FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ANAK KOS ...

75 downloads 871 Views 713KB Size Report
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011 ... faktor- faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku anak kos dalam mengambil  ...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ANAK KOS DALAM PEMILIHAN RUMAH PEMONDOKAN DI KOTA SINGARAJA Oleh Ni Nyoman Resmi1 dan Ni Ketut Adi Mekarsari2 Abstrak: Pesatnya kemajuan Kota Singaraja khususnya di sektor pendidikan disebabkan oleh adanya kebijakan dari pemerintah untuk pemerataan pembangunan di Bali, khususnya Bali Utara. Beragamnya institusi pendidikan tinggi yang ada memberikan pengaruh yang paling utama bagi perkembangan Kota Singaraja. Kehadiran mahasiswa baru (lama) ternyata melibatkan stakeholders yang lain. Banyak muncul peluang-peluang usaha misalnya, jasa loundry, rumah makan, warnet, fotokofi, salon, catering, pebisnis properti, kos-kosan atau pemondokan dan lainnya. Di antara peluang bisnis yang ada, bisnis kos-kosan salah satunya yang sedang menjamur di kota Singaraja. Banyak para pebisnis yang membangun rumah untuk jasa layanan pemondokan bagi mahasiswa. Atas dasar itu diadakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi serta faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku anak kos dalam mengambil keputusan memilih rumah pemondokan di kota Singaraja. Penelitian ini dilaksanakan pada beberapa rumah kos yang ada di kota Singaraja dengan mengedarkan kuesioner menggunakan 36 indikator yang disebarkan pada 180 responden secara accidental. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis faktor melalui bantuan Program SPSS versi 16. Hasil penelitian menyatakan dari 36 indikator ternyata 3 indikator memiliki nilai anti-image correlation kurang dari 0,5, sehingga dinyatakan gugur dalam analisis ini, sedangkan 33 indikator dapat di analisis lebih lanjut. Hasil uji lebih lanjut menunjukkan 1) 33 indikator membentuk 10 faktor, yaitu faktor perhatian, faktor fasilitas, faktor harga, faktor promosi, faktor lokasi, faktor sistem pembayaran, faktor tidak ada tuan rumah, faktor produk, faktor perorangan, faktor rumah tidak bertingkat dengan total nilai varian 65,761%, dan 2) Faktor perhatian memiliki nilai varian tertinggi dan dominan yaitu 15,383%. 1 2

Ni Nyoman Resmi adalah staf edukatif pada Fakultas Ekonomi (FE) Unipas Singaraja. Ni Ketut Adi Mekarsari adalah staf edukatif pada Fakultas Ekonomi (FE) Unipas Singaraja.

79 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011

Kata kunci : Perilaku anak kos, dan peluang bisnis. I. PENDAHULUAN Perhatian pemerintah yang makin baik terhadap dunia pendidikan mampu mengubah paradigma masyarakat berkenaan dengan pendidikan tersebut. Perubahan paradigma tersebut ditandai dengan makin tingginya jumlah mahasiswa yang menempuh pendidikan pada institusi pendidikan, seperti kota Singaraja. Kota Singaraja merupakan kota kedua di Bali (setelah Kotamadya Denpasar) yang mengalami kemajuan pesat di berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi, pendidikan, stabilitas keamanan, pembangunan fisik, dan psikis. Dalam aspek perekonomian, masyarakat memiliki mobilitas yang tinggi dalam dunia jual-beli. Sementara itu, aspek stabilitas keamanan pun demikian. Kapolres Buleleng bersama jajarannya di Polres Buleleng memiliki antusias yang tinggi dalam upaya memelihara keamanan di Kota Singaraja. Institusi tersebut melakukan razia kendaraan. Razia KTP dilaksanakan oleh Satpol PP untuk menghindari penduduk ”liar” serta melakukan razia di hotelhotel. Petugas desa pekraman berkoordinasi dengan kepala desa/lurah, dengan aparatnya untuk ketertiban penduduk dan keamanan melakukan razia di rumah kos. Pesatnya kemajuan Kota Singaraja khususnya di sektor pendidikan disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah untuk pemerataan pembangunan di Bali, khususnya Bali Utara. Kota Singaraja dicanangkan sebagai kota pendidikan. Hal tersebut berdampak dengan makin meningkatnya jumlah institusi pendidikan di kota tersebut. Beberapa institusi pendidikan yang dimaksud, antara lain Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Universitas Panji Sakti (Unipas), Akademi Kebidanan Singaraja, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Majapahit-Singaraja, STKIP-Agama Hindu, STIE Satya Dharma, Sun Languange Course (SLC) Singaraja, Perguruan Tinggi Swasta Mapindo, Sekolah untuk bekerja di Kapal Pesiar, dan lain-lain. Beragamnya institusi pendidikan di Kota Singaraja memberikan pengaruh yang paling utama bagi perkembangan Kota Singaraja. Berkenaan dengan eksitensi universitas atau sekolah tinggi di kota tersebut, banyak masyarakat yang menempuh pendidikan dalam upaya meningkatkan sumber daya mereka. Universitas Pendidikan Ganesha misalnya, yang sebelumnya berstatus IKIP Negeri Singaraja, yang memiliki berbagai jurusan dan program studi dari masing-masing fakultasnya setiap tahun mampu menarik para mahasiswa sebanyak lebih dari dua ribu mahasiswa baru. Begitu pula, institusi pendidikan swasta lainnya. Institusi tersebut juga tidak kalah dengan Undiksha yang juga mampu menarik masyarakat untuk mengenyam pendidikan di sana. 80 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011

