19 Mar 2011 ... astronomi itu sempat memudar saat memasuki tahun 2000. Pada 2005, kata
Rayhan, HAAJ kembali populer setelah materi as - tronomi masuk ...
22
REPUBLIKA
Sabtu, 19 Maret 2011
FOTO-FOTO: ADITYA
CERITA AKU DAN BINTANG Oleh Indira Rezkisari
di sekolah. Gara-gara itu, HAAJ juga kerap diundang ke sekolah untuk memberikan materi astronomi. Olimpiade Sains Nasional membantu mengangkat kembali popularitas HAAJ.
Berkat ajang olimpiade sains, himpunan yang sempat mati suri ini bangkit kembali. ekelompok anak SMA menaiki tangga. Mencari sebuah ruang di lantai dua Planetarium Jakarta yang terletak di kawasan Taman Ismail Marzuki. Dalam ruang yang mirip ruang kelas itu, sudah duduk anak-anak SMA lainnya. Tak lama berselang, lampu ruang kelas dibuat redup. Pelajaran dimulai. “Malam ini kita akan menyimak topik ‘Riwayat Hidup Bintang’,” ujar pria di depan ruang kelas. Nanti selepas Maghrib, lanjutnya, jika cuaca cerah akan diadakan peneropongan bintang. “Tapi, itu kalau cuaca tidak mendung, ya. Doakan saja langit malam nanti cerah,” kata dia lagi. Setiap Sabtu sore, mulai pukul 17.00 WIB, ruangan di lantai dua Planetarium Jakarta selalu ramai. Mereka yang meramaikannya adalah anggota Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ). Kegiatan ini kerap berakhir hingga Sabtu
S
Anak SMA
malam. Ketua HAAJ, Muhammad Rayhan (22 tahun), berseloroh, “Maklum kita kan Himpunan Astronomi Amatir Jomblo, he, he, he.” Rayhan bercerita, HAAJ sama seperti klub hobi lainnya. Bedanya, HAAJ khusus membahas hobi astronomi. Kata-kata ‘amatir’ itulah yang membedakan HAAJ dengan klub astronomi yang anggotanya merupakan kaum profesional di bidang astronomi. “Basis kami hobi. Umumnya, kami tidak memiliki catatan pendidikan di bidang astronomi,” ujarnya. Cerita komunitas ini telah dimulai sejak 27 tahun lalu. Namun, cerita cinta pada dunia astronomi itu sempat memudar saat memasuki tahun 2000. Pada 2005, kata Rayhan, HAAJ kembali populer setelah materi astronomi masuk di Olimpiade Sains Nasional. “Banyak sekolah yang mengirimkan muridnya kepada kami untuk belajar astronomi,” katanya. Ini lantaran sampai sekarang belum ada sekolah yang memberikan pelajaran astronomi tersendiri
Pertemuan rutin komunitas biasa dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama berisi materi astronomi, seperti tata surya, galaksi, hisab rukyat, hingga materi seputar astrobiokimia dan fisika kuantum. Setelah mendengarkan pemberi materi, anggota HAAJ akan diajak para senior HAAJ mengamati bintang atau objek langit lainnya. Kini, setiap pertemuan HAAJ setidaknya diikuti minimal 30 orang. Anggota HAAJ sekarang didominasi murid sekolah SMA. Anakanak usia SD atau mereka yang sudah dewasa tetap masih ada yang bergabung di HAAJ. Hanya, jumlahnya sedikit. Saat ini, siapa saja boleh jadi anggota HAAJ. Mereka, disebut Rayhan, anggota umum. Untuk anggota khusus, ada syarat sendiri untuk mereka. Setidaknya, mereka sudah enam kali mengikuti pertemuan rutin HAAJ dan pernah sekali ikut acara star party. Keikutsertaan dalam star party menjadi kewajiban karena anggota khusus HAAJ harus mengetahui aktivitas seorang astronom. Agenda star party yang digelar HAAJ lima kali dalam setahun
otomatis bukan perkara mudah. Padahal, Ryan menegaskan, star party adalah napas dari kegiatan komunitas ini. Supaya acara ini tidak mubazir, mereka harus mencari lokasi yang memenuhi syarat demi bisa meneropong bintang yang kalau dari teleskop sesungguhnya, tampak seperti titik terang di langit gelap. Tidak ada yang terlampau muluk dari komunitas ini. Rayhan bercerita, HAAJ berdiri dengan niat awal mengenalkan astronomi pada masyarakat luas. “Mimpi HAAJ itu supaya bisa menelurkan manusia yang berpikir scientific,” ucapnya. Syukur, kalau dari ketertarikan terhadap astronomi terlahir ilmuwan astronomi asal Indonesia yang bisa menorehkan nama bangsa. Bayangkan, sambung Rayhan, planetarium pertama di Indonesia berdiri di Jakarta pada 1969. Sekarang, 42 tahun kemudian, di Indonesia baru ada dua planetarium. Yang pertama dan masih berdiri adalah Planetarium Jakarta. Satu lagi, Planetarium Jagad Raya di Tenggarong, Kutai Kertanegara, Kaltim, yang diresmikan pada 2002. Padahal, ilmu astronomi sudah lama dipraktikkan di Tanah Air sebagai petunjuk masa tanam dan panen, misalnya. “Astronomi itu ilmu tertua di dunia. HAAJ ingin mendorong makin banyak orang berpikir secara ilmiah supaya ilmu ini terus berkembang juga di Indonesia,” papar dia. ■ ed: endah hapsari
intermezo Fenomena rutin Fenomena astronomi bisa dinikmati secara rutin di Planetarium Jakarta. Datang langsung ke Planetarium untuk mendapatkan jadwal penampakan bulan atau planet tertentu. Fenomena astronomi yang rutin terjadi setiap bulan adalah gerhana bulan dan matahari.
