JURNAL SOSIALITA Volume 1 Nomor 1 Maret 2010. HUBUNGAN ... ada
berbagai segi seperti konsep diri kemampuan akademik, konsep diri penampilan
fisik,.
JURNAL SOSIALITA Volume 1 Nomor 1 Maret 2010 HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI KEMAMPUAN AKADEMIK DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN KESEHATAN MENTAL SISWA KELAS V, SD KANISIUS DEMANGAN BARU DEPOK, SLEMAN, DAERAH IST1MEWA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Niyoko dan Salamah ABSTRACT This research aimed at revealing the correlation between self concept on academic capability and IPS learning achievement with mental health among the students of elementary school. Research population involved 125 grade V students of Kanisius Elementary School, Demangan Baru, Depok, Sleman Yogyakarta Special Province. Yogyakarta. Data were analyzed through the use of multiple correlation, product moment correlation, and regression analysis. Result of correlation analysis showed that there was positive and significant correlation between self concept on academic capability and mental health ry1- 0.38, rtest > rtab (0.38 > 0.267). There was no correlation between IPS learning achievement and mental health ry2 = 0.05, rtes: < rtab (0.05 < 0.267). Result of regression analysis showed that there was influence of self concept on academic capability towards mental health of 14.44%, ttest>ttab (4.25 > 2.63); No influence of IPS learning achievement was found on mental health; if available, it was 0.25 % only, ttest < ttab (0.05 < 2.63). Results of multiple correlation analysis showed that there was no correlation and it was not significant ry1i2 - 0.39, Ftes < Ftab (0.001 < 4.79). Result of multiple regression analysis showed that there was no insignificant influence, because if self concept of academic capability value and learning achievement value increased, then mental health value was 40.45, just below mean value (mean = 47.27). Keyword: Self-concept, IPS learning achievement, Mental health.
Pendahuluan Pendidikan sekolah berfungsi mengembangkan kepribadian anak secara utuh melalui kegiatan belajar dan mengajar. Dalam kegiatan belajar dan mengajar tingkat pendidikan dasar, saiah satu mata pelajaran yang harus dipelajari siswa adaiah llmu Pengetahuan Sosial (IPS). Melalui mata pelajaran ini siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk hidup bersama orang lain dengan baik, menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Perkembangan kepribadian anak juga dipengaruhi oleh konsep diri anak. Konsep diri ini ada berbagai segi seperti konsep diri kemampuan akademik, konsep diri penampilan fisik, konsep diri verbal, konsep diri kestabilan emosi, dan sebagainya. Melalui pendidikan sekolah anak diharapkan mengalami proses perkembangan menuju pada kepribadian yang dewasa. Kepribadian yang dewasa itu dapat ditunjukkan dengan adanya kesehatan mental pada diri anak tersebut. Namun begitu, akhir-akhir ini banyak dijumpai perilaku menyimpang secara sosial yang diiakukan para siswa. Menurut ilmu kesehatan mental
perilaku yang menyimpang secara sosial itu merupakan gangguan mental, yaitu ketidakmampuan seseorang menyesuaikan diri dengan baik dalam kehidupannya, yang akibatnya akan merugikan dirinya sendiri maupun masyarakat. Kajian Teori A. Konsep Diri Menurut Centi (Hardjana, 2006: 9), konsep diri (self-concept) adaiah gagasan tentang diri sendiri. Konsep diri terdiri dari bagaimana seseorang melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana seseorang merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana seseorang menginginkan diri sendiri menjadi manusia cebagaimana diharapkan. Pengiihatan seseorang atas diri sendiri disebut gambaran diri (self-ima. Perasaan seseorang atas diri sendiri merupakan penilaian ora tersebut atas diri sendiri (self-evaluation). Harapan seseorang dirinya sendiri manjadi cita-cita diri (self-ideal). Slavin (2000: 86) menyampaikan pendapatnya tetar konsep diri demikian: "Selfconcept: a person's perception of he her own strengths, weaknesses, abilities, attitudes and values". Konsep diri