Ruseffendi (2006 :8) mengemukakan: ... Ruseffendi, secara khusus bahwa ....
Studi pustaka mengenai buku-buku yang bersangkut paut dengan penulisan.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.Pendidikan melahirkan sumber daya manusia yang mampu menjawab segala tantangan dan hambatan diera globalisasi seperti sekarang ini.Pendidikan mampu melahirkan sumber daya manusia yang dapat memberikan
kontribusi
terhadap
peningkatan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi.Oleh karena itu upaya peningkatan kualitas pendidikan menjadi salah satu syarat suatu bangsa dalam pergaulannya secara global. Pendidikan sebagai bagian integral (sesuatu yang tak terpisahkan) dari kehidupan masyarakat di era global harus dapat memberi dan memfasilitasi bagi tumbuh dan berkembangnya keterampilan intelektual, sosial, dan personal serta menumbuhkan berbagai kompetensi siswa. Guru sebagai subjek proses belajar masih banyak di hadapkan oleh beberapa permasalahan yang menyangkut tentang siswanya, seperti kegagalan siswadalam belajar untuk mencapai suatu ketuntasan belajar minimal yang di syaratkan, serta lemahnya para siswa dalam memamahi hasil belajar yang di perolehnya. Banyak hal yang perlu di bahas dalam permasalahan tersebut, serta beberapa faktor yang menghambat sulitnya belajar.Seperti sikap acuh dalam pelajaran, motivasi siswa dalam belajar masih kurang, minat belajar yang kurang, serta keadaan lingkungan yang kurang kondusif dalam upaya menunjang siswa dalam upaya memahami pelajaran. Beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya siswa dalam memahami pelajaran adalah akibat dari lingkungan belajar siswa, kebijakan pemerintah, dan dari siswa itu sendiri.Faktor yang berasal dari lingkungan belajar siswa meliputi dukungan guru, dukungan belajar, sarana belajar, dukungan keluarga, dan lain sebagainya. Faktor yang berasal
darikebijakan pemerintah meliputi kebijakan
kurikulum, penetapan anggaran biaya pendidikan, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang berasal daridalam diri siswa itu sendiri meliputi bakat, intelegensi,
motivasi, intelegensi dan sebagainya. Berdasarkan faktor-faktor tadi jangankan anak untuk memahami pelajaran untuk mengetahui kebermaknaan pelajaran saja mungkin tidak akan mencapai suatu keberhasilan dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu hal yang paling mendasar adalah bagaimana agar siswa mampu memahami topik atau pelajaran yang di terima sehingga akan timbul suatu pemahaman belajar yang tentunya akan di dapatkan oleh siswa.
Prof. Ruseffendi (2006 :8) mengemukakan: Siswa sebagai individu yang potensial tidak dapat berkembang banyak tanpa bantuan guru dan masyarakat sekitarnya.malahan ada kemungkinan perkembangannya terhambat oleh guru dan kondisi masyarakat.Dengan demikian keberhasilan murid itu seolah-olah ada dalam genggaman guru terutama, dan masyarakat. Berdasarkan pada pendapat Prof. Ruseffendi, secara khusus bahwa ternyata seorang guru merupakan faktor penting dalam keberhasilan belajar siswa, maka seorang guru memiliki suatu upaya dalam meningkatkan mutu atau kualitas pembelajaran. Kita tentunya tahu bahwa guru dengan segala pengalamannya memiliki berbagai cara dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, yaitu dengan cara menciptakan suasanapembelajaran yang kondusif seperti model kooperatif learning
dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa. Dengan
proses
pembelajaran yang baik akan menimbulkan dan meningkatkan proses belajar serta pemahaman bagi siswa. Pemahaman tentang informasi dan ilmu pengetahuan yang di terima oleh sisiwa tidak hanya sebatas konsep yang kemudian hilang begitu saja, akan tetapi pengetahuan dapat dipahami dan meningkatkan suatu keterampilan yang dapat di gunakan sehari-hari, hal ini di dasari karena siswa sudah paham betul dengan proses belajarnya. Kenyataannya saat ini ternyata tidak dapat di pungkiri pula bahwamasih banyak pula guru yang kurang memberikan kontribusi dalam upaya penggunaan model pembelajaran kooperatif learning dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa serta model pembelajaran kooperatif masih belum dilakukan secara optimal di sekolah. Ada kekhawatiran bahwa pembelajaran kooperatif hanya akan melibatkan kekacauan di kelas dan
siswa tidak belajar jika mereka dalam kelompok. Banyak siswa juga tidak senang disuruh bekerja sama dengan orang lain, padahal dengan belajar secara kelompok tentunya akan meningkatkan pemahamannya dalam belajar, hal ini di karenakan dengan belajar secara kelompok siswa dapat saling berbagi ilmu pengetahuan serta sharing antar anggota sekelompoknya jika ada suatu permasalahan yang harus dipecahkan. Selain itu, kadang kala guru menerapkan model pembelajaran ini hanya sebatas kerja kelompok saja tanpa adanya suatu hal pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.Pada intinya pembelajaran kooperatif ini tidak hanya berupa kerja kelompok yang melibatkan siswa, akan tetapi di libatkan di dalamnya suatu pembelajaran yangaktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkansehingga siswa akan paham betul tentang hasil belajarnya.
