KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG PERTANIAN UNTUK ...

117 downloads 8272 Views 3MB Size Report
17 Apr 2013 ... KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG PERTANIAN ... Penurunan kontribusi sektor pertanian tidak sebanding dengan penurunan beban ...
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN Dr. Suswono, MMA Menteri Pertanian Republik Indonesia Disampaikan pada Seminar Nasional Universitas Sebelas Maret Surakarta Solo, 17 April 2013

ISI PAPARAN I

II

• PERAN STRATEGIS SEKTOR PERTANIAN

• TARGET PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN

III

• TANTANGAN DAN STRATEGI MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN

IV

• PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PEMBANGUNAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2

I

PERAN STRATEGIS SEKTOR PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

3

PERAN STRATEGIS SEKTOR PERTANIAN

Penyedia pangan 245 juta penduduk Indonesia Penyedia 87% bahan baku industri kecil dan menengah Penyumbang 14,72% PDB

Penghasil devisa negara US$ 43,37 M

Menyerap 33,32% total tenaga kerja

Sumber utama (70%) pendapatan rumah tangga perdesaan Berperan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 8 juta ton (Perpres No.61 tahun 2011)

KEMENTERIAN PERTANIAN

4

PERKEMBANGAN PANGSA PDB DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PERTANIAN 70 60

64,16

53,92

Persen

50 40

33,32

Tenaga Kerja PDB

30 20

14,72

10 0 1970

1980

1990

2000

2010

2011

Penurunan kontribusi sektor pertanian tidak sebanding dengan penurunan beban penyerapan tenaga kerja sektor pertanian.

KEMENTERIAN PERTANIAN

5

NERACA PERDAGANGAN Nilai Ex-Im Pertanian, tahun 2006-2011 (US$ Milyar) 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00

8,90 2006

12,62 2007

17,96 2008

- Ekspor

13,14

18,54

2009

2010

- Impor

22,77 2011

Neraca

Kontribusi terbesar terhadap surplus adalah komoditas perkebunan

KEMENTERIAN PERTANIAN

6

INVESTASI DI BIDANG PERTANIAN 12.000,0

10.000,0

9.6 T 8.8 T

8.000,0

6.000,0

PMDN (Rp Miliar) PMA (US$ Juta)

4.000,0

3.6 T

1.2 T

2.5 T

2.000,0 0,7 M

0.2 M

0.1 M

1.2 M

0.1 M

0,0 2007

2008

2009

2010

2011

Sumber: BKPM diolah oleh Pusdatin Kementan (2012)

1. Investasi PMDN maupun PMA terus meningkat dari tahun ke tahun 2. Investasi terbesar pada sub sektor Perkebunan KEMENTERIAN PERTANIAN

7

II

TARGET PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

8

TARGET PENCAPAIAN SWASEMBADA DAN SWASEMBADA BERKELANJUTAN PENINGKATAN DIVERSIFIKASI PANGAN PENINGKATAN NILAI TAMBAH, DAYA SAING, DAN EKSPOR PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

KEMENTERIAN PERTANIAN

9

TARGET PRODUKSI UNTUK PENCAPAIAN SWASEMBADA DAN SWASEMBADA BERKELANJUTAN (5 KOMODITAS UTAMA) KOMODITAS

PRODUKSI 2011 (JUTA TON)

TARGET PRODUKSI 2014 (JUTA TON)

Padi (GKG)

65,76

76,57

Jagung (pipilan kering)

17,64

29,00

Kedelai (biji kering)

0,85

2,70

Gula (GKP)

2,23

3,1

Daging sapi

0,29

0,51

KEMENTERIAN PERTANIAN

10

Capaian Indeks Swasembada Komoditas Pangan Utama 2011-2012 No 1

2

3

4

Komoditas (ribu ton) Beras

Jagung

Kedelai

Daging Sapi

Tebu/Gula

2012**)

Produksi

36.969

38.564

Kebutuhan

33.045

33.035

Indeks swasembada

111,87

116,74

Produksi

17.643

18.945

Kebutuhan

15.272

16.097

Indeks swasembada

115,52

117,69

851

780

Kebutuhan

2.122

2.246

Indeks swasembada

40,10

34,71

Produksi

292,45

399,32

Kebutuhan

449,31

484,07

65,09

82,49

Produksi

Indeks swasembada 5

2011 *)