Banyaknya kehadiran mahasiswa baru (lama) di Kota Singaraja ternyata melibatkan stakeholders yang lain. Banyak muncul peluang usaha, misalnya jasa loundry, rumah makan, warnet, fotokofi, salon, catering, pebisnis properti kos-kosan atau pemondokan dan lainnya. Di antara peluang bisnis yang ada, bisnis kos-kosan salah satunya yang sedang menjamur di kota Singaraja. Banyak para pebisnis yang membangun rumah untuk jasa layanan pemondokan bagi mahasiswa. Area di sekitar kampus yang beradius kurang dari satu kilometer, seperti di Jalan Bisma, Kutilang, Krisna, Tegalsari, Pahlawan, Ahmad Yani, Nusa Indah, Dewi Sartika Selatan dan Utara, Udayana merupakan daerah-daerah yang menyediakan layanan jasa pemondokan bagi mahasiswa yang tinggi. Masyarakat berlomba-lomba membangun pemondokan yang menyediakan fasilitas yang layak bagi huni, baik standar maupun mewah. Meningkatnya permintaan akan jasa penyediaan pemondokan di satu pihak, dengan penawaran di lain pihak yang tidak sebanding mengakibatkan, sewa kamar di sekitar kampus Undiksha yang beradius kurang dari satu kilo meter harganya melonjak tinggi. Hingga akhirnya para mahasiswa baru/lama mencari jasa pemondokan yang berjarak lebih dari satu kilometer dengan harapan harganya bisa lebih murah. Seperti di desa Babakan, Baktiseraga, BTN Panji Asri, Banyuning, Sukasada dan sekitarnya. Hal ini mengundang banyak pebisnis yang membangun kos-kosan di daerah ini. Dari latar belakang di atas ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan yakni: 1) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan memilih rumah kos di kota Singaraja? 2) faktor-faktor apakah yang paling dominan mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan memilih rumah kos di kota Singaraja? Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) faktor-faktor yang mempengaruhi anak kos dalam mengambil keputusan memilih rumah pemondokan di kota Singaraja, dan 2) faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku anak kos dalam pengambilan keputusan memilih rumah pemondokan di kota Singaraja II. METODoLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini definisi operasional variabel yang dimaksud adalah: a. Produk adalah rumah yang ditawarkan oleh pemilik rumah kos di Singaraja yang diukur dari tersedianya berbagai ukuran kamar, kamar mandi dalam, kamar mandi luar, tidak ada tuan rumah, ada tuan rumah, rumah yang bertingkat, dan rumah yang tidak bertingkat.

81 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011

b. Harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan oleh anak kos sebagai tempat

