II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1. Eksploitasi Sumberdaya Alam. Sumberdaya alam
dan energi meliputi semua kandungan, apakah itu secara geologi ditunjukkan ...
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Eksploitasi Sumberdaya Alam Sumberdaya alam dan energi meliputi semua kandungan, apakah itu secara
geologi ditunjukkan atau dispekulasikan, apakah itu secara ekonomis dapat digali atau tidak dengan kondisi teknologi dan pasar yang ada. Cadangan (reserve) merupakan bagian dari sumberdaya alam dan energi yang meliputi semua kandungan geologi yang dapat digali secara ekonomis. Keberhasilan cadangan akan sangat tergantung pada rasio cadangan dengan pemakaian (reserve to use ratio) jika rasio tersebut konstan tinggi maka keberadaannya tidaklah terlalu mengkhawatirkan (availabelity adequate) yang tercermin dalam harga sumberdaya alam dan energi yang relatif murah, biaya eksploitatif rendah royaltif sewa yang murah serta rasio antara kapital dan tenaga kerja yang rendah. Tujuan pengolahan sumberdaya alam dan energi untuk mencapai tingkat penggunaan yang optimal tergantung pada tingkat pemanfaatan. Pemanfaatan yang berlebihan dan lebih besar dari eksploitasi
akan
mempercepat
habisnya
sumberdaya
alam
dan
energi
(Reksohadiprojo dan Pradono, 1994). Lingkungan hidup merupakan keterpaduan secara holistik, evolusioner dan interaksi antara ekosistem yang bermoral alam dengan sosiosistem yang bermoral manusia. Dalam upaya melestarikan lingkungan hidup dibutuhkan pengorbanan yang besar, dimana kebutuhan pembangunan akan sumberdaya tidak dapat ditinjau secara
Universitas Sumatera Utara
sepotong-sepotong, berdasarkan atas kedua hal tersebut lingkungan hidup dan pembangunan harus dikelola bersamaan (Murtopo, 1997). Pengelolaan lingkungan merupakan suatu kegiatan mengelola, dimana kemampuan mengelola tersebut akan menghasilkan lingkungan yang baik. Manajemen lingkungan yang bersifat dinamis dan dapat dilaksanakan serta memerlukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan kebijakan di dalam perusahaan. Perubahan tersebut akan memberikan pengaruh baik untuk jangka panjang ataupun jangka pendek serta mempunyai penerapan taktis maupun strategis. Manajemen lingkungan dalam pelaksanaannya dapat dianggap sebagai suatu keuntungan. Manfaat yang paling penting dari manajemen lingkungan adalah perlindungan terhadap lingkungan (Hadiwardjo,1997).
2.2.
Klasifikasi Sumberdaya Alam Secara umum sumberdaya alam dapat diklasifikasikan kedalam dua
kelompok. Pertama adalah kelompok yang disebut kelompok stok. Sumberdaya ini dianggap memiliki cadangan yang terbatas sehingga eksploitasi terhadap sumberdaya tersebut akan menghabiskan cadangan sumberdaya. Apa yang dimanfaatkan saat ini tidak lagi tersedia dimasa mendatang dengan demikian sumberdaya stok dikatakan tidak dapat diperbaharui (non renevable) atau terhabiskan (eksbaustible) termasuk kedalam kelompok ini antara lain sumberdaya mineral, logam, minyak dan gas bumi. Kelompok
kedua
adalah
sumberdaya
alam
yang
disebut
alur
(flows).
Pada jenis sumberdaya ini jumlah kuantitas fisik dari sumberdaya berupa
Universitas Sumatera Utara
sepanjang waktu. Berapa jumlah yang kita manfaatkan sekarang bisa mempengaruhi atau bisa juga tidak mempengaruhi ketersediaan sumberdaya dimasa mendatang. Dengan kata lain, sumberdaya jenis ini dikatakan dapat diperbarui (renewable). Kelompok sumberdaya ini untuk regenerasinya ada yang tergantung pada proses biologi dan ada yang tidak. Ikan dan hutan misalnya termasuk kedalam kelompok sumberdaya yang regenerasinya tergantung pada proses biologi (Fauzi, 2006).
2.3.
Bahan Galian C Pengelolaan bahan galian C sangat berhubungan erat dengan penyelamatan
sumberdaya alam disekitarnya. Pengerukan bahan-bahan galian C seperti pasir, kerikil maupun batu alam memberikan andil yang besar bagi kelestarian lingkungan, demikian halnya perambahan hutan di hulu sungai juga memberikan andil terhadap besar kecilnya debit air sungai (Kesumah, 2005). Menurut Sukandarrumidi (1999), bahwa pengerukan bahan galian C juga berakibat turunnya kualitas dan kuantitas sungai. Kualitas air menurun karena air sungai menjadi keruh sehingga jumlah cahaya yang mampu menembus sungai sangat sedikit dan ini sangat mempengaruhi proses fotosintesis hewan-hewan air. Sukandarrumidi (1999) menambahkan bahan galian adalah bahan yang dijumpai di dalam perut bumi baik berupa unsur kimia, mineral, biji ataupun segala macam batuan, di dalam pengertian ini termasuk bahan galian yang berbentuk padat seperti emas, perak, batu gamping, lempung, berbentuk cair seperti minyak bumi dan yodium, maupun berbentuk gas seperti gas alam.
