IMPLEMENTASI PLH DI SEKOLAH SEKITAR HUTAN ...

23 downloads 245 Views 176KB Size Report
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) merupakan salah satu upaya yang dikembangkan oleh .... Pada kedua sekolah contoh, PLH untuk kelas rendah (1 – 3 SD).
IMPLEMENTASI PLH DI SEKOLAH SEKITAR HUTAN (ESKPLORASI METODE DAN MEDIA PENGAJARAN PLH PADA SDN GUNUNG BUNDER 04 DAN SDN GUNUNG PICUNG 05)1 Resti Meilani2

PENDAHULUAN Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) merupakan salah satu upaya yang dikembangkan oleh masyarakat dunia untuk mengoptimalkan peran masyarakat dalam mengatasi permasalahan lingkungan.

Pada dasarnya PLH ditujukan untuk mengubah

perilaku masyarakat menjadi lebih ramah lingkungan sehingga dapat meminimalkan dampak kegiatan manusia terhadap lingkungan. Perkembangan PLH dunia mulai didorong sejak diselenggarakannya konferensi PBB mengenai lingkungan manusia di Stockholm, Swedia yang merekomendasikan dibangunnya suatu program PLH internasional (Brauss dan Wood, 1994). Pada tahun 1975 diadakan lokakarya internasional di Belgrade, Yugoslavia untuk merumuskan definisi dan tujuan PLH yang kemudian dicantumkan dalam Belgrade Charter (Brauss dan Wood, 1994; KLH, 2004). Pada tingkat nasional, Kementerian Lingkungan Hidup telah mengeluarkan Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup, selain itu telah ada pula surat kesepakatan bersama antara Kementerian Lingkungan Hidup dengan Departemen Pendidikan Nasional terkait PLH.

Pada tingkat provinsi, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat sudah

mengeluarkan kebijakan mengenai penerapan PLH di sekolah. Pada tingkat kabupaten, Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor menyatakan telah ada kebijakan penerapan PLH, yaitu dengan program kurikulum PLH dari TK – SMA dan berbagai lomba terkait dengan sekolah hijau. Keberadaan berbagai kebijakan tersebut tampaknya telah menjadi faktor yang mendorong diterapkannya PLH di sekolah. Namun demikian, selain berbagai kebijakan tersebut ada berbagai faktor lainnya yang berpengaruh dalam implementasi PLH di 1

Makalah Penunjang dalam Workshop Pengembangan Model Jaringan Kemitraan Antara Pengelola Kawasan Hutan dengan Sekolah dalam Penerapan PLH, Bogor, 18 Agustus 2009

2

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

1

sekolah, yaitu kepala sekolah dan guru, sarana-prasarana pendukung, serta kemitraan sekolah dengan masyarakat dan institusi lainnya. Keterkaitan berbagai faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Kebijakan PLH

Penerapan PLH di Sekolah Metode Media

Kepala Sekolah Mitra-mitra

Sarana-Prasarana

Guru

Siswa

Kurikulum

Gambar 2.

Keterkaitan Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Penerapan PLH di Sekolah

Makalah ini tidak berupaya untuk membahas keterkaitan antara keseluruhan faktor tersebut, namun lebih ditekankan pada ekplorasi implementasi PLH di sekolah yang berkaitan dengan berbagai metode dan media yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan materi-materi mengenai PLH kepada siswanya terkait dengan wawasan siswa mengenai hutan dan lingkungan. Data yang digunakan merupakan bagian dari data yang dihasilkan dalam kegiatan Penelitian Unggulan IPB mengenai penerapan PLH di sekolahsekolah sekitar hutan.

KONDISI UMUM LOKASI A. SDN Gunung Bunder 04 SDN Gunung Bunder 04 terletak di Jl. Raya Gunung Salak Endah RT/RW 04/03 Desa Gunung Bunder II yang merupakan jalur wisata menuju kawasan wisata Bumi Perkemahan Gunung Bunder, Kawah Ratu, serta berbagai obyek wisata lainnya di Kawasan Gunung Salak Endah. Lokasi sekolah berbatasan langsung dengan kawasan wisata Bumi Perkemahan Gunung Bunder yang dikelola oleh Perum Perhutani serta berdekatan dengan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. 2

Bangunan sekolah pernah mengalami kerusakan akibat longsor dan sedang dalam perbaikan. Saat ini sekolah memiliki 4 lokal (ruang kelas) yang digunakan secara bergantian untuk kegiatan belajar mengajar siswa yang berjumlah lebih dari 300 siswa. Sekolah juga memiliki 2 kamar mandi siswa yang berdekatan dengan ruang kelas.

