dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya N.H. Dini. Oleh : Titim Kurnia*). 1.
Pendahuluan. Pertemuan Dua Hati men- jadi menarik bagi penulis ka- rena
berbagai ...
Citra Seorang Guru Wanita terhadap Siswanya dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya N.H. Dini
Karya Tulis Ilmiah Diajukan untuk pengajuan angka kredit jabatan profesional guru dlam bentuk Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Oleh : TITIM KURNIA, S.Pd. NIP. 197501111999032004
SDN GEGEKALONG GIRANG DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG 2012
Citra Seorang Guru Wanita terhadap Siswanya dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya N.H. Dini Oleh : Titim Kurnia*)
1. Pendahuluan
sampai kapanpun.Dari segi
mendalam banyak makna
alur memang tidaklah ter-lalu
yang terkandung dalam novel
jadi menarik bagi penulis ka-
beragam. Alur novel ini
ini.
rena berbagai hal. Pertama,
berjalan normal saja, tidak
Mengingat keterbatasan
nama penulisnya, N.H. Dini,
memiliki riak yang begitu
kemampuan dan sarana pen-
yang sangat populer di jajaran
menggebu atau fantastis
dukung berupa bahan pustaka
pengarang novel wanita. Ke-
seperti novel karya Iwan
penulis, kali ini hanya akan
dua, karena temanya yang
Simatupang atau Putu Wijaya.
dianalisis tema feminisme
sangat dekat dengan dunia
Normalnya alur novel ini
seorang guru dalam mengha-
penulis yang berprofesi
cerita berjalan seperti se-suai
dapi siswa-nya yang bisa me-
sebagai guru.
teori alur yaitu pengenalan,
ngubah siswa yang nakal
perkembangan, pertentangan
berubah menjadi siswa yang
terbilang baru lagi (cetakan
yang memuncak, klimaks ,
baik.
pertama tahun 1986), namun
dan penyelesaian berurut
2. Landasan Teori
masalah yang terkandung
secara gamblang.
Pertemuan Dua Hati men-
Walaupun novel ini tidak
dalam novel ini masih saja
Walaupun begitu, dari
Sebelum membahas tentang kritik sastra ini, penulis
memikat hati. Terlebih masa-
segi temanya, resepsi sastra,
ingin mengungkapkan pan-
lah dunia pendidikan tidak a-
kritik sastra feminis, atau
dangan penulis tentang pem-
kan pernah ada habisnya
yang lainnya jika dikaji lebih
bagian kritik sastra genital
Dalam waktu seratus ta-
(feminis atau maskulin)
troversi bagi kaum hawa yang
sebenarnya agak aneh, sebab
tengah memperjuangkan
hun terakhir, nampaknya
menurut pe-nulis hal tersebut
kesejajaran antara wanita dan
kaum wanita mulai menya-
justru bisa mempertajam friksi
pria. Penulis beranggapan
dari keberadaannya sebagai
antara gen wanita dan gen
jika ingin disejajarkan dengan
wanita bukan hanya sebagai
pria. Kritik yang bersifat
kaum pria, maka tidak boleh
pelengkap penderita bagi
umum yang bisa digunakan
lagi ada perbedaan genital di
kaum pria. Terutama di
untuk pria dan wanita justru
antara keduanya dalam
negara-negara barat yang
akan membantu feminitas
berkarya maupun beraktivitas,
sangat gencar mengekspos
agar lebih meningkat. Sebab
ter-masuk menyangkut profe-
masalah emansipasi wanita
ti-dak akan ada lagi perbeda-
sionalisme dalam bekerja.
serta perkembangan gerakan
Terlepas dari masalah
feminisme tahun 1960-an di
an antara wanita dan pria dalam berkarya sastra. Se-
genital ini, kritik terhadap
Amerika. Saat itu gerakan
hingga karya sastra wanita
novel karya seorang wanita
feminisme mulai meluas di
atau yang berkaitan dengan
yang menyoroti masalah
masyarakat dalam berbagai
kewanitaan akan disejajar-kan
wanita. Juga penulis yang
sektor. Kata seksisme yang
dengan kaum pria. Namun
belajar sebagai kritikus yang
merupakan kata baru dalam
jika mempertahankan
juga wanita tentu akan sangat
membuka lembaran baru
feminitas kritikus malahan
sangat berbeda dalam
kehidupan wanita baik yang
bisa menimbulkan penaf-
mengungkapkan makna-
bertalian dengan keluarga,
siran bahwa memang ada
makna baru yang mungkin
seks, pekerjaan, pendidikan,
jurang pemisah yang sangat
berbeda dengan makna dan
dan pelatihan. Lebih lanjut
dalam antara wanita dan pria.