B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan maka di buat rumusan masalahan sebagai berikut: 1. Apakahpenting penggunaan kooperatif learning dalam pembelajaran? 2. Apasaja metode-metode pembelajaran kooperatif learning dalam upaya peningkatan pemahaman siswa? 3. Bagaimana strategi atau cara agar penggunaan kooperatif learning dapat di terapkan oleh seorang guru? Untuk menghindari agar permasalahan tidak terlampau luas serta mengingat adanya keterbatasan penulis, maka penulisan di batasi pada penggunaan model pembelajaran kooperatif learning untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar dengan metode Think-Pair-Share,Group investigation, dan Two Stay Two Stray.
C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulisan ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pentingnya penggunaan kooperatif learning dalam pembelajaran. 2. Mengetahui metode-metode pembelajaran kooperatif learning sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa. 3. Mendeskripsikan sosok guru sebagai pengajar menggunakan kooperatif learning dalam pembelajaran.
D. Manfaat Penulisan Dengan tercapainya rumusan penulisan ini, maka manfaatnya adalah untuk memberikan ilmupengetahuan khususnya kepada para guru tentang penggunaan kooperatif learning dalam pembelajaran. Selain itu manfaat yang penulis peroleh ialah sebagai bekal pengetahuan di masa yang akan datang sebagai calon pendidik dan memberikan informasi yang empiris (berdasarkan pengalamanterutama yg diperoleh dari penemuan,percobaan, pengamatan yang telah dilakukan) bagi peneliti selanjutnya dalam ruang lingkup yang lebih luas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pembelajaran Belajar adalah
proses mendapatkan
ilmu
pengetahuan
sedangkan
pembelajaran merupakan terjemahan dari learning, pembelajaran merupakan proses komunikasi multi arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Menurut Syamsudin (dalam Sidiq Aulia Rahman 2008:5) mengemukakan “Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagaisuatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuan”. Konsep pembelajaran menurut Corey (dalam Sidiq Aulia Rahman 2008:5) adalah suatu proses dimana lingkungan sekolah secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Dari pendapat para ahli di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan menggerakan atau pengorganisasian seluruh siswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Di samping itu pengajaran memiliki arti berupa proses, perbuatan, dan cara mengajarkan, sedangkan pembelajaran berdasarkan makna leksikal (berkaitan dengan kata) proses, cara, dan perbuatan mempelajari. Dengan demikian pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu proses sistematis melalui tahapan pelaksanaa, rancangan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.
B. Model Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) Dalam mengatasi berbagai permasalahan, tentu diperlukan suatu modelmodel pembelajaran yang kiranya mampu mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan tugasnya mengajar serta kesulitan belajar bagi siswa. Model di artikan sebagai suatu acuan yang akan di hasilkan atau pedoman dalam melakukan suatu kegiatan.
