JURNAL AGRISAINS VOL 4 No. 6, MEI 2013 .pdf - LPPM

79 downloads 369 Views 2MB Size Report
memberikan kemanfaatan yang lebih besar bagi perkembangan IPTEKS. Pada jurnal Agrisains .... potensi kemampuan pertumbuhan itik untuk tumbuh secara ...
Jurnal AgriSains Vol.4 No. 6., Mei 2013

ISSN : 2086-7719

i

Jurnal AgriSains Vol.4 No. 6., Mei 2013

ISSN : 2086-7719

Jurnal

AgriSains PENANGGUNGJAWAB Ketua LPPM Universitas Mercu Buana Yogyakarta Ketua Umum : Dr. Ir. Ch Wariyah, MP Sekretaris : Awan Santosa, SE., M.Sc Dewan Redaksi : Dr. Ir. Wisnu Adi Yulianto MP Dr. Ir. Sri Hartati Candra Dewi, MP Dr. Ir Bambang Nugroho MP Penyunting Pelaksana : Ir. Wafit Dinarto, M.Si Ir. Nur Rasminati, MP Pelaksana Administrasi : Gandung Sunardi Hartini

Alamat Redaksi/Sirkulasi : LPPM Universitas Mercu Buana Yogyakarta Jl. Wates Km 10 Yogyakarta Tlpn (0274) 6498212 Pesawat 133 Fax (0274) 6498213 E-Mail : [email protected]

Jurnal yang memuat artikel hasil penelitian ini diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Mercu Buana Yogyakarta, terbit dua kali setiap tahun. Redaksi menerima naskah hasil penelitian, yang belum pernah dipublikasikan baik yang berbahasa Indonesia maupun Inggris. Naskah harus ditulis sesuai dengan format di Jurnal AgriSains dan harus diterima oleh redaksi paling lambat dua bulan sebelum terbit.

ii

Jurnal AgriSains Vol.4 No. 6., Mei 2013

ISSN : 2086-7719

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNya, sehingga Jurnal Agrisains Volume 4, No. 6, Mei 2013 dapat kami terbitkan. Redaksi mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada para penulis yang telah berbagi pengetahuan dari hasil penelitian, untuk dipublikasikan dan dibaca oleh pemangku kepentingan, sehingga memberikan kemanfaatan yang lebih besar bagi perkembangan IPTEKS. Pada jurnal Agrisains edisi Mei 2013, disajikan beberapa hasil penelitian di bidang studi Peternakan, Agroteknologi, Teknik Informatika yang berisi tentang peningkatan kualitas daging unggas, peningkatan produksi tanaman pangan melalui pengurangan hama dan peningkatan kualitas pupuk serta di bidang teknik informasi tentang segmentasi tekstur citra lidah. Redaksi menyadari bahwa masih terdapat ketidaksempurnaan dalam penyajian artikel dalam jurnal yang kami terbitkan. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan, agar penerbitan mendatang menjadi semakin baik. Atas perhatian dan partisipasi semua pihak redaksi mengucapkan terima kasih.

Yogyakarta, Mei 2013 Redaksi

iii

Jurnal AgriSains Vol.4 No. 6., Mei 2013

ISSN : 2086-7719

DAFTAR ISI Hal Kata Pengantar Daftar Isi EVALUASI KINERJA ITIK MANILA JANTAN DAN BETINA PADA PEMBERIAN RANSUM DENGAN ARAS PROTEIN YANG BERBEDA

iii iv

1-9

FX Suwarta OPTIMALISASI KONSENTRASI MIKROKONIDIUM DALAM FORMULASI AGENS HAYATI FUSARIUM OXYSPORUM F. SP. CEPAE AVIRULEN DAN DOSIS PENGGUNAANNYA UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT MOLER PADA BAWANG MERAH

10-19

Bambang Nugroho PENGARUH NANOKAPSUL EKSTRAK KUNYIT DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS SENSORI DAGING AYAM BROILER

20-31

Sundari SEGMENTASI TEKSTUR CITRA LIDAH PENDERITA TIFOID MENGGUNAKAN METODE ADAPTIF

32-41

Supatman KUALITAS KIMIA DAGING AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER

42-49

Sri Hartati Candra Dewi PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK HASIL PENGOMPOSAN LIMBAH PENGOLAHAN KOPI DENGAN MENGGUNAKAN PROBIOTIK URIN SAPI PADA BUDIDAYA TANAMAN SELADA 50-69 Bambang Sriwijaya

PEDOMAN PENULISAN NASKAH

70

iv

Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 6., Mei 2013

ISSN : 2086-7719

EVALUASI KINERJA ITIK MANILA JANTAN DAN BETINA PADA PEMBERIAN RANSUM DENGAN ARAS PROTEIN YANG BERBEDA FX Suwarta Program Studi Peternakan, Fakultas AgroIndustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Jl. Wates Km 10 Yogyakarta 55753 E-mail : [email protected]. ABSTRACT This experiment aims was to evaluate the performance of male and female muscovy on providing ration with protein levels different. This Research using experimental methods, with completely randomized factorial design (2x2) by sex and protein level different on the ration . This research conducted by experiment method by factorial experiment (2x2) two factors, the first factor was sex (male and female) and second factor was protein level on the ration (18 and 20%). The sixty muscovy ducks consisted 30 male and 39 female alocated by factorial experiment (2x2) following completely Randomized Design, Ration were given isonutrient except protein level (18 and 20 %). The collected data were i.e feed consumption, average daily gain, feed conversion, protein and energy efficiency and performance indeks (PI). The results of this experiment showed feed consumption, gain weight, feed conversion and performance indeks on male muscovy significantly (P0,05)

tetapi kalau dilihat nilai reratanya terendah

yaitu2,13 sampai 2,87 yaitu berkisar antara

2,20 dicapai oleh ayam yang ransumnya

agak suka sampai suka. Ransum komersial

ditambah nanokapsul 0,4% (P7) Gambar 6.

memberikan

skor

nilai

kesukaan

Hal ini dapat disebabkan karena kepuasan

keseluruhan

paling

baik.