sudut pandang dari bahasan
dikatakannya bahwa berkat
sebelumnya.
perjuangan kaum feminis, wa-
Mungkin pembukaan ini akan menimbulkan kon-
nita Amerika mengalami
banyak perbaikan dalam
tentang kehi-dupan beliau
merupakan seorang yang
kehidupannya.
dalam membi-na keluarga.
sangat berani dibandingkan
Kritik sastra feminis
Isteri Nabi Muhammad
dengan pria sekalipun.
merupakan garapan baru
yang pertama, Siti Khadi-jah,
Sebagai contoh, beliau
dalam perkembangan dunia
jika dikaji secara men-dalam,
dikenal sebagai seorang fu-
sastra dalam menyoroti dan
beliau adalah seo-rang
kaha wanita paling tegas
menafsirkan yang sudah a-da
pengusaha wanita, yang
namun sangat rasional da-lam
berabad-abad yang kebe-tulan
ningrat, selain orang yang
memberikan pandang-annya
dihasilkan oleh seo-rang
berpendidikan dan terpelajar
tentang hukum-hu-kum Islam
wanita.. Untuk menambah
pada masa yang sangat sulit
maupun hadis-hadis Nabi.
wawasan kita dalam khazanah
bagi seorang wanita saat itu..
Kemudian dari segi
feminimi tas soroti pula
Tapi Siti Khadijah berhasil
keberanian, ia selalu berlatih
keberadaan wanita yang ada
menun-jukkan
fisik dan berkuda dengan
dalam berbagai aspek
“keperkasaannya sebagai
Nabi Muham-mad. Sehingga
kehidupan, dalam kehidupan
wanita”. Dia dihormati tidak
dikisahkan dalam suatu waktu
seorang wanita timur dan juga
hanya oleh kaum wanita tetapi
beliaupun pernah memimpin
seo-rang muslim, kita punya
juga bangsawan Quraisy.
sebuah peperangan sebagai
sebuah contoh menarik ten-
Beliau banyak meng-ajari
seorang panglima perang
tang kesejajaran wanita dalam
Nabi tentang berbagai hal
wanita di sebuah wilayah
kehidupan pria. Hal ini seperti
kehi-dupan dunia bangsawan
yang sangat menyudutkan dan
yang dicontoh-kan oleh Nabi
Arab saat itu.
meren-dahkan kedudukan
Muhammad SAW. Namun
Kemudian isteri Nabi
kaum wanita saat itu. Siti Aisyah pun dikenal
perlu diingat hal ini terlepas
Muhammad lainnya, Siti
dari berba-gai penafsiran
Aisyah, selain dikenal seba-
sebagai seorang sastrawan. Ia
gai seorang cendikiwan ju-ga
banyak mengungkapkan
syair-syair Arab, kata-kata
penuhnya tentang wanita
Masalah kewanitaan
mutiara, memberikan kritik,
dalam pandangan agama
memang sangat menarik
mengungkapkan
Islam.
untuk dibicarakan, terma-suk
pandangannya tentang ber-
Sebenarnya secara ha-kiki
dalam dunia sastra ini.
bagai hal, juga sebagai gu-
perbedaan sastra pria dan
Walaupun kaum wanita ini
dang ilmu yang banyak di-
wanita, tidak terletak dalam
menginginkan kesejajaran
mintai pandangannya ter-
perbedaan jenis ke-laminnya.
dengan kaum pria, namun
masuk oleh kaum pria.
Namun lebih ka-rena
tetap saja dalam kenyata-
perbedaan latar bela-kang
annya mereka memiliki be-
muslim yang sangat per-kasa
kehidupan sosial, pen-didikan,
berapa perbedaan dengan
ini, mudah-mudahan bisa
ideologi, atau pe-kerjaannya.
karya sastra kaum pria. Itu-lah
Kedua contoh wanita
menjadi bahan perban-dingan
Mungkin penulis bisa
sebabnya timbul kritik sastra feminis.
bagi kaum yang se-mentara
disebut sangat emosional dan
ini lebih condong dan banyak
sangat fanatis. Namun
membuat per-bandingan
bukankah alangkah lebih baik
sastra feminis ini alangkah
dengan per-kembangan
mengambil contoh dan
baiknya jika kita perkaya
gerakan wanita dari dunia
hikmah dari sebuah hal yang
dengan bahan bandingan dari
barat.
