20. 21 juni 2013 juni 2013. Inilah uniknya 'Jalan Sutera Dialog Peradaban India
dan Tion- gkok' yang sudah berjalan semenjak ribuan tahun, dilanjutkan de-.
PERSPEKTIF
jusuf sutanto
‘Samurai!’, ‘Ahaa, pertanyaan itu sering datang dari tukang jagal!’ Merasa dilecehkan, dia mencabut pedangnya, dan saat itu sang guru berkata, “Inilah jalan menuju neraka!” Ia terkesima dan mengembalikan ke sarungnya dan sang guru menimpali “Inilah jalan ke surga!”
Neraka adalah tempat untuk orang yang ketika masih hidup melakukan perbuatan jahat. Sedangkan pembangunan ekonomi adalah untuk yang masih hidup. Bagaimana itu bisa dikaitkan?
Inilah uniknya ‘Jalan Sutera Dialog Peradaban India dan Tiongkok’ yang sudah berjalan semenjak ribuan tahun, dilanjutkan dengan Jepang dan kemudian membuat loncatan besar ke Barat dan terus berkelanjutan sampai sekarang. Semuanya berlangsung tanpa diwarnai kekerasan karena mengutamakan kesadaran sampai menemukan sendiri maknanya (found), tidak cukup hanya disampaikan secara lisan dan mempelajari daftar pustaka. Kisah berikut ini bisa menjelaskan: “Ketika sang guru sedang meditasi di bawah pohon, tiba-tiba seekor burung jatuh ke pangkuannya sambil menjerit karena kena panah. Lukanya segera dibebat dan kemudian dilepaskan untuk terbang. Tak lama kemudian datanglah pemanahnya untuk mengambil burung tadi. Sang guru bertanya,”Berapa ekor binatang yang bisa kau panah dalam sehari”. “Maksimum dua ekor dan bila yang satu
Jusuf Sutanto
20
juni 2013
(TU Weiming)
Ketika ditanya, “Apakah dan di mana tempat surga dan neraka?’ Dijawab: “Itu tergantung dari pikiranmu karena dari situ akan muncul perbuatan. Kalau kamu berbuat baik, maka pintu surga akan terbuka - kalau kamu berbuat jahat, pintu neraka yang akan terbuka.” “Ketika ditanya hal yang sama, sang guru balik bertanya, ‘Pekerjaanmu apa?’,
Munculnya semakin banyak persoalan dan tidak ada satu golongan yang mempunyai semua resources yang diperlukan untuk bisa menyelesaikannya sendiri: MDGS, pemanasan global, pangan, lingkungan, pandemi, bencana alam, distribusi keadilan, hidup berdampingan dengan damai meski berbeda etnis, kepercayaan dan cara untuk menyelesaikan suatu masalah sehingga perlu bekerjasama lintas negara, etnis, agama dan ideologi. Siapa yang gagal mengelola unity in diversity akan menjadi part of the problem peradaban masa depan. Dunia sudah menjadi seperti kereta yang ditarik demikian banyak kuda. Kalau tidak disadarkan dan dilatih supaya langkahnya sinkron, sudah pasti akan berantakan. Wacana teologi pembebasan sudah saatnya ditransformasikan menjadi teologi unity in diversity dengan mekanisme musyawarah mencapai mufakat.
sedang hamil berarti tiga ekor”. “Kerjaan saya adalah memanah pikiran manusia. Setelah kena dia bisa mencerahkan banyak sekali manusia supaya hidupnya lebih baik”.