Menurut Nanang Hanafiah (2008:35) Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Model pembelajaran sangat erat kaitannnya dengan gaya mengajar guru (teaching styles) dan gaya belajar peserta didik (Learning styles). Sedangkan menurut Joyce & Weil (dalam I Wayan Santyasa) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikanpengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Beberapa pendapat mengenai pengertian pembelajaran kooperatif yang datanya di peroleh dari www.docstoc.com/model pembelajaran kooperatif, tentang pembelajaran kooperatif yaitu:
Eggen dan Kauchak (dalam docstoc.com) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling -membantu dalam mempelajari sesuatu.Oleh karena itu belajar kooperatif ini juga dinamakan “belajar teman sebaya.” Menurut Slavin (dalam docstoc.com), pembelajaran kooperatif, merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada metode pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Nur dan Wikandari dalam docstoc.com). Menurut Agus Suprijono (2009:54) Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentukbentuk yang lebih di pimpin oleh guru atau di arahkan oleh guru.
1. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif a. siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar. b. kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.. c. penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.. d. dll.. 2. Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif a. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran. b. Menyampaikan informasi. c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. d. Membantu siswa belajar dan bekerja dalam kelompok. e. Evaluasi atau memberikan umpan balik. f. Memberikan penghargaan. 3. Tujuan pembelajaran kooperatif a. Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugastugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsepkonsep yang sulit. b. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latarbelakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan
melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. c. Mengajarkan
kepada
siswa
keterampilan
kerjasama
dan
kolaborasi.
Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.
BAB III METODE PENULISAN
A. Metode Penulisan Metode yang di gunakan dalam penulisan adalah metode deskriptif karena metode ini sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Menurut Muhammad Ali (dalam Sidiq Aulia Rahman 2009:12) bahwa Metode penulisan deskriptif digunakan untuk upaya memecahkan atau menambah permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi dan analisis pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan, adapun tujuan untuk membuat penggambaran tentang sesuatu keadaan secara obyektif dalam suatu deskriptif situasi.
B. Tekhnik penulisan Dalam pelaksanaannya metode penulisan tersebut di tunjang oleh tekhnik penulisan yang meliputi tekhnik pengumpulan data dan pengolahan data.
Data adalah segala fakta yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi.Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan. (menurutsuharsimi dalam Anissa 2010:8) 1. Tekhnik pengumpulan data Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan sebagai berikut: a. Studi pustaka mengenai buku-buku yang bersangkut paut dengan penulisan yang di maksud, mengenai tentang pendidikan, konsep pembelajaran, dan lainlain. b. Mengutip
data-data
yang
penting
yang
tentunya
berkaitan
dengan
permasalahan serta penulisan yang di maksud,mengenaipendapat para ahli tentang pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif, dan lain-lain. c. Browsing Internet, mencari data melalui vasilitas internet dengan tujuan mencari data yang berhubungan dengan penulisan, dengan cara mengutip, menyalin dan lain-lain.
2. Tekhnik pengolahan data Tekhnik penulisan yang di gunakan untuk pengolahan data adalah analisis kualitatif yaitu adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan. Proses analisis data dapat di lakukan melalui langkahlangkah: a. Data yang telah di kumpulkan kemudian disusun berdasarkan kerangka pemikiran. b. Kemudian data-data yang telah disusun tersebut dikategorikan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penulisan. Kategori yang di maksud adalah kumpulan data yang disusun melalui dasar pemikiran, pendapat, dan kriteria tertentu. c. Setelah itu sebelum di simpulkan, data tersebut harus di tafsir terlebih dahulu agar dapat memberikan arti yang signifikan terhadap analisis yang telah dilakukan. d. Kemudian tariklah suatu kesimpulan dari proses pengolahan data tersebut yang bisa menunjang ke dalam penulisan.
