inventarisasi keyakinan motivasi dan self-regulated learning ...

94 downloads 259 Views 163KB Size Report
tersebut, dan mengevaluasi hasil yang dicapai dalam membantu mahasiswa .... nan motivasi dan regulasi diri untuk belajar mahasis- wa yang dilakukan di awal  ...
INVENTARISASI KEYAKINAN MOTIVASI DAN SELF-REGULATED LEARNING SEBAGAI PETUNJUK METODE PENGAJARAN DAN PERLAKUAN LAINNYA Anita Maharani

Universitas Paramadina, Jl. Gatot Subroto Kav. 97 Mampang, Jakarta e-mail: [email protected]

Abstract: This is a study of personal goal of learning, about how to improve students’ learning achievement and build their capacity in learning. Building students’ capacity in learning is to inspire participants to become active during the learning process, empowering them to become independent learners and motivte them to reach their full potential. Some researches on motivation and learning efficiency indicate that the students who learn to set their goals are more than likely to reach the goals set by lecturers. Key words: motivatonal beliefs, self regulated learning, students

Tujuan pembelajaran pribadi adalah tentang bagaimana meningkatkan pembelajaran mahasiswa dan pencapaiannya serta membangun kapasitas mahasiswa untuk belajar. Membangun kapasitas mahasiswa untuk belajar antara lain membangkitkan niat mahasiswa untuk menjadi peserta aktif saat proses pembelajaran, pemberdayaan mereka untuk menjadi pembelajar independen, dan memotivasi mereka untuk mencapai potensi utuh. Beberapa penelitian tentang motivasi dan efisiensi pembelajaran mengindikasikan bahwa mahasiswa yang menetapkan tujuan belajar cenderung mencapai lebih dari tujuan yang ditetapkan oleh dosen. Mahasiswa yang menetapkan tujuan pembelajaran, memiliki keyakinan untuk menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan yang menantang, yang sebenarnya melampaui kemampuan mereka sendiri. Motivasi mereka untuk meningkatkan dan menguasai penugasan meningkat, dan kepercayaan diri menjadi kuat meskipun harus mengalami kegagalan. Ketika mahasiswa dibimbing untuk menggali pemikiran dan proses pembelajarannya, mereka diberi gambaran untuk memikirkan keefektifan strategi yang mereka gunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Mereka melakukan perencanaan untuk melakukan sesuatu, memantau kemajuan atas pencapaian tersebut, dan mengevaluasi hasil yang dicapai dalam

membantu mahasiswa untuk mengendalikan pemikiran dan proses pembelajaran mereka serta mempersiapkan mereka dengan tentang keahlian belajar. Saljo (1979) melakukan suatu penelitian degan bertanya pada beberapa siswa yang telah dewasa (adult students) tentang apakah yang mereka pahami tentang belajar. Respon dari responden tersebut diklasifikasi oleh Saljo menjadi lima kategori, yakni: (1) belajar adalah peningkatan pengetahuan secara kuantitatif, karena belajar memerlukan informasi atau mengetahui lebih banyak. (2) Belajar seperti mengingat. Belajar adalah menyimpan informasi yang dapat direproduksi. (3) Belajar seperti memperoleh fakta, keahlian, dan metode yang dapat bertahan dan digunakan saat diperlukan. (4) Belajar seperti sesuatu yang masuk akal atau membuat abstraksi dari sebuah arti. Belajar melibatkan hubungan antara materi dengan dunia nyata. (5) Belajar sebagai menginterpretasi sesuatu dan memahami realita dalam pandangan berbeda. Belajar melibatkan memahami dunia dengan mereinterpretasi pengetahuan (Ramsden, 1992). Tujuan belajar adalah tulang punggung dari perkuliahan. Tujuan belajar perlu ditetapkan atas apa yang akan dipahami oleh seorang mahasiswa dan apa yang dapat mahasiswa lakukan sebagai hasil dari sebuah perkuliahan. Tujuan secara spesifik adalah 84

