Download di sini - Pascasarjana Undiksha

4 downloads 316 Views 129KB Size Report
Komputer sekarang sudah menjadi alat bantu yang amat penting. Hampir setiap cabang ... pembelajaran keterampilan komputer bagi pemula. Kata-kata kunci: ...
Jurnal Pendidikan dan Pengajar-an IKIP Singaraja No.4 Th. XXXVI Oktober 2003 (Terakreditasi) STRATEGI HEURISTIK UNTUK PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KOMPUTER BAGI PEMULA Oleh I Made Candiasa ABSTRAK Komputer sekarang sudah menjadi alat bantu yang amat penting. Hampir setiap cabang kehidupan menggunakan komputer. Oleh karena itu, usaha untuk memberikan keterampilan komputer kepada mahasiswa dari semua jurusan di luar jurusan-jurusan yang memiliki mata kuliah mayor komputer merupakan tindakan yang sangat bijaksana. Masalah yang muncul adalah keterbatasan waktu, mengingat komputer bukan merupakan bidang utama, sehingga diperlukan pengkajian strategi pembelajaran yang tepat. Penelitian ini bermaksud mengkaji strategi pembelajaran heuristik, dibandingkan dengan strategi pembelajaran algoritmik yang digunakan selama ini dalam pembelajaran keterampilan komputer bagi pemula. Ditemukan bahwa keterampilan komputer mahasiswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi heuristik lebih baik daripada keterampilan komputer mahasiswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi algoritmik. Oleh karena itu, disarankan untuk menerapkan strategi pembelajaran heuristik dalam pembelajaran keterampilan komputer bagi pemula. Kata-kata kunci: Keterampilan komputer, strategi heuristik, strategi algoritmik

ABSTRACT Computer nowdays becomes an important household item.Almost every field of life use computer. Threfore, it is important to give computer skills to students of every department, beside computer science major department. Because of short of time alocation, since it is not the main field of study, it is important to discuss instructional strategy for teaching computer skills for beginners. This research want to compare the computer skills between group with heuristics instructional strategy and group with algorithmics instructional strategy. The result of the research indicates that the computer skills for beginners of group with heuristics intructional strategy is better than those of group with algorithmics instructional strategy.Finally, it is recommended to aplly heuristics instructional strategi in computer programming class for the beginners. Keywords: Computer skills, heuristic strategy, algorithmic strategy

1. Pendahuluan Komputer diperlukan sebagai alat bantu pada hampir setiap cabang kehidupan. Komputer hampir selalu hadir pada saat diperlukan pengolahan kata, pengolahan angka, dan pengolahan data. Kondisi ini memaksa lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan untuk memasukkan mata kuliah yang memberikan