Hal

yang

berbeda

tidak

nyata

ini

daging

berasal

dari

ayam

broiler

konsumen

tidak

daging

mengindikasikan bahwa nanokapsul ekstrak

tergantung pada respons fisiologis dan

kunyit pada level 0,4% dapat dipakai untuk

sensori diantara individu (Soeparno, 2009).

menggantikan

ransum

komersial

yang

28

Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 6., Mei 2013

ISSN : 2086-7719

Gambar 6. Skor nilai kesukaan keseluruhan daging yang pakannya ditambah nanokapsul.

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Pemakaian nanokapsul ekstrak kunyit terbaik

pada

level

0,4%,

mampu

Anand, P.A., A. B. Kunnumakkara, R.A.

memberikan kualitas sensori yang baik

Newman,

dalam daging ayam broiler.

2007.Bioavailability Problems

and

and

B.B.

Aggarwal,

of

Curcumin:

Promises.

Mol.

Pharmaceutics, 2007, 4 (6), 807-818•

UCAPAN TERIMA KASIH

DOI: 10.1021/mp700113r. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dirjen DIKTI yang telah membantu pendanaan

penelitian

Penelitian

ekstrak kunyit (Curcuma domestica,

Unggulan Perguruan Tinggi (Multidisiplin

Val). Prosiding Seminar Nasional,

UGM) tahun anggaran 2013. Ucapan terima

Penelitian Pendidikan dan Penerapan

kasih

MIPA. 2-3 Agustus, Hotel Sahid Raya,

disampaikan

lewat

Aznam, N. 2004. Uji aktivitas antioksidan

juga

kepada

Tim

Promotor, Laboran dan semua mahasiswa

Yogyakarta. Halaman: 111-117.

S1-S2 yang terlibat pada penelitian ini,

Barroeta, A.C. 2007. Nutritive value of

sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

poultry meat: relationship between vitamin E and PUFA. World’s Poult. Sci. J. 63: 277-284.

29

Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 6., Mei 2013

ISSN : 2086-7719

Bou, R., F. Guardiola, A. Tres, A.C.

with outdoor access. Poultry Sci. 86:2245-2255.

Barreota and R. Codony. 2004. Effect of dietary fish oil, α-tocopherol acetate, and zinc supplementation on

Gaudin,

V.,

Maris,

P.,

Fusetier,

R.,

the composition and consumer

Ribouchon, C., Cadieu, N. and Rault,

acceptability of chicken meat. Poult.

A.

Sci. 83:282-292.

microbiological

2004.

Validation method:

of

a

The

Star

protocol, a five plate test for screening of antibiotic residues in milk. Food

Bou, R., S. Grimpa, F. Guardiola, A.C. Barroeta and Codony R. 2006. Effects

Additives and Contaminants 21(5):

of various fat sources, alpha

422-433.

tocopheryl acetate, and ascorbic acid supplements on fatty acid composition

Omojola, A.B, S.S. Fagbuaro dan A.A.

and alpha-tocopherol content in raw

Ayeni. 2009. Cholesterol

and vacuum-packed, cooked dark

Physical and Sensory Properties of

chicken meat. Poult. Sci. 85: 1472-

Pork from Pigs Fed Varying Levels of

1481.

Dietary Garlic (Allium sativum). J.

Content,

World Applied Sci. 7: 971-975. Chartrin, P.K. Me´teau, H. Juin, M.D. Bernadet, G. Guy, C. Larzul, H.

Komariah, I.I. Arief dan Y. Wiguna. 2004.

Re´mignon, J. Mourot, M.J. Duclos,

Kualitas fisik dan mikrobia daging sapi

and E. Bae´za. 2006. Effects of

yang ditambah jahe (Zinger officinale

intramuscular fat levels on sensory

roecoe) pada konsentrasi dan lama

characteristics of duck breast meat.

penyimpanan yang berbeda. Media

Poultry Sci. 85: 914-922.

Peternakan Vol. 28(2):38-87.

Dilaga,

I.W.S.

dan

Soeparno.

2007.

Maiti, K., K. Mukherjee,

A. Gantait, B.P.

Pengaruh pemberian berbagai level

Saha,

Clenbuterol terhadap kualitas daging

Kurkumin

babi

Preparation, therapeutic, evaluation

jantan

grower.

Buletin

Peternakan Vol. 31(4):200-208.

P.K.

Mukherjee.

phospholipid

2007. complex:

and pharmacokinetic studi in rats. Int. J. Pharm. 330(1-2), 155-63.

Fanatico, A.C., P.B. Pillai, J.L. Emmert, and C.M. Owens. 2007. Meat quality of slow-

and

genotypes

fastgrowing fed

chicken

low-nutrient

or

NRC.

1994.

Nutrient

Requirements

of

Poultry. 9th Rev.Ed. National Academy Press, Washington DC.

standard diets and raised indoors or

30

Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 6., Mei 2013

ISSN : 2086-7719

Park, P.W. and R.E. Goins. 1994. In Situ

Soeparno.

2005.

Ilmu

dan

Teknologi

Prearation of Fatty Acids Methyl Ester

Daging. Cetakan Ke-4. Gadjah Mada

For

University Press, Yogyakarta.

