bisnis telekomunikasi, dan regulasi yang mengatur bisnis telekomunikasi
khususnya ... Mengenai perbedaan paradigma baru dan paradigmaa lama
mengenai ...
I. PARADIGMA BARU BISNIS TELEKOMUNIKASI
PENDAHULUAN
Pokok bahasan pada materi “Paradigma Baru Bisnis Telekomunikasi” meliputi paradigma yang terjadi pada bisnis telekomunikasi khususnya di Indonesia, pasar bisnis telekomunikasi, dan regulasi yang mengatur bisnis telekomunikasi khususnya di Indonesia.
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa dapat memahami paradigma yang terjadi pada bisnis pertelekomunikasian khususnya di Indonesia.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
1. Mahasiswa
dapat
mengetahui
paradigma
lama
bisnis
pertelekomunikasian di Indonesia. 2. Mahasiswa dapat mengetahui pergeseran paradigma yang terjadi pada bisnis telekomunikasi di Indonesia 3. Mahasiswa dapat memahami apa itu pasar monopolistik dan pasar kompetitif. 4. Mahasiswa dapat mengetahui regulasi yang mengatur penyelenggaraan pertelekomunikasian khususnya di Indonesia
Jaringan Telekomunikasi Lanjut
I-1
SKENARIO PEMBELAJARAN
1…………. 2…………. 3…………. 4………….
Kegiatan perkuliahan dilaksanakan dengan skenario sebagai berikut: 1. Perkenalan 2. Penjelasan tentang concept map (tunjukkan di peta konsep dimana posisi materi yang akan di bahas), pokok bahasan , dan kompetensi yang akan dicapai (TIU dan TIK). 3. Tes pendahuluan 4. Ringkasan materi disampaikan dengan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab. 5. Test akhir materi yang disampaikan 6. Evaluasi pencapaian 7. Penutup
RINGKASAN MATERI
1.1 Paradigma Bisnis Telekomunikasi Saat ini, pengguna jasa telekomunikasi membutuhkan layanan yang lebih dari sekedar sarana berkomunikasi untuk bertukar informasi berbasis suara. Ada kecenderungan di masyarakat, dimana terjadi pergeseran kebutuhan komunikasi dari berbasis voice menuju komunikasi berbasis data [3] Artinya kebutuhan akan informasi data saat ini menjadi sebuah keharusan disamping kebutuhan komunikasi voice itu sendiri. Adanya konvergensi antara kebutuhan komunikasi voice dan data informasi tentunya kini menjadi perhatian serius para penyedia jasa telekomunikasi. Di era globalisasi ini, sektor telekomunikasi telah memberikan peluang usaha yang sangat besar. Masyarakat yang haus akan kebutuhan berkomunikasi merupakan faktor penyebabnya. Kebutuhan untuk terintegrasi dengan daerah lain adalah sebuah kenyataan. Hal ini memunculkan
Jaringan Telekomunikasi Lanjut
I-2
pemain-pemain di sektor ini yang kemudian lebih sering disebut operator. Setiap operator jasa telekomunikasi yang bersaing berusaha untuk memberikan layanan yang terbaik bagi pelanggan dengan harga yang kompetitif. Persaingan ini, kemudian telah menciptakan suatu peluang baru yang besar bagi pembuat perangkat keras maupun lunak dalam menciptakan layanan-layanan dan teknologi-teknologi baru. Kenyataan-kenyataan tersebut mengarah pada keharusan perubahan paradigm di dunia telekomunikasi. Perubahan-perubahan itu meliputi berbagai hal. Pasar telekomunikasi kini telah beralih dari pasar monopolistik menjadi pasar dengan kompetisi penuh. Hal ini berimplikasi pada struktur industri yang tak lagi vertical, tetapi telah menjadi horizontal. Format penyampaian informasinya pun telah mengarah pada format multimedia atau konvergensi. Sistem pengenaan tarif juga berubah dari berbasis waktu menjadi berbasis volume (byte) [1]. Perubahan-perubahan tersebut kemudian memunculkan sebuah kenyataan bahwa kini content menjadi sebuah bagian yang penting dalam layanan telekomunkasi. Penyedia jasa telekomunikasi yang masih berkutat pada layanan perangkat keras saja akan tertinggal.
Tabel 1 Paradigma Lama Vs Paradigma Baru Bisnis Telekomunikasi [1]
Jaringan Telekomunikasi Lanjut
I-3
Pengguna kini membutuhkan fasilitas-fasilitas dari aplikasi terbaru untuk menunjang aktivitasnya. Pada dasarnya fokus pada content berarti mengalihkan perhatian
pada
pengembangan
layanan
yang
berbasis hardware beralih
ke software. Mengenai perbedaan paradigma baru dan paradigmaa lama mengenai bisnis telekomunikasi dapat dilihat pada Tabel 1
1.2
Pasar Monopolistik vs Pasar Kompetitif Dunia telekomunikasi di Indonesia mengalami perkembangan baru pada
pertengahan
2001.
