'gerak/sebetan' wayang kulit purwa den

33 downloads 1080 Views 25KB Size Report
Bahan kajian bahasa rupa 'gerak', adalah gambar pada umumnya dan gambar ... gerak tokoh dan karakternya dalam bentuk bahasa tubuh yang dapat ...
Bab. VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Teori bahasa rupa dapat menjelaskan ’gerak/sebetan’ wayang kulit purwa dengan cara menggunakan rangkaian gambar gerak dari satu gambar ’gerak’ ke gambar gerak berikutnya, sehingga dapat diceritakan.

Bahan kajian bahasa rupa ’gerak’, adalah gambar pada umumnya dan gambar bergerak pada khususnya. Pengujiannya adalah melalui indra mata sebagai informasi yang kongkrit sehingga sarana yang lain (misalnya: bunyi-bunyian) tidak begitu diperlukan. Semula peneliti beranggapan bahwa bahasa rupa ’gerak’ wayang kulit bayangan harus dibantu dengan iringan gamelan dan nayaga, ternyata iringan gamelan dan nayaga hanya berfungsi untuk lebih menghidupkan gerak supaya lebih atraktif dan lebih menghibur. Diperlukan peneliti musik untuk dapat mempelajari lebih lanjut fungsi arti bunyi-bunyian, (antara lain gong dan keprakan) pada gamelan dan nayaga dalam membaca gerak wayang lebih lanjut.

Peranan bahasa rupa gambar-gambar ’diam yang hidup’ pada bahasa rupa ’gerak’ adalah, terutama pada gambar-gambar tradisi yang berbentuk gambar rangkai. Berupa relief Borobudur, Wayang Beber, gambar hias Damarkurung, yang masing-masing memiliki banyak kejadian, rentang waktu, pindah tempat, berbicara dengan gesture, dan terdapatnya kesan ruang, sehingga merupakan imaji gerak dalam ’stop motion’. Oleh karena itu bahasa rupa gambar-gambar ’diam yang hidup’ dapat menjadi dasar teori dari bahasa rupa ’gerak’ wayang kulit purwa Yogyakarta.

Karena peneliti bukan seorang dalang, untuk setiap ’gerak’ wayang masih perlu dibantu narasi cerita yang berupa janturan, kandha, dan carita, yang selalu ada pada tiap pergantian adegan pada keseluruhan cerita dalam lakon. Karena dalam bahasa tutur dalang dianggap dapat membantu untuk memperoleh jalan cerita suatu adegan ke adegan berikutnya melalui alur cerita yang dituturkannya. Jadi peneliti

231

menganggap bahwa bahasa tutur dalang masih diperlukan untuk membantu mendapatkan cerita gerak yang lebih jelas.

Rincian gerak wayang dapat dibaca melalui setiap perubahan dari gerak itu pada setiap detiknya. Karena dengan adanya peralihan gerak pada setiap detiknya telah mengalami perubahan pada setiap ruang dan waktu yang menyertai gerak yang beralih dari tiap detik ke detik berikutnya. Setiap detik peralihan gerak yang berpindah sebenarnya berpindah ruang dan waktu, sehingga dapat dibaca bahasa rupanya melalui cerita gerak itu sendiri.

Peranan bahasa rupa film/TV pada konteks bahasa rupa ’gerak’ adalah pada teknik pengambilan gambar atau merekam pagelaran wayang sesuai dengan pagelaran asli. Melalui teknik merekam ini diperoleh pendataan gerak ’stop motion’ untuk memperoleh detail ’gerak’ setiap detiknya, bagi kepentingan analisis.

6.2. Temuan yang telah diperoleh Cara membaca bahasa rupa ‘gerak’ dari arah bayangan yang baru ini, merupakan tujuan dari penelitian adalah memperoleh bahasa rupa gerak yakni berupa hasil ’cara membaca’ gambar sequence ke-11 dengan 70 gambar ‘gerak’. Seluruh adegan gerak ini meliputi gerak tokoh dan karakternya dalam bentuk bahasa tubuh yang dapat menceritakan atau mempunyai makna pada setiap geraknya. 1. Bayangan menjadi besar, dapat diartikan sebagai, mulai bergerak 2. Bayangan bergetar gelisah, dapat diartikan sebagai, bersiap melakukan suatu tindakan 3. Bayangan besar berpindah ruang dan waktu, dapat diartikan sebagai, bergerak 4. Bayangan lebih besar lagi, dapat diartikan sebagai, emosi tinggi 5. Bayangannya masih besar (tidak sebesar sebelumnya) berpindah ruang dan waktu, dapat diartikan sebagai, terus bergerak 6. Bayangan besar bergradasi, dapat diartikan sebagai, bergerak berputar a. Bergerak berputar dari kanan ke kiri ( ke depan), dapat diartikan sebagai, supaya tampak siluet wajahnya.