Universitas Sumatera Utara
Lebih lanjut Sukandarrumidi (1999), menyatakan bahwa sistem dan cara penambangan bahan galian, tidak seluruhnya harus dengan cara penggalian atau pengerukan, namun juga dapat dilakukan dengan cara disemprot dengan air, disedot dengan pipa ataupun dipompa. Berdasarkan cara pengambilannya, seluruh bahanbahan tersebut diartikan sebagai bahan tambang. Penggolongan bahan galian diatur dalam
Undang-Undang Pertambangan
Republik Indonesia N0 37 Tahun 1960 juncto Undang-undang Pokok Pertambangan Republik Indonesia No 11 Tahun 1967 pasal 3, yang menyebutkan penggolongan bahan galian sebagai berikut : (1)
Bahan galian golongan A (bahan galian strategis) adalah bahan galian yang mempunyai peranan penting untuk kelangsungan kehidupan negara misalnya : minyak bumi, gas alam, batubara, timah putih, besi, nikel. Bahan galian jenis ini dikuasai oleh negara.
(2)
Bahan galian golongan B (bahan galian vital) adalah bahan galian yang mempunyai peranan penting untuk kelangsungan kegiatan perekonomian negara dan dikuasai oleh negara dengan menyertakan rakyat misalnya: emas, perak, intan, timah hitam, belerang, air raksa. Bahan galian ini dapat diusahakan oleh badan usaha milik negara ataupun bersama-sama dengan rakyat.
(3)
Bahan galian golongan C (tidak termasuk strategis dan vital) adalah bahan galian yang dapat diusahakan oleh rakyat ataupun badan usaha milik rakyat, misalnya batu gamping, marmer, batu sabak, pasir, kerikil, pasir urug.
Universitas Sumatera Utara
2.3.1. Dampak Akibat Penambangan Menurut Fairizal (2007) kegiatan penambangan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya adalah kegiatan penggalian atau pengerukan atau penambangan, pengangkutan dan reklamasi lahan bekas penambangan adalah sebagai berikut: a. Pengerukan atau penambangan, akibat pengerukan atau penambangan adalah terbentuknya menerapkan
cekungan-cekungan tata
cara
bekas
penambangan
penambangan. yang
baik
dan
Dengan
cara
benar
serta
mempertimbangkan aspek lingkungan tidak akan menimbulkan dampak negatif. b. Kualitas udara, dampak terhadap kualitas udara adalah peningkatan konsentrasi debu (partikulat) akibat aktivitas pengerukan atau penambangan dan pengangkutan, terutama berlangsung pada musim kemarau. Kuantitatif dampak relative kecil, hanya di sekitar Lokasi penggalian dan jalur transportasi yang dilalui dan berlangsung hanya untuk sementara waktu selama oprasi. c. Kualitas air, dampak terhadap kualitas air adalah perubahan sifat fisik, kimia serta biologi perairan. d. Perubahan tata guna lahan, dampak bersifat lokal dalam skala kecil dan bersifat sementara. e. Kebisingan, ditimbulkan oleh suara mesin alat berat (backhoe and truck hercules) yang menunjang aktifitas pengerukan/penambangan.
Universitas Sumatera Utara
f.
Pengangkutan, beberapa komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak dari kegiatan ini adalah ketenagakerjaan dan pendapatan. Kegiatan ini berdampak positif bagi penduduk di sekitar Lokasi kegiatan, kerena dapat membuka kesempatan kerja, memacu pertumbuhan sekitar sektor ekonomi masyarakat.
2.3.2. Perizinan Galian C Melalui penerapan pengelolaan lingkungan hidup akan terwujud kedinamisan dan harmonisasi antara manusia dengan lingkungannya. Untuk mencegah dan menghindari tindakan manusia yang bersifat kontradiksi dari hal-hal tersebut, pemerintah telah menerapkan Kebijakan melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Pasal 1 UU No. 4 Tahun 2009 menerangkan “pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksploitasi, studi kelayakan. konstruksi, penambangan, pengelolaan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang”. Menurut Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 458 Tahun 1986 Tentang : Ketentuan Pengamanan Sungai Dalam Hubungan Dengan Penambangan Bahan Galian Golongan C yaitu bahwa terhadap kegiatan penambangan bahan galian golongan C yang dilakukan di sungai, perlu dilakukan pengendalian dan pengawasan, agar tidak menimbulkan kerusakan dan ancaman terhadap kelestarian fungsi sungai
Universitas Sumatera Utara
dan bangunan-bangunan pengairan serta jembatan maupun bangunan-bangunan umum lainnya yang terdapat di sekitarnya.