Pertama,
dari
diterapkannya
perundang-undangan
telekomunikasi baru yang mendorong terjadinya iklim kompetisi yang lebih sehat di antara para pemain bisnis telekomunikasi utama, khususnya adalah PT. Telkom dan PT. Indosat [2]. Pemberitaan media massa nasional pada pertengahan 2001 sempat diramaikan oleh pro-kontra masalah cross ownership antara dua badan usaha milik negara (BUMN) bidang telekomunikasi yang besar ini. Masyarakat pengguna jasa telekomunikasi umumnya mungkin telah mengikuti perdebatan tentang cross ownership ini di media massa. Namun mereka belum menangkap secara jelas, apa pentingnya dan apa manfaat cross ownership antara Telkom dan Indosat ini bagi mayarakat. Cross ownership adalah program yang diminta Dana Moneter Internasional (IMF) kepada Pemerintah Indonesia, agar penyertaan saham Telkom dan Indosat di berbagai perusahaan swasta yang bergerak di bidang telekomunikasi diubah komposisinya, untuk suatu perusahaan hanya diperbolehkan dikuasai salah satu saja: Indosat atau Telkom [2,4]. Maka Telkom dan Indosat diharapkan memecah kepemilikan silangnya. Tujuannya untuk jangka panjang adalah agar terjadi persaingan yang sehat antara keduanya untuk berbagai bidang jasa telekomunikasi. Ketentuan baru ini membuka ruang bagi iklim yang lebih liberal, kompetitif, antimonopoli, multi-operator dan berpihak pada pelanggan. Reformasi telekomunikasi Indonesia ini sebenarnya juga menjadi bagian dari reformasi sektor telekomunikasi dunia. Selama ini, berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang lama, Telkom dan Indosat memang diberi semacam
Jaringan Telekomunikasi Lanjut
I-4
“monopoli” oleh Pemerintah untuk mengelola jasa dasar sektor telekomunikasi. Telkom menguasai jasa dasar telekomunikasi domestik, sedangkan Indosat menguasai jasa dasar telekomunikasi yang terkait dengan internasional (sambungan langsung internasional). Pihak swasta yang bergerak di bisnis telekomunikasi non-dasar harus bekerjasama dengan pengelola bisnis dasar, sehingga Telkom dan Indosat akhirnya terlibat dalam kepemilikan saham, baik secara sendiri maupun bersama, di perusahaan-perusahaan swasta tersebut. Akibatnya, terjadi semacam “monopoli” atau dominasi oleh keduanya terhadap sektor telekomunikasi Indonesia. Dengan adanya ketentuan perundang-undangan baru, yang menghapus praktik monopolistik-proteksionis di sektor telekomunikasi tersebut, tentu saja muncul sambutan positif dari kalangan bisnis. Dengan ketentuan baru ini, monopoli di bidang telekomunikasi akan berubah menjadi kompetisi. Ujungujungnya, ini akan bermuara pada persaingan harga, tingkat pelayanan, efisiensi kedua perusahaan, dan sebagainya. Bagi masyarakat dan pengguna jasa, sangat jelas keuntungannya. Mereka dapat memilih jasa atau produk yang diinginkan. Mereka juga dapat membandingkan tingkat layanan keduanya dan ini lebih baik dari kondisi sebelumnya.
