupun kebijakan protektif dalam memacu

internasional, mengingat sebagian dari kebutuhan

peningkatan produksi kedelai dalam negeri untuk

kedelai domestik masih harus dipenuhi dari impor

67

Agrika, Volume 4 No.2, November 2010

menuju swasembada. Pada dasarnya, Indonesia

dengan memperbaiki dan mencukupi ketersediaan

telah

sarana

mencanangkan

program

swasembada

dan

prasarana

produksi

dalam

kedelai sejak pertengahan tahun enam puluhan,

pengembangan teknologi budidaya. Oleh sebab

akan tetapi keberhasilan swasembada tersebut

itu, dukungan partisipasi petani menjadi faktor

belum dapat dicapai karena dihadapkan pada

yang sangat penting dalam penerapan teknologi

berbagai kendala dalam pelaksanaannya. Seperti

budidaya kedelai yang dikelola petani dalam

yang dikemukakan Goenadi (2008) bahwa dalam

peningkatan produksi. Petani merupakan subjek

pelaksanaan program swasembada kedelai yang

utama dan secara naluri petani menginginkan

dirancang Departemen Perlnaian pada tahun

usaha lainnya memberikan manfaat tertinggi.

1996. dalam implementasinya sering tergeser oleh

Syahyuti (2006) mengemukan bahwa parlisipasi

prioritas lain, khususnya beras. Oleh karena itu,

diperlukan

menurut Sudaryanto dan Rusastra (2000) bahwa

pembangunan. Secara sederhana, Adjid et al.

secara umum fbkus pembangunan nasional perlu

(I979) mengemukakan bahwa partisipasi dapat

berpihak pada kondisi riil struktur ekonomi yang

diarlikan sebagai upaya ikut ambil bagian dan

berbasis sumberdaya dan keunggulan wilayah.

saling berbagai dalam melakukan tindakan social

Dalam hal ini, sudah saatnya posisi sektor

untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu,

pertanian dijadikan sebagai the leading sector

kemampuan dan kemauan petani mengadopsi

karena

dalam

teknologi budidaya yang dianjurkan merupakan

perekonomian Indonesia (Simatupan g et al.,

syarat bagi tercapainya pengembagnan di suatu

2002).

daerah. Tindakan petani untuk berpartisipasi tidak

peranannya

sangat

penting

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa

usahatani

kedelai

memiliki

untuk

menj

amin

keberlanj

utan

lepas dari kemampuan diri dan hal ini berkaitan

peranan

dengan situasi lingkungan serta keadaan yang

strategis dengan argumen sebagai berikut: (1)

melekat pada dirinya (Warsito, I977).

menyangkut hajat hidup sebagian besar rumah

Untuk

meningkatkan

produksi

kedelai

tangga petani perdesaan; (2) menyerap tenaga

sekaligus membudayakan petani hasil keterpa-

kerja

duan

secara

ekstensif

dari

tingkat

petani

parlisipasi

dalam

penerapan

teknologi

produsen, pelaku tatanraga, pengusaha industri

budidaya dan kerjasama aktif dalarn kelompok

pengolahan hasil makanan dan industri pakan

tani, maka pemerintah diharapkan membantu

ternak; (3) mampu mendayagunakan potensi

kelancarannya dalam hal pelayanan dan penyu-

lahan di daerah lahan sawah dan lahan kering;

luhan pertanian. Dengan permasalahan tersebut di

dan (4) merupakan bahan baku utama bagi menu

atas,

penduduk, seperti tahu, tempe, kecap dan susu

mengenai keragaan penerapan teknologi budidaya

kedelai.

kedelai di tingkat petani dalam rangka pengemProgram

pengembangan

agribisnis

tulisan

ini

menyajikan

secara

objektif

bangan agribisnis pada lahan kering berbasis

kedelai ditujukan untuk meningkatkan produksi

komoditas kedelai.

kedelai dan pendapatan masyarakat petaninya yang dalam pelaksanaannya melalui peningkatan penguasaan teknologi usahatani yang didukung

68

Amar K. Zakaria, Dampak Penerapan Teknologi Ushatani Kedelai di Agrosistem Lahan Kering

METODOLOGI PENELITIAN

tersebut belum diikuti oleh ketersediaan pasokan

Kerangka Pemikiran

yang mencukupi dari produksi kedelai domestik.

