19 Sep 2013 ... berikut: butiran ragi tape digerus hingga halus, dicampur dengan air kelapa ...
Campuran ragi tape dan air kelapa dibiarkan selama dua hari, ...
1 Makalah disampaikan Pada Seminar Nasional Bogor, 18-19 September 2013
FERMENTASI JERAMI UNTUK PAKAN DASAR SAPI BALI UNTUK MENGURANGI PEMBAKARAN DAN MENURUNKAN POLUSI UDARA Adji Santoso Dradjat#, Uhud Abdullah*, Rina Andriati+. Lab. Reproduksi ternak#, Nutrisi dan makanan ternak* dan Ternak potong+ Fakultas Peternakan, Universitas Mataram. Jl Majapahit Mataram 83125 telp 0370 633603, fax 0370 640592.
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah memanfaatkan jerami padi untuk pakan sapi, sehingga jerami tidak dibakar dan mengurangi polusi udara. Lima ekor sapi betina dewasa digunakan dalam penelitian ini. Fermentasi jerami dilakukan sebagai berikut: butiran ragi tape digerus hingga halus, dicampur dengan air kelapa dengan perbandingan satu butir ragi tape untuk 2 liter air kelapa. Campuran ragi tape dan air kelapa dibiarkan selama dua hari, kemudian disemprotkan ke jerami padi, satu liter untuk 10 kg jerami. Penelitian pertama, jerami padi yang telah difermentasi dibiarkan selama 0, 7, 14, 21 dan 28 hari dan kandungan nutrisi di evaluasi dengan analisa proksimat. Hasil analisa menunjukkan bahwa kandungan nutrisi jerami fermentasi dengan bahan kering, serat kasar, protein kasar dan bahan organic, sebesar 70,45 hingga 78,14%, 28.25 hingga 32.30%, 5.20 hingga 7.09%, 76.09 hingga 76.88% berturut-turut. Analisa statistik menunjukkan tidak ada perbedaan kandungan nutrisi jerami fermentasi dengan lama waktu penyimpanan. Penelitian kedua, sapi betina diberi makan jerami fermentasi dan sapi ditimbang setiap minggu selama tiga minggu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sapi betina dewasa, yang diberi jerami fermentasi, berat badannya meningkat 4,17 kg/minggu atau 0,59 kg/hari. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa fermentasi jerami padi dengan ragi tape tidak meningkatkan kandungan nutrisi, tetapi dapat meningkatkan palatabilitas jerami. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan jumlah sapi yang dipelihara, menstimulasi industri peternakan dan menghasilkan dampak jerami tidak dibakar dan mengurangi pencemaran udara. Kata kunci: Jerami, fermentasi, sapi, pakan, pembakaran, polusi.
PENGANTAR Telah menjadi kebiasaan di Indonesia dan khususnya di NTB, petani membakar jerami padi setelah panen, dengan maksud menyingkirkan jerami segera dengan cara yang paling mudah dan cepat agar dapat segera menanam padi kembali(1). Menurut NTB dalam angka 2011, Propinsi NTB mempunyai sawah seluas 374.284 ha, perkiraan produksi jerami kering berkisar antara 4-5 ton/ ha (6) maka NTB dapat memproduksi 1.497.136 – 1.861.420 ton jerami kering sekali panen. Sementara panen padi bervariasi dari satu kali hingga tiga kali setahun, tergantung pola pengairan. Pembakaran jerami padi yang sangat banyak, menghasilkan asap yang banyak dan menyebabkan polusi udara, asap akibat pembakaran yang melapisi atmosfir bumi berkontribusi pada pemanasan global (2,3,4,5). Dalam pengembangan industri peternakan sapi di Indonesia, terdapat kendala yaitu keterbatasan penggunaan sumber serat kasar sebagai pakan sapi(1) dan peternak hanya mengandalkan rumput dengan cara menjabit, dengan demikian kemampuan peternak untuk memelihara sapi hanya dua ekor. Populasi sapi di Indonesia tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi utnuk 230 juta penduduk, oleh karena itu Indonesia import sapi setiap tahun lebih dari 500 ribu ekor (14,15). Langkah antisipasi kebutuhan daging sapi yang terus meningkat, Gubernur NTB telah mendeklarasikan program Bumi Sejuta Sapi (BSS), dimana Propinsi NTB sebagai sumber daging dan sumber bibit nasional, namun pertumbuhan populasi sapi sangat lambat. Peternak sapi di NTB adalah peternakan rakyat (back yard farming), dilakukan secara tradisional, dengan menjabit rumput (cut and carry), sebagai sambilan, sebagai tabungan dan kemampuan memelihara rata rata hanya dua ekor(1). Apabila peternak membutuhkan uang maka sapi yang besar yang dijual, sehingga semakin lama sapi yang dipelihara peternak semakin kecil. Kapasitas pemeliharaan sapi oleh petani dengan cara menyabit ini sangat kecil, dan dinilai tidak efisien karena biaya tenaga menyabit setiap hari tidak diperhitungkan. Untuk merealisasikan propinsi NTB sebagai sumber daging dan sumber bibit nasional, populasi sapi perlu ditingkatkan dan pengembangan industri sapi bali perlu di realisasikan. Industri peternakan sapi akan berkembang apabila tersedia sumber pakan yang murah dan tersedia dalam jumlah besar(5). Jerami padi di Indonesia mempunyai potensi sebagai pakan sapi, tersedia dalam jumlah besar, tersedia sepanjang tahun dan mudah didapat. Penggunaan jerami padi inilah terdapat potensi untuk pengembangan industri
2 Makalah disampaikan Pada Seminar Nasional Bogor, 18-19 September 2013
peternakan sapi, namun penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa jerami padi mempunyai palatabilitas yang rendah (10), digestibilitas yang rendah(5) yaitu hanya 35%(6) untuk pakan sapi. Rendahnya digestibilitas jerami padi disebabkan oleh (6), tingginya kandungan lignin, selulosa(5,7) dan silikat (5,7). Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa peningkatan kualitas jerami dapat dilakukan dengan fermentasi(6,10, 13). Apabila fermentasi jerami padi dapat meningkatkan palatabilitas dan meningkatkan kandungan nutrisi, maka penggunaan jerami padi untuk pakan sapi sangat bermanfaat, yaitu dapat menurunkan biaya produksi, jerami tersedia dalam jumlah besar (5).dan terbarukan, panen setiap empat bulan. Bila petani dan peternak mengetahui bahwa jerami padi dapat digunakan untuk pakan sapi maka peternak akan mengumpulkan jerami sebanyak banyaknya dan tidak akan dibakar lagi. Tujuan penelitian ini adalah 1. Melakukan evaluasi kandungan nutrisi jerami padi yang telah difermentasi menggunakan ragi tape. 2. Memberikan jerami fermentasi pada sapi betina secara berlebih untuk menguji palatabilitas dan perubahan berat badan sapi tersebut. BAHAN DAN METODA Penelitian ini dilakukan menggunakan induk sapi Bali, sapi