2.3.3. Kegiatan Penambangan Lahan yang digunakan untuk pertambangan tidak seluruhnya digunakan untuk operasi pertambangan secara serentak, tetapi secara bertahap. Sebagian besar tanah yang terletak dalam kawasan pertambangan menjadi lahan yang tidak produktif. Sebagian dari lahan yang telah dikerjakan oleh pertambangan tetapi belum direklamasi juga merupakan lahan tidak produktif. Lahan bekas kegiatan pertambangan menunggu pelaksanaan reklamasi pada tahap akhir penutupan tambang. Kalau lahan yang telah selesai digunakan secara bertahap direklamasi, maka lahan tersebut dapat menjadi lahan produktif. Pertambangan dapat menciptakan kerusakan lingkungan yang serius dalam suatu kawasan atau wilayah. Potensi kerusakan tergantung pada berbagai faktor kegiatan
pertambangan
dan
faktor
keadaan
lingkungan.
Faktor
kegiatan
pertambangan antara lain pada teknik pertambangan, pengolahan dan lain sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan antara lain faktor geografis dan morfologis, fauna dan flora, hidrologis dan lain-lain. Kegiatan pertambangan mengakibatkan berbagai perubahan lingkungan, antara lain perubahan bentang alam, perubahan habitat flora dan fauna, perubahan struktur tanah, perubahan pola aliran air permukaan dan air tanah dan sebagainya. Perubahan-perubahan tersebut menimbulkan dampak dengan intensitas dan
Universitas Sumatera Utara
sifat yang bervariasi. Selain perubahan pada lingkungan fisik, pertambangan juga mengakibatkan perubahan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi. Dampak kegiatan pertambangan terhadap lingkungan tidak hanya bersumber dari pembuangan limbah, tetapi juga karena perubahan terhadap komponen lingkungan yang berubah atau meniadakan fungsi-fungsi lingkungan (Nurdin et. al., 2000). Sukandarrumidi (2010) menambahkan semakin besar skala kegiatan pertambangan, makin besar pula areal dampak yang ditimbulkan. Perubahan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dapat bersifat permanen, atau tidak dapat dikembalikan kepada keadaan semula. Perubahan topografi tanah, termasuk karena mengubah aliran sungai, bentuk danau atau bukit selama masa pertambangan, sulit dikembalikan kepada keadaannya semula. Kegiatan pertambangan juga mengakibatkan perubahan pada kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Perubahan tata guna tanah, perubahan kepemilikan tanah, masuknya pekerja, dan lain-lain. Pengelolaan dampak pertambangan terhadap lingkungan bukan untuk kepentingan lingkungan itu sendiri tetapi juga untuk kepentingan manusia. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan dampak pertambangan terhadap lingkungan sangat penting. Keterlibatan masyarakat sebaiknya berawal sejak dilakukan perencanaan ruang dan proses penetapan wilayah untuk pertambangan. Masyarakat setempat dilibatkan dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan usaha pertambangan serta upaya penanggulangan dampak yang merugikan
maupun
upaya
peningkatan
dampak
yang
menguntungkan.
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah
Daerah
bertanggung
jawab
terhadap
pengawasan
pelaksanaan
keterlibatan masyarakat.
2.4.
Pencemaran Lingkungan Pencemar (polusi) adalah peristiwa masuknya zat, unsur atau komponen lain
yang merugikan ke dalam lingkungan akibat aktivitas manusia atau proses alami. Segala sesuatu yang menyebabkan pencemaran (polusi) disebut polutan. Semua zat beracun ataupun metabolitnya yang masuk ke dalam lingkungan akan menyebabkan kualitas lingkungan menjadi menurun karena bersifat toksik. Suatu zat dapat dikatakan
polutan (toksik) bila kadarnya melebihi batas normal. Polutan dapat
berupa suara, panas, radiasi, debu, bahan kimia, zat- zat yang dihasilkan makhluk hidup dan sebagainya (Soemitrat, 2005). Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan
dari bahan-bahan
pencemar atau polutan. Bahan pencemar tersebut pada umumnya bersifat racun (toksik) yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan itulah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya pencemaran (Palar, 2008). Soemitrat (2005) menambahkan bahwa polusi air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur atau komponen lainnya ke dalam air, sehingga kualitas air terganggu yang ditandai dengan perubahan warna, bau dan rasa. Beberapa contoh polutan antara lain: Fosfat yang berasal dari penggunaan pupuk buatan dan detergen,
Universitas Sumatera Utara
Poliklorin Bifenil (PCB) senyawa ini berasal dari pemanfaatan bahan- bahan pelumas dan plastik. Minyak dan Hidrokarbon dapat berasal dari kebocoran pada roda dan kapal pengangkut minyak, logam- logam berat berasal dari industri bahan kimia dan bensin, Limbah Pertanian berasal dari kotoran hewan dan tempat penyimpanan makanan ternak, Kotoran Manusia berasal dari saluran pembuangan tinja manusia. Pencemaran lingkungan juga disebabkan oleh bertambahnya jumlah penduduk. Konsentrasi penduduk ditempat-tempat pabrik/industri, perumahan, perhotelan dan perkantoran menjadi padat dan berdampak pada peningkatan konsentrasi buangan baik industri maupun domestik sehingga dengan sendirinya akan menyebabkan naiknya potensi terjadinya penularan penyakit/wabah dan keracunan (Palar, 2008). Dalam PP RI No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air didefinisikan sebagai : “Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk
hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiaan
manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya” (Pasal 1, angka 2). Dalam undang-undang lingkungan hidup dijelaskan bahwa suatu tatanan lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila ke dalam lingkungan itu dimasukkan atau masuknya suatu benda lain yang kemudian memberikan pengaruh buruk terhadap bagian-bagian yang menyusun tatanan lingkungan hidup itu sendiri, sehingga tidak dapat lagi hidup sesuai habitat aslinya. Pada tingkatan selanjutnya bahkan bisa menghapuskan satu atau lebih dari mata rantai dalam tatanan tersebut. Sedangkan satu pencemar atau polutan adalah setiap benda, zat atau organisme hidup
Universitas Sumatera Utara
yang masuk dalam tatanan alami dan kemudian mendatangkan perubahan-perubahan yang bersifat negatif terhadap tatanan yang dimasukkan. Selanjutnya Palar (2008) menambahkan suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan itu sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya, sebagai akibat dari masuk atau dimasukkannya suatu zat
atau benda asing kedalam tatanan lingkungan itu.
Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kemasukan benda asing itu, memberikan pengaruh (dampak) buruk terhadap organisme yang sudah ada dan hidup dengan baik dalam tatanan lingkungan tersebut. Sehingga dalam tingkat lanjut dalam arti bila lingkungan tersebut telah tercemar dalam tingkatan yang tinggi, dapat membunuh atau menghapuskan satu atau lebih organisme yang tadinya hidup normal dalam tatanan lingkungan itu. Jadi, pencemaran lingkungan adalah terjadinya perubahan dalam suatu tatanan lingkungan asli menjadi suatu tatanan baru yang lebih buruk dari tatanan baru yang lebih buruk dari tatanan aslinya. Air sungai yang memiliki kadar air dengan debit air yang tidak menentu tidak akan mampu mengencerkan polutan-polutan yang berada didalam perairan dengan baik. Maka dari itu, air sungai biasanya tidak dapat dimurnikan secara alamiah. Dengan membengkaknya industri yang mengalirkan sampah-sampah industrinya ke sungai, maka aliran sungai akan semakin tercemar dan tidak layak sebagai sumber persediaan air (Mahida, 1993).
Universitas Sumatera Utara
2.4.1. Pencemaran air Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan) yang dapat berupa gas, bahan-bahan terlarut dan partikulat. Pencemar memasuki badan air dengan berbagai cara, misalnya melalui atmosfer, tanah, limpasan (run off) pertanian, limbah domestik dan perkotaan, pembuangan limbah industri dan lain-lain (Effendi, 2003). Polusi air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur atau komponen lainnya ke dalam air, sehingga kualitas air terganggu yang ditandai dengan perubahan warna, bau dan rasa. Beberapa contoh polutan antara lain: Fosfat yang berasal dari penggunaan pupuk buatan dan detergen, Poliklorin Bifenil (PCB) senyawa ini berasal dari pemanfaatan bahan- bahan pelumas dan plastik, minyak dan hidrokarbon dapat berasal dari kebocoran pada roda dan kapal pengangkut minyak, logam- logam berat berasal dari industri bahan kimia dan bensin, Limbah Pertanian berasal dari kotoran hewan dan tempat penyimpanan makanan ternak, Kotoran Manusia berasal dari saluran pembuangan tinja manusia (Palar, 2008). Pencemaran air dapat didefinisikan dengan berbagai cara, tetapi pada dasarnya berpangkal tolak pada konsentrasi pencemar tertentu di dalam air pada waktu
yang
cukup
lama
untuk
dapat
menimbulkan
pengaruh
tertentu
(Suratmo, 1992).
Universitas Sumatera Utara
Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui, tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh manusia. Air banyak digunakan oleh manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat tercemar (Darmono, 2001). Pencemaran air merupakan akibat kegiatan dan perbuatan manusia, yang dilatarbelakangi berbagai hal. Karena pencemaran, tata lingkungan air mengalami gangguan. Ekosistem air menjadi tercemar dan rusak setelah menerima kehadiran bahan-bahan
pencemar
yang
berasal
dari
manusia
dengan
perbuatannya
(Susilo, 2003). Kualitas air ditentukan oleh banyak faktor, yaitu zat yang terlarut, zat yang tersuspensi, dan makhluk hidup. Khususnya jasad renik, di dalam air. Air murni, yang tidak mengandung zat yang terlarut, tidak baik untuk kehidupan kita. Sebaliknya zat yang terlarut ada yang bersifat racun. Apabila zat yang terlarut, zat yang tersuspensi dan makhluk hidup dalam air membuat kualitas air menjadi tidak sesuai untuk kehidupan kita, air itu disebut tercemar (Soemarwoto, 1984).
2.5.