Maharani, Inventarisasi Keyakinan Motivasi dan Self-regulated Learning sebagai Petunjuk Metode Pengajaran dan Perlakuan Lainnya

bentuk harapan dari pembelajaran mahasiswa, pemikiran, keterkaitannya, dan perilaku yang berhubungan dengan pencapaian tujuan tersebut. Terdapat orientasi pembelajaran (tiga di antaranya diperoleh dari Merriam dan Caffarela, 1999), yaitu: pendekatan behavioristik terhadap pembelajaran, pendekatan kognitif terhadap pembelajaran, pendekatan humanistik terhadap pembelajaran, dan pendekatan sosial atau situasional terhadap pembelajaran The Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) adalah instrumen lapor diri yang dirancang untuk menilai orientasi motivasi mahasiswa dan bagaiman cara mereka menggunakan strategi belajar yang beragam untuk menghadapi perkuliahan. MSLQ berdasarkan pandangan kognitif umum adalah motivasi dan strategi belajar. McKeachie, Pintrich, Lin, dan Smith (1986) menampilkan kerangka berpikir teoretis yang mendasari MSLQ. Penelitian lainnya yang membicarakan kerangka berpikir MSLQ termasuk Pintrich (1988, 1989), Pintrich dan Garcia (1991) serta Pintrich dan DeGroot (1990). Terdapat dua bagian dalam MSLQ, yakni bagian motivasi dan bagian strategi belajar. Bagian motivasi terdiri dari 31 item yang menilai tujuan dan nilai yang diyakini mahasiswa terhadap mata kuliah tertentu, keyakinan mereka tentang keahlian mereka untuk sukses dalam perkuliahan, dan kegelisahan mereka atas ujian. Sedangkan bagian strategi belajar terdiri dari 31 item yang berhubungan dengan bagaimana mahasiswa menggunakan strategi kognitif dan metakognitif. Sebagai tambahan, bagian strategi belajar mencakup 19 item yang bertujuan untuk melihat tata kelola mahasiswa terhadap berbagai sumber. Sehingga MSLQ memiliki 81 item pada versi tahun 1991. Namun dalam perkembangannya, MSLQ dimodifikasi menjadi 44 item yang terdiri dari 22 item untuk motivasi dan 22 item untuk strategi belajar yang telah melalui validasi dan reliabilitas sebelumnya. Kerangka teoretis yang diadopsi dalam penelitian ini untuk mengkonseptualisasikan motivasi intrinsik mahasiswa adalah adaptasi dari Model Motivasi Harapan Nilai secara umum (Pintrich dan DeGroot, 1990; Pintrich, 1988, 1989). Model tersebut mengajukan bahwa terdapat tiga komponen motivasi yang dapat berhubungan dengan komponen regulasi diri untuk belajar (self-regulated learning), yakni: (1) komponen ekspetasi seperti keyakinan mahasiswa terhadap kemampuan mereka untuk melakukan suatu tugas, dalam hal ini keyakinan diri (self efficacy), (2) komponen nilai seperti tujuan mahasiswa dan keyakinannya tentang pentingnya dan ketertarikan atas se-

85

suatu, dalam hal ini nilai intrinsik (intrinsic value), dan (3) komponen afektif seperti reaksi emosional mahasiswa terhadap tugas, dalam hal ini kegelisahan atas tes (test anxiety). Regulasi diri untuk belajar yang diadopsi dalam penelitian ini bertujuan untuk menilai strategi metakognitif mahasiswa untuk melakukan perencanaan, memantau, dan memodifikasi pengartian (Corno, 1986; Weinstein & Mayer, 1986; Zimmerman, 1988). Ragam strategi kognitif ditemukan sebagai pemicu keterkaitan kognitif yang aktif dalam belajar dan untuk menuju pada pencapaian pada tingkatan teratas (Weinstein & Mayer, 1986). Selain itu, regulasi diri merujuk pada kemampuan mahasiswa untuk mengelola dan mengendalikan penugasan yang diberikan pada mata kuliah. Sebagai contoh, mahasiswa yang mampu bertahan dalam tugas yang sulit, menjaga keterkaitan kognitif mereka pada pengerjaan tugas, dan memiliki kinerja yang lebih baik (Corno, 1986; Corno & Rohrkemper, 1985). Berdasarkan paparan di atas, penulis bermaksud untuk meneliti tentang keyakinan motivasi dan self-regulated learning mahasiswa manajemen pada pertemuan pertama perkuliahan sebagai petunjuk metode pengajaran dan perlakuan lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan keyakinan motivasi dan regulasi diri untuk belajar mahasiswa yang dilakukan di awal perkuliahan, sehingga dosen selaku pengajar dapat melakukan penyesuaian metode pengajaran dan perlakuan lainnya. METODE Penentuan sampel dengan pola convenience sampling karena dianggap bahwa jumlah responden yang dipilih mewakili jurusan manajemen. Terkait dengan responden, dipilih dua puluh sembilan orang mahasiswa tingkat sarjana yang terdaftar aktif pada semester gasal 2006/2007 dan mengikuti perkuliahan teori perilaku organisasi. Pada pertemuan pertama, mahasiswa diminta untuk berpartisipasi pada penelitian ini dengan menjawab kuesioner MSLQ yang bertujuan untuk menilai motivasi dari mahasiswa dan regulasi diri untuk belajar. Partisipasi mahasiswa dianggap sukarela dan seluruh lembar alat ukur dikembalikan dan diisi mahasiswa dengan baik. Pada analisis statistik, akan diterapkan analisis deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan ratarata jawaban respon dan analisis korelasi yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara variabel motivated beliefs dan self-regulated learning.