sangat dekat dengan kita. Dan
daerah timur, seperti wilayah
dalam masalah feminimitas
Arab sampai Hin-dustan.
jika dilihat dari pan-dangan
kesastraan kita punya figur
Mereka pun memi-liki
agama tentu mem-punyai
yang sangat fantastis, yaitu
beberapa penyair wanita yang
sudut pandang yang bisa
salah satu-nya Siti Aisyah,
sangat poten-sial. Namun
berbeda dengan sudut
isteri Nabi Muhammad yang
umumnya latar belakang
pandang beberapa kalangan
paling muda.
mereka didasari oleh latar
Perbedaan jenis kela-min
yang belum memahami se-
Untuk masalah kritik
agama. Artinya sastrawan
wanita daerah timur ini lebih
sastra sendiri bisa berarti
memperkaya wawasan para
banyak mun-cul dari kalangan
tulisan yang indah dan lem-
pembaca wa-nita, juga
sufi, fuka-ha, atau guru-guru
but. Mungkin hal inilah yang
membebaskan mereka dalam
agama, yang pada umumnya
mendasari adanya is-tilah
berpikir.
mere-ka ini memiliki
kritik sastra feminis.
3. Analisis
kejernihan dalam berpikir.
Gambaran kelembutan
Dalam tulisan ini penulis
Secara umum dan se-
seorang wanita akan lebih
menggunakan istilah citra
derhana Sugiharti (2000)
terasa dalam sebuah karya
seorang guru wanita terhadap
menerangkan pengertian
sastra dibandingkan dengan
muridnya. Karena secara
kritik sastra feminis sebagai
karya sastra seorang pria.
leksikal citraan berarti
sebuah kritik yang meman-
Gambaran ini menimbulkan
gambaran dan visualisasi
dang sastra dengan kesa-daran
citraan pikiran atau biasa
seorang guru wanita terhadap
khusus akan adanya jenis
disebut imaji. Citraan ,
anak didiknya yang ternyata
kelamin yang banyak
visualisasi, atau gambaran ini
membawa pengaruh yang luar
berhubungan dengan buda-ya,
akan terpancar dalam karya
biasa. Hal ini tercermin dalam
sastra, dan kehidupan
seseorang.
cara pendekatan seo-rang guru
manusia. Juga adanya a-sumsi
Selain itu, timbulnya
wanita yang bisa lebih
bahwa wanita me-miliki
kritik sastra feminis juga
menyentuh terhadap anak
persepsi yang ber-beda
disebabkan karena kaum
didiknya, seperti kutipan
dengan pria dalam melihat
wanita merasa tidak pernah
berikut.
dunia ini.
diperhitungkan bahkan nyaris
‘Betul, bukan? Seorang ibu yang me-manjakan anaknya secara berlebihan itu dapat dimengerti. Bu Suci memastikan bahwa ibumu berusaha menyenang-kanmu’. Waskito tetap terdiam, menundukkan kepala sambil
Dalam dunia sastra, ka-
diabaikan sama sekali dalam
rena wanita dianggap me-
kritik sastra. Dengan adanya
miliki gambaran sebagai
kritik sastra feminis ini
“kelembutan” , sementara
diharapkan bukan saja
menggarisi buku tulis be-sar yang ku tugaskan kepadanya. … . ….Waskito men-jawab. “Ya, bukan?” “Ya, Bu”, sahutnya. …. (hal. 76)
su-kar dan labil, seperti
butnya sebagai seorang
kutipan berikut.
pengecut dan tidak menyelesaikan masalah. Namun
dengan cara pende-katan
Waskito memang dianggap sebagai anak yang tidak tetap atau labil. Sifatnya selalu berubah. Selama tidak hari berturut-turut dia mungkin menunjukkan sikap tiga macam….hanya saja, ditunggu perkembangan berikutnya. Siapa tahu barang kali murid itu tidak kembali lagi ke sekolah kami! Tentu saja ini harapan pengecut! (hal. 31). Kutipan ini jelas berbe-da
seorang ibu, bukan hanya
setelah bu Suci sebagai guru-
sebagai seorang guru wanita.
nya berhasil mendekati Was-
Dan hal itu merupa-kan
kito murid yang sukar ini
kemajuan luar biasa da-lam
dengan pendekatan secara
dunia pendidikan, yaitu
personal. Hal ini menunjuk-
adanya perpaduan dan ke-
kan bahwa ternyata jiwa
terbukaan hati antara guru dan
seorang perempuan akan lebih
murid. Dengan keter-bukaan
mudah menyen-tuh anak didik
ini membawa pula
dibandingkan guru pria.