THE Jusuf Sutanto CENTER Dosen Fak Psi Univ Pancasila dan Associate Researcher Lembaga Penelitian Psikologi Fak Psikologi Universitas Indonesia - Koordinator Kelompok Studi Social dan Cultural Neuroscience Masyarakat Neurosains Indonesia E-mail:
[email protected] Website: http://www.jusufsutanto.com
Konfusius mengajarkan supaya ‘Self’ berlanjut sampai beyond sehingga memperkaya kearifan India dan muncul spiritualitas disebut Mahayana yang tidak hanya urung masuk ke nirvana lalu kembali ke dunia bahkan menguras neraka. • Learning to be Human • Learning for the sake of the self • Self is not as isolated atom • Self is not as single, separate individuality • Self as a being in relationship • Self as centre of relationship • Self develops continuously • Ever – expanding process • Ever - growing network of human relatedness • A truly Self realization
jasama ekonomi, politik, pertahanan-keamanan, malah membuat diversity semakin deras. Terjadi emansipasi di semua aspek kehidupan: mulai dari keluarga, jender, golongan, agama/kepercayaan, negara, didukung alat komunikasi selular nirkabel dan berbagai komisi yang dipayungi hak asasi manusia sehingga minoritas di suatu tempat, bisa menjadi mayoritas bila skalanya diperluas, demikian sebaliknya. Konsep demokrasi berdasarkan ‘pemenang mengambil semua’ (the winner takes all) membuat yang kalah menempuh perlawanan melalui jalur yang mengabaikan prinsip demokrasi.
Gambar Lingkaran Self N. Borlaug, pemenang hadiah Nobel pertanian dan pangan (1970) berbicara sebagai berikut: • “If you stretch yourself, • you ‘ll be surprised how much you can do. • Get a little stardust on your hands, • and you’ll be surprised what that can do for you. • And not only for you but also for your family, • the state, the nation, and the people of the world” Ada banyak cara untuk mencapai ini dan salah satunya adalah melalui Pembangunan Ekonomi. Dalam perspektif inilah saya menyampaikan makalah terlampir di Kongres Pancasila V di Universitas Gadjah Mada pada 31 Mei – 1 Juni yang lalu.
Pancasila dalam Globalisasi Globalisasi yang diharapkan negara adidaya bisa mengontrol dunia melalui ilmu pengetahuan, teknologi, ker-
Pemangku Kepentingan yang terus bertambah Pancasila dilahirkan 1945 pada saat kita sedang menentukan dasar dan bentuk negara, sehingga pemangku kepentingannya terbatas. Saat ini lingkup dan dimensi masalahnya lebih luas, dahsyat dan tak pernah terbayangkan. Di dunia saat ini hanya ada 2 negara modern yang mempunyai visi misi sama yaitu Amerika Serikat, negara para imigran tanpa penduduk aslinya, dengan E. Pluribus Unum ‘unity in diversity’ dan Indonesia, negara berpenduduk ke-4 terbesar di dunia, dengan Pancasila ‘unity is diversity – diversity is unity’, negara kepulauan yang semenjak ribuan tahun dikunjungi berbagai tradisi besar dunia, Timur dan Barat sehingga tidak ada suku yang tidak pernah bersentuhan dengan budaya luar, kecuali yang berada jauh di pedalaman. Kini yang terlibat demikian luas sehingga harus mencari inspirasi dari prinsip yang mengatur kehidupan alam semesta. Neurosains menemukan sifat plastis neuron yang proaktif membentuk jejaring sehingga nukleus juni 2013
21
lapar vs kenyang meski letaknya berbeda, dapat bekerjasama. Ilmu fisika dan kimia terus berkembang dari ikatan sederhana menggunakan perekat, menjadi dua unsur dengan sifat berbeda (positif dan negatif) bergabung dalam kimia anorganik. Kemudian kimia organik sampai fisika kuantum/gelombang.
dienyahkan”. Bandingkan dengan “Declaration of Independence” Amerika Serikat (4 Juli 1776) “Life - Liberty –and Pursuit of Happiness”.