BAB IV PEMBAHASAN
A. Penggunaan Cooperatif Learning dalam Pembelajaran Ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran berbasis sosial, yaitu pembelajaran
kooperatif.Secara
umum
model
pembelajaran
kooperatif
dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik atau siswa menyelesaikan masalah yang di maksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Model pembelajaran kooperatif selalu dikaitkan dengan kelompok, akan tetapi kelompok bukanlah semata-mata sekumpulan orang. Kumpulan disebut kelompok apabila ada interaksi, tujuan, berstruktur, dan groupness.Interaksi adalah saling mempengaruhi individu satu dengan individu lainnya.Tujuan dalam kelompok dapat bersifat intrinsik yaitu didasarkan pada alasan bahwa dalam kelompok perasaan menjadi senang, dan dapat pula bersifat ekstrinsik yaitu di dasarkan alasan bahwa untuk mencapai sesuatu tidak dapat dicapai sendiri, melainkan harus dikerjakan secara bersama-sama.Struktur kelompok menunjukkan bahwa dalam kelompok ada peran.Peran dari tiap-tiap anggota kelompok, berkaitan dengan posisi individu dalam kelompok. Peran masingmasing anggota akan bergantung pada posisi maupun kemampuan individu masing-masing. Setiap anggota kelompok berinteraksi berdasarkan peranperannya sebagaimana norma yang mengatur perilaku anggota kelompok. Groupness menunjukan bahwa kelompok merupakan suatu kesatuan.Kelompok bukanlah semata-mata kumpulan orang yang saling berdekatan. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok.
Ada
unsur-unsur
dasar
pembelajaran
kooperatif
yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran
kooperatif akan dapatmenumbuhkan pembelajaran serta pemahaman siswa yang lebih efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: 1. Memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaaat seperti fakta, keterampilan, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama. 2. Pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan lima unsur (Agus suprijono 2009:58), yaitu:
Unsur pertama kooperatif
learning
adalah
saling
ketergantungan
positif.Unsur ini menunjukan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama mempelajari bahan yang di tugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu: a. Peserta didik harus bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan. b. Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan. c. Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. d. Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok.
Unsur
kedua
pembelajaran
kooperatif
adalah
tanggung
jawab
individual.Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.
Unsur ketigapembelajaran kooperatif adalah interaksi saling ketergantungan antar anggota kelompok. Ciri-ciri interaksi saling ketergantungan adalah: a. Saling membantu secara efektif dan efisien. b. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan. c. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien. d. Saling mengingatkan. e. Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi. f. Saling percaya. g. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama. h. dll.
Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah keterampilan sosial.Untuk mengkoordinasikan kegiatan peseta didik. Untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik harus: a. Saling mengenal dan mempercayai. b. Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius. c. Saling menerima dan saling mendukung. d. Mampu menyelesaikan permasalahan. e. dll.
Unsur
kelima
pembelajaran
kelompok.Pemprosesan
mengandung
kooperatif arti
adalah
menilai.Melalui
pemprosesan pemprosesan
kelompok dapat diidentifikasi dari ururtan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok.Siapa anggota kelompok yang sangat membantu dan sipa yang tidak membantu.Tujuannya adalah meningkatkan efektivitas anggota kolaboratif
untuk
dalam mencapai
memeberikan tujuan
kontribusi
terhadap
kelompok.Pembelajaran
kegiatan kooperatif
dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa peningkatan pemahaman
siswa, prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
B. Metode-Metode Pembelajaran Kooperatif
1. Think-pair-share Seperti namanya "thinking" pembelajaran ini di awali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka untuk memikirkan jawabannya. Selanjutnya "pairing", pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-pasangan.Beri kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi.Hasil diskusi dari mereka dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas, tahap ini dikenal dengan "sharing". Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam metode pembelajaran ini sebagai berikut: a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai. b. Peserta
didik
diminta
untuk
berfikir
tentang
materi
atau
permasalahan yang disampaikan oleh guru. c. Peserta didik di minta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masingmasing. d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya. e. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan
dan
diungkapkan para siswa. f. Guru memberi kesimpulan. g. Penutup.
menambah
materi
yang
belum
2. Group Investigation Pembelajaran dengan metode Group Investigation dimulai dengan pembagian kelompok.Selanjutnya peserta didik memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan yang dapat dikembangkan dari topik-topik itu. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran ini sebagai berikut:
a. Guru melakukan pembagian kelompok. b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok. c. Guru memanggil ketua-ketua kelompok untuk mengambil satu materi tugas yang berbeda.
d. Masing-masing kelompok secara kooperatif membahas materi yang berisi materi temuan.
e. Setelah selesai diskusi kelompok, masing-masing juru bicara, menyampaikan hasil pembahasannya.
f. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan. g. Evaluasi. h. Penutup. 3. Two Stay Two Stray Pembelajaran metode Two Stay Two Stray yaitu metode dua tinggal dua tamu.Pembelajaran dengan metode ini diawali dengan pembagian kelompok.Setelah terbentuk kelompok, guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya.Setelah itu membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam metode pembelajaran ini sebagai berikut: a. Peserta didik bekerjasama dalam kelompok seperti biasa. b. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok yang lain. c. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka masing-masing dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
C. Penggunaan Cooperative Learning oleh Seorang Guru Gurudalam melaksanakan perannya yaitu sebagai pendidik, pengajar, pemimpin, harus mampu melayani peserta didik yang dilandasi dengan kesadaran, keyakinan,
kedisiplinan,
dan
tanggung
jawab
secara
optimal
sehingga
memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan siswabaik fisik maupun psikis. Dalam pembelajaran kooperatif kadang kala adanya pembagian kerja yang kurang adil, akan tetapi hal itu tidak perlu terjadi dalam kerja kelompok jika guru benar-benar menerapkan prosedur model pembelajaran kooperatif. Banyak guru hanya membagi peserta didik atau siswa dalam kelompok kemudian memberi tugas untuk menyelesaikan seseuatu tanpa pedoman mengenai hal yang dikerjakan.Akhirnya peserta didik merasa ditelantarkan. Karena mereka belum berpengalaman, mereka merasa bingung dan tidak tahu bagaimana harus bekerja sama menyelesaikan tugas tersebut. Akibatnya situasi dan kondisi kelas menjadi gaduh dan tidak terkendali, sebagai guru wajib memahami cara atau strategi dalam upaya penggunaan pembelajaran kooperatif ini berjalan secara efektif dan efisien. Strategi atau rumus dalam penggunaan pembelajaran kooperatif oleh guru terdiri dari 6 fase, yaitu:
Stategi yang diterapkan oleh guru dalam upaya penggunaan pembelajaran kooperatif FASE-FASE
PERILAKU GURU
Fase 1: Present goals and set Menyampaikan tujuan
Menjelaskan
tujuan
pembelajaran
dan
dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.
mempersiapkan peserta didik Fase 2: Present Information
Mempresentasikan informasi kepada peserta didik
Menyajikan informasi
secara verbal.
Fase 3: Organize students Memberikan penjelasan kepada peserta didik
into learning teams
tentang
cara pembentukan
tim
belajar dan
Mengorganisir peserta didik membantu kelompok melakukan transisi yang ke dalam tim-tim belajar.
efisien.
Fase 4: Assist team work and Membantu tim-tim belajar selama peserta didik
study
mengerjakan tugasnya.
Membantu
kerja tim
dan
belajar Fase 5: Test on the materials
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai
Mengevaluasi
berbagai materi pembelajaran atau kelompokkelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6: Provide recognition
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan
Memberikan pengakuan atau prestasi individu maupun kelompok. penghargaan
Fase pertama, guru mengklarifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena peserta didik harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran.Fase kedua, guru menyampaiakan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik. Fase ketiga, kekacauan bisa terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi pembelajaran berkelompok harus dilakukan dengan cermat. Guru harus menjelaskan bahwa peserta didik harus salaing bekerja sama di dalam kelompok. Fase keempat, guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik dan waktu yang dialokasikan (penetuan yang ditentukan). Fase kelima, guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran.Fase keenam, guru mempersiapkan struktur reward (penghargaan) kepada peserta didik. Variasi struktur reward bersifat individualistis, kompetitif,
dan secara
kelompok. Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pembelajaran kooperatif harus:
a. Memberikan kesempatan terjadinya belajar secara bersama-sama. b. Meningkatkan penghargaan peserta didik pada pembelajaran akademik. c. Mempersiapkan peserta didik belajar mengenai kolaborasi dan berbagai keterampilan social melalui peran aktif peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil. d. Memberi peluang terjadinya proses partisipasi aktif peserta didik dalam belajar. e. Menciptakan iklim sosial yang positif. f. Memfasilitasi terjadinya pembelajaran untuk hidup bersama (live together). g. Menumbuhkan kesadaran pada peserta didik arti penting aspek sosial dalam individunya. Kehidupan sosial adalah sisi penting dari kehidupan individual. h. Dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 1. Pentingnya penggunaan cooperatif learning dalam pembelajaran: Pentingnya suatu pembelajaran kooperatif ketika digunakan dalam suatu pembelajaran adalah ketika unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif sudah diterapkan, yaitu: a. Unsur saling ketergantungan positif , Unsur ini menunjukkan bahwa ada dua pertanggungjawaban suatu kelompok, yaitu
mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok dan semua anggotakelompok
secara individu
mempelajari
bahan
yang
ditugaskan tersebut. b. Unsur tanggung jawab individual, unsur ini adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama. c. Unsur interaksi saling ketergantungan antar kelompok, unsur ini mempunyai ciri-ciri adanya saling percaya, saling mengingatkan, saling membantu, dan sebagainya antar kelompok lain dan anggota kelompok. d. Unsur
keterampilan
sosial ,
unsur
ini
bertujuan
untuk
mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dan meningkatkan keterampilan bekerjasama dengan kelompok lain dan anggota kelompok. e. Unsur pemprosesan kelompok, meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.