tinggal dalam periode tertentu. Yang diukur dari harga yang ditawarkan terjangkau, dapat bersaing, sewa bulanan, sewa tahunan, diskon, dan adanya toleransi dalam pembayaran c. Lokasi adalah tempat di mana rumah kos berada di kota Singaraja. Yang diukur dari letak rumah kos yang strategis, mudah dijangkau, dan sentra kos. d. Perorangan, adalah keadaan internal seseorang yang mempengaruhi konsumen dalam memilih rumah kos sebagai tempat tinggal yang diukur dari gaya hidup dan tingkat ekonomi dari anak kos. e. Perhatian adalah perilaku atau sikap dari pemilik rumah terhadap anak kos yang diukur dari ramah dalam menanyakan dan memberikan informasi serta cepat di dalam penanganan keluhan-keluhan yang dihadapi anak kos. f. Kualitas yang diukur dari mutu konstruksi dan bahan bangunan serta fasilitas-fasilitas yang tersedia di kamar. g. Lingkungan adalah faktor-faktor yang ada baik di dalam maupun di luar rumah kos yang diukur dari keamanan, kenyamanan (taman dan tempat istirahat), sarana fotokofi, rumah makan, dan internet. h. Fasilitas adalah faktor-faktor yang tersedia baik di dalam maupun di luar rumah kos. Di dalam kamar kos seperti almari, tempat tidur, dan meja, kursi. Di Ruang tamu seperti TV dan kursi tamu. Di Luar kamar seperti tempat parkir, tempat jemur, dapur, dan tempat cuci . i. Promosi adalah informasi yang diterima oleh anak kos tentang keberadaan rumah kos yang diukur dari informasi melalui radio, brosur, observasi, referensi teman dan keluarga, serta biro jasa. Populasi target dalam penelitian adalah mahasiswa lama atau baru yang menempati rumah kos di sekitar wilayah kota Singaraja. Menurut Supranto (1997), untuk meperoleh hasil yang lebih baik dari suatu analisis faktor, jumlah responden yang diambil untuk menjawab kuesioner adalah sebanyak 5 x item pertanyaan, sehingga jumlah responden 5 x 36 adalah 180 responden. Untuk pengambilan masingmasing responden digunakan teknik analisis accidental sampling. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, ditempuh langkah-langkah sebagai berikut. 1) Menyebarkan kuesioner yang dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan secara langsung kepada anak kos yang kebetulan berada di rumah kos, dengan harapan mereka menjawab atau mengisi daftar pertanyaannya sehingga hasil dari kuesioner dapat diolah. Untuk memperoleh data yang mendekati skala interval, maka teknik kuesioner yang digunakan adalah skala rating. Menurut (Riduwan, 2000), skala rating adalah data mentah yang didapat berupa angka kemu82 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011

dian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Pembuatan dan penyusunan instrumen dengan skala rating yang penting harus dapat mengartikan atau menafsirkan setiap skor yang diberikan dalam alternatif jawaban pada setiap item instrumen. Skor 1 berarti sangat tidak setuju (STS), Skor 2 berarti tidak setuju (TS), Skor 3 berarti cukup setuju (CS), Skor 4 berarti setuju (S), Skor 5 berarti sangat setuju (SS), 2) Wawancara, adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab langsung dengan pihak yang dijadikan narasumber, dalam hal ini anak kos dan pemilik rumah kos di Singaraja, dan 3) Observasi, adalah mengadakan pengamatan ke objek penelitian yaitu terhadap beberapa anak kos, pemilik kos, dan rumah kos. Pada penelitian ini teknik analisis yang digunakan adalah analisis faktor. Sebelum dilakukan analisis faktor akan dilakukan pengujian validitas dan pengujian reliabilitas. Setelah data valid maka selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Pengujian reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui keterandala suatu instrumen, bila pengukuran dengan instrumen tersebut dilakukan berulang-ulang. Santoso dan Tjiptono (2001) menyatakan cara pengujian reliabilitas adalah dengan mencari nilai αcronbach ( dengan menggunakan sofware SPSS versi 16 for windows ), di mana nilai α berkisar antara 0 sampai 1, makin besar nilai yang diperoleh, maka makin besar reliabilitas variabel tersebut. Menurut Santoso dan Tjiptono (2001), proses analisis faktor yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Memilih variabel-variabel yang dianggap layak untuk dimasukkan dalam analisis selanjutnya, dengan mengenakan sejumlah pengujian pada semua variabel, dan mengeluarkan variabel yang terbukti tidak layak. Dalam hal ini menggunakan metode KMO dan Barlett test of sphericity, pengukuran MSA ( Measure of Sampling adequacy ) serta pegujian dengan Anti Image Matrices. 2. Proses Factoring yaitu melakukan ekstrasi terhadap sekumpulan Variabel yang ada sehingga terbentuk satu atau lebih faktor. Metode yang dilakukan untuk melakukan proses ekstrasi adalah Principal Component Analysis. Proses selanjutnya adalah melakukan proses rotasi untuk memperjelas apakah faktor yang terbentuk sudah secara signifikan berbeda dengan faktor yang lain. 3. Menamakan masing-masing faktor yang telah terbentuk, dimulai dari faktor yang memiliki nilai eigenvalue yang terbesar hingga yang terkecil (nilai eigenvalue di atas 1 ). 4. Uji keakuratan model.