Produksi

2.230

2.660

Kebutuhan

2.790

2.850

Indeks swasembada

79,93

93,33

Ket: *) ATAP 2011 **) ARAM 1 2012 (BPS) Indeks Swasembada : % produksi/kebutuhan

TARGET DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN

1. Penurunan konsumsi beras minimal sebesar 1,5% per kapita/tahun 2. Penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya lokal : PPH 77,3 (2011) -> 93,3 (2014)

KEMENTERIAN PERTANIAN

12

TARGET PENINGKATAN NILAI TAMBAH, DAYA SAING, DAN EKSPOR 1. Meningkatnya produk olahan yang diperdagangkan dari 20% (2010) menjadi 50% (2014) 2. Pengembangan tepung-tepungan untuk mensubstitusi 20% gandum/terigu impor pada 2014 3. Meningkatnya surplus neraca perdagangan US$ 24,3 milyar (2010) menjadi US$ 54,5 milyar (2014) KEMENTERIAN PERTANIAN

13

TARGET PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

Nilai Tukar Petani (NTP) 105 – 110 di tahun 2014

KEMENTERIAN PERTANIAN

14

III

TANTANGAN DAN STRATEGI MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

15

PERMASALAHAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN 2010-2014 • Konversi lahan • Kepemilikan lahan yang sempit • Sulitnya akses petani ke lahan terlantar/ Hutan

• Masih menggunakan alat/teknologi tradisional • Industri yang belum berkembang

• Lemahnya kelembagaan petani • Kapasitas kelembagaan yang beragam

• Revitalisasi Lahan Pengembang an Teknologi dan Industri Hilir Penguatan Kelembagaan Petani

Revitalisasi Perbenihan dan Perbibitan



TUJUH Perbaikan Infrastruktur GEMA dan Sarana REVITALI SASI Pengemban gan Sumber Daya Manusia Revitalisasi Pembiayaan Petani

• Sulitnya petani mendapatkan pinjaman • Banyaknya petani gurem/kecil • Tunggakan KUT yang belum KEMENTERIAN PERTANIAN diputihkan

Lemahnya sistem produksi dan distribusi benih Hambatan pengembangan benih transgenik • Tingginya kerusakan jaringan irigasi • Tingginya biaya produksi dan transportasi

• Terbatasnya jumlah SDM • Masih rendahnya kualitas SDM 16

Penurunan konsumsi beras 1,5% per kapita/thn

Pengurangan susut panen 1,5 %/tahun

SURPLUS BERAS 10 JUTA TON Penambahan Areal Sawah seluas 130.000 ha

Peningkatan intensitas penyuluhan 50% dari total desa

pengendalian OPT dengan PHT dan Spot Stop mencapai 70%

KEMENTERIAN PERTANIAN

Perbaikan 18,8%/thn dari total jaringan irigasi

Peningkatan produktivitas dari 5,1 ton/ha menjadi 5,7 ton/ha dan IP dari 1,5 menjadi 1,7

Penggunaan pupuk berimbang 70% dari total luas tanam

Benih varietas unggul bermutu minimal 60% 17

SWASEMBADA JAGUNG 2014 Peningkatan ketersediaan air pada 25% lahan Peningkatan intensitas penyuluhan

Peningkatan produktivitas dari 4,7 ton/ha menjadi 5,8 ton/ha dan IP dari 1,0 menjadi 1,2

Peningkatan penggunaan pupuk menjadi 54% (organik dan anorganik) KEMENTERIAN PERTANIAN

Penambahan luas panen minimal 5% per tahun

Peningkatan bantuan benih hibrida mencapai 80% Perbaikan penanganan pasca panen untuk penurunan susut 1%

Pengendalian OPT dan dampak perubahan iklim sehingga luas pertanaman yang aman minimal 95% melalui pengendalian hama terpadu (PHT) dan Spot Stop

18

Penumbuhan industri perbenihan di lokasi sentra produksi

Penambahan luas tanam dari 700 rb ha menjadi 2 juta ha

SWASEMBADA KEDELAI 2014

Bantuan alat perontok untuk pengurangan losses (0,5%)

Peningkatan intensitas sistem surjan untuk lahan rawa 70%

Kebijakan harga dasar kedelai dan subsidi sarana produksi

Bantuan benih unggul 80% dari total luas pertanaman

Peningkatan produktivitas dari 1,3 ton/ha menjadi 1,54 ton/ha

Pengendalian pertanaman dari gangguan OPT melalui hama KEMENTERIAN PERTANIAN terpadu (PHT) dan Spot Stop