86

Jurnal Pendidikan Inovatif, Jilid 4, Nomor 2, Maret 2009, hlm. 84-87

PEMBAHASAN Motivational Beliefs Keyakinan motivasi (motivational beliefs) dari responden relatif mencerminkan diri mereka. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa responden telah memiliki motivasi intrinsik yang dapat menunjang kesuksesan mereka untuk belajar dan menyelesaikan program perkuliahan. Meskipun, jika dilihat dari konsep keyakinan untuk suatu keberlangsungan belajar yang berjangka panjang, individu sangat memerlukan motivasi yang berkelanjutan dalam belajar. Sehingga untuk motivasi belajar yang berkelanjutan memerlukan observasi tentang beberapa hal yang diperlukan untuk menunjang motivasi tersebut, seperti motivasi intrinsik mahasiswa dalam proses perkuliahan yang harus sesuai dengan pengembangan mahasiswa (Gottfried, 1990; Gottfried & Fleming, 2001; Spinath dan Spinath, 2005b) serta regenerasi antar angkatan mahasiswa. Self-regulated Learning Pernyataan pada self-regulated learning menganggap bahwa responden relatif mencerminkan diri mereka. Menurut Zimmerman (2001, 2002), karakteristik siswa yang memiliki regulasi diri adalah berpartisipasi aktif dalam belajar baik dilihat dari sudut pandang metakognitif, motivasi, maupun perilakunya. Atribut karakteristik tersebut berhubungan juga dengan kinerja tinggi siswa dengan kapasitas tinggi sebagaimana pada mereka yang memiliki kendala dalam belajar (Reyero & Touron, 2003; Roces & Torres, 1998; Zimmerman, 1998). Pemberian latihan atau cara picu lainnya dapat meningkatkan kemampuan kendali siswa untuk belajar dan kinerja. Jika dikaitkan dengan penelitian ini, hasil yang diperoleh dapat dijadikan asumsi bahwa mahasiswa menganggap diri mereka memiliki regulasi diri yang baik sehingga dosen dapat membuat perencanaan belajar dan agenda yang terukur serta membuat catatan pencapaian atau refleksi diri atas agenda yang telah ditetapkan sebagai alat kendali. Pada hakikatnya, kedua variabel tersebut memang harus terintegrasikan satu sama lainnya. Sebagai gambaran, dalam suatu studi dikatakan bahwa seorang siswa yang memiliki derajat motivasi yang

