Jihad Melawan Narkoba - Kemenag Jatim

92 downloads 291 Views 154KB Size Report
seseorang mendekati Narkoba. Pertama, diawali dari merokok. Sebab 90 persen pemakai nar- kotika mulanya merokok. Mere- ka tidak memahami bahwa di da ...
Ibarat nasi sudah menjadi bubur. Pengguna Narkoba di Jawa Timur terus mengalami peningkatan. Tapi para pecandu Miras dan Narkoba bukanlah bubur yang tak bisa diolah lagi menjadi beras. Asal tahu penyebabnya secara tepat, bubur itu akan bisa didaur-ulang menjadi beras kembali. Menurut KH. Imam Tabroni, ada tiga hal yang bisa menggiring seseorang mendekati Narkoba. Pertama, diawali dari merokok. Sebab 90 persen pemakai narkotika mulanya merokok. Mereka tidak memahami bahwa di dalam rokok terkandung zat yang menimbulkan orang bisa kecanduan, yaitu nikotin dan zat adiktif. Kedua, karena coba-coba. Dengan seringnya mencoba lantas menjadi kecanduan, dan pada akhirnya tanpa disadari masuk perangkap. Dan yang ketiga, akibat pengaruh pergaulan bebas tanpa batas, serta tak mengindahkan norma-norma agama dan etika. Ketika mereka sudah terjangkiti kecanduan Narkoba, dampaknya sangat luas, bukan saja mengancam pada kesehatan tapi bisa berakibat merugikan masyarakat. Contohnya, sering terjadi kecelakaan yang merenggut nyawa akibat ulah pemakai Mirasantika (miras dan narkotika). Untuk menanggulangi hal tersebut, MUI Jawa Timur telah bekerja sama dengan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Timur dan instansi terkait guna mensosialisasikan ke masyarakat dan dunia pendidikan, seperti pondok pesantren, madrasah dan lain-lain. Baik berupa penyuluhan ataupun dengan menerbitkan buku tentang Penyalahgunaan Narkotika. “MUI sebagai alat penunjang dan pembantu (Satgas) sudah membagikan ke madrasah dan sekolah-sekolah, agar para siswa paham dan mengerti perihal dampak negatif pemakai narkotika,” ungkap Sekretaris Umum MUI Jawa Timur ini. Pria kelahiran Blitar 7 Februari 1947 ini mengingatkan, agar dalam percaturan dunia global masyarakat perlu memiliki kewaspadaan yang tinggi. Sebab kalau sampai kebablas-

an tanpa filter, akan berakibat merusak tatanan kehidupan bangsa. Dan yang jadi korban utamanya adalah generasi muda. Pola pikir dan tingkah laku mereka berubah, tidak lagi bertumpu pada aturan-aturan agama maupun etika moral. “Dengan globalisasi membuat mudah masuknya berbagai budaya asing, termasuk juga narkotika. Dengan petugas keamanan

dr. H. Achmad Salim Sungkar, Sp.KJ

yang kurang memadai, apa mungkin bisa mengontrol 17.000 pulau yang tersebar di Indonesia?” ungkapnya. Oleh karenanya, tutur Wakil Ketua II FKUB Jawa Timur ini, kita harus

lah manusia itu sendiri. “Nah, lantas yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa manusia cenderung berbuat demikian?” tukas psikiater dari RSI Surabaya ini. Sebagai mahluk ciptaan Allah yang dianugerahi kehidupan, kenikmatan, panca indra, pikiran, tubuh, maka manusia mempunyai kewajiban untuk menjaga dan memeliharanya agar supaya jiwa dan raganya mampu mensyukuri dan membalas pemberianNya. Oleh karenanya, setiap individu wajib menjaga kesehatannya. Pengguna dan pecandu Mirasantika tentunya merupakan akibat dari jiwa dan raganya yang terganggu, karena jauh dari perbuatanperbuatan yang menyenangkan Tuhan. Para ahli berpendapat, perbuatan penyalahgunaan Narkoba maupun miras bukanlah disebabkan oleh faktor tunggal. Namun disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain kombinasi faktor individu (diri penyalahguna Narkoba), faktor kepribadian, faktor Narkoba, maupun faktor lingkungan. Yang dimaksud dengan faktor individu, biologis dan kepribadian penyalahguna, antara lain keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang lemah, sedang mengalami situasi ketegangan jiwa, sehingga menjadi labil dan berusaha untuk lari dari kenyataan hidup yang dialami. Atau sedang mengalami dorongan semangat yang meningkat dalam mengejar prestasinya. Selain itu juga karena ketidaktahuan tentang bahaya dan dampak dari penyalahgunaan Narkoba, serta keinginan untuk diterima dalam komunitas (lingkungan tertentu), dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor Narkoba itu sendiri, terang suami dr. Sukowardani ini, adalah sifat dan dampak Narkoba yang dapat menimbulkan “kangen” atau ketagihan dan ketergantungan. Tentu juga hal itu dikarenakan oleh faktor ketersediaan dan keterjangkauan Narkoba yang mudah didapatkan. Dan yang dimaksud dengan faktor lingkungan, adalah suasana lingkungan yang seringkali menimbulkan kemudahan terjadinya penyalahgu-