Analysis

of

Fatty

Acids

Composition. Foods Sci. 59(6): 12621266.

Swatantra

K.K.S.,

R.

S.Satyawan.2010.

Awani Chitosan:

K., A

Purba, M., E.B. Laconi, P.P. Ketaren, C.H.

Platform for Targeted Drug Delivery.

Wijaya dan P.S. Hardjosworo, 2010.

Int.J. PharmTech Res.,2(4): 2271-

Kualitas sensori dan komposisi asam

2282.

lemak daging itik lokal jantan dengan suplementasi santoquin, vitamin E

Warris,P.D. 2010. Meat Science : an

dan C dalam ransum. JITV Vol. 15(1)

Introductory

: 47-55.

Veterinary

Text.2ndSchool Science

University

of of

Bristol, CABI Publishing. Bristol UK, Rebole, A., M.L. Rodriguez, L.T. Ortiz, C.

pp. 194-205.

Alzueta, C. Centeno, C. Viveros, A. Brenes and I. Arija. 2006. Effect of

Wachira, W.M., A. Shitandi and R. Ngure,

dietary high-oleic acid sunflower seed,

2011. Determination of the limit of

palm

detection of penicillin G residues in

oil

supplementation

and

vitamin on

E

broiler

poultry

meat

using

a

low

cost

performance, fatty acid composition

microbiological method. International

and oxidation susceptibility of meat.

Food Research Journal 18(3): 1203-

Br. Poult. Sci. 47: 581-591.

1208.

31

Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 6., Mei 2013

ISSN : 2086-7719

SEGMENTASI TEKSTUR CITRA LIDAH PENDERITA TIFOID MENGGUNAKAN METODE ADAPTIF

Supatman Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Jl. Wates Km 10 Yogyakarta 55753 E-mail : [email protected]

Abstract Typhoid and paratyphoid (hereinafter referred to as typhoid) is an acute infectious disease of the small intestine which is included in the category endemic in Indonesia. The disease is classified as infectious diseases listed in Act No. 6 of 1962 on the outbreak. In Indonesia as an epidemic of typhoid rare but more often are sporadic, scattered in an area and rarely cause more than one case in the home and source of infection could not be determined.Identification of typhoid disease conducted with a variety of laboratory tests, including tests widal and culture. The results of these tests are used to ascertain the symptoms of typhoid patients within one week. Early identification of typhoid disease can also be done by looking at the condition of the patient's tongue, the tongue is the degree of soiling. Getting dirty tongue then the probability of patients suffering from typhoid will be even greater.

maka probabilitas menderita tifoid akan

1. Pendahuluan

semakin besar. Proses identifikasi real time Tifoid dan paratifoid (selanjutnya

melalui tekstur citra lidah dilakukan dengan

disebut tifoid) merupakan penyakit infeksi

proses

akut usus halus yang dimasukkan dalam

segmentasi untuk memisahkan citra lidah

katagori endemik di Indonesia. Penyakit ini

dari objek lainnya seperti bibir, gigi dan

digolongkan

bagian dalam mulut lainnya.

penyakit

menular

yang

awal

preprocessing

citra

yaitu

tercantum dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 1962 tentang wabah. Di Indonesia

2. Dasar Teori

tifoid jarang sebagai epidemic akan tetapi

2.1 Tifoid

lebih sering bersifat sporadic, terpencarpencar

disuatu

daerah

dan

jarang

Tifoid dan paratifoid (selanjutnya disebut tifoid) adalah penyakit infeksi akut

menimbulkan lebih dari satu kasus pada

usus

orang-orang

endemik di Indonesia. Sinonim tifoid adalah

penularan

serumah tidak

serta

dapat

sumber ditentukan.

halus

yang

merupakan

typhoid dan patatyphoid fever,

penyakit

enteric

Identifikasi dini penyakit tifoid secara visual

fever, typhus dan paratyphus abdominfis.

dapat

Etiologinya ialah

juga

dilakukan

dengan

melihat

Salmonella typhi,

S.

kondisi lidah pasien, yaitu dengan tingkat

paratytphi A., S. paratyphi B., dan S.

kekotoran lidah. Semakin kotor lidah pasien

paratyphi C [25,26].

32

Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 6., Mei 2013

ISSN : 2086-7719

menghasilkan citra akan dipengaruhi oleh Penularan S. typhi terjadi melalui

bermacam-macam

oleh

mengakibatkan

mulut

makanan

yang

tercemar.

faktor

penampilan

yang citra

suatu

Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam

benda tidak sama persis dengan bentuk

lambung oleh asam lambung. Sebagian lagi

fisik

masuk ke usus halus, mencapai jaringan

merupakan efek degradasi atau penurunan

lalu

limfoid

kemudian mencapai

berkembang masuk

sel-sel

biak.

aliran

Kuman

nyatanya.

Faktor-faktor

tersebut

kualitas yang dapat berupa rentang kontras

darah

dan

benda yang terlalu sempit atau terlalu lebar,

retikuloendotelial

hati,

distorsi

geometrik,

kekaburan

(blur),

limpa dan organ-organ lain. Diprediksi

kekaburan akibat obyek yang bergerak

proses ini berjalan pada masa tunas, yang

(motion blur), noise atau gangguan yang

berakhir

disebabkan

saat

sel-sel

retikuloendotelial

oleh

interferensi

peralatan

melepas kuman pada peredaran darah dan

pembuat citra, baik berupa transduser,

menimbulkan bakteri untuk kedua kalinya.

peralatan

Kuman-kuman

optik.

selanjutnya

masuk

ke

elektronik

ataupun

peralatan

jaringan beberapa organ tubuh, terutama limpa, usus halus dan kandung empedu [25,26].