Kedelai merupakan komoditas strategis di

Pertumbuhan produksi lebih lambat dibanding

Indonesia. Oleh sebab itu, upaya peningkatan

dengan konsumsi, sehingga untuk memenuhi

produksi kedelai nasional untuk berswasembada

akan kebutuhan dalam negeri tersebut dilakukan

tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

impor. Dari sisi lain, harga kedelai impor yang

pangan, tetapi juga untuk mendukung agroindustri

lebih murah dibanding kedelai dalam negeri

dan

sekaligr,rs

mengurangi pangan

menghemat

ketergantungan

impor

devisa

serta

menyebabkan upaya peningkatan produksi agak

terhadap

bahan

terabaikan. Padahal ketergantunganyang makin

(Baharsjah,2004).

besar

Menurut

pada

impor

dapat

menjadi

musibah,

Rasahan (1999), ketergantungan kepada bahan

terutama jika harga pangan dunia sangat mahal

pangan dari luar negeri dalam jumlah besar akan

akibat stok menurun. Dalam hal ini, Pakpahan

melumpuhkan ketahanan pangan nasional dan

(2003)

mengganggu stabilitas sosial, ekonomi dun politik.

bertentangan

I(arena ketahanan pangan dan kedaulatan pangan

kehidupan bangsa dan negara karena akan

berpengaruh terhadap kesej ahteraan rakyat.

mematikan

menyatakan

bahwa

dengan

kehidupan

promosi

jaminan

petani.

impor

keberlanjutan

Disamping

itu,

Menurut Sawit (2007), pemerintah masih

kebijakan perdagangan yang terlalu liberal dan

berpikir ego sektoral dalarn mengantisipasi krisis

tidak berpihak kepada petani, serta dicabutnya

pangan ditengah melonjaknyaharga komoditas

wewenang Bulog sebagai lembaga stabilisasi

pangan dunia, untuk itu diharapkan agar masing-

harga

masing sektor tidak berlalan sendiri-sendiri dan

benteng ketahanan pangan nasional.

diperlukan roadmap

yang

memuat

pangan

menjadi

penyebab

rontoknya

Berdasar data perkembangan kedelai di

kebjiakan

Indonesia

strategis jangka pendek dan jangka panjang.

selama

periode

tahun

19902009,

Kedelai memiliki potensi pasar yang luas

menunjukkan bahwa produksi kedelai menurun

di dalam negeri baik untuk memenuhi kebutuhan

tajam dengan laju rata-rata -2,94 persen selama

pangan maupun untuk bahan baku pakan ternak.

periode tahun 1990-2000 dan -2,47 persen

Namun, potensi pasar yang besar dan terus

periode tahun 2000-2009. Penurunan produksi

berkembang tersebut belum dapat dimanfaatkan

disebabkan oleh terus berkurangnya luas areal

secara optimal melalui program pengembangan

panen,

budidaya kedelai dalam negeri. Pengembangan

menunjukkan peningkatan dengan laju pertumbr-

kedelai dalam pelaksanaannya selalu menghadapi

rhan sebesar 1,07 persen.

meskipun

dari

Produktivitas kedelai

berbagai kendala, seperti persoalan teknis, sosial

segi

produktivitas

dipengaruhi

oleh

dan ekonomi. Pada dasarnya, jika kondisi sosial

jenis tanah, kualitas benih, varietas. pengelolaan

ekonomi

teknis

tanaman, takaran pupuk, pengendalian hama

memiliki potensi dan

penyakit, waktu tanam dan teknologi budidaya

kondusif

maka

pengembangan kedelai

secara

yang dianjurkan. Upaya peningkatan produksi

peluang yang memadai (Sudaryanto et al., 200r). Permintaan kedelai terus meningkat dari

kedelai dalam negeri merupakan suatu keharusan,

tahun ke tahun, namun peningkatan kebutuhan

dan hal ini dapat dilaksanakan melalui dua jalan,

69

Agrika, Volume 4 No.2, November 2010

yaitu:

(1)

program

untuk

mampu menerapkan komponen teknologi secara

meningkatkan produktivitas dan sekitar I,2 ton per

tepat dan lengkap karena dihadapkan pada

hektar saat mi menjadi lebih dari 2 ton/ha, dan (2)

keterbatasan

ekstensifikasi,

Pelaksanaan

untuk

intensifikasi,

meningkatkan

perluasan

modal

dan

kegiatan

kerja;

penyuluhan

tentang

kehandalan

menjadi dua atau tiga kali lipat. Namun dalam

terutama pada wilayah berbasis ekologi lahan

pelaksanaannya

tersebut

kering; (5) Petani masih ada yang menjual kedelai

memiliki hambatan yang masing-masing tidak

dengan sistem tebasan, sehingga nilai tambah

selalu mudah diatasi. Dalam hal peningkatan

dari

produktivitas, selalu dihadapkan kepada masalah

manfaatnya; dan (6) Kenaikan nilai tambah

teknologi

petani,

produksi dan keuntungan dari penerapan teknologi

karakteristik lahan dan kondisi sosial ekonomi

kurang signifikan dibanding tanaman lain. Pada

petani. Sedangkan perluasan areal tanam, antata

dasarnya, adopsi teknologi yang paling mudah

lain terhambat oleh kondisi lahan baik karena

bagi petani adalah dari komponen varietas unggul

kesuburan tanah. topografi, iklim dan adanya

yang tingkat produktivitasnya lebih tinggi. Akan

persaingan penggunaan lahan untuk komoditas

tetapi adopsi varietas pun seringkali dihambat olch

lain, ldrususnya jagung.

ketersediaan benihnya sebagai akibat karena

budidaya

kedua

yang

upaya

diterapkan

Dalam hal penerapan komponen teknologi produksi,

pada

dasarnya

harus

paket

teknologi

(4)

areal pertanaman yaitu dari 0,6 juta hektar

dari

paket

tenaga

teknologi

tidak

belum

dapat

optimal,

dirasakan

belum berkembangnya industry kedelai yang

merupakan

menyediakan benih bermutu.

kesatuan kegiatan yang utuh, sehingga proses adopsi lebih efektif dan optimal. Dengan demikian,

Lokasi dan Analisis Data

maka penerapan paket teknologi produksi harus

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei

dibarengi oleh kegiatan penyediaan benih bermutu

2009 di wilayah Kabupaten Garut, Propinsi Jawa

tinggi yang bersinergi dengan komponen teknologi

Barat dengan menggunakan metoda survey. Data

yang produktif berupa pemakaian pupuk organik

dikumpulkan dari dua desa terpilih berbasis

yang dikombinasikan dengan aplikasi pembenah

agrosistem lahan kering, yaitu Desa Sindang

tanah (soil ameliorant) pada lahan kering untuk

Mekar di Kecamatan Wanaraja dan Desa Ranca

menjamin

Karena

Bango di Kecamatan Tarogong Kaler melalui

pengelolaan unsur hara merupakan salah satu

pengisian kuesioner terstruktur dengan teknik

faktor

wawancara secara individual kepada 64 petanl

ketersediaan

penting

untuk

unsur

hara.

pertumbuhan

tanaman

kedelai yang secara kumulatif akan memiliki

Untuk

dampak lerhadap peningkatan hasil kedelai. Ada

beberapa

petani,

keragaan penerapan teknologi budidaya dan tingkat penggunaan sarana produksi, informasi

menjadi lambatnya adopsi teknologi oleh petani,

data ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel.

yaitu : (1) Petani masih meragukan tingkat

Sedangkan untuk melihat besaran profitabilitas

keberhasilan

usahatani kedelai digunakar.r rumus: P

yang

yang

karakteristik

mungkin

teknologi

faktor

melihat

dianjurkan;