Anak didik yang tadi-nya sukar dikendalikan dan sukar untuk diajak berbica-ra dan berdiskusi, jika di-dekati
perkembangan dan perba-ikan
Walaupun Bu Suci ini
bagi jiwa anak didik itu
wanita, namun dia memiliki
sendiri kemudian hari.
jiwa yang berani, dengan
Kutipan di atas telah
menganggap bahwa kepala
mengubah sikap Waskito
sekolah yang berharap
sebelumnya yang dianggap
Waskito tidak kembali dise-
dengan berani Bu Suci menghadapi kenakalan Waskito yang berakhir dengan sukses besar bagi bu Suci sebagai seorang guru. Sebagai akhir cerita Bu Suci sangat berbangga hati dengan kesuksesannya ini. Dan lebih memantapkan hatinya sebagai guru. Walaupun dia dalam hatinya merasa bahwa gaji dan penghargaan sering meleset dan tidak sesuai dengan jasanya terhadap perkembangan anak didiknya tidak saja untuk perkembangan intelegensinya, namun lebih mendalam terhadap perkembangan kepribadian anak didik sebagai generasi penerus bangsa.
4. Penutup Beberapa contoh di atas
Karena, fokusnya adalah guru wanita, tokoh cerita-nya
merupakan contoh keber-
wanita, juga pembaca dan
hasilan seorang guru wanita
kritikus amatiran ini yang
yang telah menolong dan
juga wanita. Tentu sangat
meluruskan kepribadian anak
emosional dan fanatis. Namun
didik yang menyim-pang
memang begitu yang umum
akibat kesalahan orang
terjadi di masayarakat,
tuanya. Hal ini lebih
khusunya masyarakat
mencerminkan keberhasilan
pendidik.
seorang wanitanya dibandingkan seorang gurunya.
*)Titim Kurnia NIP. 197501111999032004 SDN Gegerkalong Girang Dinas Pendidikan Kecamatan Sukasari Kota Bandung 2012
SINOPSIS NOVEL PERTEMUAN DUA HATI KARYA N.H. DINI Novel ini diawali dengan pengisahan seorang guru yang sudah mengajar lebih kurang sepuluh tahun, yang dikenal dengan nama Bu Suci. Bu Suci baru saja pindah tempat dari kota kelahirannya,
Purwodadi, ke kota yang lebih besar, Semarang, tempat tugas baru bagi
suaminya.
Sebenarnya
kota
Semarang
tidak
begitu
asing
baginya karena dulu Bu Suci pernah bersekolah di kota ini.
Sementara Bu Suci menunggu surat kepindahan tugasnya, dia
mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar yang cenderung padat
dan
rumah
dengan
tetangga,
berdesakan,
atau
ramai
oleh
hingar dan
juga
harus
menyesesuaikan
tempat
kerja
suaminya
bingar
dengan tempat
bunyi
kaset
jarak
antara
sekolah
anak-
anaknya. Selain itu, karena Semarang merupakan kota pelabuhan tentu situasinya jauh berbeda dengan Purwodadi. Bu Suci sudah memiliki dua orang anak yang sudah bersekolah.
Dua berikutnya dia mendapat panggilan dari kepala sekolah dari
sekolahnya yang baru, yang katanya dia akan lebih cepat bertugas lagi
dari
lingkungan
rencana
sekolah,
diberlakukan saat itu.
semula.
Dia
guru-guru,
mulai
juga
menyesuaikan
kurikulum
yang
dengan
baru
Sementar itu, anak Bu Suci pada saat yang sama juga kondisi
fisiknya memburuk. Suaminya waktunya lebih banyak untuk bekerja yang terkadang baru pulang malam hari. Untungnya dia dibantu
uwaknya untuk mengurus anaknya. Suatu ketika anaknya dia bawa ke dokter
perusahaan
tempat
suaminya
bekerja.
Dan
dari
hasil
pemeriksaan dokter itu anaknya harus dirujuk ke rumah sakit.