1

Jurnal Pendidikan dan Pengajar-an IKIP Singaraja No.4 Th. XXXVI Oktober 2003 (Terakreditasi) keterampilan komputer ke dalam kurikulumnya. Mulai dari sekolah menengah kejuruan dari berbagai jurusan sampai dengan perguruan tinggi, baik tingkat diploma maupun strata-1 dari berbagai jurusan sudah menawarkan mata kuliah yang mendukung keterampilan komputer. Masalah yang muncul sekarang adalah keterbatasan alokasi waktu karena kompetensi komputer bukan merupakan bidang utama, melainkan hanya merupakan penunjang. Oleh karena itu, pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran keterampilan komputer menjadi amat penting. Idealnya, strategi pembelajaran yang dipilih mampu menghasilkan kompetensi yang diinginkan dalam waktu yang relatif singkat, serta mampu menghasilkan kemampuan untuk membelajarkan diri kepada mahasiswa agar senantiasa dapat mengikuti perkembangan komputer mengingat teknologi komputer berkembang amat pesat. Keterampilan komputer yang diberikan terbatas pada pengoperasian komputer untuk pengolahan kata dan pengolahan angka, serta pertukaran data antar keduanya. Selama ini, strategi pembelajaran keterampilan komputer yang diterapkan adalah strategi pembelajaran algoritmik. Setiap materi pembelajaran dibahas secara rinci dan sistematis, disertai contoh-contoh dan latihan. Pengalaman menunjukkan bahwa pembahasan secara rinci dan sistematis setiap langkah pemrograman banyak menghabiskan waktu. Melihat kesenjangan ini, dipandang perlu untuk mengkaji strategi pembelajaran lain yang dapat memberi keterampilan komputer yang lebih baik dalam waktu yang relatif lebih pendek. Salah satu strategi pembelajaran yang ingin dikaji adalah strategi pembelajaran heuristik. Strategi heuristik, oleh Wilson dan Cole (1996:605), diartikan sebagai akal dalam bekerja atau petunjuk praktis yang dapat membantu memperpendek jalur penyelesaian masalah. Vaughan dan Hogg (1995:45) menyatakan bahwa heuristik merupakan cara pintas secara kognitif yang bisa menyiapkan secara matang cara pengambilan keputusan yang akurat kepada semua individu setiap saat. Akal atau cara pintas secara kognitif digunakan untuk melakukan tebakan dari mana harus memulai dan ke mana harus melompat agar langkah pemecahan masalah lebih pendek. Heuristik juga menunjuk kepada koleksi strategi, petunjuk praktis, bimbingan, atau saran yang saling lepas untuk penyelesaian masalah (Amstrong, 1994:71). Kondisi saling lepas menekankan bahwa koleksi strategi, petunjuk praktis, bimbingan, atau saran yang digunakan dalam memecahkan masalah tidak tetap, baik banyaknya maupun urutannya. Pelaku memiliki kebebasan untuk menetapkan dari mana harus memulai proses dan menentukan proses apa yang mesti dilakukan berikutnya. Kompleksitas proses heuristik sebagai sebuah sistem sangat dinamis dan operasi-operasi di dalamnya sangat terbuka terhadap perubahan. Banathy (1996:81). menyatakan bahwa sistem heuristik mampu menyusun tujuannya di

2

Jurnal Pendidikan dan Pengajar-an IKIP Singaraja No.4 Th. XXXVI Oktober 2003 (Terakreditasi) bawah petunjuk kebijakan yang lebih luas, sangat pluralistik, terbuka untuk perubahan dan bahkan sering memulai perubahan, serta memiliki kompleksitas yang sangat dinamis. Ada empat pendekatan yang sering digunakan dalam strategi pembelajaran heuristik, yaitu pendekatan bekerja mundur, pendekatan analogi, pendekatan memecah tujuan, dan pendekatan memperkecil perbedaan. Pada penelitian ini strategi pembelajaran heuristik menggunakan bekerja mundur. Pembelajaran dengan strategi heuristik bekerja mundur memulai pembelajaran dari langkah akhir proses pembelajaran, kemudian secara perlahan-lahan membahas langkah-langkah lainnya mulai dari belakang ke depan (Romiszowsky, 1984:110). Bila tujuan akhir langsung tercapai, maka proses pembelajaran dinyatakan selesai. Sebaliknya, bila tujuan akhir pembelajaran belum tercapai, harus dirumuskan beberapa subtujuan. Subtujuan mana yang harus dirumuskan tergantung kepada informasi apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan akhir. Pembahasan berlangsung sampai tidak ada informasi terkait dengan tujuan akhir pembelajaran yang belum dikuasai. Strategi algoritmik adalah strategi yang memiliki rangkaian proses-proses yang tertentu dan tetap dalam melaksanakan satu tugas (Dansereau, 1985:210). Landa (1984: 175) menyebutkan bahwa proses algoritmik adalah proses yang terdiri dari serangkaian operasi-operasi elementer yang terbentuk secara seragam dan reguler di bawah kondisi yang didefinisikan untuk memecahkan berbagai masalah. Resep yang menentukan operasi-operasi dalam proses algoritmik dinamakan algoritma. Semua operasi harus dilaksanakan secara sistematik mengikuti urutan yang telah ditetapkan. Apabila ada langkah yang tidak dikerjakan atau terjadi ketidakcocokan urutan langkah-langkah penyelesaian, penyelesaian masalah tidak ditemukan. Algoritma secara umum didasarkan pada prosedur-prosedur yang terdefinisikan untuk mengarahkan pada satu tujuan (Gabringer, Jonassen dan Wilson, 1992: 371). Algoritma didominasi oleh pernyataan kondisional: jika kondisi maka konsekuensi.Situasi yang sama terjadi dalam pembelajaran dengan strategi pembelajaran algoritmik. Strategi pembelajaran algoritmik terfokus pada penguasaan kriteria atau atribut tertentu yang ada hubungannya dengan kondisi yang diharapkan. Latihan pada strategi pembelajaran algoritmik dilakukan dengan pendekatan terbimbing. Mula-mula mahasiswa diberikan soal latihan dan disertai dengan petunjuk pengerjaan yang agak lengkap. Berdasarkan petunjuk yang ada mahasiswa mengerjakan soal-soal latihan. Apabila mahasiswa sudah mampu melakukannya, dalam soal-soal berikutnya petunjuk berangsur-angsur dikurangi. Pada akhirnya mahasiswa diharapkan mampu mengerjakan soal-soal latihan dengan baik walaupun tanpa disertai petunjuk pengerjaan. Pendekatan latihan terbimbing didasarkan pada konsep latihan perubahan berasosiasi (associative shifting) dari Thorndike (Lefrancois, 1995: 69). Teori perubahan asosiatif