83 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Instrumen-Instrumen Penelitian Berdasarkan hasil análisis data menunjukkan hasil Alfa-Cronbach sebesar 0,838. Menurut Malhotra (1996), jika menggunakan analisis faktor apabila reliabilitas instrumen menunjukkan Alfa-Cronbach di atas 0,6, maka instrumen dikatakan valid dan reliabel , sehingga dengan demikian seluruh instrumen tersebut dapat digunakan pada analisis berikutnya. 3.2 Hasil Analisis Dan Pembahasan 1. Correlation Matrix Berdasarkan uji korelasi diperoleh bahwa dari 36 indikator ada 3 indikator yang memiliki nilai Anti Image Correlation lebih kecil dari 0,5 yaitu X5 (Rumah kos yang ada tuan rumah), X6 (Rumah kos yang bertingkat), X9 (Harga yang ditawarkan bersaing) sedangkan 33 indikator memiliki nilai Anti Image Correlation lebih besar dari 0,5 didukung oleh uji berletts tes of sphericity dan Kaiser meyer olkin (KMO) nilainya sebesar 0,819 sehingga layak untuk dilakukan analisis selanjutnya. 2. Analisis Faktor Setelah terseleksi 33 variabel, maka selanjutnya melakukan analisis faktor dengan langkah-langkah sebagai berikut. 2.1 Communalities Berdasarkan output dapat diketahui bahwa initial bernilai 1, hal ini berarti bahwa sebelum dilakukan ekstraksi, variabel tersebut 100% membentuk faktor, karena faktor sebelum dilakukan ektraksi adalah sama dengan variabel, dengan demikian, masih terdapat 33 variabel. Nilai extraction menggambarkan besarnya persentase varian suatu variabel yang dapat dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk. Untuk variabel X21 memiliki nilai extraction sebesar 0,793. Hal ini berarti bahwa 79,3% varian yakni pelayanan tuan rumah yang ramah dapat membentuk variabel Perhatian. Makin besar nilai communalities menunjukan makin kuat hubungan dengan faktor yang nantinya akan terbentuk. 2.2 Total Variance Explained Tabel total variance explained digunakan untuk mengetahui banyaknya faktor yang terbentuk. Faktor yang terbentuk harus mewakili nilai eigenvalues ≥ 1, berdasarkan hasil analisis diperoleh output sebagai berikut.

84 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011

Tabel 1: Total Variance Explained Extraction Sums of Squared Loadings and initial eigenvalue Total

% of Variance

Rotation Sums of Squared Loadings Cumulative %

Total

% of Variance

Cumulative %

7.909

23.965

23.965

5.077

15.383

15.383

2.229

6.756

30.721

2.940

8.910

24.293

1.955

5.924

36.645

2.434

7.376

31.669

1.802

5.460

42.105

2.182

6.612

38.281

1.704

5.163

47.268

1.888

5.720

44.001

1.516

4.593

51.861

1.683

5.100

49.102

1.283

3.887

55.748

1.624

4.921

54.023

1.202

3.642

59.390

1.323

4.010

58.032

1.065

3.227

62.617

1.307

3.961

61.993

1.037

3.144

65.761

1.243

3.768

65.761

Extraction Method: Principal Component Analysis

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah faktor yang terbentuk adalah 10 faktor. Kesepuluh faktor tersebut memiliki nilai eigenvalue lebih besar dari satu. Masing-masing nilai eigenvalue komponen pertama sebesar 7,909, Komponen kedua sebesar 2,229, komponen ketiga sebesar 1,995, komponen keempat sebesar 1,802, komponen kelima 1,704, komponen keenam sebesar 1,516, komponen ketujuh sebesar 1,283, komponen kedelapan sebesar 1,202, komponen kesembilan sebesar 1,065, komponen kesepuluh sebesar 1,037 dengan persentase kumulatif sebesar 65,761%, dengan demikian 65,761% dari seluruh variabel yang ada dapat dijelaskan dari sepuluh faktor tersebut, sedangkan faktor yang memiliki persentase nilai variance tertinggi adalah faktor perhatian sebesar 15,383%, ini berarti bahwa faktor perhatian mendominasi perilaku anak kos dalam pemilihan rumah pemondokan di kota Singaraja. 2.3. Rotated Component Matrix Rotated component matrix menunjukan distribusi variabel-variabel yang telah diekstrak ke dalam faktor yang telah terbentuk berdasarkan factor loadings-nya setelah dilakukan proses rotasi. Nilai faktor loadings-nya dimungkinkan berubah setelah mengalami rotasi. Variabel yang memiliki factor loadings < 0,4 dianggap memiliki konstribusi yang lemah terhadap faktor yang terbentuk sehingga harus direduksi dari faktor yang dibentuknya. Dengan demikian faktor yang terbentuk adalah sebagai berikut.