(2)

Teknologi produksi kedelar yang benar-benar

dimana: P

spesifik lokasi belurn tersedia; (3) Petani belum

70

:

:

R-C,

profitabilitas atau keuntungan; R

:

Amar K. Zakaria, Dampak Penerapan Teknologi Ushatani Kedelai di Agrosistem Lahan Kering

revenue atau nilai penerirnaan kotor usahalant;

Dalam hal ini petani akan lebih mengutamakan

dan C: cost atau total braya usahatani. Dan untuk

curahan tenaga keluarga dalam berbagai aktivitas

tingkat protitabilitasnya dinilai dari P/R x 100%.

usahatani

Selanjutnya

untuk

mengukur

yang

dikelolanya.

Dari

segi

luas

tingkat

garcpan usahatani kedelai, ralaannya di kedua

kelayakan usahatani digunakan nilai Imbangan

desa penelitian adalah 0,29 -0,35 hektar. Dengan

Penerimaan dan Biaya (R/C) dengan kriteria: zuC

kondisi luas garapan ini, sebenarnya tergolong

> 1 adalah layak dan R/C < I adalah tidak layak.

petani

kecil

sehingga

dalam

pelaksanaan

budidaya kedelai sekitar 25-31 persen petani menggunakan modal usahatani yang bersumber

HASIL DAN PEMBAHASAN

dari kredit (Tabel 1).

Keragaan Rumah Tangga Contoh

Keberhasilan intensifikasi kedelai bertitik

Kondisi karakteristik rumah tangga petani

tolak dari tiga anggapan dasar, yaitu: (1) perlu

yang dimiliki seperti usia dan pendidikan formal

adanya

petani, tanggungan keluarga, pengalaman bertani, luas garapan

usahatani

dan

sumber

sikap

melaksanakan

dan

motivasi

kegiatan

petani

budidaya

lebih

kedelai,

(2)

baik

untuk

pengembangan

petani

banyak

yang

meninggalkan usahatani kedelai karena berbagai

dalam

usahatani

yang

mengikutsertakan petani dalarn

modal

usahatani menjadi faktor intern yang berpengaruh terhadap

upaya

faktor,

yang

baik

eksternal,

dikelolanya.

dan

pemerintah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari

yang

internal

maupun

petar-ri

dengan

bantuan

(3)

dan

berperanan

segi usia petani, di desa Sindang Mekar rata-

bersifat

pihak

penting

terkait dalam

lainnya

akan

pengembangan

kedelai.

ratanya 45,6 tahun dan di desa Ranca Bango adalah 44,2 tahun Dengan kondisi tersebut, berarti

Partisipasi Petani dalam Budidaya Kedelai

tergolong pada usia produktif yang secara fisik

Dalam

upaya

meningkatkan

produksi

cukup mendukung untul< melakukan berbagai

kedelai pemerintah telah menggulirkan Program

aktivitas usahatani. Sedangkan tingkat pendidikan

Bangkit Kedelai dan program ini akan berhasil bila

formal, semua responden di kedua desa sudah

tr"rjuan yang bersifat makro sejalan dengan tujuan

menyelesaikan pendidikan dasar, sehingga petani

petani

dapat menerima dan memutuskan penerapan

kesejahteraannya.

teknologi budidaya yang dianjurkan sesuai dengan

langkah-langkah

pemahaman

simultan kedua tujuan tersebut di atas diperlukan

pengetahuannya,

disamping

itu

dalam

peningkatan Dalam hal

pendapatan ini,

dan

keserasian

penyelenggaraannya

secara

didukung oleh pengalaman bertani lebih dari lima

untuk

belas tahun.

sederhana, menurut Adjid et al. (1979) partisipasi

mewujudkan

partisipsi

petani.