232

b. Bergerak berputar dari kanan ke kiri, dapat diartikan sebagai, masuk kembali ke ruangan. -

Masuk ke dalam ruang, dapat diartikan sebagai, menenangkan diri

-

Masuk ke dalam ruang, dapat diartikan sebagai, bersiap untuk menyerang (capeng).

c. Berputar dari kiri ke kanan, dapat diartikan sebagai, tuan rumah, menghadap ke para tamu yang lain. 7. Bayangan pipih, dapat diartikan sebagai, masih berputar 8. Bayangan semula dari kanan ke kiri, sekarang tidak tampak, dapat diartikan sebagai, sedang di luar ruangan. 9. Bayangan semula dari kiri ke kanan, sekarang tidak tampak, dapat diartikan sebagai, sedang di dalam ruang lain 10. Bayangan diam (ditancapkan) dapat diartikan sebagai berpikir, mendengarkan. 11. Bayangan di dalam ruang tampak akan maju dapat diartikan sebagai bersiap-siap menyerang. 12. Bayangan bergerak seolah mundur dapat diartikan sebagai bersiap melakukan tindakan. 13. Bayangan membesar dan kabur dapat diartikan sebagai bergerak maju dengan cepat 14. Bayangan terlihat praba dapat diartikan sebagai berputar dari kanan ke kiri (ke belakang) 15. Berputar dapat diartikan sebagai, untuk menghalangi atau berdialog 16. Bayangan tangan belakang bergoyang dapat diartikan sebagai, bersiap untuk menyerang 17. Bayangan terlihat mahkotanya dapat diartikan sebagai, masih dalam posisi berputar 18. Bayangan tangan belakang kabur dapat diartikan sebagai, sedang bergerak 19. Bayangan ditimpa bayangan lain dapat diartikan sebagai, didekap 20. Bayangan menimpa bayangan lain dapat diartikan sebagai, mendekap 21. Bayangan mengecil dapat diartikan sebagai, emosi kembali menurun

233

22. Dua bayangan saling bergoyang dapat diartikan sebagai, bergerak saling bertahan 23. Dua bayangan mulai berjarak dapat diartikan sebagai, dekapan mulai merenggang 24. Tangan mengarah ke pinggang dapat diartikan sebagai, sudah siap untuk mulai berdialog 25. Tangan sudah di pinggang dapat diartikan sebagai, siap berdialog 26. Bayangannya menjadi lebih tinggi dari sebelumnya dapat diartikan sebagai, bergerak untuk berdiri 27. Bayangan saling berhadapan dapat diartikan sebagai, posisi berdialog 28. Bayangan diam (ditancapkan) hanya tangan bergoyang/ bergerak dapat diartikan sebagai, berbicara 29. Bayangan tangan mengarah ke tubuh lawan bicara dapat diartikan sebagai, menenangkan 30. Bayangan tangan memegang lengan lawan bicara dapat diartikan sebagai, menenangkan, bersimpati 31. Bayangan tangan bergerak turun dapat diartikan sebagai, melepaskan tangan 32. Bayangan terangkat ke atas dapat diartikan sebagai, mengangkat salah satu kaki pindah posisi 33. Dua bayangan sama-sama terangkat dapat diartikan sebagai, sama-sama memindahkan kaki. 34. Memindahkan kaki dapat diartikan sebagai, memperluas ruang gerak 35. Bayangan hanya tampak sebatas kaki dapat diartikan sebagai, duduk bersimpuh 36. Bayangan dalam posisi miring dan lebih besar dapat diartikan sebagai, terus bergerak 37. Bayangan tertutup gunungan sebagian demi sebagian dari posisi semula dapat diartikan sebagai bergerak mundur. 38. Bayangan stabil kembali dapat diartikan sebagai diam di tancap. 39. Bayangan menghadap dari kiri ke kanan dapat diartikan sebagai tuan rumah 40. Bayangan menghadap dari kanan ke kiri dapat diartikan sebagai para tamu

