Fenomena anak tidak melanjutkan sekolah setelah lulus SMP cukup ... menjadi
faktor penyebab besar terhadap paradigma orangtua tentang pentingnya.
KARAKTERISTIK KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANAK TIDAK MELANJUTKAN SEKOLAH KE TINGKAT SMA DI KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR
Galuh Perdana Rahmanto Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang Email :
[email protected]
ABSTRAK
Fenomena anak tidak melanjutkan sekolah setelah lulus SMP cukup banyak di daerah pinggiran. Anak usia sekolah yang seharusnya belajar untuk menuntut ilmu di sekolah malah tidak sekolah atau bekerja seadanya, untuk itu pula diungkap kondisi sebenarnya tentang keluarga yang mempunyai anak tidak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA. Tingginya anak yang tidak melanjutkan sekolah pada tingkat SMA banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal diantaranya pendapatan kepala keluarga dan tingkat pendidikan kepala keluarga. Faktor eksternal diantaranya jarak antara tempat tinggal dengan sekolah dan budaya masyarakat. Faktor-faktor tersebut di duga menjadi faktor penyebab besar terhadap paradigma orangtua tentang pentingnya pendidikan. Selain itu terdapat faktor lain yang juga berperan untuk meningkatkan perkembangan pendidikan anak yaitu tingkat kesadaran kepala keluarga dalam hal pendidikan. Apabila semakin rendah tingkat kesadaran kepala keluarga dalam hal pendidikan maka semakin besar anak untuk tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA. Kata kunci: Karakter social ekonomi keluarga, anak tidak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA
Pendahuluan Pendidikan sangatlah penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk masa-masa sekarang dan masa-masa yang akan datang. Pendidikan merupakan usaha sebagai penunjang keberhasilan pembangunan bangsa baik dari pendidikan formal, pendidikan informal,dan pendidikan nonformal (Dimyati, 1986: 1). Manusia yang tidak memiliki latar belakang pendidikan tidak akan mengembangkan kebudayaan yang dimilikinya.
1
Banyaknya jumlah anak yang tidak melanjutkan sekolah akan menyebabkan masalah baru, baik itu berkaitan dengan dunia pendidikan maupun permasalahan di luar dunia pendidikan. Salah satu contoh permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh pemerintah adalah tingginya anak yang tidak melanjutkan sekolah pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Anak yang tidak melanjutkan sekolah sudah pasti akan menyebabkan putus sekolah. Anak tidak melanjutkan sekolah adalah berhentinya siswa setelah selesai menempuh lembaga pendidikan formal.Anak yang tidak melanjutkan sekolah sudah pasti akan menyebabkan anak putus sekolah. Dalam penelitian ini di fokuskan anak yang lulus dari sekolah tingkat SMP dan tidak melanjutkan ke tingkat SMA. Di kabupaten Blitar terdapat beberapa permasalahan pendidikan yang cukup kompleks diantaranya banyaknya anak tidak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA. Hal itu disebabkan tidak meratanya sarana pendidikan berkelanjutan di daerah terpencil yang minim sarana transportasi. Tidak meratanya pendidikan di Kabupaten Blitar juga karena adanya 2 kawasan wilayah yang berbeda yaitu kawasan Blitar bagian utara dan kawasan Blitar bagian selatan. Kawasan blitar bagian utara mempunyai aksesbilitas dan daya dukung transportasi yang baik sedangkan kawasan Blitar bagian selatan daya dukung transportasinya masih minim. Minimnya sarana transportasi berdampak terhadap menambahnya biaya pendidikan sehari – hari sehingga menurunkan minat orang tua untuk menyekolahkan anak ke tingkat yang lebih tinggi. Tabel 1.1 Jumlah anak yang tidak melanjutkan sekolah per kecamatan di Kabupaten Blitar No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bakung Wonotirto Panggungrejo Wates Binangun Sutojayan Kademangan Kanigoro Talun Selopuro Kesamben Selorejo
Lulus SMP
Masuk SMA
310 325 450 406 315 650 646 339 690 276 687 357
197 205 244 256 211 527 531 269 597 171 670 215
2
Tidak Melanjutkan Sekolah 113 120 206 150 104 123 115 70 93 105 17 142
Persentase (%) 36 37 46 37 33 19 17 20 13 38 2 39
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Doko Wlingi Gandusari Garum Nglegok Sanankulon Ponggok Srengat Wonodadi Udanawu Jumlah
553 811 446 451 631 276 781 617 197 298
337 773 317 330 487 219 461 520 156 271
216 38 129 121 144 57 320 97 41 27 2595
40 4 29 27 23 21 41 16 21 9
Sumber : Depdiknas Kabupaten Blitar 2010
Menurut data Kabupaten Blitar dalam angka tahun 2010 Kecamatan Panggungrejo memiliki jumlah anak yang lulus sekolah pada tingkat SMP sebesar 450 jiwa. Sedangkan jumlah anak yang baru masuk sekolah setingkat SMA sebesar 244 jiwa. Secara kuantitas ada beberapa kecamatan yang memiliki jumlah anak yang tidak melanjutkan sekolah ke Tingkat SMA lebih tinggi tetapi secara prosentase Kecamatan Panggungrejo memiliki jumlah persentase yang paling tinggi yaitu 46 %. Dari data ini dapat diketahui bahwa di Kecamatan Panggungrejo banyak remaja yang memiliki pendidikan terakhir sampai tingkat SMP. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kondisi social ekonomi dan persepsi kepala keluarga yang mempunyai anak tidak melanjutkan sekolah di Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar.