Ruang guru dan kepala sekolah dilengkapi dengan satu unit kamar

mandi, satu unit meja dan sofa sederhana, serta satu unit computer dan printer untuk keperluan administrasi.

Kondisi bangunan sekolah, termasuk ruang kelas, kamar

mandi serta kantor cukup bersih dan terpelihara. Pada teras di depan ruangan kelas tersedia tempat sampah yang dibuat bersama oleh siswa dan guru. Lahan yang dimiliki sekolah teratas berbagai ruang kelas, kantor dan kamar mandi serta teras dan taman kecil taman kecil di depan ruang kelas yang dimanfaatkan sebagai areal penghijauan sekolah dengan berbagai tanaman hias. Lapangan yang biasa digunakan untuk upacara, bermain dan berolahraga bukan milik sekolah. Guru di sekolah ini berjumlah 10 orang, yaitu 2 orang PNS dan 8 orang honorer. Ekstrakurikuler yang ada adalah Pramuka. PLH diberikan secara integratif dalam mata ajaran serta kegiatan pramuka. Sekitar tahun 1999, pernah ada guru dari sekolah ini yang mengikuti pelatihan mengenai PLH yag diadakan oleh IPB. Selain itu ada mahasiswa praktek mengajar dan KKN dari UIN dan beberapa perguruan tinggi lainnya. Sekolah telah pula menjalin kemitraan dengan Perum Perhutani dan TNGHS dalam rangka pemanfaatan kawasan untuk PLH. B. SDN Gunung Picung 05 Letak SDN Gunung Picung 05 di Jl. Gunung Salak Endah RT. 02/Rw. 05 Ds. Gunung Sari Kec. Pamijahan Kabupaten relatif lebih jauh dengan kawasan hutan dibandingkan SDN Gunung Bunder 04. Sekolah ini memiliki bangunan dan lahan yang lebih luas.

Ada 12 lokal (ruang kelas) masing-masing 2 lokal yang

diperuntukkan untuk tiap tingkat kelas, namun hanya 9 ruang kelas yang aktif digunakan secara bergantian untuk siswa yang seluruhnya berjumlah 466 dan diasuh oleh 12 guru. Bangunan sekolah juga dilengkapi dengan 6 kamar mandi, ruang UKS, ruang perpustakaan, serta kantor kepala sekolah dan guru.

Secara keseluruhan kondisi

bangunan dan luasan lahan relatif baik dari SDN Gunung Bunder 04, namun beberapa bagian sekolah seperti kamar mandi serta perpustakaan kurang terawat dan agak kotor. 3

Ruang kelas yang dilengkapi dengan fasilitas tempat cuci tangan dan tempat sampah dijaga kebersihannya oleh siswa secara bergantian sesuai jadwal piket, sementara kebersihan bagian sekolah lainnya menjadi tanggung jawab penjaga sekolah. Sebagian besar halaman sekolah telah diplester menyisakan sedikit lahan di depan ruang kantor yang ditanami dengan pohon kersen sebagai peneduh serta taman dengan beraneka jenis tanaman hias. Kegiatan ekstrakurikuler yang ada berupa Pramuka, UKS dan Pasus. Sekolah secara rutin melakukan kegiatan pelatihan kesehatan dan pramuka. Pada tahun 2004 sekolah pernah mendapatkan bantuan dari Bank Dunia berupa perbaikan fasilitas sekolah. PLH diberikan secara integratif.

IMPLEMENTASI PLH Zelezny (1999) dalam Darner (2009) menyatakan bahwa PLH melalui jalur pendidikan formal di sekolah secara umum lebih efektif dibandingkan PLH melalui jalur pendidikan informal. Pada kedua sekolah contoh, PLH untuk kelas rendah (1 – 3 SD) masih terbatas pada pengetahuan, sedangkan untuk kelas 4 – 6 sudah mulai diberikan berbagai praktek keterampilan. Implementasi PLH di SDN Gunung Bunder 04 dan SDN Gunung Picung 05 secara ringkas diuraikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Implementasi PLH di SDN Gunung Bunder 04 dan SDN Gunung Picung 05 No. 1

Jenis

SDN Gunung Bunder 04

Pendekatan

Kurikuler cara Integratif dan Kurikuler cara Integratif dan

Pembelajaran

Ekstrakurikuler Pramuka

PLH 2

SDN Gunung Picung 05

Mata

Ekstrakurikuler

Pramuka,

Pasus, UKS ajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia, IPS, IPA, Bahasa Sunda,

wadah integrasi

PPKN, Geografi, Pendidikan Bahasa

Inggris,

Bahasa

Agama, Pendidikan Jasmani Indonesia, Gografi, PPKN, dan Kesehatan, Matematika, Pendidikan Ekonomi 3

Tema terkait PLH

dan

Kesehatan, Kesenian

Kebersihan/kesehatan keamanan,

Jasmani

dan Gejala

alam,

tumbuhan,

tumbuhan, kebersihan/kesehatan

binatang, air, udara, hutan, keamanan,

hutan,

dan bencana

4

No.