Secara

Berdasar jumlah anggota rumah tangga

berarti ikut ambil bagian dan saling berbagi

yang ditanggung, yaitu 4,4 jiwa di desa Sindang

sesuatu yang merupakan manifestasi dari perilaku

Mekar dan 4,6 jiwa di desa Ranca Bango pada

seseorang dalam mewujudkan perannya sesuai

dasarnya

harapan

merupakan

potensi

yang

cukup

memadai sebagai sumber tenaga kerja keluarga.

masyarakat

untuk

mencapai

tujuan

tertentu. Upaya mengajak petani berpartisipasi

71

Agrika, Volume 4 No.2, November 2010

Tabel 1. Keragaan Karakteristik Petani Kedelai di Agroekosistem Lahan Kering, Garut, 2009 Uraian 1. 2. 3. 4.

Umur petani (th) Pendidikan formatl (th) Pengalaman tani (th) Tanggungan keluarga (jiwa) 5. Luas garapan kedelai (ha) 6. Sumber modal (%) - Swadaya petani - Kredit Sumber: Data Primer, 2009.

Desa Sindang Mekar Kisaran Rataan 28-62 45,6 5-14 7,4 12-24 78,2 3-6 4,4

Desa Ranca Bango Kisaran Rataan 27-65 44,2 4-12 7,1 10-26 77,4 3-6 4,6

Agregat Kisaran Rataan 21-65 44,9 4-14 73 3-6 4,5

0,18-0,75

0,29

0,21-0,29

0,35

0,18-0,90

0,32

-

68,8 31,2

-

75,0 25,0

-

71,9 28,1

dalam pengembangan kedelai perlu ditempuh

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat tingkat

dengan metode dan cara yang layak. Dan pola

partisipasi terhadap penerapan teknologi budidaya

partisipasi yang efektif (Adjid, 1985) adalah yang

kedelai oleh petani di kedua desa penelitian

didukung oleh kemampuan kerjasama dalam

dengan gambaran sebagai berikut :

ikatan kelompok tani sehamparan dan media

l. Petani dalam memilih benih, sebagian besar

interaksi untuk mengadopsi teknologi.

menetapkan kriteria atas benih yang paling

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi

petani

kedelai

dalarn

sesuai dengan kondisi wilayahnya, yaitu 53,1

hal

persen di desa Sindang Mekar dan 59,3 persen

keterlibatannyapada kelompok tani adalah sebagai

di desa Ranca Bango dan secara agregatnya

berikut: (1) Sebagian besar petani di kedua desa

sebesar 56,2 persen. Sedangkan untuk pilihan

penelitian mengetahui keberadaan kelompok tani di

benih yang memiliki potensi produksi tinggi

wilayahnya, akan tetapi yang menjadi anggota

adalah sebesar 26,7 persen dan memiliki

hanya 59 persen di desa Sindang Mekar dan 53

ketahanan terahadap hama 17,1 persen.

persen di desa Ranca Bango; (2) Partisipasi petani

2. Dalam hal pemilihan varietas kedelai yang

dalam kegiatan perlemuan kelompok berkisar 7l-74

ditanam, petani dikedua desa tidak berbeda jauh

persen petani menyatakan menghadirinya; dan

dimana secara agregat sebesar 62,5 persen

materi yang dibahas pada pertemuan adalah

menggunakan varietas unggul nasional. Akan

varietas

wilayah

tetapi, jika dilihat dari penggunaan benih yang

usahataninya, waktu tanam, pola tanam. teknik

berkualitas ternyata masih banyak petani yang

budidaya kedelai, penanganan pasca panen dan

menggunakan benih tidak berlabel (76,6%).

pemasaran hasil; (3) Petani yang terlibat dalam

Kondisi ini, tercermin juga dari sumber benih

program SLPTT adalah 12,5-15,6 persen, sehingga

yang digunakan berasal dari pasar atau antar

masih besar yang tidak terlibat.

petani. Hal ini terjadi karena ketersediaan benih

unggul

yang

cocok

di

Secara rinci mengenai keterlibatan petani

unggul bermutu di tingkat usahatani masih sangat

contoh dalam berpatisipasinya terhadap kelompok

terbatas dan menurut petani harga benih relatif

tani disajikan pada Tabel 2.

mahal.