adalah pemahaman seseorang atas kekuai kelemahan, kemampuan, sikap, dan nilai sendiri. Dinkmeyer (1965: 193) mengatakan, "... the child has growing awamess of self as he begins his interaction with significant people in his environment" - "anak-anak menga pertumbuhan kesadaran-dirinya sejak dia mulai berinteraksi den orang-orang penting calam lingkungan dia". Konsep diri akan mempengaruhi diri dan hidup seseo Centi (Hardjana, 2005: 25-26) mengatakan bahwa cara sesec memandang dirinya, akan mewamai pemikiran, emosi, perilaku. kebahagiaan hidup secara keseluruhan. Konsep diri yang negal( akan cenderung membawa seseorang kepada kegagalan. Konsep diri yang positif, akan cenderung membawa seseorang kepifl keberhasilan. Karena seseorang berperilaku sesuai deng gambaran diri. Konsep diri juga berpengaruh pada kesehatan meta sebagaimana diungkapkan berikut ini: The developing concept of self is important not only for child's effectiveness as a leaner, but also for his mental he, Therapists have come to recognize the importance of the concept. Olson and Wattenberg stated: mental health is depe upon the strenght of ego, the wholesomeness of the self-concept. (Dinkmeyer, 1965: 214). Perkembangan konsep-diri adalah penting tidak hanya untuk efektivitas anak sebagai pelajar, tetapi juga untuk kesehatan mental mereka. Para ahli terapi mengakui pentingnya konsep diri. Olson dan Wattenberg menyatakan: kesehatan mental tergantung atas kekuatan ego, dan konsep-diri yang sehat. B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) National Council for the Social Studies (Saidiharjo, 2004: 31) mengemukakan pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai berikut: IPS adalah "the study of political, ekonomic, cultural, and environmental aspect of societies in the past, present and future" atau "as the social sciences simplified for paedagogical purposes". IPS adalah studi tentang politik. ekonomi, budaya, dan aspek lingkungan masyarakat dalam waktu yang lalu, sekarang dan yang akan datang, atau ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan-tujuan pendidikan. Bart (1990: 28) mengutarakan pendapatnya demikian " Social studies is the
interdisciplinary integration of social science and humanities concepts for the purpose of practicing citizenship skills on critical social issues". Studi sosial adalah integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial dan konsep-konsep kemanusiaan untuk tujuan praktis kecakapan-kecakapan kewarganegaraan atas isu-isu sosial yang kritis atau genting. Pada tahun 1992, National Council for the Social Studies telah menetapkan defrnisi studi sosial demikian: Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaelogy, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural so (http://www. social studies, org/standards/introduction). Studi sosial adalah integrasi bahan pelajaran dari ilmu sosial dan kemanusiaan, untuk mengembangkan kompetensi kewarganegaraan. Dalam program sekolah, disediakan bahan pelajaran sosial yang terkoordinasi dan sistematis, yang diar sedemikian rupa dari berbagai disiplin ilmu. seperti antral arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu psikologi, agama, dan sosiologi, dan juga bahan pelajaran yang sesuai dari ilmu sastra, matematika, dan ilmu alam. Tujuan Mata Pelajaran IPS menurut Nebraska Social Studies sebagai berikut: "The mission of the social studies is to develec capable citizen who are empowered with knowlegde, skill as attitudes enabling them to make informed decisions in a culturally diverse and interdependent world" (http://en.wikipedia.org/wiki/in Sentience). Misi studi sosial adalah untuk memperkembangkan kecakapan warga negara, yang diberdayakan dengan ilmu, ketrampilan, dan sikap, yang memungkinkan mereka membuat keputusan yang dapat diinformasikan dalam keragaman kebudayaa dan dalam dunia yang saling ketergantungan. Ellis (1998: 1) mengatakan: "Social studies is the study of human beings. The purpose of social studies in the elementary schoo curriculum is to introduce children to the world of people". Studi sosia adalah studi mengenai manusia. Tujuan studi sosial dalam kurikulunn sekolah dasar adalah untuk memperkenalkar. anak-anak pada dunia manusia. Tujuan mata pelajaran IPS sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (2006: 621) yaitu, agar peserta didik memiliki kemampuan: 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosiai dan kemanusiaan. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. C. Prestasi Belajar Untuk menilai kemajuan siswa dalam pencapaian hal yang dipelajari di sekolah digunakan achievment test (tes prestasi), dan yang seringkali digunakan adalah tes buatan guru (teacher made test), bukan tes standar (standardized). Pencapaian tujuan pembelajaran itulah yang disebut prestasi belajar. (Suharsimi Arikunto, 2008: 3)
"Learning is usually defined as a change in an individual caused by experience" (Slavin, 2000: 141) - "Belajar lazim didefinisikan sebagai perubahan dalam diri individu oleh karena pengalaman". Proses belajar-mengajar menghasilkan sejumlah perubahan di pihak siswa, perubahan itu merupakan kemampuan di berbagai bidang yang sebelumnya tidak dimiliki (Winkel, 2007: 540). Kemampuan itu meliputi bidang pengetahuan/pemahaman, bidang keterampilan, bidang nilai dan sikap. Kemampuan-kemampuan itu dihasilkan karena usaha belajar, namun masih merupakan kemampuan internal yang harus dinyatakan atau dibuktikan dalam suatu prestasi, Jadi prestasi belajar adalah hasil usaha atau hasil kegiatan belajar. Prestasi belajar merupakan kecakapan nyata yang dapat diukur secara langsung dengan tes dan dapat dihitung hasilnya. Maka dapat dikatakan pula bahwa prestasi belajar merupakan manifests, kemampuan belajar siswa yang terukur secara langsung dan dapat diperhitungkan hasilnya. D. Kesehatan Mental Yustinus Semiun (2006: 50) mengemukakan defir i kesehatan mental sebagai berikut: 1. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup. 2. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan sega 3 kapasitas, kreativitas, energi, dan dorongan, yang ada semaksimal mungkin sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain serta terhindar dari gangguan atau penyak-mental (neurosis dan psikosis). Schneiders (Semiun, 2006: 52-55) mengemukakan beberaps kriteria yang sangat penting dan dapat digunakan untuk menila kesehatan mental. Kriteria tersebut antara lain: efisiensi menta pengendaiian dan integrasi pikiran dan tingkah laku; integrasi motif-motif serta pengendaiian konflik dan frustrasi; perasaan-perasaa-dan emosi-erhosi yang positif dan sehat; ketenangan atau kedamaiar pikiran; sikap-sikap yang sehat; konsep-diri/self-concept yang sehat identitas ego yang adekuat; dan hubungan yang adekuat dengan kenyataan. Menurut Johada (Scott, 1961) terdapat tiga ciri pokok menta; yang sehat. yaitu: (a) The person displays active adjusment, or attempt at mastery of his environment, in contrast to lack of adjusment or indiscriminate adjusment through passive acceptance of social condition, (b) The person manifests unity of personality - the maintenance of a stable integration which derives from active adjusment. (c) The person perceives the world and himself correctly, independent of his personal needs (Notosoedirdjo dan Latipun, 2007: 31). (a) Seseorang yang menunjukkan penyesuaian diri secara aktif, atau berusaha menguasai lingkungannya, berbeda dengan orang yang kurang dalam penyesuaian diri atau penyesuaian diri dengan sembarangan sampai pasif daiam penerimaan atas kondisi sosial. (b) Seseorang yang mencerminkan kepribadian utuh -memelihara atas integrasi stabil yang diperoleh dari penyesuaian diri secara aktif. (c) Seseorang yang merasa dirinya dan dunia itu tepat/cocok, mandiri dari kebutuhan-kebutuhan pribadinya. Allport (Libert & Spiegler, 1974: 6) memberikan definisi kepribadian sebagai berikut : "Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical system, that determines his unique adjusment to his environment- "Kepribadian adalah kesatuan organisasi yang dinamis sifatnya dari sistem psikofisis individu yang menentukan kemampuan menyesuaikan diri yang unik sifatnya terhadap lingkungannya".