Jenis

SDN Gunung Bunder 04

SDN Gunung Picung 05

gejala alam, bencana alam, alam, air, binatang, tanah, sejarah, tanah 4

Media Pengajaran

udara, sejarah

Poster tentang lingkungan, Pemeliharaan tanaman, poster pemeliharaan tanaman, buku tentang cerita,

lingkungan,

bahan-bahan cerita, bibit tanaman, foto-

bekas/limbah, bibit tanaman, foto, kliping koran 5

buku

bahan-bahan

bekas/limbah, kartu, cd/vcd

Metode

Penugasan,

ceramah, Ceramah,

penugasan,

pembelajaran

menggambar,

simulasi, bercerita,

diskusi,

demonstrasi,

bernyanyi, menggambar,

bercerita, observasi

observasi,

demonstrasi, bernyanyi,

simulasi 6

Sumber

materi Buku, sesama guru dalam Buku, sesama guru dalam

PLH

satu

sekolah,

pelatihan, satu sekolah, sesama guru

pecinta alam, pramuka saka dari sekolah lain, pelatihan, wana bakti 7

Materi

Dishutbun

PLH Penghijauan,

Penanaman Kebersihan

lingkungan,

dalam

pohon, pengenalan tumbuhan penghijauan,

ekstrakurikuler

obat, kebersihan lingkungan, tumbuhan obat, penanaman ekosistem,

pemeliharaan pohon,

pengenalan

pemeliharaan

tanaman, penanaman bunga, tanaman, ekosistem pengenalan terhadap hutan di TNGHS 8

Bentuk PLH

kegiatan Kerjabakti

di

lingkungan Kerjabakti,

Jum’at

bersih,

dalam sekolah, membawa peserta siswa cinta lingkungan, piket

ekstrakurikuler

didik ke TN

di sekolah tugas siswa, piket kelas

Faktor keterbatasan buku/modul PLH serta fasilitas penunjang dan alat peraga masih dirasakan menjadi kendala bagi guru dalam melaksanakan PLH di kedua sekolah tersebut. 5

Selain itu guru masih merasa perlu adanya program pelatihan guru untuk meningkatkan pengetahuan mengenai PLH. Namun demikian, disamping semua keterbatasan tersebut nampaknya PLH yang diajarkan oleh guru pada kedua sekolah sudah mulai dapat memperluas wawasan para siswanya dan bahkan sudah mulai dapat menanamkan perilaku ramah lingkungan yang terlihat dari kondisi lingkungan sekolah yang cukup terjaga serta perilaku siswa yang teramati saat pelaksanaan kegiatan. Interaksi dengan siswa di kedua sekolah menunjukkan bahwa wawasan mengenai hutan dan lingkungan yang dikuasai oleh siswa di SDN Gunung Bunder 04 relatif lebih luas dibandingkan siswa di SDN Gunung Picung 05. Hal ini diduga berkaitan dengan metode dan media pembelajaran PLH yang digunakan oleh guru SDN Gunung Bunder 04 dalam menyampaikan materi PLH kepada siswanya. Pendekatan pembelajaran PLH, tema PLH, media dan metode pembelajaran yang digunakan di kedua sekolah tersebut relatif sama. Perbedaan dari kedua sekolah tersebut terletak pada sumber materi PLH yang diperoleh guru, serta kegiatan ekstrakurikuler dan bentuk kegiatan PLH dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut.

SDN Gunung Picung

memiliki 3 kegiatan ekstrakurikuler, sedangkan SDN Gunung Bunder 04 hanya satu ekstrakurikuler.

Namun berbagai bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan oleh

SDN Gunung Picung 05 terbatas dalam lingkup sekolah, sedangkan SDN Gunung Bunder 04 mengadakan ekstrakurikuler tidak hanya di sekolah namun juga di luar sekolah, yaitu di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Meskipun masih harus dikaji lebih dalam, namun tampaknya pengalaman interaksi langsung dengan alam inilah yang memberikan nilai lebih dalam pengajaran PLH oleh guru kepada siswanya di SDN Gunung Bunder 04. Dalam interaksi langsung dengan alam siswa sebagai peserta didik dituntut lebih aktif dalam proses belajar.

Hewitt (1977);

Siemer dan Knuth (2001); dan Zelezny (1999); dalam Darner, 2009 menyatakan bahwa keterlibatan siswa sebagai peserta aktif dalam proses belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan PLH dalam mengubah perilaku menjadi lebih ramah lingkungan.