Jihad Mela wan Nar koba Melaw Nark Bermula dari Menzalimi Diri Sendiri

10

berjihad melawan Narkoba tersebut. Ini mengingat bahayanya akibat dari Mirasantika tersebut. Apalagi menurut catatan Polda Jatim, dari tahun ke tahun telah mengalami peningkatan yang luar biasa. “Pengertian Jihad di sini, harus sungguh-sungguh berjuang dengan menggunakan segala kemampuan yang optimal dan harus disertai niat untuk berhenti memakainya,” jelasnya. “Sabda Nabi SAW: Janganlah memakan dan minum sesuatu yang membuat kecanduan,” tandasnya. Bagi dr. H. Achmad Salim Sungkar, Sp.KJ, apa yang muncul dipermukaan itu bukanlah sesuatu yang luar biasa. Karena segala sesuatu yang ada di dunia ini senantiasa terkait dengan sunnatullah, yang erat kaitannya dengan hukum sebab-akibat. Jadi setiap fenomena yang muncul, tentu diawali dengan sebab. Terkait penyalahgunaan Mirasantika tentu yang menjadi pemicu utamanya ada-

MPA 306 / Maret 2012

01 LAYOUT A (MART 2012) - HAL 1 sd 19.pmd 10

2/28/2012, 7:47 PM

naan dan peredaran Narkoba. Hal itu bisa dipicu situasi keluaga yang mengalami guncangan ketidakharmonisan, keadaan keluarga yang terlalu pesimistis, atau terlalu otoriter, sehingga dirinya merasa tertekan. “Bisa juga terjadi karena adanya anggota keluarga atau teman yang menjadi pemakai Narkoba, serta lingkungan tempat individu berada yang tidak tertib,” jelasnya. Melihat keadaan masyarakaat saat ini, tutur pria kelahiran Semarang 10 Maret 1940 ini, fenomena meningkatnya pengguna Mkirasantika merupakan sebuah gejala yang wajar. Lantaran itu merupakan akibat dari keberadaan masyarakat yang sudah carut-marut. “Ada asap pasti ada apinya. Jadi kalau menghilangkan asap, maka apinya juga harus dimatikan,”

tegasnya. “Apinya itu, sebagaimana ditegaskan dalam QS.89:20, adalah kecintaan manusia terhadap dunia secara berlebihan. Karena mendahulukan yang enak, meski itu merusak tetap saja tak peduli,” paparnya menambahkan. Jadi intinya, simpul Nara Sumber Nara Qualita Ahsan Surabaya ini, bagaimana manusia bisa memenangkan perang antara hawa nafsu yang sifatnya preasure principle (maunya yang enak dan instan) dengan akalnya yang cenderung membenarkan yang haq. Artinya membenarkan yang reality principle (yang realistis atau yang ada sebenarnya). Persoalan kalah atau menang itu kembali pada kebebasan manusia untuk memilih. “Apakah memilih enak meski salah, atau memilih yang benar meski

sulit. Sebab semua yang benar tidak bisa dicari tanpa kesulitan,” tandasnya. Dalam al-Qur’an disebutkan, bahwa Allah tidak pernah menzalimi manusia tetapi manusialah yang menzalimi dirinya sendiri. Karena itu Allah tidak pernah membebani manusia di luar batas kemampuan manusia sendiri (S.2 : 186). Jadi manusialah yang kadang suka memaksakan diri di luar batas kemampuannya. “Ini namanya menzalimi diri sendiri. Ketika dia menzalaimi diri, maka akan masuk pada fase tertekan dan stress. Jadi seharusnya dia melakukan apa yang mampu saja. Artinya, tahu dirilah,” tuturnya melontarkan kata pamungkas. Laporan: Ahmad Suprianto, Rasmana Rahim (Surabaya).