Kerangka Berpikir Pendidikan sekolah melaksanakan program pendidikan yang di dalamnya anak didik harus mempelajari sejumlah mata pelajaran. Salah satu mata pelajaran itu adalah IPS. Melalui pelajaran IPS diharapkan anak didik mengalami perkembangan kepribadiannya secara menyeluruh, sehingga ia dapat memahami lingkungan sosialnya, memahami manusia dengan kegiatan dan interaksinya diantara mereka, anak didik juga diharapkan menjadi anggota masyarakat yang produktif dan dapat memberikan andilnya dalam masyarakat yang merdeka, mempunyai rasa tanggung jawab, tolong menolong dengan sesamanya, dan dapat mengembangkan nilai dan ide-ide bagi masyarakatnya. Kepribadian yang utuh dan dewasa itu dapat dilihat atau terdapat kesesuaian dengan keadaan mental yang sehat, yaig memiliki kriteria antara lain: memiliki perasaan aman (sense of security); memiliki penilaian diri (self evaluation) yang positif dm wawasan (insight) yang rasional; memiliki spontanitas emosionalitas yang tepat; memiliki kontak dengan realitas secara efisien; memiliki dorongan-dorongan dan nafsu-nafsu jasmaniah yang sehat; mempunyai pengetahuan diri yang cukup; mempunyai tujua-hidup yang adekuat; memiliki kemampuan untuk belajar dam pengalaman hidupnya; ada kesanggupan untuk memuaskan tuntuta--tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan kelompoknya; ada sika: emansipasi yang sehat terhadap kelompoknya dan terhada: kebudayaan; dan ada integrasi dalam kepribadiannya. Anak didik yang memiliki konsep diri positif akan mencapa prestasi belajar yang baik, dan juga mencapai kesehatan mental yang baik. Pada gilirannya anak didik yang kesehatan mentalnya baik aka-mampu menyesuaikan diri dalam kehidupannya, sehingga perilak^ anak didik tersebut tidak akan menyimpang dari norma-norma sosial. Uraian tersebut dapat ditunjukkan da'am skema berikut ini: Konsep diri kemampuan akademik
Kesehatan mental
Prestasi belajar IPS
Pengajuan Hipotesis 1. Ada hubungan positif antara konsep diri kemampuan akademik dengan kesehatan mental siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru, Depok, Sleman. Daerah Istimewa Yogyakarta, tahun pelajaran 2008 - 2009. 2. Ada hubungan positif antara prestasi belajar IPS dengan kesehatan mental siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, tahun pelajaran 2008 - 2009. 3. Ada hubungan positif antara konsep diri kemampuan akademik dan prestasi belajar IPS secara bersama-sama dengan kesehatan mental siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, tahun pelajaran 2008 -2009 Metode Penelitian
A. Definisi operasional 1. Konsep diri kemampuan akademik ialah cara pandang seseorang dalam melakukan penilaian pada kemampuan akademik atau keberhasilan dirinya di sekolah. 2. Prestasi belajar IPS ialah bukti keberhasilan yang dapat dicapai dalam belajar IPS, yang dinyatakan pada nilai mata pelajaran IPS 3. Kesehatan mental ialah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat, serta lingkungan di mana i? hidup. 4. SD Kanisius Demangan Baru ialah lembaga pendidikan dasar yang berada dibawah Yayasan Kanisius cabang Yogyakarta, yang beralamat Jalan Demangan Baru nomor 22, Depok, Sleman. Daerah Istimewa Yogyakarta. B. Subjek Penelitian 1. Populasi Populasi adalah seluruh siswa kelas V SD Kanisius Deman: Baru, Jalan Demangan Baru No. 22, Catur Tunggal, De: Sleman, DIY. Tahun Pelajaran 2008/2009. Jumlah siswa kela: adalah 125 anak. 2. Sampel Pengambilan ukuran sampel didasari pada tabel penentuan jurrva' sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan dari Isaac c Michael, untuk tingkat kesalahan 5% (Sugiyono, 2007: 126-128; N = 125 berada diantara 120 - 130 , dengan signifikansi 5:: berada diantara 89 - 95 , maka ditentukan jumlah sampel 92 anak. Terdapat 4 kelas dari seluruh populasi kelas V, maka tiap-tiap kelas diambil 23 anak secara random sebagai sampel. C. Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan dua instrumen. Pertama, skaia konsep diri kemampuan akademik. Skala ini diadopsi dari skala sikap yang dikembangkan oleh Herbert W. Marsh, ahli Psikoloc Perkembangan, dan University of Western Sidney, berdasar teori Shavelson (Amaryllia, 2007: 89-90), Kedua, skala kesehatan menta dirancang dan disusun oleh Peneliti. Guna mengetahui reliabilitas dan validitas instrumen. kedua instrumen tersebut telah diujicobakar terlebih dahulu pada 23 siswa. 1. Uji Reliabilitas dan Validitas Skala Konsep Diri Kemampuan Akademik. Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha, dengan terlebih dahulu menghitung varians masing-masiny item. Koefisien reliabilitas Skala Konsep Diri Kemampuan Akademik adalah 0,85. Menurut Kaplan dan Saccuzo (Mawardi Lubis, 2008: 71) koefisien reliabilitas dianggap bermakna bila mencapai minimal 0,70. Jadi koefisien reliabilitas Skala Konsep Diri Kemampuan Akademik dapat diterima. Uji validitas item menggunakan korelasi product-moment, yakni mengkorelasikan distribusi skor item dengan distribusi skor skala. Validitas Item Konsep Diri Kemampuan Akademik sebagai berikut: Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Koef. 0,69 0,69 0.61 0,77 0,44 0,71 0,58 0,82 0,54 0,72 Batasan besarnya koefisien validitas item berdasarkan konvensi adalah 30. Item yang mencapai minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan (Saefuddin, 2007: 65). Jadi koefisien item-item Skala Konsep Diri Kemampuan Akademik memiliki daya beda yang memadai. Uji validitas skala juga memakai korelasi product-moment, yaitu menghubungkan skor Skala Konsep Diri Kemampuan Akademik dengan skor Skala Kesehatan Mental.
Koefisien korelasi = 0,36. Cronbach mengatakan bahwa koefisien yang berkisar antara 0,30 -0,50 telah dapat memberikan kontribusi yang baik (Saefuddin,2007: 101,103). Jadi koefisien validitas Skala Konsep Diri Kemampuan Akademik dapat diterima. 2. Uji Reliabilitas dan Validitas Skala Kesehatan Mental Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha, dengan terlebih dahulu menghitung varians masing-masing item. Koefisien reliabilitas Skala Kesehatan Mental adalah 0,80. Menurut Kaplan dan Saccuzo (Mawardi Lubis, 2008: 71) koefisien reliabilitas dianggap bermakna bila mencapai minimal 0,70. Jadi koefisien reliabilitas Skala Kesehatan Mental dapat diterima. Uji validitas item menggunakan korelasi product-moment yakni mengkorelasikan distribusi skor item dengan distribusi skor skala. Validitas Item Skala Kesehatan Mental sebagai berikut: Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Koef. 0,31 0,67 0,76 0,59 0,52 0,52 0,58 0,57 0,72 0,58 Batasan besarnya koefisien validitas item berdasarkan konvens adalah 30. Item yang mencapai minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan (Saefuddin, 2007: 65). Jadi koefisien item-item di atas memiliki daya beda yang memadai. Uji validitas Skala Kesehatan Mental menggunakan korelas product-moment pula, yakni menghitung koefisien korelasi antara Skala Kesehatan Mental dengan Skala Konsep Diri Kemampuan Akademik. Besarnya koefisien validitas adalah 0,36 ; maka koefisien ini juga dapat diterima. D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode pengumpulan data survai. 2. Teknik pengumpulan data kuesioner atau angket 3. Untuk memperoleh data konsep diri kemampuan akademik menggunakan angket yang berisi pernyataan-pemyataan yang berhubungan dengan konsep diri kemampuan akademik yang harus ditanggapi oleh siswa. 4. Untuk mendapatkan data prestasi belajar IPS, diambilkan dari data nilai siswa pada mata pelajaran IPS. 5. Untuk mendapatkan data kesehatan mental, menggunakan angket yang berisi pernyataanpemyataan yang berkaitan dengan kesehatan mental yang harus ditanggapi oleh siswa. E. Teknik Analisis Data 1. Pola hubungan antar variabel digambarkan sebagai berikut: Konsep diri kemampuan akademik (X1) Prestasi belajar IPS (X2) Kesehatan mental (Y) X1 Y X2
2. Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi berganda. Korelasi berganda (multiple correlation) merupakan alat ukur untuk mengetahui pertautan (association) antara variabel tidak bebas (variabel Y) dengan variabel bebas (X1( X2) secara serempak (bersama-sama). 3. Koefisien korelasi berganda (R) dihitung melalui jalur terjadinya hubungan antara satu variabel tidak bebas (Y) dengan dua variabel bebas (X1, X2) yakni yang berupa regresi linear berganda : y' = a + b1X1 + b2X2. Berdasarkan regresi linear berganda tersebut koefisien korelasi dihitung dengan : b X 1Y b2 X 2Y R 1 Y 2 4. Hubungan antara XT dengan Y, X2 dengan Y, dihitung denga-teknik korelasi product moment: N XY ( X )( Y ) rxy {N X 2 ( X )2}{N Y 2 ( Y )2} Hasil Penelitian 1. Korelasi Konsep Diri Kemampuan Akademi dengan Kesehatan Mental Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi kedua variabe tersebut positif dan signifikan. Besarnya r hitung = 0,38 ; r tabel = 0,267 ; r2= 0,144 . Persamaan regresi y'= 31,32 + 0,34 X1 ; dari u persamaan regresi didapat t hitung = 4,25 ; t tabel = 2,63 ; hal in berarti menunjukkan adanya pengaruh konsep diri kemampuar akademik terhadap kesehatan mental. Jika dipersentasekar pengaruh konsep diri kemampuan akademik terhadap kesehatar mental besarnya 14,40 %. Sisanya yang besarnya 85,60 % dipengaruhi oleh faktor-faktor selain konsep diri kemampuar akademik. 2. Korelasi Prestasi Belajar IPS dengan Kesehatan Mental Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi kedua variabel tersebut tidak' signifikan. Besarnya r hitung = 0,05 ; r tabel = 0,267 ; r2 = 0,0025 . Persamaan regresi y' = 45,21 + 0,03 X2 ; dari uji persamaan regresi didapat t hitung = 0,50 ; t tabel = 2,63 ; hal ini berarti menunjukkan tidak ada pengaruh prestasi belajar IPS terhadap kesehatan mental. Jika ada pengaruh besarnya hanyalah 0,25 %. Sisanya yang besarnya 99,75% dipengaruhi oleh faktorfaktor selain prestasi belajar IPS. 3. Korelasi antara Konsep Diri Kemampuan Akademik dan Prestasi Belajar IPS secara bersama-sama, dengan Kesehatan Mental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antara konsep diri kemampuan akademik dan prestasi belajar IPS secara bersama-sama dengan kesehatan mental. Besarnya r hitung = 0,39 ; dari uji signifikansi didapat F hitung = 0,001 ; sedangkan F tabel = 4,79 hal ini berarti koefisiensi korelasi ganda tidak signifikan. Persamaan regresi y' = 24.65 + 0,38 Xi + (-0,07)X2. Apabila secara bersama-sama kualitas konsep diri kemampuan akademik ditingkatkan hingga nilai optimal yakni sebesar 60 (6 skor tertinggi, 10 jumlah item instrumen), dan kualitas prestasi belajar IPS ditingkatkan hingga nilai optimal yakni 100, bagaimanakah kualitas mentalnya ? Maka kualitas kesehatan mentalnya menjadi : y' = 24,65 + 0,38 (60) + (-0,07)(100) = 40,45 (nilai kelompok bawah). Jadi meskipun kualitas konsep diri kemampuan akademik dan prestasi belajar IPS ditingkatkan hingga optimum, kualitas mentalnya rendah (berada di kelompok bawah), hal ini dikarenakan korelasi ganda yang
ditemukan rendah dan tidak signifikan. Kesimpulan 1. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara konsep diri kemampuan akademik dengan kesehatan mental. Nilai konsep diri kemampuan akademik memberi kontribusi yang berarti pada kesehatan mental. Besarnya nilai konsep diri kemampuan akademik berpengaruh terhadap besarnya nilai kesehatan mental siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru, Depok, Sleman, DIY tahun pelajaran 2008/2009. 2. Tidak ada korelasi yang signifikan antara prestasi belajar dengan kesehatan mental. Sekalipun ada korelasi tetapi lemah. Prestasi belajar IPS tidak memberi kontribusi yang berarti pada kesehatan mental. Besarnya prestasi belajar IPS tidak berpengaruh terhadap besarnya nilai kesehatan mental siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru, Depok, Sleman, DIY, tahun pelajaran 2008/2009. 3. Tidak ada korelasi yang signifikan antara konsep diri kemampuan akademik dan prestasi belajar IPS secara bersama-sama dengan kesehatan mental. Sekalipun ada korelasi tetapi lemah. Konsep diri kemampuan akademik dan prestasi belajar IPS secara bersama-sama tidak memberikan kontribusi yang berarti terhaca; kesehatan mental siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru, Depok, Sleman, DIY. tahun pelajaran 2008/2009. Daftar Pustaka Amaryllia Puspasari. (2007). Mengukur Konsep Diri Anak. Jakarta Elex Media Komputido. Azwar Saifuddin. Pelajar Offset.