Keterlibatan aktif dan pengalaman langsung memungkinkan pengetahuan

maupun keterampilan yang diperoleh dapat lebih tertanam dalam diri siswa sehingga membentuk sikap ramah lingkungan pada siswa. Darner (2009) menyatakan bahwa orang yang memiliki sikap ramah lingkungan umumnya memiliki sebagian gabungan pengalaman dari pengalaman-pengalaman berikut:

6

memiliki pengalaman masa kecil pada daerah alamiah yang relatif tidak terjamah dan belum dikembangkan (Chawla, 1998; Ewert, Place dan Sibthorp, 2005; Palmer, 1993; Palmer dan Suggate, 1996; Tanner, 1980); dipengaruhi oleh keluarga, rekan, atau teladan yang memiliki kepedulian terhadap alam (Palmer, 1993; Tanner, 1980); menyaksikan perusakan daerah alamiah yang dicintai atau memiliki pengalaman negative serupa yang melibatkan perusakan lingkungan (Ewert et al., 2005; Marshall, Picou dan Bevc, 2005; Palmer, 1993; Tanner, 1980) dan ikut serta dalam PLH formal (Palmer, 1993). Keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar mengajar serta pengalaman langsung berinteraksi dengan alam tidak terlepas dari guru yang memilih menggunakan metode dan media pembelajaran tersebut. Mengajak peserta didik untuk berkunjung dan berinteraksi langsung dengan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak tentunya membutuhkan curahan waktu dan tenaga yang lebih dibandingkan memberikan pengajaran mengenai hutan di ruang kelas. Motivasi guru SDN Gunung Bunder 04 dalam melakukan hal tersebut mungkin terkait dengan sumber materi PLH yang diperolehnya dari pengalamannya dalam mengikuti kegiatan pecinta alam dan pramuka saka wana bakti. Plevyak, et al. (2001) dalam Darner (2009) menunjukkan bahwa jika para calon guru dilatih untuk mengimplementasikan PLH, maka saat mereka menjadi guru mereka akan mengimplementasikan PLH lebih sering dan dengan lebih percaya diri dibandingkan para guru yang sebelumnya tidak mendapatkan pelatihan. Pengalaman guru dalam saka wana bakti tersebut mungkin berperan sebagaimana pelatihan guru dalam kajian yang dilakukan oleh Plevyak tersebut, yaitu memberikan kepercayaan diri bagi guru dalam mengajak siswanya untuk mengenal hutan secara langsung. Perluasan pengetahuan, pemahaman serta penguasaan keterampilan guru dalam menerapkan PLH tampaknya masih diperlukan untuk dapat menjamin berkembangnya penerapan PLH di sekolah, sehingga PLH tidak hanya meningkatkan pengetahuan namun juga dapat mengubah perilaku siswa menjadi lebih ramah lingkungan. Materi dan metode pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup yang selama ini digunakan secara umum, dirasakan belum memadai dan tidak aplikatif, sehingga pemahaman kelompok sasaran mengenai pelestarian lingkungan hidup menjadi tidak utuh dan kurang mendukung penyelesaian permasalahan lingkungan hidup yang dihadapi di daerah masing-masing. Keterbatasan penguasaan mengenai metode pengajaran yang dapat digunakan dalam

7

penerapan PLH oleh guru dirasakan sebagai hambatan dalam mengajarkan PLH kepada siswa.

REKOMENDASI Penelitian ini tidak memberikan jawaban atas semua pertanyaan mengenai implementasi PLH di sekolah, melainkan menimbulkan lebih banyak pertanyaan yang perlu dikaji secara lebih mendalam. Berbagai hal yang dirasa cukup berharga untuk dikaji lebih mendalam antara lain: hubungan antara metode pengajaran dengan peningkatan pengetahuan, penguasaan keterampilan dan adopsi perilaku ramah lingkungan oleh siswa; berbagai hal terkait motivasi guru dalam mengajarkan PLH kepada siswa; identifikasi kebutuhan sarana prasarana; dan identifikasi kebutuhan pelatihan serta efektivitas berbagai pelatihan bagi guru.

PUSTAKA Braus, J.A. and Wood, D. 1994. Environmental Education in the Schools: Creating a Program that Works! North American Association for Environmental Education in conjunction with the ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environmental Education. The Ohio State University. Ohio. Darner, R. 2009. Self-Determination Theory as a Guide to Fostering Environmental Motivation. The Journal of Environmental Education, winter 2009, Vol.40 No.2. : Heldref Publications. Madison. http://www.proquest.com/pqdweb [18 Juni 2009]. Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta.

8

Suggest Documents