3

Jurnal Pendidikan dan Pengajar-an IKIP Singaraja No.4 Th. XXXVI Oktober 2003 (Terakreditasi) mengakui bahwa respon dari satu stimulus bisa ditingkatkan ke stimulus yang lain. Pada awalnya, stimulus yang amat kuat menyebabkan individu mampu melakukan aktivitas. Apabila stimulus tersebut berulang, walaupun dengan intensitas yang lebih lemah, individu bersangkutan akan cenderung mampu melakukan aktivitas yang sama. Gaya kognitif menunjuk kepada karakteristik individu dalam usaha mengorganisasikan lingkungannya secara konseptual (Goldstein dan Blackman, 1978:2). Lebih rinci dinyatakan bahwa gaya kognitif adalah koleksi strategi atau pendekatan untuk menerima, mengingat, dan berpikir yang cenderung digunakan individu untuk memahami lingkungannya (Aiken, 1997:343). Setiap individu akan memilih cara yang disukainya untuk memproses serta mengorganisasikan informasi sebagai respon terhadap stimuli lingkungannya. Ada individu yang menerima informasi seperti disajikan dan menggunakannya secara apa adanya untuk merespon, sementara individu yang lain cenderung mereorganisasikan informasi dengan caranya sendiri sebelum merespon. Sebagai karakteristik perilaku, gaya kognitif berada lintas kemampuan dan kepribadian serta dimanifestasikan pada beberapa aktivitas dan media (Anastasi dan Susana Urbina, 1997:444). Gaya kognitif menunjukkan adanya variasi antar individu dalam pendekatannya terhadap satu tugas, tetapi variasi itu tidak menunjukkan tingkat inteligensi atau kemampuan tertentu. Individu-individu yang memiliki gaya kognitif yang sama belum tentu memiliki kemampuan yang sama. Gaya kognitif adalah karakteristik kepribadian yang relatif stabil yang diekspresikan secara konsisten pada berbagai situasi (Pintrich, 1990:828). Dalam keadaan normal gaya kognitif dapat diprediksi. Individu yang memiliki gaya kognitif tertentu pada suatu hari akan memiliki gaya kognitif yang sama pada waktu-waktu berikutnya. Dengan demikian gaya kognitif bermanfaat untuk bimbingan dan penyuluhan dalam jangka waktu panjang. Gaya kognitif memiliki dua kutub yang tidak menunjukkan adanya keunggulan antara satu kutub dan kutub yang lain. Masing-masing kutub cenderung memiliki nilai positif pada ruang lingkup tertentu, dan cenderung memiliki nilai negatif pada ruang lingkup yang lain. Sebagian besar gaya kognitif yang sudah diselidiki berada pada satu kontinum, di mana sebagian besar individu berada di antara kedua kutub. Hsiao (2000:1) menyatakan bahwa gaya kognitif melibatkan variabel dengan satu dikotomi, seperti field independent dengan field dependent. Individu yang memiliki gaya kognitif field independent memiliki karakteristik, antara lain: 1) memiliki kemampuan menganalisis untuk memisahkan obyek dari lingkungan sekitarnya, 2) memiliki kemampuan mengorganisasikan obyek-obyek, 3) memiliki orientasi impersonal, 4) memilih profesi yang bersifat individual, 5) mendefinisikan tujuan sendiri, 6) lebih mengutamakan motivasi intrinsik dan 7) lebih mementingkan penguatan internal (Witkin, dkk., 1977:8-14).