Teknik mengurangi degradasi

Ciri-ciri utama penderita demam

atau pada

enhacement),

panas

restoration),

secara

berlahan,

proses

untuk

menghilangkan citra

perbaikan/peningkatan

tifoid berupa tanda-tanda klinis antara lain meningkat

dan

digital

meliputi

citra

(image

restorasi dan

efek

citra

(image

tranformasi

spasial

gangguan GIT (konstipasi, diare, mual-

(spasial transformation). Subyek lain dari

muntah) dan lidah kotor [29].

pengolahan citra digital diantaranya adalah pengkodean

citra

(image

coding),

2.2 Citra

segmentasi

2.2.1 Format Citra

representasi dan deskripsi citra (image

2.2.1. 1. Komponen Citra Digital

representation and description).

Citra dimensi

adalah

representasi

citra (image segmentation),

dua

Karena pengolahan citra dilakukan

untuk bentuk fisik nyata tiga

dengan komputer digital maka citra yang

dimensi. Citra dalam perwujudannya dapat

akan

bermacam-macam,

ditransformasikan

mulai

dari

gambar

diolah

terlebih ke

dahulu

dalam

bentuk

hitam-putih pada sebuah foto (yang tidak

besaran-besaran diskrit dari nilai tingkat

bergerak) sampai pada gambar berwarna

keabuan pada titik-titik elemen citra. Bentuk

yang

citra ini disebut citra digital. Setiap citra

Proses

bergerak

pada

transformasi

pesawat dari

televisi.

bentuk

tiga

dimensi ke bentuk dua dimensi untuk

digital

memiliki

beberapa

karakteristik,

antara lain ukuran citra, resolusi dan format

33

Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 6., Mei 2013

ISSN : 2086-7719

lainnya. Umumnya citra digital berbentuk

tersebut

persegi panjang yang memiliki lebar dan

warna.

biasanya

dikaitkan

dengan

tinggi tertentu, yang biasanya dinyatakan dalam banyaknya titik atau piksel (picture

Citra digital (digital image) adalah citra kontinyu f(x,y) yang sudah didiskritkan

element/pixel).

baik koordinat spasial Ukuran citra dapat juga dinyatakan secara

fisik

dalam

kecerahannya. Setiap titik biasanya memiliki

panjang

koordinat sesuai dengan posisinya dalam

(misalnya mm atau inch). Dalam hal ini

citra. Koordinat ini biasanya dinyatakan

tentu saja harus ada hubungan antara

indeks x dan y hanya bernilai bilangan bulat

ukuran titik penyusun citra dengan satuan

positif, yang dapat dimulai dari 0 atau 1.

panjang. Hal tersebut dinyatakan dengan

Citra digital yang selanjutnya akan disingkat

resolusi

ukuran

”citra” sebagai matrik ukuran M x N yang

setiap

satuan

baris dan kolomnya menunjukkan titik-

satuan

yang

titiknya yang diperlihatkan pada persamaan

yang

satuan

maupun tingkat

merupakan

banyaknya

titik

untuk

panjang.

Biasanya

digunakan adalah dpi (dot per inch). Makin

di bawah ini menurut [10]:

besar resolusi makin banyak titik yang terkandung dalam citra dengan ukuran fisik yang sama. Hal ini memberikan efek penampakan citra menjadi semakin halus.

f(0,1)  f(0,0)  f(1,1)  f(1,0) X=f(x,y)=  ... ...  f(M−1,0) f(M−1,1) 

... f(0,N−1)   ... f(1,N−1)  ... ...  ... f(M−1,N−1)

(1)

Format citra digital ada bermacammacam.

Karena

sebenarnya

merepresentasikan

informasi

Setiap titik juga memiliki nilai berupa

citra

tertentu,

angka

digital

yang

merepresentasikan

dapat

informasi yang diwakili titk tersebut. Format

dinyatakan secara bervariasi, maka citra

nilai piksel sama dengan format citra

yang mewakilinya dapat muncul dalam

keseluruhan.

berbagai

pencitraan,

sedangkan

informasi

format.

tersebut

Citra

yang

merepresentasikan informasi yang hanya bersifat

biner

untuk

membedakan

Pada nilai

ini

kebanyakan biasanya

sistem berupa

bilangan bulat positif.

2

keadaan tentu tidak sama citra dengan informasi yang lebih kompleks sehingga memerlukan lebih banyak keadaan yang

2.2.1.2 Representasi Citra Digital Komputer dapat mengolah isyarat-

semua

isyarat elektronik digital yang merupakan

informasi tadi disimpan dalam bentuk

kumpulan sinyal biner (bernilai dua: 0 dan

angka, sedangkan penampilan angka

1). Untuk itu, citra digital harus mempunyai

diwakilinya.

Pada

citra

digital

format tertentu yang sesuai sehingga dapat

34

Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 6., Mei 2013

ISSN : 2086-7719

merepresentasikan obyek pencitraan dalam

RGB color yang nantinya akan membentuk

bentuk kombinasi data biner.

citra warna.

Citra yang tidak berwarna atau hitam

2.2.1.3 Tingkat Abu-abu (Grayscale)

putih dikenal sebagai citra dengan derajat

Kecerahan dari citra yang disimpan

abu-abu (citra graylevel/grayscale). Derajat

dengan cara pemberian nomor pada tiap-

abu-abu yang dimiliki ini bisa beragam

tiap

mulai dari 2 derajat abu-abu (yaitu 0 dan 1)

pikselnya maka makin terang (putih) piksel

yang

citra

tersebut. Sedangkan semakin kecil nilai

monochrome, 16 derajat keabuan dan 256

suatu piksel, mengakibatkan warna pada

derajat keabuan.

piksel tersebut menjadi gelap. Dalam sistem

dikenal

juga

sebagai

pikselnya.

