Gunung Padang Kian Menantang - Pustaka Ilmiah Universitas ...

31 downloads 136 Views 2MB Size Report
20 Jun 2011 ... Bandung, anganmelayang mem- bayangkan Situs Gunung Padang, Si- tus Megalitikum yang berada nun jauh di Desa Karya Mukti Kecamatan.
Pikiran Rakyat 17 OJan



Senin

2 18

3 19

OPeb

o Se/asa 4~5

o

o Mar

0 Rabu 6

21

7

22

0 Apr 0 M9i

0 Kamis 8

23 •

e e,(UNPAD ~OCNON

\{

o Sabtu o Minggu

0 Jumat

12 13 14 15 16 9 10 11 24 25 26 27 28 29 30 31 Jun

----~----~~--~~---~~----~----

0 Ju/ 0 Ags

OSep

o

Okt

ONov

ODes

Gunung Padang Kian Menantang ••••• to.nTKAlA menyimak naskah Puru Sangkara yang kini berada di Museum Sri Baduga Bandung, anganmelayang membayangkan Situs Gunung Padang, Situs Megalitikum yang berada nun jauh di Desa Karya Mukti Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur bagian selatan tersebut terbayang di pelupuk mata. Ingin rasanya segera ke sana untuk membuktikan ada atau tidaknya kaitan antara Gunung Padang dan Kabuyutan Batu Nangtung Pasir Ringgit Selareuma Sumedang. Impian itu akhirnya terwujud, saat membimbing KKL Mahasiswa Prodi Sastra Sunda BB Universitas Padjadjaran ke Gunung Padang,

beberapa waktu lalu . Sungguh sangat menakjubkan, meski harus menyusuri undakan hamparan batu ratusan tingkat, tetapi rasa letih itu sirna ketika menyaksikan batu-batu tegak lurus/nangtung seperti yang terdapat di Kabuyutan Batu Nangtung Selareuma, dengan beragam bentuk dan ukuran yang masih terawat, termasuk batu-batu yang berbentuk menyerupai gamelan/waditra, kacapi, saron, panerus, goong, ataupun kendang. Unik memang, apalagi saat penulis mencoba membunyikan batu berbentuk saron dan panerus lewat tabuhan Kebo Jiro,Jeruk Manis, dan Catrik, terdengar amat memesona, meski mungkin

EUS SURYMlI N.S.

Situs Gunung Padang. Situs Megalitikum yang berada nunjauh di Desa Karya Mukii Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur bagian selatan. *

Kliping

)

UNPAD )

Humas

Onpad

dianggap terlalu mengada-ada. Menurut masyarakat di sana, setiap malam Selasa dan malam Jumat, bunyi gamelan itu sayup-sayup terdengar mengalun terbawa embusan angin, Secara umum, Gunung Padang terbagi menjadi lima undak/teras atau lima tingkatan, yang rnenurutjuru kunci di sana, sebagian besar dnt batu-batunya juga kebanyakan bersudut Iima, Posisi Gunung Padang berada di tengah, dikelilingi lima gunung, yakni di sebelah barat Gunung Karuhun, sebelah selatan Gunung Emped, di sebelah tenggara Gunung Malati, sebelah timur Gunung Pasir Malang, serta sebelah utara/baraf laut Gunung Batu. Orientasi Gunung Padang meng hadap ke sebelah tenggara barat lau yangjuga meliputi lima gunung, yang terdiri atas Gunung Batu, Gunung Pasir Pogor, Gunung Kendeng, G nung Gede, serta Gunung Pan go. Gunung Padang berorientasi kepada Gunung Gede, karena Gunung Oede dianggap kiblat atau pancer pusat para leluhur / gegeden (pejabat) pada masa lampau. Gunung Padang secara geografis segaris lurus mengarah dan temb s ke Gunung Gede. Berdasarkan keteranganjuru kunci siloka/sim 1 serbalima saat ini dikaitkan dengan rukim Islam dan Pancasila. Namun, jika mengacu kepada pembagian tatanan ruang pada zaman dahulu penciptaan alam dalam naskah meliputi buwana (jagat raya), pretiuii (bumi), sarira (diri sendiri), dan para dewa pengatur jagat. Naskah kuno lainnya, Kropak 422 menyebutkan, alam semesta terbagi dalam tiga dunia, yaitu sakala (dunia nyata), niskala (dunia gaib), danjatiniskala (kemahagaiban sejati). Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian memaparkan bahwa kahyangan para dewa lokapala (pelindung dunia) disesuaikan dengan kedudukan mata angin dengan warna masing-masing yang disebut Sanghiyang Wuku Lima di Bumi, yaitu Isora bertempat di kahyangan timur (Purwa), putih warnanya, Daksina,