4

Jurnal Pendidikan dan Pengajar-an IKIP Singaraja No.4 Th. XXXVI Oktober 2003 (Terakreditasi) Karakteristik yang dimiliki individu field independent berimplikasi pada aktivitasnya selama mengikuti proses pembelajaran, antara lain: 1) cenderung untuk merumuskan sendiri tujuan pembelajaran; 2) lebih tertarik pada penguatan internal dan motivasi intrinsik; dan 3) cenderung untuk menggunakan struktur perantara dalam mempelajari materi (Witkin, dkk., 1977: 17-36). Individu field independent lebih tertarik pada desain materi pembelajaran yang lebih memberi kebebasan kepada dirinya untuk mengorganisasikan kembali materi pembelajaran sesuai dengan kepentingannya (Borich dan Tombari, 1995:603). Materi pembelajaran cenderung tidak diterima apa adanya melainkan dianalisis terlebih dahulu dan kemudian disusun kembali dengan bahasanya sendiri. Topik-topik inti dipisahkan dari materi keseluruhan dan disusun kembali dengan menggunakan kalimat sendiri, sehingga lebih cepat dipahami dan diterapkan pada konteks lain. Beberapa karaktersitik individu yang memiliki gaya kognitf field dependent sudah diidentifikasikan oleh Witkin dan kawan-kawannya (1977:8-14), antara lain: 1) cenderung untuk berpikir global, 2) cenderung menerima struktur yang sudah ada, 3) memiliki orientasi sosial, 4) cenderung memilih profesi yang menekankan pada keterampilan sosial, 5) cenderung mengikuti tujuan yang yang sudah ada, dan 6) cenderung bekerja dengan motivasi eksternal serta lebih tertarik pada penguatan eksternal. Individu yang memiliki gaya kognitif field dependent cenderung baik hati, ramah, dan bijaksana, sehingga lebih mampu untuk menjalin hubungan interpersonal dan lebih mudah diterima orang lain. Akan tetapi orientasi sosial, kurangnya kemampuan menganalisis, serta kecenderungan untuk menerima informasi seperti disajikan menjadikan individu field dependent menemui kesulitan untuk mengemukakan pendapat dengan persepsi sendiri. Pengalaman individu field dependent terintegrasi dan cenderung lebih holistik (Keefe, 1987: 17). Akibatnya individu field dependent kurang memiliki keterampilan untuk merestrukturisasi kognitif. Ciri-ciri individu field dependent dalam belajar diuraikan oleh Borich dan Tombari (1995:602). Ciri-cirinya adalah: 1) menerima konsep dan materi secara global, 2) cenderung menghubungkan konsep-konsep dalam kurikulum dengan pengalaman sendiri, 3) mencari bimbingan dan petunjuk dari guru, 4) memerlukan hadiah untuk memperkuat interaksi dengan guru, 5) sensitif terhadap perasaan dan pendapat sendiri, 6) lebih suka bekerjasama daripada bekerja sendiri, dan 7) lebih tertarik kepada organisasi materi yang telah disiapkan guru. Apabila ditelusuri karakteristik pembelajaran keterampilan komputer, kemudian dikaitkan dengan karakteristik strategi pembelajaran heuristik dan strategi pembelajaran algoritmik, dapat diduga bahwa mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan strategi pembelajaran heuristik akan memiliki keterampilan komputer yang lebih baik daripada mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan

5

Jurnal Pendidikan dan Pengajar-an IKIP Singaraja No.4 Th. XXXVI Oktober 2003 (Terakreditasi) strategi pembelajaran algoritmik. Selanjutnya, apabila mahasiswa dikelompokkan berdasarkan gaya kognitifnya, diduga akan terjadi interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya kognitif dalam pengaruhnya terhadap keterampilan komputer. Hipotesis di atas disusun dan diuji kebenarannya dalam penelitian ini dengan tujuan untuk menemukan strategi pembelajaran keterampilan komputer yang dapat menghasilkan keterampilan komputer dalam waktu yang relatif singkat, serta mampu memberikan kemampuan untuk membelajarkan diri pada bidang keterampilan komputer. 2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan grup faktorial 2X2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan komputer. Variabel bebas pertama sebagai perlakuan adalah strategi pembelajaran, yaitu strategi pembelajaran heuristik sebagai eksperimen dan strategi pembelajaran algoritmik sebagai kontrol. Variabel bebas kedua sebagai intervensi adalah gaya kognitif, yang dibedakan menjadi gaya kognitif field independent dan gaya kognitif field dependent. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa IKIP Negeri Singaraja yang memprogramkan mata kuliah paket aplikasi dalam kelompok mata kuliah kompetensi alternatif komputer pada semester ganjil tahun akademik 2001/2002. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Pada tahap pertama, dipilih secara random 4 kelas dari kerangka sampel. Kemudian, 4 kelas sampel tersebut dipilah secara random menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada tahap kedua, masing-masing kelompok dipilah menjadi dua, yaitu kelompok field independent dan kelompok field dependent. Sebanyak 20 mahasiswa field independent maupun field dependent, baik dari kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol diambil sebagai sampel. Data keterampilan komputer diperoleh dengan instrumen yang dikembangkan sendiri. Instrumen dikembangkan dalam bentuk tes kinerja (performance test), yang berupa lembar kerja pengolahan kata dan pengolahan angka yang harus dikerjakan oleh mahasiswa. Hasil kerja mahasiswa dieavaluasi berdasarkan pedoman penyekoran yang disusun sebelumnya. Data gaya kognitif diperoleh dengan instrumen Group Embedded Figure Test (GEFT), yang awalnya disusun oleh Witkin (1977). Agar uji hipotesis bisa dilakukan, terlebih dahulu harus dilakukan uji persyaratan uji hipotesis, meliputi uji normalitas dan uji homogenitas data. Uji normalitas data dilakukan dengan uji Lilliefors, sedangkan uji homogenitas data dilakukan dengan uji Bartlet. Apabila data berdistribusi normal dan varian tiap kelompok homogen maka dilakukan analisis data dengan menggunakan ANAVA

6

Jurnal Pendidikan dan Pengajar-an IKIP Singaraja No.4 Th. XXXVI Oktober 2003 (Terakreditasi) dua jalur. Apabila hasil uji menunjukkan adanya interaksi maka diteruskan dengan uji Tukey untuk melihat efek interaksi atau efek sederhana mana yang lebih unggul (Santosa Murwani, 1999). Apabila terjadi efek sederhana yang berlawanan, disimpulkan terjadi interaksi (Ferguson, 1982). 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian Hasil uji persyaratan hipotesis menunjukkan bahwa semua data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan data dari semua kelompok mempunyai varians populasi yang homogen, sehingga uji hipotesis dengan ANAVA dua jalur bisa dilakukan. Hasil perhitungan ANAVA dua jalur menunjukkan bahwa nilai F hitung = 11,19 yang ternyata lebih besar daripada nilai F tabel = 3,96 untuk taraf signifikansi 0,05 dan lebih besar pula daripada F tabel =6,96 untuk taraf signifikansi 0,01. Ini berarti bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara strategi pembelajaran heuristik dan strategi pembelajaran algoritmik terhadap keterampilan komputer. Kelompok mahasiwa yang mengikuti kuliah dengan strategi pembelajaran heuristik memiliki skor keterampilan komputer rata-rata sebesar 394,87, sedangkan kelompok mahasiwa yang mengikuti kuliah dengan strategi pembelajaran algoritmik memiliki skor keterampilan komputer rata-rata sebesar 338,18. Jadi, uji ANAVA menunjukkan bahwa keterampilan komputer mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan strategi pembelajaran heuristik lebih tinggi daripada keterampilan komputer mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan strategi pembelajaran algoritmik. Hasil perhitungan ANAVA dua jalur juga menunjukkan bahwa kelompok mahasiwa yang memiliki gaya kognitif field independent dan mengikuti perkuliahan dengan strategi pembelajaran heuristik memiliki skor keterampilan komputer rata-rata sebesar 464,27, sedangkan kelompok mahasiwa yang memiliki gaya kognitif field independent dan mengikuti perkuliahan dengan strategi pembelajaran algoritmik memiliki skor keterampilan komputer rata-rata sebesar 287,78. Rata-rata kuadrat dalam (RKD) juga pada perhitungan ANAVA besarnya 6894,281. Agar diketahui kelompok yang memiliki keterampilan komputer yang lebih tinggi, selanjutnya dilakukan uji Tukey dan diperoleh harga Q hitung sebesar 10,41, sedangkan harga Q tabel untuk taraf signifikansi 0,05 besarnya 2,83 dan harga Q tabel untuk taraf signifikansi 0,01 besarnya 3,76. Ternnyata nilai Q hitung lebih besar daripada Q tabel baik pada taraf signifikansi 0,05 maupun untuk taraf signifikansi 0,01, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bagi kelompok mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent, mahasiswa yang