Semakin

tinggi

nomor

kecerahan yang umum terdapat 256 tingkat Dalam sebuah citra monochrome, sebuah piksel diwakili oleh 1 bit data yang

untuk setiap piksel. Scala kecerahan seperti ini dikenal sebagai grayscale.

berisikan data tentang derajat keabuan yang dimiliki piksel tersebut. Data akan

Proses grayscale ini bertujuan untuk

berisi 0 bila piksel berwarna hitam dan 1

merubah citra 24 bit RGB menjadi citra abu-

bila piksel

berwarna putih. Citra yang

abu. Pemilihan pemrosesan pada tingkat

memiliki 16 derajat keabuan (mulai dari 0

abu-abu ini dipilih karena lebih sederhana,

yang mewakili warna hitam sampai dengan

yaitu

15

yang

mewakili

direpresentasikan

oleh

Sedangkan

dengan

citra

hanya

menggunakan

sedikit

warna

putih)

kombinasi warna dan dengan citra abu-abu

4

data.

dirasakan sudah cukup untuk memproses

derajat

peta yang semula berupa RGB colour

bit 256

keabuan (nilai dari 0 yang mewakili warna

dengan liputan abu-abu.

hitam sampai dengan 255 yang mewakili Titik1

warna putih) direpresentasikan oleh 8 bit

Titik2

Titik3

Titik4

data. B

G

R

B

G

R

B

G

R

B

G

R

Dalam citra berwarna, jumlah warna bisa beragam mulai dari 16, 256, 65536 atau 16 juta warna yang masing-masing

Gambar 1. Model penyimpanan piksel pada buffer memori[3]

direpresentasikan oleh 4,8,16 atau 24 bit

Pengubahan citra 24 bit ke citra abu-

data untuk setiap pikselnya. Warna yang

abu YUV dengan mengambil komponen Y

ada terdiri dari 3 komponen utama yaitu

(luminance)

nilai merah (red), nilai hijau (green) dan nilai

mengalikan komponen R, G, B dari nilai

biru (blue). Paduan ketiga komponen utama

taraf intensitas tiap piksel RGB dengan

pembentuk warna tersebut dikenal sebagai

konstanta (0.299R,0.587G,0.11B).

dapat

dilakukan

dengan

35

Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 6., Mei 2013

ISSN : 2086-7719

berdasarkan histogram dari bagian ke-ij (1≤ i,j ≤ m). Hasil akhir dari proses ini adalah gabungan dari bagian-bagian citra tadi, yang sebearnya berasal dari sebuah citra yang lebih besar. Sebuah citra dapat dibagi menjadi 4, 6, 9 bagian dan seterusnya tergantung pada ukuran dimensi citra dan besarnya perbedaan latar belakang yang paling gelap dan latar belakang yang paling Gambar 2. Operasi Pengubahan Citra 24 bit (piksel warna ) ke Citra Abu-Abu YUV [9]

terang, sehingga bagian-bagian kecil tadi menutup seluruh bagian dari citra asal. Ilustrasi pembagian citra menjadi empat

2.2.1.4 Pengambangan Adaptif.

bagian diberikan pada Gambar 2.5 [33].

Pendekatan langsung dalam metode adaptif

adalah

dengan

membagi

citra

menjadi beberapa bidang berukuran m x m lalu memilih threshold Tij untuk bagian citra

T1,1

T2,1

T1,2

T2,2

Gambar 3. Pembagian daerah dengan teknik pengambangan adaptif [33]. Nilai ambang lokal dapat dihitung dengan salah satu dari tiga cara berikut [21]:

(2) 36

Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 6., Mei 2013

ISSN : 2086-7719

atau 4. Eksperimen Eksperimen

(3)

dilakukan

menggunakan citra lidah penderita tifoid dengan merubah parameter sub window dan nilai konstanta pada perangkat lunak aplikasi perangkat

(4)

lunak

adaptif.

Digram

implementasi

blok

metode

adaptif ditunjukkan pada Gambar 4 dan

dengan W : blok yang diposes

perubahan nilai konstan ditunjukkan pada

Nw : banyaknya piksel pada blok W C

metode

Tabel 1.

: konstanta yang dapat

ditentukan secara bebas

Citra Lidah Penderita Tifoid

Algoritma Metode Adaptif

Citra Lidah (tersegmentasi)

Gambar 4. Diagram blok implementasi metode adaptif.

Tabel 1. Parameter pengujian perangkat lunak implementasi algoritma adaptif 5. Hasil dan pembahasan Berdasarkan

data

citra

lidah

Pengujian

Sub Window

Konstanta

1

4x4

0.14

penderita

2

16 x16

0.14

segmentasi dengan merubah sub window

3

19 x 19

0.14

dan

4

16 x 16

0.10

Gambar 5.

6

16 x 16

0.19

nilai

tifoid

diperolah

konstanta

hasil

ditunjukkan

uji pada

37

Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 6., Mei 2013

ISSN : 2086-7719

Sub Window : 4x4

Sub Window : 16x16

Sub Window : 19 x 19

Konstanta : 0.14

Konstanta : 0.14

Konstanta : 0.14

Sub Window : 16x16

Sub Window : 16x16

Sub Window : 16 x 16

Konstanta : 0.10

Konstanta : 0.14

Konstanta : 0.19

Gambar 5. Hasil Uji Perangkat Lunak

window maka semakin segmentasi citra

Segmentasi

Menggunakan

semakin besar.