(2007).
Pengukuran
Skala
Psikologi
(ed.1, Yogyakarta: Pustaka
Azwar Saifuddin. (1988). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya (ed. 1). Yogyakarta: Liberty. Bangun Sungkono. (2006). Upaya Meningkatkan Minat Belajar IPS melalui Cooperative Learning di SMP Negeri 2 Lumbir. Tes s Magister tidak diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta Yogyakarta. Barth, James, L. (1990). Methods of Instruction in Social Studies Education (America, Inc Education (& ed.) Lanham, Maryland: University Press of Centi, Paul. J. (1993). Mengapa Rendah Diri ? (Terjemahan A.M. Hardjana). Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice - Hall, 1981. Dinkmeyer. Don. C. (1965). Child Development The Emerging Self. Englewood Cliffs, New Yersey: Prentice-Hall, Inc. Djarwanto dan Pangestu Subagyo. (1996). Statistik Induktif. Yogyakarta: BPFE. Ellis, Arthur, K. (1977). Teaching and Learning Elementary Social Studies (6 ed.). Needham Heights: Allyn & Bacon A Viacom Company. Hartono. (2008). Statistik untuk Penelitan. Yogyakarta: LSFK2P dan Pustaka Pelajar.
Kartini Kartono. (1989). Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Mandar Maju. Liebert, Robert, M., Spiegler.Michael, D., (1974). Personality: Strategies for The Study of Man (Rev. ed.). Homewood, lllionis: The Dorsey Press. Lubis, M., (2008). Evaluasi Pendidikan Nilai. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Marjoko. (2006). Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPS melalui Model Cooperative Learning di SMP Negeri 3 Cilacap. Tesis Magister tidak di terbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Moeljono Notosudirdjo, Latipun. (2007). Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan (ed. 4). Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah. Muijs, D. & Reynold, D. (2008). Effective Teaching. (Terjemahan Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto). London: Sage Publications Ltd (Buku asli edisi 2 diterbitkan tahun 2008). National Council for the Social Studies. (1992). What is Sociai Studies. Diambil pada 27 Februari 2009, dan http://www.social studies.org/standards/introduction.
tanggal
Nebrasca Social Studies. (1993). Mission Statement. Diambil pada tanggal 27 Februari 2009, dan http://en.wikipedia.org/wiki/Sentience. Nurhadi, Burhan Yasin, Senduk, A.G. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK (ed.2. rev.). Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press). Pearson, J. C. (1985). Gender and Communication. Dubuque Iowa: Wm.C. Brown Company Publishers. Peraturan Menteri. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Nomor 22. Tahun 2006, tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Saidihardjo. (2004). Pengembangan Kurikulum llmu Pengetahuan Sosial (IPS), Yogyakarta: Program Pascasarjana Universita Negeri Yogyakarta. __________. Pengembangan Materi IPS Terpadu. Diktat Kuliah Prodi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
IPS
Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat (Terjemahan Yustinus). New York: D. Van Nostrand Company. (Buku asli diterbitkan tahun1977). Self-Concept, Diambil pada tanggal http://en.wikipedia.org/wiki/Sentience.
27
Februari
2009,
dari
Semiun, Y. (2007). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius Slavin, Robert, E. (2000). Educational Psychology: Theory and Practice (2 ed.). Needham
Heights: Allyn & Bacom A Pearson Education Company. Stanley B. William. (Ed.) (1991). Tinjauan Tentang Penelitian Dalam Pendidikan llmu-llmu Sosial: 1976-1983. (Terjemahan Kaluge Lauren, Abdul Wahab). National Council for the Social Studies. Buletin 75. (Judul asli: Review of Research in Social Studies Education: 1976-1983). Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sumadi Suryobroto. (1984). Psikologi Perkembangan (ed. 4). Yogyakarta: Rake Press. Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Winkel, W. S. (2007). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.