7

Jurnal Pendidikan dan Pengajar-an IKIP Singaraja No.4 Th. XXXVI Oktober 2003 (Terakreditasi) mengikuti perkuliahan dengan strategi pembelajaran heuristik memiliki kemampuan memprogram komputer yang lebih tinggi daripada mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan strategi pembelajaran algoritmik. Lebih lanjut, hasil perhitungan ANAVA dua jalur menunjukkan bahwa kelompok mahasiwa yang memiliki gaya kognitif field dependent dan mengikuti perkuliahan dengan strategi pembelajaran heuristik memiliki skor keterampilan komputer rata-rata sebesar 325,48, sedangkan mahasiwa yang memiliki gaya kognitif field dependent dan mengikuti perkuliahan dengan strategi pembelajaran algoritmik memiliki skor keterampilan komputer rata-rata sebesar 388,58. Ratarata kuadrat dalam (RKD) yang juga pada perhitungan ANAVA besarnya 6894,281. Agar diketahui kelompok mana yang memiliki keterampilan komputer yang lebih tinggi, selanjutnya dilakukan uji Tukey dan diperoleh harga Q hitung sebesar 3,72, sedangkan harga Q tabel untuk taraf signifikansi 0,05 besarnya 2,83 dan Q tabel untuk taraf signifikansi 0,01 besarnya 3,76. Ternnyata harga Q hitung lebih besar daripada Q tabel baik pada taraf signifikansi 0,05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, bagi kelompok mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent, mahasiswa yang mengikuti kuliah dengan strategi pembelajaran algoritmik memiliki keterampilan komputer yang lebih tinggi daripada mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan strategi pembelajaran heuristik. Hasil uji hipotesis ketiga dan keempat mengindikasikan adanya interaksi antara strategi pembelajaran dengan gaya kognitif dalam pengaruhnya terhadap keterampilan komputer. Hasil perhitungan ANAVA mengukuhkan indikasi tersebut karena dari perhitungan ANAVA tampak nilai F hitung = 49,95 yang ternyata lebih besar daripada nilai F tabel = 3,96 untuk taraf signifikansi 0,05 dan lebih besar dari F tabel =6,96 untuk taraf signifikansi 0,01, sehingga Ho ditolak sedangkan H1 diterima. Jadi, terdapat interaksi yang sangat signifikan antara strategi pembelajaran dengan gaya kognitif dalam mepengaruhi keterampilan komputer.

3.2 Pembahasan Keterampilan komputer merupakan pekerjaan yang amat kompleks, yang melibatkan beberapa aspek kemampuan intelektual maupun kemampuan motorik. Perpaduan kedua kemampuan tersebut akan lebih cepat dikuasai apabila dilakukan dengan ujicoba langsung. Selama mencoba, mahasiswa perlahan-lahan mempelajari kemampuan pendukung lainnya, sehingga nantinya penguasaan keterampilan komputer menjadi mantap. Strategi pembelajaran heuristik bekerja mundur memberi peluang kepada mahasiswa untuk belajar sambil mencoba, dan secara perlahan-lahan memantapkan keterampilan-keterampilan lebih khusus yang diperlukan oleh keterampilan yang lebih besar. Oleh karena itu, wajar kalau mahasiswa yang mengikuti kuliah dengan strategi heuristik memiliki keterampilan