Komponen Pencemaran Air Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata
telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tantangan lingkungan hidupnya. Aktivitas yang pada prinsipnya merupakan usaha manusia untuk dapat hidup dengan layak dan berketurunan dengan baik, telah merangsang manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang menyalahi kaidah-
Universitas Sumatera Utara
kaidah yang ada dalam tatanan lingkungan hidupnya. Akibatnya terjadi pergeseran keseimbangan dalam tatanan lingkungan dari bentuk asal ke bentuk baru yang cenderung lebih buruk. Suatu tatanan lingkungan hidup dapat tercemar atau menjadi rusak disebabkan oleh banyak hal, namun yang paling utama dari sekian banyak penyebab tercemarnya suatu tatanan lingkungan adalah limbah (Palar, 2008). Menurut Mahida (1993) saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air tanah. Sebagai contoh adalah pestisida yang biasa digunakan di pertanian, industri atau rumah tangga, detergen yang biasa digunakan di rumah tangga atau
PCBs yang biasa
digunakan pada alat-alat elektronik. Erat kaitannya dengan masalah indikator pencemaran air, ternyata komponen pencemaran air turut menentukan bagaimana indikator tersebut terjadi. Komponen pencemaran air yang berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman)
dan pertanian dapat dikelompokkan sebagai bahan
buangan: a) Padat Buangan padat adalah adalah bahan buangan yang berbentuk padat seperti sampah. Buangan tersebut bila dibuang ke air menjadi pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan, pengendapan ataupun
pembentukan koloidal.
Apabila bahan buangan padat tersebut menimbulkan pelarutan, maka kepekatan atau berat jenis air akan naik. Kadang-kadang pelarutan ini disertai pula dengan perubahan warna air. Air yang mengandung larutan pekat dan
Universitas Sumatera Utara
berwarna gelap akan mengurangi
penetrasi sinar matahari ke dalam air.
Sehingga proses fotosintesa tanaman dalam air akan
terganggu sehingga
jumlah oksigen terlarut dalam air akan berkurang. b) Organik Bahan buangan organik umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga bila dibuang ke perairan akan menaikkan populasi mikroorganisme. Kadar BOD dalam hal ini akan naik. Tidak tertutup kemungkinan dengan berambahnya mikroorganisme dapat berkembang pula bakteri pathogen yang berbahaya bagi manusia.
c) Anorganik Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme, umumnya adalah logam.
Apabila logam masuk ke perairan, maka akan terjadi
peningkatan jumlah ion logam dalam air.
Bahan buangan anorganik ini
biasanya berasal dari limbah industri yang melibatkan penggunaan unsurunsur logam seperti timbal (Pb), Arsen (As), Cadmium(Cd), air raksa atau merkuri (Hg), Nikel (Ni), Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air bersifat sadah. d) Cairan berminyak Bahan buangan berminyak yang dibuang ke lingkungan akan mengapung menutupi permukaan air. Lapisan minyak pada permukaan air dapat terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang lama. Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme dalam air. Ini
Universitas Sumatera Utara
disebabkan lapisan tersebut akan menghalangi diffusi oksigen dari udara ke dalam air, sehingga oksigen terlarut akan berkurang. Juga lapisan tersebut akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air, sehingga fotosintesapun terganggu. e) Zat kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam bahan pencemar air ini akan dikelompokkan menjadi : sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya), bahan pemberantas hama (insektisida), zat warna kimia dan zat radioaktif Pemantauan kualitas air pada sungai perlu disertai dengan pengukuran atau pencatatan debit air, agar analisis hubungan parameter pencemaran air debit badan air,
sungai
dapat
dikaji
untuk
keperluan
pengendalian
pencemarannya
(Irianto dan Machbub, 2007)
2.5.1. Limbah Limbah dalam konotasi sederhana dapat diartikan sebagai sampah. Limbah atau dalam bahasa ilmiahnya disebut polutan, dapat digolongkan atas beberapa kelompok berdasarkan pada jenis, sifat dan sumbernya. Berdasarkan pada jenis, limbah dikelompokkan atas limbah padat dan limbah cair. Berdasarkan pada sifat yang dibawanya limbah digolongkan dalam limbah organik dan limbah an-organi. Berdasarkan pada sumbernya limbah terdiri atas limbah rumah tangga atau limbah domestik dan limbah industri (Palar, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Mahida (1993) menambahkan limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda padat yang terdiri dari zat organik dan anorganik. Limbah domestik terdiri dari air limbah rumah tangga yang berasal dari perumahan, daerah perdagangan dan fasilitas rekreasi. Pencemaran yang dapat ditimbulkan oleh limbah ada bermacam-macam bentuk, seperti bau, warna, suara dan bahkan pemutusan mata rantai dari suatu tatanan lingkungan hidup atau penghancuran suatu jenis organisme yang pada tingkat akhirnya akan menghancurkan tatanan ekosistemnya. Pencemaran yang dapat menghancurkan tatanan lingkungan hidup biasanya berasal dari limbah-limbah yang sangat berbahaya dalam arti memiliki daya racun (toksisitas) yang tinggi. Limbah-limbah yang sangat beracun pada umumnya merupakan limbah kimia, apakah itu berupa persenyawaan-persenyawaan kimia atau hanya dalam bentuk unsur atau ionasi. Biasanya senyawa yang sangat beracun bagi organisme hidup dan manusia adalah senyawa-senyawa kimia yang mempunyai bahan aktif dari logamlogam berat. Daya racum yang dimiliki oleh bahan aktif dari logam berat akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim dalam proses fisiologi atau metabolisme tubuh. Sehingga proses metabolisme terputus. Disamping itu bahan beracun dari senyawa kimia juga dapat terakumulasi atau menumpuk dalam tubuh, akibatnya timbul problema keracunan kronis (Palar, 2008). Pembuangan bahan kimia, limbah maupun pencemaran baik ke dalam air akan mempengaruhi kehidupan dalam air itu. Tetapi mengukur populasi dalam air tidak
Universitas Sumatera Utara
cukup hanya dengan bahan biologi saja. Pengujian secara kimia bersama-sama dengan data Biologi barulah dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai kualitas air (Sastrawijaya, 1991).