85 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011

Tabel 2: Ringkasan Hasil Analisis Faktor Nama Faktor

Factor Loading

Eigenvalue

X21 X26 X23 X20 X22

0,828 0,799 0,782 0,720 0,717

7,909

X27 X25 X8 X28

0,602 0,582 0,521 0,509

X24

0,477

X30

0,798

X29 X31

0,795 0,699

Harga

X12

Promosi

X1 X14 X2 X13 X32 X33 X36 X16 X15

Perhatian

Indikator

Vriance Comulative Explaned Total (%) Variance (%) 15,383 15,383

2,229

8,910

24,293

0,739

1,955

7,376

31,669

0,664 0,601 0,559 0,431 0,784 0,693 0,678 0,807 0,723

1,802

6,612

38,281

1,704

5,720

44,001

Fasilitas

Lokasi

86 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011

Sistem Pembayaran

Produk Tidak ada tuan rumah Perorangan Rumah Tidak bertingkat

X17 X11

0,623 0,803

X10 X35 X3 X18 X4

0,631 0,444 0,726 0,616 0,743

X34 X19 X7

0,680 0,790 0,822

1,516

5,100

49,102

1,283

4,921

54,023

1,202

4,010

58,032

1,065 1,037

3,961 3,768

61,993 65,761

87 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011

j. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa faktor perhatian memiliki nilai varian terbesar, yaitu 15,383% yang terdiri dari Pelayanan tuan rumah yang ramah (X21), Jaminan Keamanan yang ada di rumah kos (X26), Penanganan keluhan yang cepat (X23), Pelayanan tuan rumah yang cepat (X20), Pemberian informasi yang akurat tentang situasi lingkungan (X22), Kenyamanan di sekitar rumah kos (X27), Kualitas fasilitas yang tersedia dalam kamar (X25), Harga kamar yang ditawarkan terjangkau (X8), Tersedianya fasilitas pendukung untuk pendidikan dan pribadi (fotokofi, rumah makan, dan internet) ( X28), kualitas konstruksi dan bahan bangunan dari rumah kos (X 24). Sebagai pengelola rumah kos perlu perhatian khusus atau sikap ramah dari pemilik rumah terhadap anak kos, menanyakan dan memberikan informasi serta cepat di dalam penanganan keluhan-keluhan yang dihadapi anak kos. 2.4. Reproduced Correlation Matrix Output ini digunakan untuk uji ketepatan model dari faktor-faktor yang terbentuk. Berdasarkan output reproduced correlatiuon matrix, diperoleh informasi bahwa terdapat 152 atau 28% residual di atas garis diagonal yang berubah. Dikatakan berubah apabila selisih nilai koefisien korelasi dari matriks korelasi asal dengan koefisien korelasi dari matriks korelasi memiliki selisih mutlak tidak lebih dari 0,05. Yang dimaksud dengan matriks korelasi baru adalah matriks koefisien korelasi yang telah dibatasi hanya menjadi 2 faktor yang terbentuk saja. Dengan demikian, model yang terbentuk dari analisis faktor dinyatakan baik karena berubah 28% atau kurang dari 50%. IV. SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik suatu simpulan sebagai berikut. 1. Dari 33 indikator, terbentuk 10 faktor yaitu faktor perhatian, faktor fasilitas, faktor harga, faktor promosi, faktor lokasi, faktor sistem pembayaran, faktor tidak ada tuan rumah, faktor produk, faktor perorangan, dan faktor rumah tidak bertingkat. 2. Faktor yang paling dominan adalah faktor perhatian memiliki nilai varian terbesar, yaitu 15,383% . 4.2 Saran Dari hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka saran yang dapat diajukan kepada pemilik rumah kos di Singaraja adalah sebagai berikut.