1.3
Regulasi Sangat Ketat vs Light Touch Regulation Regulasi berhubungan dengan bagaimana cara mengkontrol manusia
atau perilaku sosial yang diatur oleh peraturan-peraturan atau batasan-batasan. Regulasi dapat berbentuk: batasan-batasan legal yang diumumkan oleh government authority, self-regulation, social regulation (contoh: norma-norma), co-regulation dan regulasi pasar [4]. Perubahan sudut pandang paradigma juga terlihat dari segi regulasi yang diberlakukan oleh pelaku bidang telekomunikasi, sehingga terkesan sangatlah ketat demi menajaga pasar monopolistik, hal yang sangat berbeda dapat di lihat pada paradigma baru yang mulai berlaku saat ini. Jika pada paradigma lama, regulasi yang ditetapkan (umumnya oleh pemerintah) terkesan parsial dimana
Jaringan Telekomunikasi Lanjut
I-5
peraturan yang dibuat terpisah-pisah sehingga masih sangat memungkinkan terjadi ketidaksinkronan dan ketidaksesuaian antar aturan-aturan yang dibuat. Pada paradigma baru ini yang dikenal dengan istilah light touch, aturan atau regulasi dibuat lebih bersahabat atau lebih sederhana, dimana aturan tersebut juga bersifat terintegrasi sehingga kita punya pedoman yang jelas mengenai aturan main atau regulasi yang ditetapkan. Light touch regulation adalah aturan yang mereduksi batasan yang ada sehingga memberi peluang besar bagi organisasi ataupun ekonomi untuk lebih berkembang jauh daibandingkan dengan jika dikontrol oleh satu pihak pemegang kuasa [1,4]. Salah satu contoh nyata tentunya kita akhir-akhir ini sangat familiar dengan adanya pro-kontra dengan RPM konten untuk materi dan kandungan multimedia di jaringan internet. Menurut RPM itu, konten multimedia adalah konten yang dimuat, didistribusikan, ditransmisikan, dibuat dapat diakses dan atau disimpan melalui atau dalam perangkat multimedia. Regulasi yang dipersiapkan sejak tahun lalu itu bertujuan untuk mencegah munculnya segala macam konten negatif yang timbul di dunia maya agar Internet dapat lebih sehat dan aman bagi pengguna. Hal tersebut sangat bertentangan dengan paradigma baru light touch regulation, dimana dengan light touch seharusnya untuk kontenkonten dan masalah kepatutannya diserahkan penilaianya kemasyarakat, lebih kearah kode etik, adapun untuk pengawasannya diatur dalam aturan konvergensi pemerintah.
1.4
Vertical Regulation vs Horizontal Regulation Perkembangan teknologi telekomunikasi terjadi dengan sangat cepat di
seluruh belahan dunia. Selain perkembangan teknologi, jumlah operator di tiap negara juga meningkat dan makin banyak negara yang membentuk badan regulasi untuk mengantisipasi timbulnya berbagai masalah di masa datang. Beberapa tujuan dibuatnya aturan-aturan regulasi antara lain [4]: a. Menjamin
tersedianya
akses
universal
terhadap
layanan
telekomunikasi dasar
Jaringan Telekomunikasi Lanjut
I-6
b. Mendukung pasar yang kompetitif agar dapat menyediakan layanan telekomunikasi yang efisien, berkualitas, canggih dengan harga yang bersaing. c. Saat kondisi kompetisi tidak ada atau gagal, regulasi dapat menjamin tidak terjadinya sikap anti kompetisi dan harga yang sewenangwenang dari pemain dominan. d. Menciptakan suasana kondusif untuk mendorong investasi dalam perluasan jaringan telekomunikasi. e. Meningkatkan kepercayaan dari masyarakat dengan regulasi dan proses pemberian lisensi yang transparan. f. Melindungi hak konsumen termasuk masalah privacy g. Mendorong keterhubungan telekomunikasi untuk seluruh pelanggan dengan pengaturan interkoneksi yang efisien. h. Optimalisasi sumber yang terbatas seperti spektrum radio dan penomoran.
Lisensi telekomunikasi adalah surat izin yang menyatakan sebuah organisasi dapat dengan resmi menawarkan layanan dan/atau mengoperasikan fasilitas telekomunikasi. Lisensi juga mengatur tentang hak dan kewajiban operator telekomunikasi [4]. Tujuan pemberian lisensi kepada operator telekomunikasi antara lain: a. Mengatur persyaratan dasar layanan telekomunikasi masyarakat b. Pengembangan jaringan, layanan dan tujuan universal access lainnya c. Privatisasi dan komersialisasi d. Regulasi struktur pasar e. Menetapkan kerangka kompetisi f. Alokasi sumber daya terbatas g. Menjadi sumber dana pemerintah h. Perlindungan pelanggan i.
Kepastian regulasi.
Jaringan Telekomunikasi Lanjut
I-7
Perubahan mendasar pada sektor jasa telekomunikasi terjadi dengan pergeseran paradigmaa lama ke paradigmaa baru, salah satunya dalam hal regulasi. Bisnis telekomunikasi dan informasi, mengalami pergeseran dari bisnis vertikal menuju ke bisnis horisontal. Bisnis vertikal pada dasarnya merupakan pembatasan bisnis terhadap jenis produknya, suatu badan usaha diberikan lisensi untuk mengadakan, mendistribusikan dan menjual satu atau dua produk saja. Namun dengan adanya perkembangan dan konvergensi teknologi yang pesat, bisnis vertikal mempunyai banyak kerugian, di antaranya :
Munculnya monopoli yang secara de facto tidak popular.
Rendahnya efisiensi dan performensi perusahaan akibat tidak fokus kepada fungsi bisnis utama yang akhirnya juga menurunkan mutu pelayaann dan memperkecil penguasaan pasar.