2.5.2. Sumber Air Limbah Daryanto (1995) menyebutkan bahwa biasanya air limbah dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain : 1.
Air limbah rumah tangga (domestik) Sumber utama air limbah rumah tangga dari masyarakat adalah berasal dari perumahan dan daerah perdagangan, sumber lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah daerah perkantoran atau lembaga serta fasilitas rekreasi. Air limbah rumah tangga dapat dibedakan atas air limbah rumah tangga dari : (a) daerah pemukiman penduduk, (b) daerah perdagangan/pasar/tempat usaha/hotel dan lain-lain, (c) daerah kelembagaan (kantor-kantor pemerintahan dan swasta) dan (d) daerah rekreasi.
Mahida (1993) menambahkan limbah domestik terdiri dari pembuangan air kotor dari kamar mandi, pembuangan air cucian dan sebagainya.
Pembuangan tersebut
merupakan campuran yang rumit dari zat-zat bahan mineral dan organik dalam banyak bentuk, termasuk partikel-partikel besar dan kecil benda padat, sisa-sisa bahan larutan dalam keadaan terapung dan dalam bentuk koloid. Limbah tersebut juga mengandung organisme hidup termasuk bakteri, virus dan protozoa.
Universitas Sumatera Utara
2.
Air limbah industri Jumlah aliran limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung dari jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses industri, derajat penggunaan air, derajat pengolahan air limbah yang ada.
3.
Air limbah rembesan dan tambahan
Apabila turun hujan di suatu daerah, maka air yang turun secara cepat akan mengalir masuk ke dalam saluran pengering atau saluran air hujan. Apabila saluran ini tidak mampu menampungnya, maka limpahan air hujan akan digabung dengan saluran air limbah, dengan demikian akan merupakan tambahan yang sangat besar.
2.6.
Sumber dan Penggolongan Air Secara garis besar air dapat dikatakan bersumber dari :
1. Laut : air laut 2. Darat
: a. Air Tanah : air tanah dangkal, air tanah dalam dan mata air
b. Air Permukaan : air sungai dan air rawa / danau 3. Udara
: Air hujan atau air atmosfer (Gabriel, 2001)
Berdasarkan analisis kualitas air dapat digolongkan dalam 3 (tiga) kategori (Sutrisno, 2006), yaitu : a.
Air Bersih Air bersih yaitu air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia namun
bakteriologi belum terpenuhi. Secara umum penggunaan air bersih antara lain akan
Universitas Sumatera Utara
diolah menjadi air siap minum, untuk keperluan MCK (mandi, cuci dan kakus), sarana pariwisata dan rekreasi, pada industri sebagai sarana pendingin, sebagai pelarut di bidang farmasi/kedokteran, sarana irigasi dan sarana peternakan. Dari segi kualitas, air bersih harus memenuhi beberapa syarat, yaitu : 1. Syarat Fisik : air tidak boleh berwarna, tidak boleh berasa, tidak boleh berbau, suhu di bawah suhu udara (sejuk 25°C) dan jernih 2. Syarat Kimia : tidak mengandung racun dan zat-zat mineral atau zat-zat lain tidak dalam jumlah yang berlebihan (Sutrisno, 2006). b.
Air Minum Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Persyaratan kesehatan air minum meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan fisik.
Agar air minum yang dikonsumsi masyarakat Indonesia tidak menimbulkan gangguan kesehatan maka pemerintah melalui menteri kesehatan
menetapkan
persyaratan kesehatan kualitas air minum dalam Keputusan Menkes No. 416 tahun 1990. c.
Air Kotor / Air Limbah
Air kotor / air limbah yaitu air yang bercampur dengan hasil buangan berbagai kegiatan seperti industri, rumah tangga dan sebagainya
Universitas Sumatera Utara
2.7.