Metodologi Penelitian Ditinjau dari permasalahan yang ada, penelitian ini bersifat deskripif karena bertujuan untuk memperoleh gambaran dan jawaban atas pertanyaan penelitian yang dirumuskan dalam rumusan masalah. Berdasarkan metode pelaksanaannya penelitian ini tergolong penelitian survey. Dalam penelitian survey sampel diambil dari satu populasi dan menggunakan daftar pertanyaan sebagai alat pengumpul data. Metode penelitian survey dilakukan karena tidak semua anggota populasi dijadikan contoh atau sampel, sehingga hanya sebagian anggota populasi yang dijadikan sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive random sampling.
3
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak tidak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA di Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar. Data dari Diknas Kabupaten Blitar anak yang tidak melanjutkan sekolah dari tingkat SMP ke sekolah setingkat SMA di Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar mencapai 204 anak. Agar sampel dalam penelitian ini mewakili populasi maka digunakan pengambilan sampel dengan menggunakan confidence limit dengan confidence limit 5 % dengan tingkat kesalahan 5 % dan tingkat kepercayaan (confidence level) 95 %. Penggunaan teknik ini dimaksudkan untuk memperoleh sampel yang representative dalam hal ini makin besar jumlah sampel yang di ambil maka akan semakin mendekati nilai populasi yang benar ( Pabundu,2005:25). Sampel yang di ambil dari populasi anak tidak melanjutkan sekolah dari tingkat SMP ke sekolah setingkat SMA di Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar mencapai 100 jiwa.
Hasil Penelitian
1. Pendidikan Terakhir Orang Tua Tingkat pendidikan orang tua ditentukan berdasarkan pendidikan terakhir yang di tempuh. Pendidikan terakhir orang tua dapat mempengaruhi tingkat pendidikan anak untuk melanjutkan ke tingkat sekolah yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui jumlah dan persentase pendidikan terakhir orang tua. Adapun rincian pendidikan terakhir orang tua tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini. Tabel 5.1 Pendidikan Terakhir Orang tua Yang Mempunyai Anak Tidak Melanjutkan Sekolah Ke Tingkat SMA Pendidikan Terakhir SD SMP SMA Jumlah
Frekuensi 85 14 1 100
4
Persentase 85 14 1 100
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa orang tua yang mempunyai anak tidak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA mengenyam pendidikan terakhir sampai kelas SD sebesar 85 responden ( 85 % ), sedangkan SMP sebesar 14 ( 14%), Orang tua yang memiliki pendidikan terakhir tertinggi yaitu SMA 12 atau lulus SMA sebesar 1 responden ( 1 %). 2. Jenis Pekerjaan Orang tua Jenis pekerjaan orang tua dapat mempengaruhi tingkat pendapatan keluarga yang secara langsung mempengaruhi kelanjutan pendidikan anak. Jenis pekerjaan orang tua berupa pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan. Adapun rincian pekerjaan pokok orang tua yang mempunyai anak tidak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA dapat dilihat dalam tabel 5.2 di bawah ini. Tabel 5.2 Pekerjaan Pokok Keluarga Yang Mempunyai Anak Tidak Melanjutkan Sekolah Ke Tingkat SMA Pekerjaan Pokok Frekuensi Persentase Petani 92 92 Buruh 1 1 Pedagang 4 4 Nelayan 3 3 100 100
Mayoritas pekerjaan pokok orang tua yang memiliki anak tidak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA sebagai petani mencapai 94 responden ( 94%). Orang tua yang memiliki pekerjaan pokok menjadi pedangang sebesar 4 responden ( 4%), nelayan 3 responden ( 3%), dan buruh 1 responden ( 1%). Tingkat pendapatan keluarga juga dipengaruhi oleh pekerjaan sampingan yang bertujuan untuk menambah pendapatan dari pekerjaan pokok. Adapun rincian pekerjaan sampingan responden dapat di lihat pada tabel 5.3 di bawah ini. Tabel 5.3 Pekerjaan Sampingan orang tua Pekerjaan sampingan Frekuensi Ternak 57 Buruh 38 Nelayan 3 Pedagang 2