tinggi dan meletakkan usaha untuk mencapai suatu tujuan tidak dapat mencapai sasaran akademiknya jika siswa yang bersangkutan memiliki kekurangan pada regulasi dirinya untuk belajar. Di sisi lain, siswa yang berhasrat untuk memiliki regulasi diri yang baik namun memiliki kekurangan pada motivasinya boleh jadi tidak dapat mencapai sasaran akademiknya. Meskipun lebih jauh dalam studi ini ada kemungkinan ketiga yakni siswa yang memiliki motivasi tinggi karena kesadaran kognitif dan metakognitifnya tidak dapat memanfaatkannya karena tidak tentu arah karena niat yang tidak jelas (Pape dkk, 2003). Bila diaplikasikan ke dalam penelitian ini, maka mahasiswa perlu diberikan bimbingan untuk memicu motivasi intrinsik mereka untuk belajar dan di sisi lain diberikan bimbingan untuk membuat aturan main untuk belajar yang baik sehingga tercapai prestasi akademik setelah proses perkuliahan selesai dan terjadi perpindahan pengetahuan (knowledge transfer). Bila melihat kaitan antara motivated beliefs dengan self-regulated learning, maka berdasarkan gambar 1 diperoleh hubungan yang positif dan kuat, yakni sebesar 67,4 %. Correlations Self_ Motivational_ Regulated_ Beliefs Learning Motivational_Beliefs Pearson Correlation 1 .674** Sig. (2-tailed) .000 N 29 29 Self_Regulated_Learning Pearson Correlation .674** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 29 29 **.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Gambar 1

Analisi Korelasi

KESIMPULAN Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa jlurusan manajemen yang akan melalui proses perkuliahan teori perilaku organisasi telah menganggap diri mereka memiliki keyakinan motivasi dan regulasi diri untuk belajar yang baik sehingga hal ini dapat menunjang proses perkuliahan yang akan dijalankan untuk pertemuan selanjutnya.

Maharani, Inventarisasi Keyakinan Motivasi dan Self-regulated Learning sebagai Petunjuk Metode Pengajaran dan Perlakuan Lainnya

87

DAFTAR RUJUKAN Cocodia, E. A., dkk. 2003. Evidence that Rising Popuation Intelligence is Impacting in Formal Education. Personality and Individual Differences, 35, 797-810. Corno, L. 1986. The Metacognitive Control Components of Self-Regulated Learning. Contemporary Educational Psychology, 11 (4), 333-46. Gottfried, A. E., dkk. 2000. Continuity of Academic Intrinsic Motivation from Childhood Through Late Adolescence: A Longitudinal Study. Journal of Educational Psychology, 93, 3-13. Howard, R. W. 2001. Searching the Real World for Signs of Rising Population Intelligence. Personality and Individual Differences, 30, 10391058. McKeachie, W. J., dkk. 1986. Teaching and Learning in The College Classroom: A Review ff The Research Literature. Michigan: Ann Arbor. Merriam, S. & Caffarella, R. 1999. Learning In Adulthood: A Comprehensive Guide (2nd Ed). San Francisco: Jossey-Bass. Pape, S. J., Bell, C. V., & Yetkin, I. E. 2003. Developing Mathematical Thinking and Self-Regulated Learning: A Teaching Experiment in a Seventh-Grade Mathematics Classroom. Educational Studies in Mathematics, 53(3), 79-202. Pintrich, P. R. 1988. A Process-Oriented View of Student Motivation and Cognition. Dalam J. S. Sork & L.A. Mets (Eds.), Improving Teaching

and Learning Through Research: New Directions for Institutional Research. No. 57 (hlm. 6579). San Francisco: Jossey-Bass. Ramsden, P. 1992 Learning to Teach in Higher Education. London: Routledge. Reyero, M & Touron, J 2003. The Development of Talent: Acceleration as an Educational Strategy. Tanpa tempat terbit: tanpa penerbit. Roces, C. & Torres, M. C. 1998. Ability to Self-Regulate Learning. Madrid: tanpa penerbit. Saljo, R. 1979. Learning in the Learner's Perspective: 1: Some Commonplace Misconceptions. Gothenburg: Laporan Institute of Education, University of Gothenburg. Spinath, B., & Spinath, F. M. 2005a. Development of Self-Perceived Ability in Elementary School: The Role of Parents’ Perceptions, Teacher Evaluations, and Intelligence. Cognitive Development, 20, 190-204. Weinstein, C. E. & Mayer, R. E. 1986. The Teaching of Learning Strategies. In Wittrock, M. (Ed.), Handbook of Research on Teaching. New York: Macmillan Zimmerman, B. J. 1998. Developing Self-Fulfilling Cycles of Academic Regulation: An Analysis of Exemplary Instructional Model. Dalam D. H. Schunk & B. J. Zimmerman (Eds), Self-Regulated Learning: From Teaching to Self-Reflective Practice (hlm. 1-19), New York: Guilford.