Tak banyak yang mau berdakwah di keremangan diskotek, riuhnya pasar maupun menyusuri jalanan kota. Apalagi mengkhususkan diri pada masyarakat penuh masalah, seperti para pecandu Narkoba. PP. Suryalaya Surabaya yang diasuh oleh KH. M. Ali Hanafiah Akbar adalah salah satu yang tak banyak itu. Di pesantren ini, sedikitnya ada 40 orang pecandu yang mondok untuk menjalani rehabilitasi dengan menggunakan metode Inabah. Di antara mereka, ada yang secara suka rela datang untuk bertobat dan menjalani rehab. Tapi ada pula yang dijemput paksa di tempat kerja, jalanan hingga night club. Tentu, hal itu setelah ada persetujuan dan permintaan dari keluarga korban. Inabah adalah istilah dari Bahasa Arab anaba-yunibu (mengembalikan). Sehingga inabah berarti pengembalian atau pemulihan, yaitu proses kembalinya seseorang dari jalan yang menjauhi Allah ke jalan yang mendekat ke Allah. Istilah ini digunakan pula dalam QS. Luqman [31] ayat 15, QS. Al-Syura [42] ayat 10 dan pada surat yang lainnya. Nama inabah menjadi metode bagi program rehabilitasi pecandu narkotika, remaja-remaja nakal, dan orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Konsep perawatan korban penyalahgunaan obat serta kenakalan remaja adalah mengembalikan orang dari perilaku yang selalu menentang kehendak Allah atau maksiat, kepada perilaku yang sesuai dengan kehendak Allah atau taat. Dari sudut pandang tasawuf, orang yang sedang mabuk, jiwanya sedang goncang dan terganggu, sehingga diperlukan metode pemulihan (inabah). Metode inabah baik secara teoretis maupun prak-

tis didasarkan pada Al-Qur’an, Hadits dan ijtihad para ulama. Metode ini mencakup mandi, shalat, talqin dzikir dan pembinaan. Menurut KH. M. Ali Hanafiah Akbar, lemahnya kesadaran akibat mabuk, dapat dipulihkan dengan mandi dan wudlu. Mandi dan wudlu akan mensucikan tubuh dan jiwa sehingga siap untuk ‘kembali’ menghadap Allah Yang Maha Suci.

darannya mulai diajarkan dzikir melalui talqîn dzikr. Talqin dzikir adalah pembelajaran dzikir pada qalbu. Dzikir tidak cukup diajarkan dengan mulut untuk ditirukan dengan mulut pula, melainkan harus dipancarkan dari qalbu untuk dihunjamkan ke dalam qalbu yang di talqin. Menurut lelaki kelahiran Surabaya 20 Nopember 1947 ini, orang yang datang di pesantren ini semuanya bermasalah. “Bentuknya macam-macam dengan beban persoalan yang berbeda pula. Tapi intinya kan sama saja, masalah,” ujar Anak pasangan H. Mantawero dan Hj. Ainun itu. Masalah itu terjadi, karena hatinya kosong. Karenanya metode yang digunakan di pesantren ini untuk membantu masyarakat bermasalah adalah sama, yaitu dibersihkan hatinya dengan bertobat dan berdzikir dengan metode Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Masalah, katanya, ada dua macam: masalah yang ditakdirkan oleh Allah untuk menguji iman hambaNya dan masalah karena kesalahan hamba. “Untuk yang takdir, kita perlu membaca innalillahi wa inna ilaihi roji’un dan mengintensifkan pendekatan secara totalitas. Tapi untuk yang kesalahan sendiri, tak cukup dengan itu, melainkan juga harus diistighfari dan instripeksi,” terangnya. Ayah lima anak itu pun menjelaskan, disamping kegiatan-kegiatan tersebut di atas, juga diberikan kegiatan tambahan berupa pelajaran baca AlQur’an, berdoa, tata cara ibadah, ceramah keagamaan dan olah raga, keterampilan dan wirausaha. Setiap anak bina di evaluasi untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kesehatan jasmani dan rohaninya. Ded

PP. Suryalaya Surabaya

Merehabilitasi Pecandu Narkoba dengan Metode Inabah

Mereka yang telah dibersihkan atau disucikan melalui proses mandi dan wudlu, akan dituntun untuk melaksanakan sholat fardhu dan sunnah. Anak bina biasanya dibangunkan tengah malah pukul 2 untuk mandi dan shalat malam. “Mereka kan hina di hadapan masyarakat. Karenanya kami ajak shalat malam. Karena seusai janji Allah, yang akan memuliakan orang-orang yang mau bangun melaksanakan shalat malam,” ujar suami Hj. Yatik Ruhyati ini. Anak bina yang telah pulih kesa-

MPA 306 / Maret 2012

01 LAYOUT A (MART 2012) - HAL 1 sd 19.pmd 11

2/28/2012, 7:47 PM

11