Ketika hari pertama dia mengajar di tempat baru, kondisi
anaknya yang kedua ini mulai membaik, dia mulai bersekolah lagi. Dia diperkenalkan kepala sekolahnya ke kelas barunya. Di kelas
ini mulai berkenalan dengan para siswa. Namun ada siswa yang sampai hari keempat dia mengajar tetap tidak masuk. Siswa ini
nampaknya bermasalah karena seluruh temannya menganggap lebih baik tidak bertemu dengan anak ini, termasuk keterangan dari kepala sekolah, serta guru-gurunya lainnya. sementara
Bu
Suci
perhatian
dari
terhadap
muridnya
Namun kesimpulan
ini
adalah
dia
tidak
disenangi teman-temannya karena dia termasuk anak yang kurang sangat
bagus,
berbuat
keluarganya
yang
yang
di
walaupun
akhirnya
luar
kondisi
mencari
kebiasaan
ekonomi
perhatian
anak-anak,
keluarga
orang
serta
lain,
mengganggu
temannya. Anak ini bernama Waskito. Waskito terlalu dimanjakan dengan
materi
namun
kurang
dalam
perhatian
dan
kasih
sayang
orang tuanya. Waskito pun tidak diasuh orang tuanya tetapi oleh neneknya.
Sebagai
seorang
guru,
jiwa
Bu
Suci
tergerak
untuk
lebh
mengetahui kondisi muridnya yang sukar, yang satu ini, Waskito.
Apalagi di tempatnya semula belum pernah menemukan kasus semacam ini. Sehingga dia
bermaksud menemui pengasuh Waskito, yaitu
neneknya. Dan ternyata si nenek, menyambut baik gagasan Bu Suci untuk membantu Waskito. Dari
bahwa
karena
hasil
penyebab
beberapa
pertemuan
Waskito
sebab.
dengan
tergolong Terutama
nenek anak
faktor
Waskito yang
ini
sukar
orang
si
diketahui dan
anak
nakal
yang
terlalu memanjakan dan tidak menghukum si anak bila bersalah. Karena itu nenek dan kakek Waskito berusaha mendidik cucunya ini dengan pelajaran tentang kesopanan, moral, dan perlunya berusaha untuk
mendapatkan
hanya
sebagi
anak.
sesuatu.
korban
Bu
Suci
berpendapat
kekurangkasihsayangan
orang
bahwa tua
Waskito
terhadap
Sementara dia menangani Waskito yang sukar, Bu Suci juga
mendapat kabar dari dokter tentang anaknya yang kedua, bahwa anaknya
perlu
mendapat
perawatan
lebih
lanjut
dari
dokter
spesialis. Dalam hatinya timbul konflik antara menolong muridnya atau mengobati anaknya ke rumah sakit. Karena pada waktu yang bersamaan dia harus menanggung ke dua kasus ini.
Keadaan ini berlangsung cukup lama sampai pada akhir hasil
pemeriksaan dokter perusahaan dan dokter spesialis, serta hasil pemeriksaan secara EEG, berkesimpulan anaknya menderita penyakit epilepsi. Suatu penyakit yang menjadi momok bagi setiap orang
tua. Anaknya perlu mendapatkan perawatan yang lama dan menyita waktu.
Untungnya Bu Suci dapat membagi waktu antara mengurus anak
ke dokter dan megurus anak muridnya, terutama murid sukarnya. Kesabaran
Bu
Suci
mendapat
hasil.
Anaknya
dapat
berobat
jalan walalupun harus meminum obat terus menerus setiap hari
sampai pengobatan dianggap cukup. Demikian pula Waskito, mulai terjadi perubahan, mulai mau mengerjakan tugas-tugasnya. Serta di kelas pun mulai dapat “dikendalikan” Suatu
murid-murid
ketika,
secara
saat
atau diarahkan gurunya.
mengumpulkan
kelompok.
Ada
hasil
satu
kerajinan
hasil
pekerjaan
tangan yang
paling sempurna. Kelompok itu adalah kelompok Waskito. Barulah Bu Suci paham, bahwa walaupun Waskito tergolong anak nakal dan
sukar, ternyata dia memiliki kelebihan dalam bidang kerajinan tangan.
Sehingga
dia
sudah
memiliki
jalan
untuk
waskito secara lebih mendalam untuk menyelami hatinya. Namun
menginjak
bulan
ketiga,
tiba-tiba
mendekati
saja
terjadi
keributan di sekolahnya. Katanya Waskito mengamuk dan yang lebih parah dia akan membakar sekolah. Semua guru dan kepala sekkolah tersentak.
Sehingga
dipindahkan berupaya
dari
untuk
semua
sekolahnya.
tetap
bersepakat Bu
membantu.
Suci
bahwa
Waskito
sebagai
Akhirnya,
Bu
guru
Suci
harus
kelasnya
diberi
kesempatan lagi untuk menanngani Waskito untuk satu bulan lagi.