8

Jurnal Pendidikan dan Pengajar-an IKIP Singaraja No.4 Th. XXXVI Oktober 2003 (Terakreditasi) komputer yang lebih tinggi daripada keterampilan komputer mahasiswa yang mengikuti kuliah dengan strategi pembelajaran algoritmik. Strategi pembelajaran heuristik merupakan strategi pembelajaran dengan pengorganisasian materi yang tidak mengikuti urutan reguler dan juga tidak seragam tetapi mengikuti petunjuk praktis yang lepas-lepas. Kondisi saling lepas menekankan bahwa koleksi strategi, petunjuk praktis, bimbingan, atau saran yang digunakan dalam memecahkan masalah tidak tetap, baik banyaknya maupun urutannya. Pelaku memiliki kebebasan untuk menetapkan dari mana harus memulai proses dan kemudian menentukan proses apa yang mesti dilakukan berikutnya. Strategi heuristik adalah strategi yang terdiri dari serangkaian proses yang bisa dimodifikasi, tergantung pada kondisi tugas serta keinginan dan keterampilan pelaku. Karakteristik strategi pembelajaran heuristik memiliki kesesuaian dengan karakteristik individu field independent dalam belajar, yaitu cenderung untuk mengorganisasikan materi sendiri sesuai dengan kepentingannya dan juga cenderung untuk merumuskan sendiri tujuan pembelajaran. Kesesuaian antara karakteristik strategi pembelajaran heuristik dengan karakteristik individu field independent mendukung temuan bahwa, bagi mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent, mahasiswa yang mengikuti kuliah dengan strategi pembelajaran heuristik memiliki keterampilan komputer yang lebih tinggi daripada mahasiswa yang mengikuti kuliah dengan strategi pembelajaran algoritmik. Temuan ini sesuai dengan pernyataan Antonietti dan Gioletta (2000) bahwa dalam pemecahan masalah, individu field independent cenderung lebih mampu dengan menggunakan pendekatan analogi. Strategi pembelajaran algoritmik di lain pihak merupakan strategi pembelajaran yang mengikuti algoritma, yaitu langkah-langkah dengan tahapan yang sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semua langkah yang ada harus dilaksanakan, tidak ada langkah yang tertinggal, selain itu langkah-langkah yang ada mesti dilakukan dengan tahapan yang sistematik. Kegiatan dalam strategi pembelajaran algoritmik sesuai dengan karakteristik individu field dependent. Individu field dependent cenderung mengikuti tujuan pembelajaran apa adanya, sehingga mereka memerlukan tujuan pembelajaran yang tersusun dengan baik. Selain itu, struktur materi pembelajaran cenderung diikuti sesuai yang disajikan. Akibatnya, materi pembelajaran yang terstruktur dengan baik dan sistematis sangat menguntungkan individu field dependent. Sebaliknya, mereka kesulitan bila materi pembelajaran belum terstruktur dengan baik dan sistematis karena harus mengorganisasikannya sendiri. Berpijak pada kesamaan kegiatan dalam strategi pembelajaran algoritmik dengan karakteristik individu field dependent, maka wajar apabila hasil analisis statistik menemukan bahwa, bagi mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent, mahasiswa yang mengikuti kuliah dengan strategi pembelajaran

9

Jurnal Pendidikan dan Pengajar-an IKIP Singaraja No.4 Th. XXXVI Oktober 2003 (Terakreditasi) algoritmik memiliki keterampilan komputer yang lebih tinggi daripada mahasiswa yang mengikuti kuliah dengan strategi pembelajaran heuristik. Temuan ini sesuai dengan penegasan Brame dan Wickens (2000) bahwa individu field dependent bekerja lebih baik pada proses yang bersifat serial, yaitu satu unit kegiatan bisa dikerjakan bila unit kegiatan sebelumnya sudah selesai dikerjakan. Proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran algoritmik berlangsung secara serial, yaitu satu kegiatan pembelajaran dilakukan bila kegiatan pembelajaran sebelumnya sudah tuntas. 4. Penutup Strategi pembelajaran heuristik dapat meningkatkan keterampilan komputer. Agar didapatkan keterampilan komputer yang lebih optimal, gaya kognitif mahasiswa harus dipertimbangkan. Bagi kelompok mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent, strategi pembelajaran heuristik menghasilkan keterampilan komputer yang lebih tinggi, sedangkan bagi kelompok mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent strategi pembelajaran algoritmik masih relevan untuk dipertahankan karena menghasilkan keterampilan komputer yang lebih tinggi. Berdasakan kesimpulan di atas, diperlukan upaya penerapan strategi pembelajaran heuristik dalam pembelajaran keterampilan komputer, khususnya bagi pemula. Selain itu, perlu diupayakan pula pemilahan mahasiswa peserta kuliah berdasarkan gaya kognitif, khususnya klasifikasi field independent dan field dependent. Selanjutnya, strategi pembelajaran untuk kedua kelompok tersebut perlu dibedakan agar diperoleh keterampilan komputer yang lebih optimal. Strategi pembelajaran heuristik diberlakukan kepada kelompok field independent, sementara itu untuk kelompok field dependent diberlakukan strategi pembelajaran algoritmik.