Berdasarkan Gambar 5. Hasil Uji Perangkat

6. Kesimpulan

Citra

Lidah

Metode Adaptif. Lunak

Segmentasi

Citra

Lidah

Beberapa kesimpulan yang diambil

Menggunakan Metode Adaptif diperoleh

dari analisa dan pengujian segmentasi citra

ukuran optimal sub window diperoleh pada

lidah menggunakan metode adaptif

nilai 16 x 16 piksel dengan nilai konstanta

penderita penyakit tifoid lain :

0.14. Semakin rendah nilai konstanta maka

a. Ukuran

optimal

dalam

sub

window

(over

diperoleh pada nilai 16 x 16 piksel.

segmentation) dan semakin besar sub

b. Konstanta optimal pada nilai 0.14.

segmentasi

citra

semakin

besar

pada

38

Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 6., Mei 2013

ISSN : 2086-7719

Daftar Pustaka

Gaussian–Markov Random Fields and Neural Oscillator Networks”, IEEE

[1].

Adi Dharma Wibawa, 2005, “Early

Transactions On Neural Networks,

Detection

Vol. 12, No. 2, March.

On

The

Condition

Of

Pancreas Organ As The Cause Of Diabetes Processing

Mellitus

By

Using

Iris

Image

Modified

SOM-

[8].

Laurene,

1994,

“Fundamentals Of Neural Networks,

Kohonen, ICBME, Singapura. [2].

Fausett,

Ajith Abraham, 2004, “Meta learning

Arcitectures,

Algorithms,

and

Applications”,

Prentice

Hall,

Englewood Cliffs.

evolutionary artificial neural networks”, Nero Computing.

[9].

H.P. Ng., 2005, Watershed

[3].

Image

Texture

Singapura.[17]

by

Genetic

Improved

Algorithm For Medical

Andy Song, Vic Ciesielski, 2004 ” Analysis

“ An

ICBME,

Segmentation”,

Programming”, In Proceedings of the 2004 Congress on Evolutionary, G. Greenwood (Editor),

[10]. Ham., Fredric M., Kostanic., Ivica, 2001, ” Principles of Neurocomputing

pages 2092-

for Science & Engineering”, McGraw-

2099, Portland.

Hill, Inc. [4].

B.C. Merki, M.R. Mahfouz, 2005, “Unsupervised

Three-Dimensional

Segmen-tation of Medical

[11]. Haryanti Rivai, 2005 “Pengenalan ciriciri tekstur kecacatan kain sutera

Images

Using an Anotomical Bone Altas ”,

dengan

ICBME, Singapura.

gaussian markov random field dengan klasifikasi

[5].

B. Jaganatha Pandian, 2005, “AI

menggunakan

metode

SOM-Kohonen”,

ITS,

Surabaya.

Based Detection And Classification Of Microca-lcifications

In

Digital

[12]. J.T. Pramudito, 2005,“Design and

Mammogram” , ICBME, Singapura.

[6].

Implemtation Of Early Osteoporosis Detection

Software

System

By

Duda., Ricard O, Hart., Peter E,

Clavicular

Cortx

Stork., Peter E, 2000, “Pattern

Measurement”, ICBME, Singapura.

Thickness

Clasification”, John Willey & Sons Inc. [13]. [7].

Jin-Hyuk

Hong,

2005.,

“The

Erdogan Çesmeli and DeLiang Wang,

classification of cancer based on DNA

2001, “Texture Segmentation Using

microarray data that uses diverse

39

Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 6., Mei 2013

ensemble

genetic

ISSN : 2086-7719

Analisis

programming”,

Artificial Itellejence in Medicine.

Citra,

Membangun

dan

Aplikasi

Tahapan Biometrika”,

C.V. Andi Offset, Yogyakarta. [14]. M.S.G. Tsuzuki, 2005, “4D Thoracic Organ

Modelling

Unsunchronized

from

MR

[22]. Pratt., William K., 2001, “Digital Image Processing”, John Willey & Sons.

Sequential

Images”, ICBME, Singapura. [23]. Rinaldi [15]. Marques de sa, J.P., 2001,”Pattern

Citra

Munir, Digital

2004, “Pengolahan Dengan

Pendekatan

Algoritmik”, Informatika, Bandung.

Recognition:Consept, Methods and

[24]. Russ., John C., 1998, “The Image

Applications”,Springer.

Processing Handbook 3th”, A CRC [16]. Matthew J.Langdon,Ph.D, 2003,

Handbook Published.

”Classification of Gaussian Markov [25].

Random Field (GMRF) with

Soeparman, 1995., “Ilmu penyakit dalam”, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Application to Powder images ”, University of Leads.

[26]. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, [17]. Mei-Gie

Lim,

2005,

“Probability

1982., “Ilmu kesehatan anak jilid 2”,

Distribution Maps As Medical Image

Fakultas

Kedokteran

Labeling Tool – Pros and Cons”,

Indonesia, Jakarta.

Universitas

ICBME, Singapura. [27]. Shao-Jer Chen, 2005, “Quantitative [18]. Mori, Shunji., Nishida, Hirobumi.,

Assessment Of Pathological Findings

Yamada, Hiromitsu, 1999, “Optical

For

Character Recognition”, John Willey &

Sonographic

Sons Inc.

ICBME, Singapura.

[19]. Nicholas V. Swindale and Hans-Ulrich Bauer, Kohonen's

1998,

“Application

self-organizing

of

feature

map algorithm to cortical maps of

Breast

Cancer Texture

through Analysis”,

[28]. Steinmetz., Raft, Nahrstedt., Klara, 2002, “Multimedia Fundamentals, Media Coding and Content Processing”, Prentice-Hall inc.

orientation and direction preference”, [29]. Supatman,

The royal society .