Jika pada waktu satu bulan ini tidak ada perubahan, maka siswa sukarnya ini harus dipindahkan ke sekolah lain. Kali ini Bu Suci
menangani kejadian ini dengan cara yang agak keras sebagai upaya shock terapi. Dan nampaknya berhasil.
Semula Bu Suci ingin memisahkan antara persoalan rumah dan
sekolah. Namun, tetap saja tidak bisa. Di rumah, selain
dia
pun
di-
masih harus memikir anaknya yang sedang berobat jalan. Bu Suci masih
kendalikan.
harus
memikirkan
Sehingga
Waskito,
akhirnya,
muridnya
ketika
yang
anaknya
sukar
yang
dalam
justru
sangat
perawatan dibawa ke sekolahnya dia berkenalan dengan Waskito, mereka
menjadi
akrab.
Walaupun
dalam
hatinya
cemas. Takut kalau-kalau Waskito kambuh mengamuk, anaknya pun yang akhir-akhir ini akrab dengannya, juga kambuh epilepsinya. Gawatlah keadaannya. Itulah gambaran kecemasan Bu Suci saat ini.
Namun lama-lama, Bu Suci merasa ada pertalian batin antara
dirinya,
anaknya
dan
Waskito.
Juga
dengan
seluruh
kelasnya.
Akhirnya seluruh kelaspun dapat pula merasakan hal ini, artinya Waskito
pun
dapat
diterima
sebagai
anggota
kelas
dan
selalu
dilibatkan dalam kegiatan di kelas serta tidak lagi diasingkan. Di
sela
kegiatan
rutin,
dia
selalu
mendekati
Waskito
secara
pribadi dan menanyakan kondisinya di rumahnya. Dari obrolan itu
tersimpulkan bahwa ibu Waskito selalu memanjakan Waskito dengan segala
yang
berbau
uang
dan
materi
dan
dia
pun
tidak
boleh
bermain di luar yang setara dengan keluarganya. Sampai-sampai segala mainan diberikan asal tidak bermain dengan orang lain.
Hal ini menunjukkan perkembangan yang baik. Sehingga Bu Suci
menceritakannya
pada
kepala
sekolah
juga
rekan-rekan
guru.
Demikian juga nenek Waskito sesekali berkunjung ke sekolah dan menjelaskan
perkembangan
dan
perubahan
sikap
Waskito
di
rumahnya. Semua merasa senang, namun Bu Suci merasa tetap waswas, keadaan bisa saja berubah tiba-tiba.
Dan benar saja ketika masih dalam masa percobaan satu bulan,
puncaknya
terjadi,
suatu
saat
di
sekolah
ada
siswa
yang
melaporkan kejadian kepada Bu Suci, bahwa Waskito meng-hancurkan
tanaman di depan kelas. Tentu saja hal ini menjadi tamparan keras buatnya yang berarti dia telah gagal membina Waskito dan konsekuensinya
Waskito
harus
angkat
kaki
dari
sekolah
ini.
Dengan cepat ia menanyakan keberadaan Waskito. Sambil mencari, Bu Suci yang
berpikiran bahwa Waskito kambuh tentu ada sebabnya. Ini
ingin
bertindak
dia
dengan
ketahui. lembut
Ketika
namun
Waskito
pikiran
ditemukan,
tajam.
Bu
Dugaan
Bu
Suci Suci
benar, Waskito mengamuk karena suatu sebab. Namun demikian Bu Suci
tetap
menjelaskan
pada
Waskito
bahwa
jangan
mengumbar
amarah walaupun mendapat tekanan atau hinaan dari orang lain karena akan berakibat buruk. Juga dijelaskan bahwa seluruh guru dan kepala sekolah sudah menganggap Waskito telah berubah baik, jadi
jangan
menerimanya. Setelah
sampai
kejadian
merusaknya terakhir
ini
kembali. sampai
Waskito
akhir
dapat
tahun
ajaran
Waskito berjalan normal, rapornya pun normal dan cukup baik. Nenek dan Bu De-nya Waskito
berterima kasih kepada Bu
Suci.
Suatu ucapan yang tulus dan lebih berharga daripada gaji guru
yang selalu dianggap kecil. Inilah yang menjadi akhir bahagia bagi Bu Suci karena telah mampu menyatukan hatinya dengan muridmuridnya
terutama
dengan
siswanya
yang
sukar
ini,
Itulah akhir novel PERTEMUAN DUA HATI, karya N.H. Dini.
Waskito.