2011

)

Batu-batu yang menjulang tinggijberdiri ke mancanagara. * latan, tempat tinggal Hyang Brahma, merah warnanya. Pasima, barat, tempat tinggal Hyang Mahadewa, kuning warnanya. Utara, utara, tempat tinggal Hyang Wisnu, hitam warnanya. Madya, tengah, tempat Hyang Siwa, aneka macam warnanya. Sementara itu, Cerita Pantun Eyang Resi Handeula Wangi memuat kosmologi Sunda yang membagi dunia ke dalam tiga bagian (triumvirate), yaitu Buana Nyungcung (dunia roh), Buana Panca Tengah (dunia manusia), dan Buana Larang. Mandala hanya dikenal di Buana Nyungcung. Oleh karena itu, jika dikaitkan dengan tatanan Gunung Padang yang terdiri atas lima undak/lima tingkatan, sesuai zamannya mungkin lebih cocokjika dihubungkan dengan pembagian tatanan ruang sebagaimana terungkap dalam Sanghyang Siksa Kandang Karesian, yang terdiri atas lima arah angin (Sanghiyang Wuku Lima di Bumi). Situs Gunung Padang bukanlah sebuah tempat yang berdiri sendiri, tetapi termasuk ke dalam sebuah sistern tata ruang kosmologis Sunda yang saling mempengaruhi dengan tenaga-tenaga yang bersumber pada tempat-tempat di sekitarnya, baik secara arkeologis, geologis, geomorfologis, filologis, antropologis, maupun folklor. Tenaga-tenaga ini mun~

nangtung itu kini hampir punah dan habis terjual serta berpindah

bisa menghasilkan kemakmuran dan kesejahteraan, atau bahkan bisa berakibat kehancuran. Hal ini bergantung kepada kearifan individu, kelompok masyarakat, serta pemerintah agar mampu menyelaraskan kehidupan dan kegiatan masyarakat dengan kosmologisnya. Tinggalan budaya masa silam yang tak ternilai harganya serta tidak tergantikan oleh materi, seperti Gunung Padang, selayaknya diraksa, diriksa, tur dimumule keberadaannya agar tidak terkikis oleh kepentingan ekonomi seperti layaknya Kabuyutan Batu Nangtung Pasir Ringgit Selareuma yang kini kian merana, karena adanya pihak-pihak terkait yang kurang begitu engeuh dan lebih mementingkan segenggam ringgit, dibandingkan dengan budaya karuhunnya. Miris memang, jika kita lewat di sekitar Batu Nangtung Pasir Ringgit Selareuma yang makin hari semakin terkikis, karena batu-batu yang menjulang tinggijberdiri nangtung itu kini hampir punah dan habis terjual serta berpindah ke mancanagara. Jika hal ini dibiarkan terusmenerus, generasi muda Sunda akhirnya hanya akan mengenang patilasannya bahwa di daerah Pasanggrahan Selareuma Sumedang Selatan pernah ada kabuyutan patilasan Prabu Gajah Agung dan Lembu

. Agung yang pernah berperan serta bertahta di Sumedanglarang. Generasi Muda Sunda yang berkunjung ke Situs Gunung Padang terasa semakin tertantang untuk menggali, meneliti, serta mengungkap lebih mendalam keberadaan Situs Gunung Padang, bukan hanya dari sudut pandang arkeologis, tetapi dari beragam sudut pandang ilmu secara multidisipliner. Seperti tanda pahatan/ukiran pada batu berbentuk kujang dan gambar wajah dan bekas telapak harimau, di samping ukiranukiran yang simetris pada beberapa batu, serta aspek lainnya yang berkaitan dengan sistem tataruang, wastuwidya beserta ragam hiasnya, di sampingjuga dari segi folklornya. Tantangan ini harus ditindaklanjuti oleh pemerintah setempat melalui perbaikan sarana dan prasarana yang lebih baik, untuk menumbuhkembangkan aset wisata bagi daerahnya, di samping mempertahankan dan melestarikan tinggalan budaya yang tidak dapat dinilai dengan materi semata. Semoga pula hasil KKL Mahasiswa Prodi Sastra Sunda FIB Unpad dapat mengungkap khazanah perbendaharaan budaya Sunda yang ada di Kabupaten Cianjur, khususnya Kecamatan Campaka. (Ells Suryani

N.S., dosen dan pemerhati budaya dari Universitas Padjadjaran)***

1