Persentase 57 38 3 2 100
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas pekerjaan sampingan yang dilakukan orang tua yaitu ternak sebesar 57 responden ( 57%). Pekerjaan sampingan lainnya yaitu buruh (38%), nelayan (3%), dan pedagang ( 2%). Berdasarkan hasil penelitian diatas anak yang tidak melanjutkan sekolah ke
5
tingkat SMA di dominasi oleh orang tua yang memiliki pekerjaan pokok sebagai petani dan mempunyai pekerjaan sampingan sebagai peternak. 3. Pendapatan Orang tua Pendapatan keluarga dalam hasil penelitian ini merupakan pendapatan total dari pendapatan pokok dan pendapatan sampingan dalam satu bulan. Untuk mengetahui pendapatan responden dapat dilihat pada Tabel 5.4 dibawah ini. Tabel 5.4 Pendapatan Orang tua Pendapatan (Rp / bln) < 600.000 600.000 – 800.000 800.000 – 1000.000 1000.000 – 1.200.000
Frekuensi 8 52 35 5
Persentase 8 52 35 5
100
100
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa orang tua yang memiliki anak tidak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA memiliki pendapatan dalam rentang < Rp 600.000 mencapai 8 responden (8%), Rp 600.000 – Rp 800.000 mencapai 52 responden (52 %), Rp 800.000 – Rp 1.000.000 mencapai 35 responden (35%), Rp 1.000.000 – 1.200.000 mencapai 5 responden ( 5%). Upah Minimum Regional Kabupaten Blitar tahun 2012 sebesar Rp 820.000. (BPS Kabupaten Blitar tahun 2012). Berdasarkan data tersebut pendapatan responden
yang berada di bawah Upah Minimum Regional Kabupaten Blitar mencapai 65 responden (65%). 4. Aksesbilitas Aksesbilitas merupakan keterjangkauan atau kemudahan untuk menuju sekolah yang di tuju dari tempat tinggal. Adapun cara untuk menuju ke sekolah mempunyai beberapa cara seperti naik sepeda motor, bersepeda, dan jalan kaki. Perbedaan cara tersebut secara langsung dipengaruhi jarak yang di tempuh menuju sekolah. a. Jarak Jarak tempuh ke sekolah secara langsung berpengaruh terdapat biaya yang harus di keluarkan orang tua dalam hal pendidikan. Hal itu dapat mengurangi minat orang tua untuk melanjutkan sekolah anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Akan tetapi dalam penelitian ini terjadi perbedaan yaitu anak yang tidak melanjutkan sekolah di dominasi oleh anak yang jarak antara rumah dengan 6
sekolah antara 7 – 12 km. Untuk mengetahui jarak tempat tinggal responden dengan sekolah yang di tuju dapat di lihat pada tabel 5.5 di bawah ini. Tabel 5.5 Jarak Sekolah Dengan Tempat Tinggal Jarak ( Km )
Frekuensi
Persentase
1 – 6
11
11
7 – 12
46
46
13 – 18
43
43
100
100
Berdasarkan hasil penelitian tersebut mayoritas jarak tempat tinggal responden dengan sekolah terdapat pada rentang 7 – 12 km sebanyak 46 responden ( 46%). Jarak terdekat responden terdapat pada rentang 1 – 6 km sebanyak 11 responden ( 11%) dan terjauh terdapat pada rentang 13 – 18 km sebanyak 43 responden (43%). b. Cara Tempuh Cara tempuh untuk menuju sekolah sangat bergantung terhadap topografi tempat tinggal masing – masing responden. Hal itu menyebabkan perbedaan alat transportasi yang digunakan. Untuk mengetahui cara tempuh yang digunakan dapat di lihat pada Tabel 5.6 di bawah ini. Tabel 5.6 Cara Tempuh Yang Di Gunakan Untuk Menuju Sekolah Cara Tempuh
Frekuensi
Persentase
Jalan kaki
3
3
Sepeda
9
9
Sepeda motor
88
88
100
100
Berdasarkan hasil penelitian tersebut mayoritas cara tempuh yang paling efektif dari tempat tinggal masing – masing responden menuju sekolah menggunakan sepeda motor sebanyak 88 responden ( 88%). Responden lainnya memilih menggunakan sepeda sebanyak 9 responden ( 9%) dan yang menggunakan cara jalan kaki sebanyak 3 responden ( 3%). 5. Persepsi Orang Tua dalam Pendidikan Orang tua berperan penting dalam hal pendidikan khususnya terhadap kelanjutan pendidikan anak ke jenjang yang lebih tinggi. Persepsi orang tua dalam
7
