memaksimalkan keuntungan (economic rent) dari usaha perikanan dan ...
dipelajari dampak penerapan kebijakan perikanan tersebut terhadap klaster.
Untuk.
i
Abstrak Perikanan adalah sumber daya alam yang dapat diperbarui dan pemanfaatannya harus dilakukan dengan terencana. Penurunan stok ikan atau deplesi akibat overfishing saat ini menjadi masalah global. Pembatasan upaya penangkapan (JTB) harus diterapkan untuk menjaga stok ikan lestari. Terdapat tiga pendekatan dalam menetapkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) yaitu pendekatan maksimum sustainable yield (MSY) yang memiliki tujuan utama menjaga kelestarian stok ikan, maksimum economic yield (MEY) dengan tujuan memaksimalkan keuntungan (economic rent) dari usaha perikanan dan Optimum sustainable yield (OSY) yang mengutamakan penyerapan tenaga kerja nelayan. Penetapan JTB akan memberi pengaruh pada stakeholder klaster industri perikanan, terutama industri pengolahan ikan. Inti klaster industri perikanan adalah industri penangkapan ikan dan industri pengolahan ikan dimana keduanya menyerap banyak tenaga kerja dan terjadi pertambahan nilai produk. Maka, perlu dipelajari dampak penerapan kebijakan perikanan tersebut terhadap klaster. Untuk itu perlu dikembangkan model klaster industri perikanan untuk simulasi kebijakan. Penelitian ini bertujuan (1) mengembangkan model klaster industri perikanan berkelanjutan, (2) melakukan simulasi untuk mempelajari keterkaitan antar aktor klaster dan (3) mempelajari dampak kebijakan perikanan terhadap klaster dan (4) menetapkan kebijakan yang paling sesuai bagi wilayah. Model simulasi untuk menguji penerapan kebijakan perikanan dan memperoleh indikator perikanan berkelanjutan dikembangkan dengan pendekatan sistem dinamik dan dimodelkan dalam software Powersim Studio Academic 2005. Model terdiri atas lima sub model yaitu (1) sub model stok ikan, (2) sub model upaya penangkapan, (3) sub model ekonomi perikanan, (4) sub model industri pengolahan ikan dan (5) sub model ekonomi industri. Pada model klaster industri perikanan berkelanjutan, eksploitasi sumber daya harus sebanding dengan laju pertumbuhan sumber daya sehingga tercipta kondisi keseimbangan atau “equilibrium”. Kesetimbangan harus diciptakan antara laju pertumbuhan stok ikan dengan jumlah tangkapan, juga antara total produksi perikanan dengan total kebutuhan bahan baku industri. Model klaster industri perikanan berkelanjutan ini kemudian diujikan pada klaster industri perikanan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. Klaster industri Muncar menghasilkan produksi perikanan utama Sardinella Lemuru yang status pemanfaatan telah overfishing dan terdapat berbagai industri pengolahan ikan di sekitar Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar yang tergantung pada suplai ikan lemuru sebagai bahan baku industri. Simulasi model sistem dinamik dilakukan dengan empat skenario, yaitu (1) Tanpa JTB, (2) Menetapkan JTB pada MSY, (3) Menetapkan JTB pada MEY dan (4) Menetapkan JTB pada OSY. Untuk memperoleh nilai JTB seperti yang diinginkan, dilakukan pembatasan fishing effort dengan memasukkan nilai fishing effort hasil perhitungan matematis Gordon-Schaefer ke dalam model. Kondisi steady state ditentukan ketika stok ikan telah mencapai nilai steady, MSY mencapai steady state
ii
pada 2023 dengan stok antara 120 ribu ton sampai126 ribu ton, MEY pada 2019 dengan stok ikan antara 163 ribu ton sampai 170 ribu ton dan OSY pada 2019 dengan stok 69 ribu ton sampai 79 ribu ton. Stok ikan adalah indikator ekologi yang menjadi titik awal kebijakan perikanan berkelanjutan. Tinjauan aspek ekonomi menemukan bahwa pendekatan MEY memberikan keuntungan ekonomi dari wilayah yang terdiri atas keuntungan seluruh kapal dan keuntungan seluruh industri. MSY memberi keuntungan kapal purse seine Rp 95 milyar/thn dan MEY 144 milyar/thn, sedangkan OSY 60 milyard/thn. Sedangkan total keuntungan industri hampir sama antara pendekatan MSY (353 milyar/thn) dan pendekatan MEY (352 milyar/thn), sedangkan pendekatan OSY memberikan 272 milyar/thn. Tinjauan aspek sosial berupa penyerapan tenaga kerja pada MSY sebesar 9 ribu orang, MEY sebesar 6 ribu orang dan OSY sebesar 11 ribu orang. Setelah dilakukan pembobotan pada berbagai indikator klaster, maka kebijakan penetapan JTB pada pendekatan MSY dan MEY memberi nilai yang sama. Namun secara ekonomi dan ekologi, pendekatan MEY memberikan performansi terbaik. Hasil pengujian menunjukkan bahwa model yang dikembangkan dapat memberikan nilai dari indikator-indikator klaster industri perikanan meliputi aspek ekologi, ekonomi dan sosial yang dapat membantu pengambilan keputusan kebijakan perikanan. Output model juga memberikan estimasi setelah berapa tahunkah penerapan pembatasan fishing effort dapat mengembalikan level stok ikan pada level yang menjamin kelestariannya serta tercapainya kondisi equilibrium antara laju pertumbuhan stok ikan dengan jumlah tangkapan seperti yang direncanakan. Model yang dikembangkan telah memberikan pendekatanpendekatan ilmiah bagi pengelolaan dan penilaian dengan wawasan keberlanjutan pada klaster berbasis sumber daya alam pada indusri perikanan.
Key words : klaster industri, perikanan berkelanjutan, sistem dinamik, simulasi