Dengan pengalaman yang demikian luas, tidak heran kalau mampu mentransformasikan Aku/Kami – Kamu/Kalian – Dia/Mereka menjadi Kita (Fuad Hassan, 1960) ketika bahkan sampai saat inipun masih ada sekelompok manusia yang berpandangan sebagai berikut: “Yang berbeda dengan saya adalah musuh saya dan harus dihancurkan; Yang menjalin hubungan baik dengan musuh saya, adalah musuh saya; Yang tidak mau membantu menghancurkan musuh saya, saya anggap sebagai musuh saya”
Belajar dari Ilmu Pertanian, Pada Dasarnya Adalah Mengelola Tarian. Benih/biji yang seolah benda mati (tidak dapat berpindah tempat sendiri), ternyata mahluk hidup yang mengemban tanggungjawab besar dalam kehidupan spesiesnya, simbol kehidupan, meski harus melalui jalan panjang. • Diberi sayap supaya bisa tertiup angin hingga “terbang” jauh menyebarkan spesiesnya. • “Bungkus” berserat supaya mengambang terbawa arus air dan terdampar jauh dari induknya. • “Baju” tebal dan keras supaya bisa beristirahat seperti mati suri menunggu situasi kondusif untuk tumbuh. Pemanis untuk menarik atau bau yang merangsang sehingga menarik binatang dibawa pindah ke lain tempat, atau bahkan sampai di pangkal cabang tumbuhan lain dan bisa tumbuh di situ karena terjamin makanannya. • Tetap utuh dalam perut binatang yang menyukainya, meski dicerna hingga keluar sebagai tinja dan dijatuhkan dimana saja. • Alat pengait pada kulitnya sehingga bisa tersangkut pada bulu binatang atau celana manusia dan terbawa kemana-mana. (Prof. Sjamsoe’oed Sadjad “Revitalisasi Pertanian dan Peradaban”, Penerbit Buku Kompas, 2006) • Semua pihak yang berkepentingan, cacing, kumbang, serangga, burung dan sebagainya datang tanpa diundang dan pergi tanpa pamit. • Mempelajari rahasia benih berarti memahami bagaimana Sang Pencipta memelihara dan memberi makan seluruh ciptaan-Nya. • Itulah ilmu yang diperlukan bagi mereka yang mempersiapkan diri menjadi pemimpin! 22
juni 2013
Dialog
“Langit menurunkan embun dan hujan supaya semua kehidupan berlangsung di muka bumi; Ketika kekeringan, giliran bumi mengirim uap air dan menjadi uap; Setelah bertemu dengan gunung, baru turun menjadi hujan.” Ternyata di luar diri kita, ada invisible hand bernama Dharma (lihat Dandanggula Kijurumartani). Terjadi perubahan paradigma dari Antropo-Centric _ Antropo-Cosmic.
Tonggak Perubahan dalam Cara Pandang 1908, setelah kegagalan mengusir penjajah semenjak berdirinya VOC (1602), kita mulai menyadari bahwa dibutuhkan pendidikan untuk menumbuhkan kesadaran suatu bangsa (E.Renan 1882). Baru 20 tahun kemudian membuahkan ‘Sumpah Pemuda’ (1928) dan 17 tahun kemudian pada tahun 1945 berhasil memproklamirkan kemerdekaan NKRI. Paralel dengan itu, Liga Bangsa-Bangsa (1920) yang didirikan setelah Perang Dunia I (1914-1918) beranggotakan 33 negara ternyata gagal mencegah Perang Dunia II (1939-1945) malahan sebagian besar anggotanya ikut berperang, sehingga didirikan PBB pada 1945. Pada 1948 menjadikan Deklarasi HAM sebagai dasarnya. Karena itu UUD 1945 Republik Indonesia dalam Pembukaannya mengatakan “Bahwa kemerdekaan adalah Hak segala bangsa sehingga penjajahan di muka bumi ini harus