Bisa diprediksi Sejumlah fenomena astronomi bisa diprediksi dengan detail kapan akan terjadi. Contohnya, hujan meteor.
Selain Jakarta Selain di Jakarta, himpunan astronomi amatir juga ada di Yogyakarta, Surabaya, dan Aceh.
Banyak aspek Ilmu astronomi menyentuh banyak aspek dalam kehidupan. Mulai dari ilmu, seperti fisika, biokimia, kosmologi, termasuk astronomi dalam Islam dan astrofotografi.
Teleskop mahal Kendala utama HAAJ adalah peralatan. HAAJ cuma memiliki lima teleskop. Harga teleskop juga relatif masih mahal. Sering kali, HAAJ harus meminjam teleskop milik planetarium. ■
DISKUSI TENTANG LANGIT ermula dari animo masyarakat yang tinggi terhadap fenomena astronomi, Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ) pun terbentuk. Sekitar awal 1980-an, Rayhan menuturkan, banyak kelompok masyarakat yang kerap berkumpul di lobi planetarium membahas fenomena astronomi. Banyak juga yang berkumpul karena kurang puas dengan pertunjukan di planetarium yang diputar satu jam lamanya. “Sehabis nonton mereka lalu berdiskusi tentang langit,” kata Rayhan. Terlebih pada 1983, Indonesia mengalami gerhana total. Minat publik terhadap astronomi jadi makin besar. Planetarium membantu memberi pencerahan terhadap fenomena ini. Mitos bahwa gerhana berbahaya, sesuatu yang dipercaya sejak lama, bisa dibantah lewat penjelasan il-
B
miah pihak planetarium. Ketua Planetarium Jakarta ketika itu, Darsa Sukartadiredja, berinisiatif mengumpulkan kelompok-kelompok yang kerap berdiskusi di lobi Planetarium. Pada 21 April 1984, HAAJ berdiri. Rayhan mengatakan, HAAJ sekaligus didirikan sebagai persiapan menyambut komet heli yang akan melintas Indonesia berselang dua tahun kemudian. Sebuah fenomena astronomi yang terjadi setiap 76 tahun. Hingga kini, HAAJ masih tetap berada di bawah naungan planetarium. Pasang surut turut mewarnai perjalanan komunitas ini. Pada 1990 hingga 1994, komunitas ini sempat vakum. Hingga tahun 2000, HAAJ tidak memiliki kegiatan rutin. Kegiatannya sebatas insidental. Hingga akhirnya HAAJ ramai kembali sekitar tahun 2000. ■ indira
Berburu di Luar Jakarta
M
uhammad Rayhan masih ingat ketika pertama kali melihat Planet Saturnus dengan bantuan teleskop. “Luar biasa indah,”
katanya. Apalagi, ketika itu langit malam sedang cerah, Rayhan bisa melihat jelas cincin yang melingkar di Planet Saturnus. Meski peristiwa itu dialaminya bertahun-tahun lalu, Rayhan tetap tidak bisa menyembunyikan kekagumannya setiap berhasil meneropong objek di langit. Rasa kagum akan objek langit itu diyakini Rayhan menjadi candu siapa pun yang pernah melihat bintang, bulan, atau planet lewat kaca teleskop. “Saya buktinya. Saya sudah ratusan kali melihat bulan, tetapi saya tidak pernah bosan,” katanya. Karena itu, setiap pertemuan rutin selalu ditutup dengan peneropongan bintang. Akan tetapi, tahukah betapa sulitnya mencari langit cerah di Ibu Kota? Boleh dibilang, upaya meneropong bintang di Jakarta sulit dilakukan karena terhalang gedung tinggi dan polusi cahaya yang menyulitkan peneropongan bintang. Sejak himpunan ini berdiri pada 1984, kegiatan meneropong bintang hampir selalu dilakukan di luar Jakarta. Biasanya, anggota HAAJ mencari bintang di kawasan Puncak. Berdasarkan cerita, Rayhan mengatakan, di tahun-tahun itu anggota HAAJ juga masih bisa meneropong bintang di kawasan Cibubur yang terhitung masih kampung. Sekarang, peneropongan bintang kerap dilakukan di daerah perbatasan Jabodetabek, di tempat dengan kondisi langit cerah dan sudut langit lebar. “Kami membutuhkan view yang luas, yang tidak terhadang gedung lampu dan tidak tertutup lampu yang berpendar terlalu terang,” ucapnya. ■