Sedangkan pada bisnis horisontal, suatu badan usaha hanya akan diberikan lisensi untuk mengelola suatu bisnis berdasarkan kepada fungsinya, apakah sebagai penyedia informasi / content, sebagai penyedia jasa / service, sebagai penyedia infrastruktur dan distribusi informasi, atau sebagai pembuat perangkat / hardware.
Gambar 1 Konvergensi Layanan Jaringan Telekomunikasi Lanjut
I-8
Pada vertical network provider menyediakan semuanya mulai dari service provision, akses sampai delivery melalui struktur infrastruktur jaringan yang dimiliki, selanjutnya dioptimalkan untuk kategori layanan tertentu. Sementara itu, pada horizontal network, terjadi pemisahan secara vertikal untuk masingmasing aktivitas baik content, service, network/infrastruktur, akses dan terminal. Pergeseran bisnis tersebut juga didukung dengan perubahan regulasi dari regulasi vertikal ke regulasi horizintal yang dapat menjamin persaingan bisnis secara sehat dan peningkatan penggunaan serta pertumbuhan teknologi informasi dan telekomunikasi.
1.5
Infrastruktur Telekomunikasi vs Infrastruktur Informasi Telekomunikasi Indonesia berawal dari tahun 1884, pemerintah colonial
Belanda mendirikan perusahaan swasta yang menyediakan jasa pos domestic dan jasa telegram internasional. Jasa telepon tersedia pertama kalinya di Indonesia pada tahun 1882. Dan sampai dengan tahun 1906, disediakan oleh perusahaan swasta dengan lisensi pemerintah selama 25 tahun. Tahun 1906, pemerintah kolonial Belanda membentuk departemen yang mengendalikan semua jasa pos dan telekomunikasi di Indonesia. Tahun 1961, beberapa dari jasa ini dipindahkan ke perusahaan milik Negara. Tahun 1965, pemerintah memisahkan jasa pos dan telekomunikasi ke dua perusahaan Negara, yaitu: PN Pos dan Giro, dan PN Telekomunikasi. Tahun 1974, PN Telekomunikasi dipecah menjadi dua yaitu: Perusahaan Umum Telekomunikasi dan PT Inti. Tahun 1980, bisnis telekomunikasi internasional dipindahkan ke Perumtel ke Indosat. Tahun 1991, pemerintah merubah Perumtel dari “Perusahaan Umum” menjadi “Persero” yaitu PT TELKOM. Tahun 1992, berdiri PT Lintasarta. Tahun 1993, berdiri PT Satelindo yang merupakan joint venture dari beberapa perusahaan telekomunikasi yaitu: TELKOM, Indosat, PT Bimagraha Telekomindo, dan DeTeMobil. Tahun 1995 dan tahun berikutnya berdiri beberapa perusahaan telekomunikasi lainnya, yang di dalamnya PT TELKOM mempunyai bagian saham,
Jaringan Telekomunikasi Lanjut
I-9
yaitu: Telkomsel, Komselindo, Mobilsel, Metrosel, Pasifik Satelit. Perusahaan telekomunikasi di Indonesia pada umumnya menyediakan produk berupa jasajasa
telekomunikasi,
baik
domestik
maupun
internasional.
Jasa-jasa
telekomunikasi yang ditawarkan meliputi sambungan tetap dan bergerak, komunikasi data, dan sewa sambungan, dan berbagai jasa bernilai tambah. Jasa-jasa tersebut secara rinci sebagai berikut:
Jaringan telepon umum / public switched telephone network
Jasa pelanggan telepon / telephone subscriber services
Jasa interkoneksi operator telekomunikasi / interconnection services to other telecommunication operators
Interkoneksi jarak jauh internasional / internasional long distance interconnection
Interkoneksi sambungan tetap dan bergerak / mobile and fixed cellular interconnection
Jasa sambungan bergerak / mobile cellular services
Jasa sambungan analog / mobile cellular services
Jasa sambungan GSM / GSM cellular services
Jasa sambungan PCN / PCN cellular services
Jasa satelit / satellite services
Jasa lainnya
VSAT
E-mail
Kartu telepon / calling cards
Tahun 2006, masyarakat di Indonesia sudah mulai mengenal teknologi generasi ketiga (3G). Ada juga pilihan koneksi internet ke aplikasi seluler dengan sistem UMTS, WiFi, dan WiMAX (Worlwide interoperability for Microwave Access). Aplikasi teknologi terbaru berkaitan dengan kecepatan akses sebagaimana ditunjukkan oleh beberapa jaringan operator seluler antara lain berupa jaringan cepat yang dikenal dengan High-Speed Downlik Packet
Jaringan Telekomunikasi Lanjut
I-10
Access (HSDPA) atau sering disebut dengan 3,5G; yaitu generasi yang merupakan penyempurnaan dari 3G. Pada perkembangan selanjutnya telekomunikasi Indonesia didominasi oleh layanan berbasis IT. Posisi IT yang strategis dalam ekonomi telah menjadikan jasa telekomunikasi sebagai jasa yang dapat diperdagangkan dan sarana vital bagi sebagian besar penyedia jasa lainnya. Maka, terjadilah konvergensi antara sektor telekomunikasi dengan IT. Dalam aspek bisnis saat ini, contohnya saja layanan broadband internet access baik menggunakan teknologi EDGE, GPRS, 3G sudah marak di kalangan masyarakat, hal ini menuntut ketersediaan konten. Produk asing yang sudah terkenal oleh masyarakat penggunan perangkat ICT di Indonesia ada banyak sekali, salah satu contohnya adalah facebook. Konten produksi dalam negeri yang paling banyak ditemukan yaitu sms berhadiah, sms ramalan, dan lain sebagainya. Bisnis untuk menyediakan konten layanan menjadi sebuah peluang usaha yang besar bagi para pelaku usaha.