pendidikan merupakan faktor penting dan utama dalam hal pengambilan keputusan terhadap pendidikan anak. Karena dalam usia anak yang tidak melanjutkan sekolah tersebut masih dalam tanggung jawab orang tua sehingga keputusan yang dilaksanakan oleh anak merupakan keputusan yang diberikan oleh orang tua mereka. Untuk mengetahui persepsi orang tua dalam pendidikan dapat dilihat dalam Tabel 5.7 di bawah ini. Tabel 5.7 Pendapat orang tua terhadap anak yang tidak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA Pendapat orang tua Frekuensi Persentase Setuju 83 83 Tidak setuju 8 8 Ragu – ragu 9 9 Jumlah 100 100
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas persepsi orang tua terhadap anak tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi adalah setuju sebanyak 83 responden ( 83%). Persepsi orang tua terhadap anak tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi sebagian kecil menyatakan tidak setuju sebanyak 8 responden ( 8%), sedangkan yang menyatakan ragu – ragu sebanyak 9 responden ( 9%). 6. Kegiatan anak setelah tidak melanjutkan sekolah Kegiatan anak setelah tidak melanjutkan sekolah turut mempengaruhi dalam pengambilan keputusan untuk tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk mengetahui kegiatan anak setelah tidak melanjutkan sekolah dapat di lihat pada Tabel 5.8 di bawah ini. Tabel 5.8 Kegiatan Anak Setelah Tidak Melanjutkan Sekolah Jenis Kegiatan Frekuensi Bekerja 41 Menikah 6 Membantu di Rumah 53 100
Persentase 41 6 53 100
Berdasarkan hasil penelitian kegiatan anak setelah tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi adalah membantu di rumah sebanyak 53 responden (53%). Kegiatan anak yang lain adalah bekerja jumlahnya 41 responden ( 41%), sedangkan sisanya memilih untuk menikah setelah tidak melanjutkan sekolah sebesar 6 responden (6%).
8
Pembahasan
Kondisi Pendidikan Tingkat pendidikan orang tua ditentukan berdasarkan pendidikan terakhir yang di tempuh. Pendidikan terakhir orang tua dapat mempengaruhi tingkat pendidikan anak untuk melanjutkan ke tingkat sekolah yang lebih tinggi. Bahar (1989: 127) menyatakan ”Keterlibatan orang tua dalam mendorong anaknya dalam pendidikan tergantung pada tingkat pendidikan orang tua”. Jadi dapat dikatakan bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak tidak terbatas pada persoalan fisik saja, melainkan bagaimana orang tua memberikan dorongan atau motivasi belajar pada anak-anaknya agar memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan orang tua yang mempunyai anak tidak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA di Kecamatan Panggungrejo termasuk tergolong rendah. Mayoritas pendidikan terakhir orang tua mencapai lulus sekolah dasar atau SD dari seluruh orang tua yang mempunyai anak tidak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA. Oleh sebab itu rendahnya pendidikan terakhir orang tua menyebabkan rendahnya kepedulian orang tua untuk memberikan pendidikan yang tinggi dan berkualitas untuk masa depan anak. Kondisi Pendapatan Pendapatan Orang tua yang mempunyai anak tidak melanjutkan sekolah berkaitan erat terhadap pekerjaan yang di milikinya. Semakin baik pekerjaan yang dimiliki orang tua maka pendapatan yang di peroleh semakin besar, sehingga kesempatan untuk memberikan pendidikan yang tinggi dan berkualitas menjadi semakin besar. Dalam kajian pustaka dinyatakan bahwa pada umumnya, orang tua yang memiliki pekerjaan yang layak akan memberikan kesempatan dan dorongan pada anaknya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Orang tua yang mempunyai anak tidak melanjutkan sekolahke tingkat SMA di Kecamatan Panggungrejo mayoritas memiliki pekerjaan pokok sebagai petani. Pekerjaan tersebut termasuk dalam pekerjaan rendah karena di lihat dari segi pendapatan yang di peroleh kurang bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Adapun Orang tua tersebut juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai peternak.