tersebut ditempatkan berjajar di kandang, makanan dan minuman tersedia secara berlebih siang dan malam. Listrik tersedian di kandang agar sapi dapat makan di malam hari. Setelah panen padi, jerami kering dikumpulkan dari sawah, disimpan hingga 4 bulan sebelum diberikan. Jerami kering disimpan 10 cm diatas lantai agar tidak rusak selama disimpan. Jerami padi difermentasi menggunakan cara yang sangat sederhana yaitu bolus ragi tape digerus halus kemudian dimasukkan dan dicampur pada air kelapa limbah pasar dan dibiarkan selama 48 jam (2 hari), dengan perbandingan satu bolus ragi tape untuk dua liter air kelapa. Ragi tape yang telah berkembang pada air kelapa disemprotkan pada jerami padi kering, satu liter untuk 10 kg jerami kering. Penelitian pertama dilakukan untuk evaluasi kandungan nutrisi jerami fermentasi dengan menyimpan jerami fermentasi selama 0, 7, 14, 21, 28 hari dan kandungan nutrisi dievaluasi menggunakan analisa proximat seperti bahan kering, serat kasar, protein kasar dan bahan organik. Penelitian kedua dilakukan untuk evaluasi berat badan sapi betina yang diberi makan dengan jerami fermantasi. Jerami padi diberikan secara berlebih, kemudian sapi ditimbang seminggu sekali menggunakan Excellent scale, Bengkel bubut Boma, jl Pahlawan revolusi 22B. Jakarta Timur, selama tiga minggu. Minggu pertama pemberian fermentasi jerami digunakan sebagai adaptasi terhadap jerami fermentasi, sapi tidak ditimbang, berikutnya sapi ditimbang selama tiga minggu. Analisa statistik menggunakan complete randomized design (CRD) untuk evaluasi hasil analisa proksimat jerami padi yang telah difermentasi dan disimpan 0, 7, 14, 21 dan 28 hari. Analisa kenaikan berat badan dilakukan dengan membandingkan hasil penimbangan mingguan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian evaluasi kandungan nutrisi jerami padi fermentasi dapat dilihat pada Tabel 1, menunjukkan bahwa tidak terdapat perubahan kandungan bahan kering, serat kasar, protein kasar dan bahan organik jerami padi hasil fermentasi di inkubasikan selama 0, 7, 14, 21, 28 hari. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kandungan nutrisi jerami fermantasi yaitu bahan kering antara 70,45 hingga 78,14%, Serat kasar antara 28.25 hingga 32.30%, Protein kasar antara 5.20 hingga 7.09%, bahan organic antara 76.09 hingga 76.88%. Kandungan jerami yaitu padi bahan kering dan serat kasar yang tinggi, protein kasar yang rendah dan bahan organic yang tinggi(10,5). Tabel 1. Persentase (%) kandungan nutrisi (rata2 ± SD) jerami padi yang di fermentasi menggunakan ragi tape selama 4 minggu. No. 1 2 3 4
Fermentasi Hari ke 0 Hari ke 7 Hari ke 14 Hari ke 21
Bahan kering 78.14±0.67 70.45±1.10 74.44±1.04 70.88±5.48
Serat kasar 32.30±0.61 30.56±1.08 29.85±1.12 28.69±1.48
Protein kasar 5.97±0.69 6.78±0.38 7.09±0.66 5.50±0.19
Bahan organik 76.88±0.42 76.14±0.29 76.61±0.77 76.18±1.22
3 Makalah disampaikan Pada Seminar Nasional Bogor, 18-19 September 2013
5 Hari ke 28 75.61±4.83 28.25±0.31 5.20±0.16 Note: tidak ada perbedaan kandungan nutrisi setelah inkubasi 0, 7, 14, 21, 28 hari.