1.6
Jasa Dasar dan Non-dasar vs Jaringan, Jasa, dan Konten Saat ini, perangkat ponsel sudah tidak lagi berfungsi sebagai alat
komunikasi semata. Berbagai fitur disediakan untuk membuat pengguna semakin nyaman dalam menggunakan ponselnya untuk aktivitas sehari-hari. Fitur-fitur yang umumnya ada di dalam ponsel dapat diperkaya dengan konten-konten yang menarik, berupa ringtone, gambar latar belakang (wallpaper), screen saver, dan games. Kebutuhan pengguna terhadap konten untuk melengkapi fungsi fitur di dalam ponsel, ternyata cukup besar. Hal tersebut sejalan dengan kebutuhan hidup masyarakt yang mengikuti gaya hidup saat ini, hal tersebut menjadi penopang mengapa bisnis konten akan sangat berkembang. Contoh paling nyata dapat kita lihat di Indonesia, PT. Telkom sebagai perusahaan Telkomunikasi terbesar diIndonesia yang melakukan reformasi bisnis dari jaringan ke bisnis konten. Hal tersebut memperlihatkan persaingan perusahaan yang bergerak
Jaringan Telekomunikasi Lanjut
I-11
dibidang telekomunikasi tidak lagi berkonsentrasi diinfrastruktur tetapi bagaimana meraup pasar layanan multimedia dan kontennya.
1.7
Format Terpisah vs Format Multimedia (Konvergensi) Konvergensi merupakan integrasi yang progresif dari beberapa platform
jaringan yang berbeda untuk menyalurkan layanan yang serupa dan atau layanan-layanan yang berbeda yang disalurkan pada platform jaringan yang sama. Konvergensi adalah bersatunya layanan telekomunikasi, teknologi informasi, dan penyiaran. Penyelenggaraan jasa telekomunikasi merupakan kegiatan penyediaan atau pelayanan jasa telekomunikasi yang memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi melalui media apa aja, termasuk TV, siaran, radio dan multimedia. Konvergensi yang sempurna terjadi pada jaringan masa depan. Dalam era konvergensi semua instrumen jaringan berbasis IP atau packet-based network. Setidaknya terdapat tiga penggerak utama konvergensi telekomunikasi yaitu :
Kemajuan Teknologi Seiring dengan berjalannya waktu akan muncul beragam solusi yang inovatif, interoperable dan bisa dieskalasi pada lingkungan IP. Perkembangan IPv6 yang mengantikan IPv4, munculnya digitalisasi pada beragam sektor. Teknologi komputer seperti perkembangan kemampuan CPU, kapasitas memori dan penyimpanan akan membawa dampak yang tidak sedikit. Perkembangan teknologi serat optik juga membawa pengaruh signifikan. Munculnya teknologi transport / core IP network yang memungkinkan pengiriman dan penyimpanan data dalam jumlah besar karena data besar dipecah-pecah dalam bentuk paket.
Kebutuhan Pelanggan Perkembangan
teknologi
baru
menyebabkan
munculnya
kebutuhan pelanggan untuk memanfaatkan teknologi bagi kehidupan
Jaringan Telekomunikasi Lanjut
I-12
sehari-hari. Keinginan untuk dapat bekerja dari rumah, melakukan real time, komunikasi dengan tatap muka, bisa menggunakan perangkat komunikasi sebagai alat pembayaran dan sebagainya. Penyebaran yang cepat dari broadband Internet akan memicu permintaan yang meningkat akan layanan data dan multi-media. Perkembangan VoIP, seluler, 3G, WLAN, Wi-Fi dan Digital TV semakin meningkatkan tekanan akan kebutuhan layanan yang beraneka ragam.