9
Pekerjaan berkaitan erat terhadap pendapatan yang diperoleh sehingga secara langsung akan mempengaruhi keberlangsungan pendidikan anak. Pendidikan merupakan hal yang sarat akan biaya, sehingga kecilnya pendapatan akan menghambat pendidikan seorang anak. Di dalam penelitian ini di temukan bahwa orang tua yang memiliki anak yang tidak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA mayoritas mempunyai pendapatan di bawah Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Blitar tahun 2012 sebesar Rp 820.000. Tentunya dengan pendapatan tersebut akan sulit untuk memenuhi kebutuhan anak dalam hal pendidikan. Oleh karena itu kondisi pendapatan dapat menentukan keberlangsungan pendidikan seorang anak. Kondisi Aksesbilitas Aksesbilitas merupakan keterjangkauan atau kemudahan untuk menuju sekolah yang di tuju dari tempat tinggal. Aksesbilitas yang akan di bahas meliputi jarak rumah dengan sekolah dan cara tempuh yang digunakan. Permasalahan aksesibilitas jika tidak ditangani dapat memunculkan masalah pendidikan yang lain seperti menurunnya minat belajar siswa hingga berujung pada penurunan mutu pendidikan dan banyaknya anak putus dan tidak sekolah. Mayoritas jarak tempat tinggal responden dengan sekolah terdapat pada rentang 7 – 18 km sebanyak 86 responden ( 86%). Berdasarkan pola responden menunjukan semakin jauh jarak rumah dari sekolah maka semakin besar anak tidak melanjutkan sekolah. Hal tersebut disebabkan biaya yang dibutuhkan untuk transportasi setiap hari cukup besar. Sehingga orang tua memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah bagi anaknya. Selain itu fisik anak untuk melakukan aktifitas setiap hari ke sekolah yang cukup jauh juga menjadi pertimbangan untuk melanjutkan sekolah. Oleh sebab itu faktor jarak menjadi salah satu latar belakang untuk mengambil keputusan pendidikan bagi anaknya. Walaupun begitu melihat topografi di Kecamatan Panggungrejo yang merupakan daerah perbukitan alat transportasi yang paling efisien yaitu menggunakan sepeda motor. Oleh sebab itu mayoritas cara tempuh yang paling efisien dan memungkinkan anak untuk melanjutkan sekolah adah dengan menggunakan sepeda motor yaitu sebanyak 88 %. Sehingga apabila anak ingin
10
melanjutkan sekolah orang tua harus menyediakan alat transportasi sepeda motor. Oleh sebab itu orang tua memilih untuk tidak melanjutkan sekolah anaknya ke tingkat yang lebih tinggi. Jadi variabel aksebilitas dapat menjadi latar belakang anak tidak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA walaupun menjadi latar belakang tidak penuh. Persepsi Orang Tua Orang tua berperan penting dalam hal pendidikan khususnya terhadap kelanjutan pendidikan anak ke jenjang yang lebih tinggi. Karena dalam usia anak yang tidak melanjutkan sekolah tersebut masih dalam tanggung jawab orang tua sehingga keputusan yang dilaksanakan oleh anak merupakan keputusan yang diberikan oleh orang tua mereka. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas persepsi orang tua terhadap anak tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi adalah setuju sebanyak 83 responden. Orang tua beranggapan bahwa sekolah itu penting tetapi hanya sekedar sudah bisa membaca, menulis, dan berhitung sudah cukup. Sehingga orang tua lebih memilih anaknya untuk tidak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA karena lulus dari SMP sudah cukup. Anak lebih disarankan untuk bekerja dan membantu pekerjaan orang tua yang jelas dapat menghasilkan uang. Berdasarkan hasil penelitian kegiatan anak setelah tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi adalah membantu di rumah sebanyak 53 responden (53%). Selain itu lingkungan masyarakat juga mempengaruhi keputusan untuk tidak melanjutkan sekolah ke tingtat SMA. Oleh sebab itu persepsi orang tua dan lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi keputusan anak dalam keberlangsungan pendidikan.