2. Metode-metode dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
a. Think-pair-share Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam metode pembelajaran ini sebagai berikut: � Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai. � Peserta didik diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan oleh guru.
� Peserta didik di minta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masingmasing. � Guru
memimpin
pleno
kecil
diskusi,
tiap
kelompok
mengemukakan hasil diskusinya. � Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa. � Guru memberi kesimpulan. � Penutup.
b. Group Investigation Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran ini sebagai berikut:
� Guru melakukan pembagian kelompok. � Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok. � Guru memanggil ketua-ketua kelompok untuk mengambil satu materi tugas yang berbeda.
� Masing-masing kelompok secara kooperatif membahas materi yang berisi materi temuan.
� Setelah selesai diskusi kelompok, masing-masing juru bicara, menyampaikan hasil pembahasannya.
� Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan.
� Evaluasi. � Penutup. c. Two Stay Two Stray Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam metode pembelajaran ini sebagai berikut: � Peserta didik bekerjasama dalam kelompok seperti biasa.
� Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok yang lain. � Dua
orang
yang
tinggal
dalam
kelompok
bertugas
membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. � Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka masingmasing dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. � Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
3. Penggunaan cooperatif learning oleh guru Strategi atau cara yang diterapkan oleh guru dalam upaya penggunaan pembelajaran kooperatif: a. Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar. b. Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal. c. Memberikan
penjelasan kepada peserta didik tentang cara
pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien. d. Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya. e. Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. f. Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.
B. Saran 1. Penggunaan
pembelajaran
kooperatif
(cooperatif
learning)
dalam
pembelajaran di sekolah dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar,lebih baik tidak hanya dilakukan dalam satu kelas saja akan
tetapi dilakukan pula di kelas-kelas lainnya dalam sekolah tersebut, bisa oleh wali kelas atau guru mata pelajaran lain. 2. Dengan adanya kinerja pelaku pendidikan diharapkan agar lebih serius dalam mengelola proses pembelajaran, hal ini ditekankan supaya terciptanya suatu lingkungan
pembelajaran
di sekolah
yang
kondusif
dalam
meningkatkan pemahaman dan kenyamanan siswa dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
rangka
Suprijono, Agus. 2009. COOPERATIF LEARNING teori dan aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hanafiah, Dr, M.M.pd. 2008. Masalah pembelajaran dan penelitian tindakan
kelas. Bandung: UNINUS. Ruseffendi.2006.
Pengantar
Kepada
Membantu
Guru
Mengembangkan
Kompetensnyadalam Pengajaran Matematika. Bandung: Tarsito Rizkya A.A, Anissa. Pengaruh Internet Terhadap Perilaku Mahasiswa FIKOM
UNINUS dalam Mencari Sumber-Sumber Informasi.Bandung. Tidak diterbitkan Aulia Rahman, Sidiq. 2009. KIR Penerapan Makna Religi Dalam Pembelajaran,
Inovasi Dunia Pendidikan. Bandung. Tidak diterbitkan Santyasa, I wayan. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif , Universitas pendidikan Ganesha (www.pdf-search-engine.com di akses Februari 2008).
Model pembelajaran kooperatif (www.docstoc.com di akses 28 Maret 2010)