Kebutuhan Para Penyelenggara Perkembangan teknologi juga menghadirkan tantangan tersendiri bagi pelaku usaha.
Penyelenggara
jaringan
dan layanan
ingin
mempertahankan pendapatan karena dengan cara konvensional revenue mereka bisa turun. Para pelaku usaha juga ingin mengurangi biaya operasi maupun belanja modal serta menghemat beban-beban lainnya dengan memanfaatkan teknologi baru serta menghadirkan layanan baru. Hal ini juga didorong oleh meningkatnya kompetisi. Perubahan struktur pasar telekomunikasi ditandai dengan turunnya pelanggan dan revenue dari PSTN, meningkatnya kompetisi dan privatisasi, kebijakan deregulasi seperti deregulasi jaringan lokal, serta pengaruh globalisasi. 1.7.1 Dampak Konvergensi Munculnya konvergensi teknologi akan membawa dampak berupa berubahnya gaya hidup masyarakat sebagai konsumen, perubahan struktur bisnis dan cara menjalankan bisnis.
Perubahan Gaya Hidup Saat ini secara umum masyarakat Indonesia sudah mengalami ketergantungan yang mulai tinggi terhadap telepon bergerak. Koneksi online mulai populer baik untuk pengguna pribadi, keperluan bisnis maupun pendidikan. Terjadi penggabungan antara konten online dengan offline. Sebagian besar konten masih disediakan secara offline dalam bentuk CDROM (VCD/DVD), majalah dan buku, sementara contact lists ada pada
Jaringan Telekomunikasi Lanjut
I-13
aplikasi dan perangkat. Broadband access diperkenalkan dan digunakan, sedangkan e-commerce dan e-transaction belum populer. Di masa mendatang, setiap orang dan segala sesuatu terhubung di mana saja dan kapan saja. Hal ini akan membentuk ‘komunitas dinamis tanpa batas’. Tempat utama mencari konten adalah online. Koneksi dengan pita lebar sudah umum baik fixed maupun bergerak. Sedangkan e-commerce, etransaction menjadi hal yang utama. Jaringan yang konvergen akan meningkatkan efisiensi. Satu jaringan dapat dimanfaatkan untuk semua kebutuhan baik komunikasi suara, data, maupun video. Dengan demikian, biaya operasional akan semakin murah. Jaringan masa depan menggunakan teknologi digital sehingga menghasilkan kapasitas yang lebih tinggi serta lebih tahan terhadap gangguan. Era konvergensi memungkinkan migrasi yang mudah ke layanan baru yang ditawarkan oleh operator yang sama. Konsumen mempunyai kemampuan lebih untuk mengkonfigur dan mengelola layanan agar sesuai dengan kebutuhan mereka.
Implikasi Terhadap Bisnis Munculnya teknologi generasi mendatang akan mengubah peta bisnis telekomunikasi serta cara menjalankan bisnis secara umum. Akan terjadi transformasi struktur pasar telekomunikasi dari monopoli ke kompetisi. Teknologi baru akan membuka lebih banyak kesempatan berusaha termasuk bagi pengusaha kecil, menengah dan koperasi untuk menjadi penyedia layanan. Hal ini juga akan membuka peluang bagi pelaku usaha nasional maupun internasional untuk membangun bersama layanan teknologi informasi dan telekomunikasi di Indonesia. Untuk menjadi operator penyedia layanan tidak perlu syarat seperti dulu sebab tidak diperlukan investasi yang besar. Pembangunan jaringan dan layanan di masa mendatang akan lebih mudah dan murah karena munculnya beragam perangkat keras,
Jaringan Telekomunikasi Lanjut
I-14
perangkat
lunak
yang
sederhana
dengan
kemampuan
tinggi.
Pertumbuhan layanan dan konten yang menjadi faktor penting di masa depan. Layanan baru dapat dibawa ke pasar (time to market) lebih cepat dan lebih murah. Akan terjadi perubahan dari single access menjadi multiple services. Biaya akan menjadi lebih murah karena fungsi kepintaran jaringan dipindahkan dari core network ke access. Kompetisi telekomunikasi akan meningkat menjadi jauh lebih ketat.