Setelah ditemukan 40 jenis bahasa rupa ’gerak’ bayangan wayang kulit purwa, maka berdasarkan tujuan penelitian ini, adalah menemukan bahasa rupa wayang kulit purwa

234

dalam posisi ’diam’/ditancapkan pada ’jagat pewayangan’ dan menemukan bahasa rupa wayang kulit purwa dalam posisi bergerak/ dalam bentuk ’sabetan’. Oleh karena itu, 40 jenis bahasa rupa ’gerak’ bayangan wayang kulit purwa tersebut dikelompokan dalam dua tabel sebagai berikut,

Tabel 6.1. Bayangan wayang kulit dalam posisi ’diam’/ditancapkan pada debog pisang sebagai alas panggung ’jagat pewayangan’ No Kondisi bayangan wayang pada ’jagat pewayangan’ 1. Menghadap dari kiri ke kanan 2. Menghadap dari kanan ke kiri 3. ’Diam’ bergetar 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12 13. 14.

Semula dari kanan ke kiri, sekarang tidak tampak Semula dari kiri ke kanan, sekarang tidak tampak ’Diam’ ditancapkan Saling berhadapan ’Diam’ ditancapkan hanya tangan sedang bergoyang/bergerak Tangan mengarah ke tubuh lawan bicara Tangan memegang lengan lawan bicara Tangan bergerak turun Tangan mengarah ke pinggang Tangan di pinggang ’Diam’ stabil kembali

Makna bahasa rupa ’gerak’ tuan rumah para tamu gelisah atau bersiap melakukan tindakan ada di luar ruangan ada di dalam ruangan lain berpikir, mendengarkan berdialog berbicara menenangkan menenangkan, bersimpati melepaskan tangan siap untuk berdialog tenang berdialog diam ditancapkan

Tabel 6.2. Bayangan wayang kulit dalam posisi ’bergerak’ /dalam bentuk sabetan pada ’jagat pewayangan’ No Kondisi bayangan wayang pada ’jagat pewayangan’ 1. Menjadi besar 2. Bentuk besar berpindah ruang dan waktu 3. Bentuk lebih besar lagi 4. Bentuk masih besar (tidak sebesar sebelumnya) berpindah ruang dan waktu 5. Bentuk besar bergradasi a. Bergerak berputar dari kanan ke kiri (ke depan) b. Berputar dari kanan ke kiri

Makna bahasa rupa ’gerak’ mulai bergerak bergerak emosi tinggi terus bergerak bergerak berputar a. supaya terlihat siluet wajahnya b. masuk kembali ke ruangan

235

-

6. 7. 8. 9.

Masuk ke dalam ruang Masuk ke dalam ruang

c. Berputar dari kiri ke kanan Bentuk pipih Di dalam ruang tampak akan maju Bergerak seolah mundur Membesar dan kabur

10. Bergerak terlihat praba 11. Bergerak berputar 12. Bergerak dan bayangan tangan belakang/muka bergoyang 13. Bergerak terlihat mahkotanya 14. Bergerak saling menimpa 15. Bayangan ditimpa bayangan lain 16 Bayangan menimpa bayangan lain 17. Bayangan mengecil 18. Dua bayangan saling bergoyang 19. Dua bayangan mulai berjarak 20. Bentuk menjadi lebih tinggi dari sebelumnya 21. Bayangan terangkat ke atas 22. 23. 24. 25. 26.

Dua bayangan sama-sama terangkat Memindahkan kaki Bayangan hanya tampak sebatas kaki Bayangan dalam posisi miring dan lebih besar Bayangan tertutup gunungan sebagian demi sebagian dari posisi semula

- menenangkan diri - bersiap untuk menyerang (capeng) c. sebagai tuan rumah masih berputar bersiap menyerang bersiap melakukan tindakan bergerak maju dengan cepat, berlari berputar dari kanan ke kiri menghalangi atau akan/ mulai berdialog bersiap untuk menyerang masih dalam posisi berputar berdekapan didekap mendekap emosi kembali menurun bergerak saling bertahan dekapan mulai merenggang bergerak untuk berdiri mengangkat salah satu kaki pindah posisi sama-sama memindahkan kaki memperluas ruang gerak duduk bersimpuh terus bergerak bergerak mundur