DAFTAR PUSTAKA Aiken, Lewis R., Psychological Testing and Assessment. Boston: Allyn and Bacon, 1997 Amstrong, Thomas, Multiple Intelligences in the Classroom. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development, 1994 Anastasi, Anne and Susana Urbina, Psychological Testing. Upper Saddle River: Prentice Hall, Inc., 1997 Antonietti, A. and M.A. Gioletta, “Individual Differences in Analogical Problem Solving”, dikutip langsung oleh Yuliang Liu and Dean Ginther, “Cognitive Styles and Distance Education,” http://www.westga.edu /~distance /liu23. html

10

Jurnal Pendidikan dan Pengajar-an IKIP Singaraja No.4 Th. XXXVI Oktober 2003 (Terakreditasi) Banathy, Bela H. , “Syatem Inquiry and Its Aplication in Education,” Handbook of Research for Educational Communications and Technolog, ed. David H. Jonassen, New York: Simon & Schuster Macmillan, 1996 Borich, Gary D. and Martin L. Tombari, Educational Psychology : A Contemporary Approach , New York: Harper Collins College Publishers, 1995 Brame, R. and C.D. Wickens, “Time-sharing Revisited: Test of a Componential Model for Assesment of Individual Differences,” dikutip langsung oleh Yuliang Liu dan Dean Ginther, “Cognitive Styles and Distance Education,” http://www. westga edu/ ~distance/liu23.html Dansereau, Donald F., “Learning Strategy Research,” Thinking and Learning Skills, ed. Judith W. Segal, Susan F. Chipman and Robert Glasser, Hillsdale: Lawrence Erlbaum Associates Publishers, 1985 Ferguson, George A., Statistical Analysis in Psychology and Education, Auckland: McGraw-Hill Book Company, 1982 Gabringer, R.Scott, David Jonassen and Brent G. Wilson, “The Use of Expert System”, Handbook of Human Performance Problems in Organization, San Francisco: Joseey-Bass Publishers, 1992 Goldstein, Kenneth M. and Sheldon Blackman, Cognitive Style: Five Approachs and Relevant Research. New York: John Wiley & Sons, 1978 Hsiao, Yu-ping, “The Effects of Cognitive Styles and Learning Strategies in Hypermedia Environ-ment: A Review of Literature” http:/ /www.edb.utexas.edu/mmresearch/Students99/Hsiao/ Style.html Keefe, James W., Learning Style: Theory & Practice. Reston: National Association of Secondary School Pricipals, 1987 Landa, Lev.N., “The Algo-Heuristic Theory Of Instruction,” ed. Charles M. Reigeluth, Instructional-Design Theories and Models: An Overview of their Current Status. Hillsdale: Lawrence Erlbaum Associates Publishers, 1983 Lefrancois, Guy R., Theories of Human Learning. Kro: Kro’s Report, 1995 Pintrich, Paul R., “Implications of Psychological Research on Student Learning and College Teaching for Teacher Education,” Handbook of Research on Teacher Education, ed. W. Robert Houston, Martin Haberman and John Sikula, New York: Macmillan Publishing Company, 1990 Romiszowski, A.J., Producing Instructional Systems. London: Kogan Page, 1984 Santosa Murwani, Statistika Terapan (Teknik Analisis Data),, Jakarta: Program Pascasarjana UNJ, 1999 Vaughan, Graham and Michael Hogg, Introduction to Social Psychology. Sydney: Prentice Hall, 1995

11

Jurnal Pendidikan dan Pengajar-an IKIP Singaraja No.4 Th. XXXVI Oktober 2003 (Terakreditasi) Wilson, Brent G. and Peggy Cole, “Cognitive Teaching Models,” Handbook of Research for Educational Communications and Technology, ed. David H. Jonassen, New York: Simon & Schuster Macmillan, 1996 Witkin, H.A., et.al., “A.Field-Dependent and Field-Independent Cognitive Style and Their Educational Implications,” Review of Educational Research, Vol. 47, 1977

12