1.8
Circuit Switched vs Packet Swicthed Perbedaan juga terlihat jelas dari segi teknis seperti kecenderungan
perubahan teknik switching dari bertipe circuit ke bertipe packet. 1.8.1
Circuit Switching Dalam dunia telekomunikasi, jaringan circuit switching adalah jaringan yang mengalokasikan sebuah sirkuit (atau kanal) yang dedicated diantara nodes dan terminal untuk digunakan pengguna untuk berkomunikasi. Sirkuit yang dedicated tidak dapat digunakan oleh penelepon lain sampai sirkuit itu dilepaskan, dan koneksi baru bisa disusun. Bahkan jika tidak ada komunikasi berlangsung pada sebuah sirkuit yang dedicated, kanal tersebut tetap tidak dapat digunakan oleh pengguna lain. Kanal yang dapat dipakai untuk hubungan telepon baru disebut sebagai kanal yang idle. Menerapkan sebuah path komunikasi yang dedicated (permanen) antara 2 buah station. Beberapa cirri dari switching jenis ini adalah :
Melibatkan tiga fase : 1. Circuit Establishment 2. Signal Transfer (mungkin analog voice, digitized voice, binary data) 3. Circuit dis/connect
Jaringan Telekomunikasi Lanjut
I-15
Kurang efisien karena koneksi tetap established walaupun tidak ada data yang ditransfer
Contoh konkret adalah public telephone network, PBX (Public Branches eXchange utk gedung)
Tidak kompleks dalam routing, flow control, dan syarat-syarat error control
1.8.2
Packet Switching Dalam packet switching, data yang ditransmisikan dibagi-bagi ke dalam paket-paket kecil. Jika source mempunyai message yang lebih panjang untuk dikirim, message itu akan dipecah ke dalam barisanbarisan paket. Tiap paket berisi data dari user dan info control. Info control berisi minimal adalah info agar bagaimana paket bisa melalui jaringan dan mencapai alamat tujuan. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari packet switching : 1. efisiensi line sangat tinggi; hubungan single node-to-node dapat dishare secara dinamis oleh banyak paket. Paket-paket diqueue dan ditransmisikan secepat mungkin. Secara kontras, dalam circuit switching, waktu pada dialokasikan
terlebih
dahulu
link node-to-node adalah menggunakan
time-division
multiplexing. 2. jaringan packet-switched dapat membuat konversi data-rate. Dua buah station yang berbeda data-ratenya dapat saling menukar paket. 3. ketika
traffic mulai padat, beberapa
call
diblok, yang
menunjukkan jaringan menolak permintaan koneksi tambahan sampai beban di jaringan menurun. Dalam packet switchied network, paket masih dapat diterima akan tetapi delay delivery bertambah.
Jaringan Telekomunikasi Lanjut
I-16
4. prioritas dapat digunakan. Jadi kalau sebuah node mempunyai sejumlah queued packet untuk ditransmisikan, paket dapat ditransmisikan pertama kali berdasarkan prioritas yang lebih tinggi. Paket-paket ini mempunyai delay yang lebih kecil daripada lower-priority packets. 1.9
Saluran Kabel vs Saluran Nir-kabel dan Bergerak Pelanggan telekomunikasi yang dahulu menggunakan saluran kabel kini
secara
drastis
berkembang,
beralih ke penggunaan
mobile. mobile
Semenjak terus
teknologi telekomunikasi
meningkat
setiap
tahunnya.
Pertumbuhan penggunaan mobile dapat dilihat melalui meningkatnya pasar selular di tiap tahunnya pada Gambar 2.
Gambar 2 Pertumbuhan Pasar Selulerdi Dunia [2]
Selain itu, penggunaan komunikasi dengan menggunakan saluran nirkabel akan terus meningkat. Berdasarkan survey yang dilakukan ITU pembangunan terminal untuk saluran nir-kabel di prediksikan akan terus meningkat terutama pada tahun 2010.
Jaringan Telekomunikasi Lanjut
I-17
Gambar 2 Pertumbuhan Pengguna Sistem Wire vs Wireless [2]
1.10
Pentarifan Berbasis Waktu vs Pentarifan Berbasis Volume Fenomena yang terjadi di masayarakat adalah terjadinya paradigma
dalam kebutuhan berkomunikasi. Dari yang asalnya komunikasi voice menjadi komunikasi data yang marak digunakan. Secara tidak langsung telekomunikasi telah menyentuh ranah teknologi informasi, dimana komunikasi data lebih berperan disana. Dengan kata lain akan berubah paradigma yang digunakan, jika dulu infrastruktur telekomunikasi lebih marak digunakan karena sebagian besar menggunakan voice, maka kedepannya infrastruktur yang banyak digunakan adalah infrastruktur informasi, dimana layanan akan kebutuhan komunikasi data akan jauh meningkat, melebihi komunikasi voice. Layanan yang ada akan lebih memfasilitasi pengiriman informasi dalam format multimedia, dimana format tersebut dapat mengakomodir berbagai kebutuhan informasi dengan format yang berbeda-beda seperti suara, data, teks, gambar, dan video. Penggunaan teknologi digital membuat penggunaan format multimedia tersebut dapat dilakukan. Perubahan tersebut mengakibatkan berubah pula paradigma terhadap pentarifan, dari yang asalnya pentarifan berdasarkan waktu dan jarak,
Jaringan Telekomunikasi Lanjut
I-18
maka kedepannya jarak dan waktu tidak akan menjadi faktor yang diperhituungkan, karena tarif akan mengacu kepada banyaknya volume (byte) yang digunakan dalam berkomunikasi.