Kesimpulan Kondisi kepala keluarga yang mempunyai anak yang tidak melanjutkan ke tingkat SMA cukup memprihatinkan. Kondisi pendidikan kepala keluarga yang mempunyai anak tidak melanjutkan ke tingkat SMA di Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar mayoritas hanya lulusan sekolah dasar ( SD ). Rendahnya pendidikan berdampak terhadap pekerjaan dan pendapatan secara langsung. Pendapatan yang di dapat kepala keluarga di bawah upah minimum regional
11
(UMR) Kabupaten Blitar tahun 2012 sebesar Rp 820.000,00. Selain itu topografi Kecamatan Panggungrejo yang berbukit – bukit menyebabkan aksesbilitas dari rumah anak untuk berangkat sekolah menjadi semakin sulit. Banyaknya permasalahan tersebut menyebabkan keengganan kepala keluarga untuk menyekolahkan anak ke tingkat SMA.
Saran
Pemerintah daerah diharapkan terus melakukan pendataan mengenai anak yang tidak melanjutkan ke Tingkat SMA setiap daerah secara merata. Data ini, kemudian dijadikan landasan dalam merumuskan suatu kebijakan yang menjadi pedoman untuk meningkatkan pendidikan di daerah pelosok. Selain itu pemerintah daerah perlu terus mengadakan sosialisasi dalam meningkatkan kesadaran masayarakat mengenai pentingnya bersekolah hingga ke pelosok pegunungan serta daerah yang terpencil secara berkelanjutan. Daftar Rujukan Anisah, Siti. 1996. Karakteristik Demografi dan Pendidikan Wanita Buruh Tani dan Buruh Industri Di Kecamatan Batu Kota Batu. Malang: Universitas Negeri Malang Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Geografi Astina, I Komang. 2005. Pegantar Filsafat Geografi. Malang: Universitas Negeri Malang Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Geografi Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar. 2011. Kabupaten Blitar Dalam Angka 2011. Blitar. Blitar: BPS. Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar. 2011. Kecamatan Panggungrejo Dalam Angka 2011. Blitar. Blitar: BPS. Bahar, Aswadi. 1989. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: P2LPTK. Bintarto, R. 1976. Buku Penuntun Geografi Desa. Yogjakarta : UP SPRING
12
Dimyanti, Mujiono. 1986. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Usaha Nasional. Hamalik, Oemar. 2002. Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Surabaya: Usaha Nasional Hanifah, Hayiatul. 2007. Pengaruh Ekonomi Keluarga Terhadap Motivasi Berprestasi Siswa Di Mi al-fattah Curah Kalak Jangkar-Situbondo. (Online) (http://lib.uin-alang.ac.id/files/thesis/fullchapter/02410089.pdf di akses tanggal 31 Mei 2012) Hendarni, Deti. 2006. Pengantar Geografi. Malang: PPPG IPS dan PMP Kurniati, Koriah. 2008. Hubungan Antara Partisipasi Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Di Rumah Dengan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa SDN Karang Besuki III Malang. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: FIP UM Marbun, BN. 1990. Kota Indonesia Masa Depan. Jakarta: Erlangga Prasetyo, Bambang dan Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada Putri, Siti Nuraini Utami. Keberlanjutan Pendidikan Anak Nelayan Muara Angke, Kota Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta. (online) Razak, Firiani Sari Handayani, 2012. Analisis Peranan Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Pinrang (Studi Kasus: Pengentasan Anak Putus Sekolah di Kecamatan Lembang)(online) (http://222.124.222.229/handle/123456789/1215 diakses tanggal 31 mei 2012) Sumardi, dkk. 1982. Sumber Pendapatan Kebutuhan Pokok dan Perilaku Menyimpang. Jakarta: CV Rajawali Suumaatmadja, Nursid. 1981. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung : Penerbit Alumni Tika, Moh. Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Sinar Grafika Offset Tirtarahardja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta:PT Asdi Mahasatya Turmardi (ED). 1986. Dasar-Dasar Kependidikan. Malang:FIP IKIP Malang
13