Mutu Air
Indek mutu air adalah skor numerik yang menjelaskan kondisi mutu air pada waktu dan Lokasi tertentu. Indek mutu air memberikan cara yang lebih baik untuk menentukan hubungan sebab akibat antara parameter mutu air dan respon biologi. (Kaurish and Yournos, 2007). Untuk melestarikan fungsi air maka pemerintah menerbitkan peraturan untuk pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dalam PP RI No. 82 tahun 2001, dan mengklasifikasikan air menjadi 4 (empat) kriteria mutu : 1. Kelas I, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 2. Kelas II, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 3. Kelas III, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 4. Kelas IV, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan mengairi pertanaman dan /atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Sungai memiliki peran yang penting bagi masyarakat sehingga kualitas air sungai harus dikendalikan dan diawasi sesuai dengan peruntukannya dengan cara menetapkan baku mutu air sungai dan segmentasi sungai. Sasaran penetapan kelas air sungai adalah meningkatnya manfaat air sungai untuk air baku, air minum atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. (Peraturan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Sungai dan Segmentasi Sungai di Propinsi Sumatera Utara. Gubernur Sumatera Utara). Uji coba metode analisis kualitas air sungai berdasarkan organisme Makrobenthos sebagai indikator pencemaran organik telah dilakukan di Sungai Cikapundung. Tingkat pencemaran air sungai ditentukan berdasarkan dominasi suatu taksa famili makrobenthos dikorelasikan dengan kondisi dasar sungai dan parameter air BOD dan DO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi kualitas air sungai Cikapundung di bagian hulu hingga daerah sebelum Bengkok-Dago menunjukkan kualitas air yang masuk ke dalam kategori antara belum hingga tercemar ringan, karena antara bahan/limbah organik yang masuk ke sungai itu dengan kemampuan self purification sungai masih berimbang. Berbeda dengan didaerah hulunya, Sungai Cikapundung setelah daerah Bengkok-Dago ke arah hilirnya menunjukkan tingkat pencemaran makin berat, sebagai akibat banyaknya limbah/bahan organik yang masuk ke sungai itu (Bahri, et.al . 2003).
Universitas Sumatera Utara
2.8.
Parameter Kualitas Air
2.8.1. Parameter Fisik a.
Cahaya Cahaya yang mencapai permukaan bumi dan permukaan perairan terdiri atas
cahaya yang langsung (direct) berasal dari matahari dan cahaya yang disebarkan (diffuse) oleh awan (yang sebenarnya juga berasal dari cahaya matahari). Cahaya yang mencapai permukaan perairan tersebut sebagian diserap dan sebagian direfleksikan kembali. Pada perairan alami sekitar 53% cahaya yang masuk mengalami transformasi menjadi panas dan akan mulai menghilang pada kedalaman 1 meter (Effendi, 2003). b.
Temperatur Pengukuran temperatut air merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini
karena kelarutan zat-zat di dalam air serta semua aktivitas biologis-fisiologis di dalam ekosistem akuatik sangat dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur mempunyai pengaruh besar terhadap kelarutan oksigen dalam air. Apabila temperatur naik maka kelarutan oksigen dalam air akan menurun. Peningkatan temperatur mengakibatkan peningkatan reaksi kimia, evaporasi, meningkatkan aktifitas metabolisme organisme akuatik, sehingga meningkatkan kebutuhan oksigen. (Effendi, 2003). c.
Padatan Total, Terlarut,dan Tersuspensi Padatan total (residu) adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami
evaporasi dan peringanan pada suhu tertentu. Residu dianggap sebagai kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air. Selama penentuan residu ini, sebagai
Universitas Sumatera Utara
bikarbaonat yang merupakan anion utama di perairan telah mengalami transformasi mejadi karbondioksida, sehigga karbondioksida dan gas-gas lain yang menghilang pada saat pemanasan tidak tercakup dalam nilai padatan total. Padatan yang terdapat di perairan diklasifikasikan berdasarkan ukuran diameter partikel, seperti ditunjukkan dalam Tabel 1. Tabel
1.
Klasifikasi Padatan (Effendi, 2003)
Klasifikasi Padatan Padatan terlarut Koloid Padatan tersuspesi
di
Perairan
berdasarkan
Ukuran Diameter (µm) 1
Ukuran
Diameter
Ukuran Diameter (mm) 10-3
2.8.2. Parameter Kimia a.
Kebutuhan Oksigen Biokimiawi atau Biochemical Oxygen Demand (BOD) Dekomposisi bahan organik pada dasarnya terjadi melalui dua tahap. Pada
tahap pertama bahan organik diuraikan menjadi bahan anorganik. Pada tahap kedua bahan organik yang tidak stabil mengalami oksidasi menjadi bahan organik yang lebih stabil. Pada penentuan nilai BOD hanya dekomposisi tahap pertama yang berperan, sedangkan oksidasi bahan organik dianggap sebagai penganggu. Secara tidak langsung BOD merupakan gambaran kadar bahan organik yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Dengan kata lain BOD adalah jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi mikroba aerob yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar 200C dalam keadaan tanpa cahaya (Effendi, 2003).