88 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011

1) Perhatian terhadap faktor-faktor yang menentukan anak kos untuk membuat keputusan memilih rumah pemondokan di kota Singaraja perlu ditingkatkan, sehingga dapat memuaskan hati anak kos. 2) Faktor harga dan sistem pembayaran, dengan adanya discount apabila pembayaran sekaligus 2 tahun, atau apabila anak kos diberikan toleransi penundaan pembayaran karena alasan tertentu, sehingga anak kos merasa diperhatikan. 3) Faktor promosi, sebaiknya juga dilakukan oleh pemilik rumah pemondokan, terutama bagi anak kos yang baru masuk ke wilayah yang dituju, apalagi persaingan di dalam usaha rumah pemondokan ini sangat tinggi, sehingga jangan sampai ada rumah atau kamar yang kosong pada setiap tahunnya. 4) Faktor produk seperti letak kamar mandi perlu juga mendapat perhatian dari pemilik rumah pemondokan, sekarang kecenderungannya hampir sebagian besar pemilik rumah hanya menyediakan kamar dengan kamar mandi di dalam, sebaiknya sediakan kamar mandi luar, karena ada juga anak kos yang memiliki dana sedikit sehingga mencari rumah dengan kamar mandi di luar. 5) Faktor lokasi, lokasi rumah pemondokan juga menentukan dikenal dan tidaknya rumah pemondokan, rumah pemondokan yang kurang strategis, jauh dari tempat tujuan anak kos, sebaiknya kompensasi dengan faktor-faktor lain seperti misalnya pelayanan yang ramah, cara pembayaran dipermudah, rumah yang nyaman sehingga rumah yang lokasinya kurang strategis tetap diminati oleh anak kos. 6) Faktor tidak ada tuan rumah, umumnya faktor ini yang diminati oleh anak kos karena kesannya tidak banyak diatur, mereka merasa bebas, oleh sebab itu bagi pemilik rumah pemondokan yang tinggal langsung dengan anak kos sebaiknya berikan mereka pengertian dan tata tertib di awal mereka menempati rumah pemondokan, jangan mereka terlalu dikekang, sehingga mereka merasa tidak nyaman. 7) Faktor perorangan, seperti profesi tuan rumah atau yang memiliki rumah pemondokan juga memegang peranan penting, terutama anak kos yang statusnya mahasiswa yang baru pertama pisah dengan orang tua. Orang tua mereka merasa nyaman anaknya kos karena latar belakang tuan rumah. Misalnya tuan rumah atau pemilik rumah seorang dosen, dokter, dan lain-lain yang memiliki kredibilitas yang dapat dipercaya. 8) Faktor rumah yang tidak bertingkat, anak-anak kos lebih nyaman tinggal di rumah yang tidak bertingkat, tidak panas, tidak berdesak-desakan apalagi

89 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011

kalau rumah pemondokan ada halamannya, ada kebunnya, sehingga rumah kelihatan lebih asri. Daftar Pustaka Indriyo Gitasudarmo. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi I. Cetakan ke-6. Yogyakarta: PT BPFE. J. Paul Pete. 1999. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Edisi keempat. Jilid I. Jakarta: Erlangga. Kotler, Philip. 2002. Perilaku Konsumen dan Startegi Pemasaran. Edisi Keempat. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Kolter, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi Pengenalian . Edisi Ketujuh. Jakarta: LPFE UI. Kolter, Philip, Armstrong Gary. 2001. Dasar-dasar Pemasaran. Jilid I. Jakarata : PT. Ikrar Mandiri abadi. Kotler Philip. 1997. Marketing. Jakarta: Erlangga Singgih Santoso dan Fendy Tjiptono. 2001. Riset Pemasaran. Jakrata : PT. ELEX Media komputindo, Kelompok Gramedia. Sofyan Assausi. 2002. Manajemen Pemasaran Dasar, konsep strategi. Cetakan ketujuh. Jakarata: PT Raja Grafindo Persada. Swasta Basu. 2002. Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern). Edisi Pertama. Cetakan Kesepuluh. Jogjakarta: Liberty Offseti. Swasta Basu. 1999. Asas-asas marketing. Yogyakarta: Liberty. Swasta Basu dan T. Hani Handoko. 1996. Manajemen Analisis Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Liberty. Sugiyono. 2001. Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. Supranto. J. 1997. Pengukuran Tingkat Kepuasan Konsumen Untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Riduwan. 2000. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: CV Alfabeto.

90 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011