Meski baru berusia 10 tahun menjadi negara merdeka, Indonesia sudah berani mengadakan Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung yang kemudian menjadi inspirasi negara-negara yang dijajah untuk merdeka, sehingga anggota PBB bertambah dalam waktu singkat. 5 tahun kemudian dalam pidatonya di PBB, Bung Karno mencanangkan “Nasionalisme Indonesia tidak bersifat sempit tapi bisa hidup berdampingan secara damai dalam internasionalisme”. Ir. Juanda, pada 13 Desember 1957, bahkan mendeklarasikan bahwa lautan di antara pulau-pulau sebagai laut teritorial sehingga wilayah Indonesia bertambah dari 240.000 km2 menjadi 3.166.163 km2 tanpa perang dan baru diakui dunia 25 tahun kemudian pada sidang UNCLOS, 1982. Ini dikarenakan memberikan manfaat bagi negara kepulauan lain seperti Inggris, Selandia Baru, Filipina, Jepang dan sebagainya. Konsep E. Renan memerlukan waktu 111 tahun untuk melahirkan Uni Eropa (1993) dan sampai sekarang kondisinya juga masih belum mantap. Dengan semangat para bapak pendiri bangsa, seharusnya Indonesia diperlukan memimpin dunia yang aman, damai, sejahtera dan tidak seperti saat ini justru menjadi obyek upayaupaya memecah belah NKRI. Padahal kita sudah mampu mengkristalisasikan dan mengelaborasi kearifan yang datang dari luar dengan budaya kita sendiri, sehingga menjadi sesuatu yang khas Indonesia namun mempunyai dimensi global “Hamemayu Hayuning Bawana” – “Silih Asih – Asah – Asuh – Wangi” – Pela Gandong. Mari kita mulai dulu dengan membangun ASEAN! Jalan Sutera Dialog Peradaban Untuk mengunjungi Nusantara waktu itu, diperlukan perahu yang terbuat dari kayu yang kuat untuk mengarungi samudera. Ternyata
Dengan adanya revolusi teknologi komunikasi, kini setiap orang bisa menjadi penerima penerus-sumber berita. Terjadi hubungan People to People yang lebih intens melalui media sosial seperti short message service – surat elektronik. kayu keras seperti itu hanya tumbuh di Jawa - Kalimantan - Sulawesi dan Thailand. Itu berarti sudah ribuan tahun lalu terjadi interaksi penyerbukan lintas budaya seperti yang kita saksikan peninggalannya dalam bentuk candi-candi dan kitab-kitab kebijaksanaan kuno. Logis kalau dikatakan bahwa suku bangsa Nusantara, paling tidak, sudah lebih dulu berlayar ke luar untuk menjual kayu yang kemudian digunakan membuat perahu. Teori ini menyangkal pendapat bahwa budaya Nusantara adalah lemah dan baru diperkuat kemudian oleh masuknya budaya dari luar. Dengan demikian secara otomatis konsep “East is East – West is West” (R. Kipling 1865-1936) tidak terjadi di wilayah Nusantara. Pada 1960 di Honolulu, Hawaii juga tumbuh ide yang sama tentang konvergensi budaya dengan berdirinya Lembaga East - West Center. Kita mengenal tokoh John F. Kennedy dengan semboyannya “Jangan bertanya apa yang bisa diberikan oleh negara kepada kamu, tapi apa yang bisa kamu berikan kepada negara” dan dalam kurun waktu yang sama Martin Luther King Jr. yang memimpikan perlakuan yang sama pada kulit hitam. Setelah 50 tahun membuahkan Presiden Barack Obama yang pernah tinggal di Indonesia.
Era Emansipasi Individu Dengan adanya revolusi teknologi komunikasi, kini setiap orang bisa menjadi penerima penerus-sumber berita. Terjadi hubungan People to People yang lebih intens melalui media sosial seperti short message service – surat elektronik. Stake holder unity in diversity menjadi jauh lebih luas dari yang sudah-sudah sampai membuat media konvensional terdesak dan mulai mempunyai cabang dalam media sosial. Diperlukan perubahan cara memandang Pancasila dari selama ini sebagai penjumlahan ke lima silanya, menjadi menemukan hubungan tersembunyi ‘hidden connections’ antara sila yang satu dengan yang lain seperti gerak kaki serangga berkaki seribu. Pokok-pokok pikiran ini sudah pernah dikemukakan dalam buku “The Dancing Leader, Ratusan Sungai Bergabung Menjadi Samudera”. juni 2013
23