1.11
Industrial Economy vs Knowledge Based Economy Secara
sederhana,
KBE
didefinisikan
sebagai
suatu
aktivitas
perekonomian yang bertumpu pada dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi [iptek] baik teknologi informasi maupun komunikasi sebagai elemen utama yang beperan penting dan memberi sumbangan siginifikan pada pertumbuhan ekonomi. Jika ada masa Industrial Economy,
tanah dan pabrik menjadi aset
ekonomi paling berharga serta sumber utama kemakmuran dan kesejahteraan, maka sekarang ini ilmu pengetahuan yang menjadi aset ekonomi paling utama dan faktor determinan dalam menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan. Ilmu pengetahuan merupakan komponen sangat vital untuk membangun kapasitas dan meningkatkan produktivitas, melebihi kekuatan modal dan tenaga kerja. Menyusul memudarnya era ekonomi industri, teknologi informasi dan telekomunikasi sudah mulai menunjukkan peran pentingnya bagi pembentukan era ekonomi baru, ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy). Teknologi informasi dan telekomunikasi digunakan untuk mendukung berbagai aktivitas masyarakat melalui penyampaian pesan dan informasi.
Selain itu,
telekomunikasi juga berperan signifikan dalam proses pendidikan masyarakat, penyebar-luasan pengetahuan, dan perkuatan budaya. Di era revolusi industri tahap II (sampai berakhirnya Perang Dunia II), manajemen dan organsisasi cenderung berbentuk hirarkis dan bersifat statis/kaku dengan birokrasi yang rumit. MOdal dan asset organisasi atau perusahaan lebih banyak ditekankan pada peralatan dan tenaga kerja produksi untuk meningkatkan jumlah dan aktivitas produksi. Tetapi, revolusi informasi telah membawa perubahan menuju suatu masyarakat yang berbasiskan informasi/pengetahuan (knowledge based society). Karakteristik manajemen dan
Jaringan Telekomunikasi Lanjut
I-19
organisasi bergeser ke struktur yang lebih flat dan fleksibel. Sebagian besar aset dan modal perusahaan digunakan untuk instalasi dan pemeliharaan infrastruktur teknologi informasi dan telekomunikasi. Teknologi informasi dan telekomunikasi digunakan untuk menekan biaya produksi sehingga menjadi lebih efektif dan efisien. Sedangkan di level manajemen, teknologi informasi digunakan untuk memfasilitasi knowledge management yang lebih baik dan lebih mudah baik secara intraperusahaan maupun antar perusahaan. Bila dikembangkan dan dilaksanakan secara benar, pemanfaatan teknologi informasi dan telekomunikasi ini akan mengurangi biaya produksi, meningkatkan efisiensi administrasi, dan meningkatkan produktivitas dan daya saing perusahaan.
EVALUASI
LATIHAN SOAL 1. Bagaimana paradigma lama bisnis telekomunikasi? 2. Jelaskan paradigma baru yang terjadi pada bisnis telekomunikasi! 3. Apa perbedaan antara pasar monopolistik dengan pasar kompetitif? 4. Apa yang dimaksud dengan regulasi horizontal dan apa bedanya dengan regulasi vertikal? 5. Jelaskan pentarifan berdasarkan waktu dan volume! 6. Apa yang dimaksud dengan konvergensi layanan pada sistem telekomunikasi? 7. Sebutkan jasa-jasa yang disediakan oleh para penyelenggara sistem pertelekomunikasian di Indonesia? 8. Apa yang anda ketahui tentang kartel yang pernah terjadi pada bisnis pertelekomunikasian di Indonesia?
Jaringan Telekomunikasi Lanjut
I-20
REFERENSI
1. http://www.telkomsel.com, ”Paradigma Baru Bisnis Telekomunikasi Telkomsel”, 2008. 2. http://www.imt-2000.com , “Konsep IMT-2000”, 2005. 3. http://www.postel.go.id/update/id/baca_info.asp?id_info=819, 2009. 4. Widyasthana,
Sandhy.,
Diktat
Kuliah
Mata
Kuliah
Regulasi
Telekomunikasi”, Institut TeknologiTelkom Bandung., 2009 5. Undang-Undang RI No 36 Tahun 1999.
Jaringan Telekomunikasi Lanjut
I-21