2008,”Identifikasi

citra

tekstur bubuk susu dengan metode [21].

Putra.,

Darma,

2009,

“Sistem

alih-ragam gelombang singkat untuk

Biometrika, Konsep Dasar, Teknik

memprediksi keaslian produk susu”,

40

Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 6., Mei 2013

ISSN : 2086-7719

Proceedings SITIA2008, ISBN: 978-

Proceedings SITIA2007, ISBN : 978-

979-8897-24-5, tanggal: 8 Mei 2008 ,

979-9589-9-8, tanggal 9 Mei 2007,

ITS Surabaya.

ITS Surabaya.

[30]. Supatman, 2008, “Identifikasi Citra

[32].

Supatman, 2006,”Ekstraksi ciri citra

Sketsa Figur Manusia Dengan

tekstur lidah menggunakan metode

Metode Pulse Coupled Neural

Co-Occurrence

Network (PCNN) Untuk Mempredisi

Seminar Nasional Peran Teknologi

Daya Tahan Terhadap Stres”,

Pemrosesan

Prosiding Semnasif 2008, ISSN:1979-

ISBN : 979-1149-91-7, tanggal: 11

2328, Jurusan Teknik Informatika,

November

FTI, UPN “Veteran” Yogyakarta.

Universitas

Prosiding

Matrik”,

Sinyal 2006,

Diera Fak.

Wangsa

Global” Teknik,

Manggala

Yogyakarta. [31]. Supatman., Mulyanto, Eko., Purnomo, Mauridy H., 2007, “Identifikasi citra

[33]. Usman Ahmad, 2005, ”Pengolahan

tekstur lidah menggunakan metode

Citra

gaussian markov random field untuk

Pemrogramannya”,

deteksi

Yogyakarta.

dini

penyakit

tifoid”,

Digital

dan Graha

Teknik Ilmu,

41

Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 6., Mei 2013

ISSN : 2086-7719

KUALITAS KIMIA DAGING AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER Sri Hartati Candra Dewi Program Studi Peternakan, Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Jl. Wates Km 10 Yogyakarta 55753 E-mail : sh_candradewi@yahoo,com ABSTRACT This study aims to determine carcass and chemical quality of chicken meat fed concentrate-based broiler ration, Thirty-six chicks 1 week old used in the experiments were conducted as One Way experiment using a completely randomized design with 4 treatments of feed (use 1 BR concentrate as much as 100%, 75%, 50%, and 25%) per treatment with 3 replications, Data were analyzed by ANOVA and Duncan's Multiple Range Test, Parameters measured were moisture content, protein, fat and meat pH, The results showed that the water content and fat content of real influenced by feed treatment, whereas protein content and pH of the meat was not significantly affected by feeding treatment, The study concluded that the chicken-based concentrates fed up with the percentage of concentrate at 75%, does not affect the chemical characteristics of meat, Keywords: chicken, feed-based concentrates, chemical characteristics of meat, PENDAHULUAN

dagingnya perlu perbaikan kualitas pakan,

Ayam kampung merupakan unggas yang paling digemari oleh masyarakat

hal ini dapat diluhat dari pemberian pakan pada broiler,

tanpa memandang usia, Selain itu ayam kampung

banyak

dipelihara

oleh

masyarakat baik di desa maupun di kota, Pemeliharaan ayam kampung masih dalam jumlah kecil antara 2 sampai 5 ekor, karena tujuan utamanya adalah untuk kesenangan atau hobi, untuk mencukupi kebutuhan gizi keluarga

dan

masih

sebagai

usaha

Dewasa memilih

bahan

memperhatikan

pangan

dalam

sudah

tentang

sangat

kualitasnya,

termasuk dalam memilih daging yang akan dikonsumsi, Masyarakat tentu akan memilih daging yang

mempunyai

kualitas baik

sesuai dengan biaya yang dikeluarkan,

ayam akan Pemeliharaan ayam kampung skala tangga

kebutuhan

masyarakat

Kebutuhan daging baik daging sapi maupun

sambilan,

rumah

ini

belum

nutrisinya,

memanfaatkan

sisa

memperhatikan karena

dapur

dan

hanya hanya

ditambah dedak atau bekatul, Oleh karena

meningkat

pada

saat-saat

tertentu misalnya pada hari-hari besar keagamaan, Pada saat itu harga ayam kampung

akan

disebabkan

meningkat,

karena

hal

permintaan

ini tinggi

sedang ketersediaan sedikit,

itu produksi maupun kualitas dagingnya pun masih

belum

meningkatkan

optimal,

Dalam

rangka

produksi

dan

kualitas

Salah

satu

keuntungan

pemeliharaan ayam pedaging kampung

42

Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 6., Mei 2013

dengan

menggunakan

sistem

ISSN : 2086-7719

broiller

adalah, peternak bisa memproduksi DOC sendiri,

Hingga

tingkat

ketergantungan

METODE DAN METODE Materi Ø Ayam kampung umur 1 minggu,

peternak pada agroindustri modern menjadi

Ø Kandang kelompok,

terkurangi, Tingkat keuntungan peternak

Ø Seperangkat alat untuk analisa kimia

akan

semakin

tinggi

apabila

mereka

meramu pakan sendiri dengan membeli

daging, Ø Seperangkat

tepung ikan, jagung giling, bungkil, dedak,

alat

untuk

menyembelih ayam,

tepung tulang, tepung darah dan lain-lain, Metode Peningkatan produksi dan kualitas

Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan

daging ayam kampung akan dilakukan

pengacakan lokasi

dengan

ayam,

memberikan

konsentrat

ayam

pakan

berbasis

broiler

dengan

kandang dan anak

Pengacakan

lokasi

dilakukan

sebelum ayam dimasukkan dalam kandang,

penambahan bekatul maupun bahan lain,

sedangkan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat karkas

dilakukan

dan kualitas kimia daging ayam kampung

dikelompokkan

yang diberi ransum berbasis konsentrat

dengan 3 ulangan masing-masing 3 ekor,

pengacakan pada

ayam menjadi

anak

ayam

unsexed

yang

4

perlakuan,

broiler, Perlakuan yang diberikan adalah : Daging ayam kampung merupakan

- Perlakuan 1 (R1):100 %konsentrat BR 1

satu

yang

- Perlakuan 2 (R2): 75 %konsentrat BR 1

dibutuhkan untuk memenuhi protein hewani

- Perlakuan 3 (R3): 50 %konsentrat BR 1

asal ternak, dimana protein dagingnya

- Perlakuan 4 (R4): 25 %konsentrat BR 1

salah

komoditi

peternakan

mengandung susunan asam amino yang lengkap,

Namun

daging

dari

ayam

Pemberian Ransum dan Vitamin

kampung pada umumnya harganya lebih mahal

dari

daging

broiler,

sedangkan

bobotnya lebih rendah,

Ransum yang diberikan disusun seperti

yang

tertera

dalam

Tabel

2,

Pemberian ransum dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore dalam bentuk pellet,

Oleh karena itu untuk meningkatkan produksi dilakukan dengan

daging

ayam kampung perlu

perubahan pemberian

ransum,

apakah

konsentrat

broiler

produksi karkasnya akan meningkat?

Pada ayam berumur 1 hari ransum yang diberikan adalah BR sampai dengan umur 1 minggu untuk adaptasi, setelah itu baru kemudian

diberikan

ransum

perlakuan

selama 10 minggu, Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum

43

Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 6., Mei 2013

Kandungan

nutrient

bahan

ISSN : 2086-7719

pakan

penyusun ransum pada tabel 1, berikut ini :

yaitu

dengan

Kosher

dengan

memotong arteri karotis, vena jugularis dan esophagus

Tabel 1, Kandungan nutrient bahan pakan

metode

(Soeparno,

1994),

Sampel

daging diambil dari bagian dada,

penyusun ransum Pengambilan data Bahan Pakan Jagung

(1)

ME (Kcal/kg)

PK (%)

3450

8,7

Peubah yang diukur pada penelitian ini adalah kadar air, kadar protein, kadar lemak, dan pH, Perlakuan dalam penelitian

Bekatul (1)

1630

12

ini adalah pemberian ransum berbasis

BR 1

3000

20

konsentrat broiler (BR 1), Jadi dalam hal ini ada 4 perlakuan yaitu P1, P2, P3 dan P4,

Keterangan : 1) Anggorodi (1995) 2) Hartadi et al, (1986)

Setiap perlakuan diulang 3 kali, setiap ulangan diambil 1 ekor,

Tabel 2, Susunan dan kandungan nutrient ransum perlakuan

Data yang diambil adalah kadar air, protein, lemak dan pH daging (AOAC,

Bahan

P2

P3

P4

Pakan

P1

Jagung

0

10

25

40

0

15

25

35

1975), Analisis Data

(1)

Penelitian

disusun

berdasarkan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola

Bekatul (1)

searah, dengan 4 perlakuan pakan yaitu penggunaan konsentrat BR 1 sebanyak 100

BR 1

100

75

50

25

%, 75 %, 50 %, dan 25 %, dengan 3 kali

Jumlah

100

100

100

100

ulangan untuk masing-masing perlakuan,

(kg)

Data diperoleh dianalisis 3000

ME

2839,50

2770

(Kcal/kg) 20

PK (%)

18,42

15,6

menggunakan

2700,5

analisis variansi, dan jika ada perbedaan

0

rata-rata, dilanjutkan dengan uji beda jarak

12,93

8

berganda

dari

Duncan’s

New

Multiple

Range Test (Astuti, 1980),

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan Sampel Daging Sampel ayam diambil satu ekor

Kadar Air

secara acak sehingga tiap perlakuan ada 3

Hasil penelitian menunjukkan

ekor, dan dilakukan penimbangan sebelum

bahwa rerata kandungan air daging ayam

dipotong,

dilakukan

berturut-turut dari P1 sampai dengan P5

sesuai dengan prosedur pemotongan ayam

seperti tertera pada tabel 3, Hasil penelitian

Pemotongan

ayam

44

Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 6., Mei 2013

ISSN : 2086-7719

pakan

dibanding perlakuan pakan 75 %, 50 % dan

mempengaruhi secara nyata pada kadar air

25 % konsentrat, Hal ini diduga karena

daging, Hasil analisis variansi menunjukkan

ransum P1 mempunyai kandungan nutrient

bahwa keempat perlakuan ransum dengan

(ME) yang lebih tinggi dibandingkan yang

menggunakan pakan konsentrat terdapat

lain, walaupun bahan pakannya berbeda,

perbedaan yang nyata, Pada perlakuan 100

perbedaan timbunan protein belum cukup

% pakan konsentrat menghasilkan daging

untuk menyebabkan perbedaan yang nyata

dengan

terhadap kandungan air dagingnya,

menunjukkan

bahwa

kadar

air

perlakuan

yang

lebih

tinggi

Tabel 3, Kadar Air daging ayam Kampung (%)

Ulangan

Perlakuan (% konsentrat) 100 75 50 25 1 76,31 73,41 75,38 75,46 2 76,20 75,12 73,25 74,76 3 76,64 74,73 74,89 73,90 Rerata 76,38 a 74,42 b 74,51 b 74,71 b Keterangan : rerata dengan superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P