Universitas Sumatera Utara
BOD 5 adalah petunjuk tingkat pencemaran zat organik di suatu perairan dan dapat mempengaruhi lingkungan perairan seperti kandungan oksigen terlarut dalam air sampai batas yang mempengaruhi organisme air. Perairan dengan nilai BOD 5 tinggi mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar oleh bahan organik. Bahan organik dapat distabilkan secara biologik dengan melibatkan mikroba melalui sistem oksidasi aerobik dan aneorobik. Oksidasi aerobik dapat menyebabkan penurunan kandungan oksigen terlarut diperairan sampai pada tingkat terendah, sehingga kondisi perairan menjadi anaerob yang dapat mengakibatkan kematian organisme akuatik (Lee dan Laksono, 1978). Status Kualitas Air Berdasarkan Nilai BOD 5 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Status Kualitas Air Berdasarkan Nilai BOD 5 No 1 2 3 4 b.
Nilai BOD 5 (ppm) 15
Status Kualitas Air Tidak tercemar Tercemar Tercemar Tercemar
Kandungan Oksigen Terlarut Penyebab utama berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air disebabkan
karena adanya zat pencemar yang dapat mengkonsumsi oksigen. Zat pencemar tersebut terutama terdiri dari bahan-bahan organik dan non organik yang berasal dari berbagai sumber seperti kotoran, sampah organik, sampah anorganik, bahan-bahan bangunan dari industri dan rumah tangga. Berdasarkan kandungan oksigen terlarutnya suatu perairan dapat ditentukan status kualitas airnya, dengan membandingkan hasil yang didapat dengan Tabel 3 berikut ini;
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Kandungan Oksigen Terlarut No 1 2 3 4 c.
Nilai Oksigen Terlarut > 6,5 4,5 – 6,4 2,0 – 4,4 < 2,0
Status Kualitas Air Tidak tercemar sampai tercemar sangat ringan Tercemar ringan Tercemar ringan Tercemar berat
Kebutuhan Oksigen Kimiawi atau Chemical Oxygen Demand (COD) COD menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar untuk dioksidasi menjadi CO 2 atau H 2 O. Pengukuran COD akan sangat cocok dilakukan pada perairan yang memiliki bahan organik yang resisten terhadap degradasi biologis, misalnya selulosa, tanin, lignin, fenol, polisakarida dan sebagainya (Effendi, 2003). d.
Nitrat (NO 3 ) Nitrat (NO 3 ) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan
nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini berasal dari oksidasi sempurna senyawa nitrogen diperairan. Sumber nitrat terbesar berasal dari udara, sekitar 80% dalam bentuk nitrogen bebas yang masuk melalui sistem fiksasi biologis dalam kondisi aerobik. Dalam kondisi konsentrasi oksigen terlarut sangat rendah dapat terjadi proses kebalikan dan nitrifikasi yaitu proses denitrifikasi dimana nitrit melalui nitrat menghasilkan nitrogen bebas yang akhirnya akan lepas ke udara atau dapat juga kembali
membentuk
amonium/amoniak
melalui
proses
amonifikasi
nitrat
(Effendi, 2003).
Universitas Sumatera Utara
e.
Fosfor Di perairan, unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen,
melainkan dalam bentuk senyawa organik yang larut. Senyawa fosfor anorganik yang biasa terdapat di perairan ditunjukkan pada Tabel 4. Fosfor membentuk kompleks dengan ion besi dan kalsium pada kondisi aerob, bersifat tidak larut dan mengendap pada sedimen sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh alga akuatik (Effendi, 2003). Tabel 4. Senyawa Fosfor Anorganik yang Biasa Terdapat di Perairan Nama Senyawa Fosfor Ortofosfat 1. Trinatrium fosfat 2. Dinatrium fosfat 3. Mononatrium fosfat 4. Diamonium fosfat Polifosfat 1. Natrium heksametafosfat 2. Natrium tripolifosfat 3. Tetranatrium pirofosfat
2.9.
Rumus Kimia Na 3 PO 4 Na 2 HPO 4 NaH 2 PO 4 (NH 3 ) 2 HPO 4 Na 3 (PO 3 ) 6 Na 5 P 3 O 10 Na 4 P 2 O 7
Gambaran Umum Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batubara berada pada 0 -18 m diatas
permukaan laut (mdpl) dengan suhu maksimum 33°C. Jumlah hari dengan curah hujan terbanyak adalah 9 hari dengan rata-rata 79 mm/thn. Tofografi datar sampai bergelombang (83,18%) dan berombak sampai berbukit (16,82 %) . Batas batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kecamatan Sei Suka
Sebelah Selatan
: Kabupaten Simalungun
Sebelah Timur
: Kecamatan Lima Puluh
Universitas Sumatera Utara
Sebelah Barat
: Kecamatan Sei Suka
Wilayah Kecamatan Air Putih memiliki luas 7.224 Ha, sebahagian besar merupakan daerah pertanian, perkebunan, dan pemukiman, dengan luas area dapat dilihat pada Tabel 5 berikut : Tabel 5. Wilayah/ Daerah di Kecamatan Air Putih (Kecamatan Air Putih dalam Angka Tahun 2011) No 1 2 3 4 5
Jenis Wilayah Tanah Sawah Tanah Kering Bangunan / pekarangan Hutan Negara Lainnya Jumlah
Luas (Ha) 4.843 1.096,73 615,27 669 7.224
Universitas Sumatera Utara