72

Amar K. Zakaria, Dampak Penerapan Teknologi Ushatani Kedelai di Agrosistem Lahan Kering

3. Kegiatan

penanaman

kedelai

pada

lahan

sesuai yang dianjurkan hanya sebesar 11

kering/tegalan, pada umunya dilakukan dengan

persen. Kondisi ini, tidak terlepas dari persepsi

cara ditugalkan dengan jarak tanam 30 cm x 40

petani

cm.

memerlukan

4. Untuk perlakuan pemupukan puau pertanaman

bahwa

tanaman

pemupukan

kedelai secara

tidak

lengkap,

seperti padi.

kedelai, petani memakai pupuk pabrik terutama Urea

dan

SP-36,

serta

yang

melakukan

pemupukan secara lengkap dan berimbang

Tabel 2. Tingkat Partisipasi Petani I(edelai terhadap Kelompok Tani pada Agrosislem Lahan Kering, Garut, 2009

Uraian

SindangMekar (n=32)

Lokasi Desa Ranca Bango (n=32) (Persentase)

Agregat (n=64)

87,5 72,6

81,3 18,7

84,4 16,5

59,4 40,6

53,1 46,9

56,3 43,7

42,7 31,6 26,3

15,6 21,9 62,5

38,7 33,5 27,8

12,5 28,1 59,4

15,6 21,9 62,5

14,1 25,0 55,9

1. Keberadaan kelompok tani a. Mengetahui b. Tidak tahu 2. Keanggotaan kelompok a. Menjadi anggota b. Tidak 3. Keterlibatan pertemuan a. Selalu mengikuti b. Kadang-kadang c. Tidak ikut 4. Keterlibatan program a. Peserta SLPTT b. Mendapat BLBU c. Tidak terlibat Sumber : Data primer, 2009

Tingkat Penggunaan Sarana Produksi

5. Perlakuan kegiatan pengendalian organisme pengganggu tanaman, terlihat seluruh petani kedelai

di

kedua

wilayah

Dari penelitian ini, terlihat bahwa dalam

penelitian

hal pemakaian benih di tingkat petani, umumnya

menggunakan pestisida. Hal ini terjadi karena

melebihi dari jumlah pemakaian benih yang

pertanaman kedelai dari mulai tanam sampai

dianjurkan (40 kgiha) yaitu dengan rata-rata

panen sangat rentan terhadap hama dan

pemakaian

penyakit. Untuk jelasnya, tingkat partisipasi

sebanyak 47,8 kglha dan di desa Ranca Bango

petani dalam penerapan teknologi budidaya

48,4 kglha. karena cara tanamnya disebar dan

kedelai disajikan pada Tabel 3.

benih yang digunakan tidak berlabel.

73

di

desa

Sindang

Mekar

adalah

Agrika, Volume 4 No.2, November 2010

Tabel3. Keragaan Penerapan Teknologi Budidaya Kedelai pada Agrosistem Lahan Kering, Garut,2009

Uraian

Sindang Mekar (n=32)

Lokasi Desa Ranca Bango (n=32) (Persentase)

Agregat (n=64)

31,3 53,1 15,6

22,0 59,3 18,7

26,7 56,2 17,1

65,6 34,4

59,4 40,6

62,5 37,5

28,1 71,9

18,7 81,3

23,4 76,6

31,3 56,2 12,5

37,5 53,1 9,4

34,4 54,6 11,0

100,0 0,0

100,0 0,0

100,0 0,0

9,4 71,8 18,8

12,5 65,6 21,9

11,0 68,7 20,3

100,0 0,0

100,0 0,0

100,0 0,0

100,0 0,0

100,0 0,0

100,0 0,0

1. Kriteria Benih (%) - Produksi tinggi - Kecocokan wilayah - Tahan lama 2. Varietas Benih (%) - Unggul nasional - Unggul lokal 3. Kualitas Benih (%) - Berlabel - Tidak 4. Sumber Benih (%) - Produk sendiri - Membeli - Bantuan 5. Cara tanam (%) - Ditugalkan - Disebarkan 6. Penggunaan pupuk (%) - Lengkap berimbang - Tidak lengkap - Tidak pakai 7. Cara pemupukan (%) - Ditugalkan - Disebarkan 8. Pestisida (%) - Menggunakan - Tidak Sumber : data primer,2009 Untuk

kegiatan

pemupukan

pada

memadai untuk petani kedelai pada saat ini.