76.09±0.26
Penelitian (10) terdahulu menunjukkan bahwa fermentasi jerami dapat meningkatkan kandungan nutrisi, namun penelitian ini menunjukkan bahwa nilai nutrisi stabil tidak berubah hingga satu bulan setelah di fermentasi. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa jerami padi di fermentasi menggunakan ragi tape hanya meningkatkan palatabilitas, sehingga penggunaan jerami untuk pakan sapi membutuhkan pakan tambahan untuk menambahkan kadar protein, mineral dan kalsium. Gambar 1. Berat badan induk sapi dengan makanan jerami padi fermentasi selama 3 minggu
Uji palatabilitas jerami difermentasi dengan ragi tape pada sapi betina menunjukkan jerami tersebut dimakan habis tanpa sisa, yang artinya bahwa fermentasi jerami padi menggunakan ragi tape tidak meningkatkan ataupun menurukan kandungan nutrisi jerami padi, tetapi meningkatkan palatabilitasnya. Hasil penelitian berikutnya, dapat dilihat pada Gambar 1. Bahwa terdapat kenaikan berat badan sapi betina yang diberi jerami padi di fermentasi menggunakan ragi tape sebesar 4,17 kg/minggu atau 0,59 kg/ hari. Fermentasi jerami padi menggunakan ragi tape dapat meningkatkan berat badan sapi betina, kemungkinan ragi tape tidak hanya meningkatkan palatabilitas tetapi juga digestibilitasnya. Teknik fermentasi menggunaka ragi tape(6,10), adalah cara tradisional telah digunakan di Indonesia. Ragi tape adalah produksi rumah tangga berbentuk bolus dengan diameter 1,5 sampai 2,5 cm. Yang menarik dari ragi tape ini adalah bahwa makanan hasil fermentasi menggunakan ragi tape aman untuk dimakan manusia(8). Penggunaan ragi tape menyebabkan bakteri dan mikro organism yang bersifat toksik akan kalah dengan berkembangnya mikroorganisme pada ragi tape. Mikroorganisme ragi tape sangat bervariasi, yang dominan adalah Weissella spp, Enterococcus spp, Pediococci pentosaceus, dan ada sedikit variasi berbagai mikroba yaitu Bacillus sp, Clostridium sp and Eubacterium sp. (16). Peneliti lain mengidentifikasi mikroba Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor sp., Candida utilis, Saccharomycopsis fibuligera, Pediococcus sp., etc (17). Ragi tape aman untuk digunakan untuk fermentasi makanan manusia dan mikroba ragi tape akan dominan sehingga mikroba pathogen akan kalah dan tidak berkembang. Air kelapa dipilih sebagai media untuk pengembangan ragi tape, karena air kelapa tersedia di manapun di Indonesia sebagai limbah pasar tradisional. Air kelapa ternyata telah dilaporkan sebagai media yang komplit(18). Pertama, air kelapa sebagai sumber energy, karena air kelapa mengandung glukosa sukrosa, fruktosa, sorbitol dan
4 Makalah disampaikan Pada Seminar Nasional Bogor, 18-19 September 2013
inositol(18). Kedua, air kelapa sebagai sumber protein seperti alanine, arginine, aspartic acid, glutamic acid, histidin, fenilalanin dan tirosin (18). Ketiga, air kelapa kaya akan mineral seperti potasium, natrium, calcium, magnesium, ferum, cuprum, phosphor and sulphur (18). Ke empat, air kelapa kaya akan vitamin seperti asam askorbat, asam nikotinat, asam phantotenat, biotin, riboflavin, asam folat dan piridoksin. Air kelapa sebagai media yang kaya (18) sangat baik untuk menumbuhkan mikroba yang ada pada ragi tape. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jerami padi di fermentasi menggunakan ragi tape dapat meningkat palatabilitasnya sehingga jerami dapat digunakan sebagai pakan dasar sapi Bali, namun dengan keterbatasan kandungan nutrisi jerami tersebut, perlu diikuti dengan pemberian pakan tambahan untuk mengisi kekurangan kandungan nutrisi. Dengan pemanfaatan jerami padi, peternakan sapi bali dapat menekan biaya pakan, menekan tenaga kerja yaitu tidak menyabit rumput, jerami tersedia dalam jumlah besar, peternak dapat memelihara sapi dalam jumlah besar. Peningkatan kapasitas pemeliharaan inilah maka pemeliharaan skala kecil (back yard farming) akan berubah menjadi skala besar (industri) dan dampaknya jerami padi akan dimanfaatkan tidak dibakar lagi sehingga tidak ada polusi udara akibat pembakaran jerami. Dapat disimpulkan bahwa fermentasi sederhana menggunakan ragi tape dapat meningkatkan palatabilitas jerami padi, akan tetapi tidak meningkatkan kandungan nutrisinya. Pemberian pakan pada sapi betina dewasa dalam waktu tiga minggu dapat meningkatkan berat badan. Jerami padi yang difermentasi dapat digunakan sebagai pakan dasar, akan tetapi kekurangan kandungan nutrisi jerami perlu di tambah pakan tambahan, sehingga pemberian pakan dasar jerami fermentasi dan konsentrat dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sapi Bali. Penggunaan jerami padi untuk pakan dasar sapi akan menurunkan pembakaran jerami yang menyebabkan polusi. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Pengelola Penelitian Prioritas Nasional MP3EI atas dibiayainya penelitian in dengan perjanjian No. 390.A/SP-MP3EI/UN18.12/PL/2012. DAFTAR PUSTAKA 8 11 5 17 12 4 10 14 13 6 18 15 3 7 1 16 9
Ardana MM and Fleet GH. 1989. The microbial ecology of tape ketan fermentation. International Journal of Food Microbiology. 9: 157-165 Dinas Peternakan Propinsi NTB 2007. Road Map Pengembangan Komoditas Ungulan Peternakan Propinsi NTB. Kerjasama Dinas Peternakan Propinsi NTB dengan Fakultas Peternakan Universitas Mataram, 2007. Drake DJ, Nader G, Forero L. 2012. Feeding rice straw to cattle. http://anrcatalog.ucdavis.edu GANJAR, I. 2003. Tapai from cassava and cereals. Di dalam: First International Symposium and Workshop on Insight into the World of Indigenous Fermented Foods for Technology Development and Food Safety; Bangkok, 13 – 17 Apr 2003. hlm 1-10. Hadi PU., Ilham N., Thahar A., Winarso B., Vincent D and Qiurke D. 2002. Improving Indonesia’s beef industry. ACIAR Monograph No 95 128p How much greenhouse gases in our plate ? http://www.manicore.com/anglais/documentation_a/greenhouse/plate.htm http://bp4kkabsukabumi.net/index.php/Pertanian-Tanaman-Pangan/ Fermentasi-Jerami.html http://data.mongabay.com/commodities/category/2-Trade /9-Live+Animals/ 866-Cattle/61-Import+Quantity/101-Indonesia http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/1803950-petunjuk-teknis-pembuatan-silasejerami/#ixzz1pXKRgJ2Z http://peternakantaurus.wordpress.com/2010/07/29/pembuatan-jerami- fermentasi/ http://www. Wartamedika.com http://www.beefcentral.com/live-export/article/1093 http://www.koshland-science-museum.org/exhibitgcc/causes02.jsp Indraningsih, Widiastuti R dan Sani Y. 2008. Limbah pertanian dan perkebunan sebagai kendala pada ternak: kendala dan prospeknya. Prosiding Lokakarya Nasional Ketersediaan IPTEK dalam pengendalian penyakit strategis pada ruminansia ternak besar: 99-115 Soekardono, 2011. Mewujudkan NTB bumi sejuta sapi berbasis peternakan rakyat. Pidato pengukuhan jabatan guru besar dalam ilmu sosial ekonomi peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Mataram Sujaya IN, Nocianitri KA. and Asano K. 2010. Diversity of bacteria flora of Indonesian ragi tape and their dynamics during the tape fermentation as determined by PCR-DGGE. International Food Research Journal. 17: 239-245. Talib C., Enwistle K., Siregar A., Budiarti Tunner S and Lindsay D, 2002. Survey of population and production dynamics of
5 Makalah disampaikan Pada Seminar Nasional Bogor, 18-19 September 2013
2
Bali cattle and existing breeding programs in Indonesia. In Strategies to improve Bali Cattle in Eastern Indonesia. ACIAR Proccedings No 110.p 3-9 Wilkipedia http://en.wikipedia.org/wiki/Methane_capture