Bahasa rupa ’gerak’ yang semula merupakan tata ungkapan luar, melalui perpindahan ruang dan waktu, akhirnya dapat dikembangkan melalui bahasa rupa ’gerak’ wayang kulit bayangan disaat pergelaran, bahwa di dalam setiap ruang terdapat gerak yang dapat diceritakan, dan di dalam setiap waktu terdapat gerak yang dapat diceritakan. Oleh karena itu teori bahasa rupa Primadi dapat digunakan sebagai dasar teori bagi penelitian bahasa rupa ’gerak’ wayang kulit bayangan pada saat pergelaran.

Diakhir kata dengan ditemukannya hasil dari bahasa rupa gerak bayangan wayang kulit purwa melalui lakon ’Parta Krama’ sequence ke-11 dengan 70 bahasa rupa ’gerak’nya, dapat dikembangkan lagi oleh peneliti-peneliti lain, melalui penelitian-penelitian serupa 236

sehingga kosakata bahasa rupa gerak dapat menjadi lebih kaya, beragam dan lebih lengkap.

6.3. Saran untuk penelitian lanjutan Penelitan bahasa rupa ’gerak’ dari pagelaran luar wayang kulit purwa gaya Yogyakarta dengan dalang ki Timbul Hadiprayitno Cermo Menggolo sudah dilaksanakan dalam analisis sabetan-nya, maka sangat diperlukan penelitian lanjutan berupa aspek ’gerak’ dari penelitian wayang kulit yang lain dengan dalang yang lain pula.

Dalam proses penelitian ini mengalami banyak kendala dalam teknik pembuatan datanya, karena aspek dari ’gerak’ wayang yang sedang dipertunjukan dalam bentuk bayangan merupakan aspek yang sangat spesifik, dan aspek ’gerak’ wayang bayangan perlu pendokumentasian berupa rekaman sehingga dapat diketahui secara detail setiap ’gerak’ perdetiknya dalam usaha pendataan ’gerak’. Untuk penelitian lebih lanjut, supaya pendataan aspek ’gerak’ dapat terakumulasi lebih jelas, perlu kerja sama dalam bidangbidang interdisiplin yang lebih terkoordinir dan kooperatif melalui, musik, bahasa, filsafat, ilmu-ilmu sosial dan theater. Usaha ini untuk memperoleh masukan yang lebih jelas dalam hal pendataan, analisis musik dan transkripsinya, sehingga aspek ’gerak’ dapat menjadi lebih lengkap pemaknaannya.

Pada penelitian ini, saya sudah memulai usaha pendataan ’gerak’ melalui naskah transkripsi bergambar (Urutan Garis Besar Adegan Pagelaran) yang hanya terdiri tujuh kolom. Untuk penelitian lanjutan, bisa ditambahkan beberapa kolom lagi, misalnya deskripsi per adegan (bisa sesuai dengan tabulasi). Kemudian kolom musik bisa dibagi lagi menjadi kolom jenis musik dan nyanyian, notasi dan durasi, berikut suara dalang dalam membawakan janturan, kanda, carita, pocapan dengan intonasinya masingmasing. Sehingga dapat digambarkan satu pagelaran wayang kulit purwa dapat terdata dalam pendokumentasian berupa naskah transkripsi bergambar yang lebih lengkap sesuai dengan pagelaran aslinya.

237

Pendataan-pendataan ini bisa digunakan sebagai model untuk pendataan penelitianpenelitian lanjutan yang serupa, yang masih memerlukan perhatian. Sebagaimana produk-produk warisan budaya Indonesia yang lain, mengalami krisis dalam hal menyangkut kesinambungan perhatian terhadap nilai budaya yang pernah dimiliki. Meskipun telah dupayakan dengan adanya program Pariwisata, tetapi yang terjadi adalah distorsi makna dan stilasi bentuk pada setiap penyampaian warisan tradisi tersebut. Yakni semakin hilangnya bukti-bukti tentang kearifan lokal dan kepiawaian masyarakat tradisional dalam memaknai kehadirannya ditengah kehidupannya sebagai bagian dari alam semesta. Oleh karena itu penelitian lanjutan sangat diperlukan untuk pengembangan pengetahuan ke depan yang semakin banyak dan semakin kompleks tantangannya.

238