pertanaman kedelai, pada sebagian besar petani

Dalam

pemakaian

jenis

pupuk

hanya memakai dua jenis pupuk, yaitu Urea dan

Phonska,4.JPK, jumlah takarannya baru meucapai

SP-36. Sedangkan pemakaian Phonska atau

16,4 kg (Sindang Mekar), dan 14,6 kg (Ranca

NPK, hanya sebagian kecil saja petani yang

Bango),

memakainya karena selain harganya lebih mahal

menggunakannya.

juga ketersediaannya di tingkat usahatani masih

pemakaian

terbatas. Takaran pemakaian pupuk Urea adalah

pemakaiannya hanya I,2 ltlha dan 0,8 ltlha.

l4,2 kglha di desa Sindang Mekar dan 62,6 kg di

Selanjutnya, untuk kegiatan pengendalian hama

desa Ranca Bango. Sedangkan pupuk SP-36

dan penyakit dilakukan oleh semua petani kedelai

masing-masing sebesar 57,6 kg dan 53,8 kg

dengan takaran pestisida rataralanya 2,8 ltlha

per

takaran

(Sindang Mekar) dan 3,I Itlha (Ranca Bango)

pemakaian kedua jenis pupuk tersebut dibawah

dengan jenis pestisida cair. Tingkat penggunaan

pemupukan anjuran, namun tergolong cukup

sarana produksi disajikan pada Tabel4.

hektarnya.

Walaupun

jumlah

74

karena

tidak Demikian

PPCIZPT,

semua

petani

pula

dalam

sehingga

rata-rata

Amar K. Zakaria, Dampak Penerapan Teknologi Ushatani Kedelai di Agrosistem Lahan Kering

Tabe 4. Tingkat Penggunaan Sarana Produksi pada Usahatani Kedelai di Agrosistem Lahan Kering, Garut, 2009 Desa Sindang Mekar Kisaran Rataan 45,7 40-52

Uraian 1. Benih (kg/ha) 2. Pupuk (kg/ha) - Urea - SP-36 - Phonska/NPK 3. Pupuk (kg/ha) 4. Pupuk (kg/ha) Sumber: data primer, 2009

74,2 57,6 16,4 1,2 2,8

50-100 40-100 0-40 0-2,0 1,4-3,6

Struktur Biaya dan Kelayakan Usahatani Kedelai

Desa Ranca Bango Kisaran Rataan 46,2 43-51 62,6 53,8 14,6 0,8 3,1

50-100 36-100 0-36 0-1,6 1,5-4,0

hektar dan nilainya sekitar 7,70 juta rupiah, maka diperoleh nilai profitabilitas atau keuntungan bersih

Keberhasilan kegiatan usahatani sangat

sebesar 5,48 juta rupiah (apabila tenaga kerja

ditentukan dari besaran biaya yang dikeluarkan

keluarga tidak dihitung sebagai biaya usahatani).

dan tingkat pendapatan usahatani. Mengenai

Akan tetapi, jika termasuk tenaga kerja keluarga,

btaya usahatani kedelai di lokasi penelitian,

keuntungan yang diperoleh adalah 4,04 jula rupiah

menunjukkan bahwa dari total biaya secara

dengan tingkat profitabilitas sebesar 52,4 persen.

keseluruhan (termasr-rk curahan tenaga kerja

Sedangkan di desa Ranca Bango dengan tingkat

keluarga)

Desa

produksi sebesar 1.192l