Penambahan luas lahan melalui kemitraan dengan BUMN dan swasta

Peningkatan intensitas penyuluhan

Penggunaan pupuk sebesar 80% (organik dan anorganik)

19

Penyediaan benih tepat waktu, jumlah dan mutu melalui penerapan kultur jaringan dan pembinaan penangkar

Perluasan areal tanam tebu 350 ribu hektar

Bongkar ratoon pada tanaman tebu yang sudah dikepras > 4 kali

Peningkatan produktivitas dan rendemen tebu Rekomendasi pemupukan dengan tipologi lahan

Distribusi Benih sesuai kebutuhan varietas di wilayah PG

Benih varietas unggul produktivitas >100 ton/ha/tahun, potensi rendemen >9% dan toleran terhadap perubahan iklim

Klentek/kelupas daun kering tebu

KEMENTERIAN PERTANIAN

Pupuk Berimbang

Rawat Ratoon Pendampingan penerapan teknologi

Pengairan

20

Pengembangan sumber benih/bibit HPT 36 UPTD dan 41 kelompok

Pemanfaatan hasil samping tan/bun 9 jenis.

Peningkatan Hijauan Pakan Ternak (HPT)

pengembangan lumbung pakan 111 kelompok

Penambahan berat badan harian sapi lokal 0,4-0,8 kg

pengembangan unit pengolah HPT 77 kelompok

integrasi ternaktanaman 333 kelompok

SWASEMBADA DAGING SAPI/KERBAU 2014

Rumah Potong Hewan (RPH) yang menjalankan butchering system KEMENTERIAN PERTANIAN

Penurunan alokasi impor sapi/daging sapi dari 53,05% (2010) menjadi 34,91% (2011), 20% (2012), 15% (2013) dan 10% (2014)

Penanggulangan penyakit gangguan reproduksi terhadap 91.000 ekor

21

KRISIS ENERGI dan POTENSI ENERGI BARU TERBARUKAN (EBT) DI BIDANG PERTANIAN  Harga fosil fuel semakin mahal  Berdampak bukan hanya pada sektor transpotasi dan industri tapi juga pada biaya usaha tani di sektor pertanian  Emisi gas CO2 yg berdampak terhadap pemanasan global dan perubahan iklim  Eksplorasi sumber energi alternatif terbarukan secara optimal atas dasar bahan baku yang tersedia.  Limbah (hasil samping) mempunyai potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan KEMENTERIAN PERTANIAN

22

KEBIJAKAN PENGGUNAAN SUMBER ENERGI S/D 2025 (Kepres No. 5/2006)

Batubara 33 % ↓(14.1%)

BB Nabati
5% pada 2025 2. Inpres No. 1/2006 Percepatan pasokan Bio-energy dan pemanfaatannya 3. Kepres No. 10/2006

Pembentukan Tim Nasional Pengembangan Bio-fuel

KEMENTERIAN PERTANIAN

24

TANTANGAN UTAMA PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN (EBT) BERBASIS PERTANIAN:  Teknologi dan prasarana untuk pengolahan bahan baku dan pemanfaatan limbah sebagai EBT terbatas  Biaya produksi sebagian besar EBT masih mahal  Pengetahuan dan kemampuan kelembagaan dan masyarakat dalam pemanfaatan limbah sebagai EBT rendah KEMENTERIAN PERTANIAN

25

IV

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PEMBANGUNAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

26

I. PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN OPERASIONAL PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN PERTANIAN 1. Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan:  Penciptaan inovasi teknologi benih/bibit unggul, pupuk, alat dan mesin pertanian (alsintan).  Penyediaan inovasi teknologi dan kelembagaan, mitigasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim, pengkajian teknologi dan adaptasi inovasi teknologi spesifik lokasi untuk optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian.

2. Peningkatan diversifikasi pangan  Percepatan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal melalui penyediaan inovasi teknologi budidaya, pasca panen dan pengolahan.  Promosi dan diseminasi penggunaan pangan lokal non beras sebagai sumber karbohidrat. KEMENTERIAN PERTANIAN

27

3. Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor  Memperkuat inovasi teknologi dan kelembagaan untuk pengembangan industri hilir pertanian di perdesaan guna meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian (segar dan olahan).  Mempercepat penyediaan inovasi teknologi untuk pengembangan bio-energy berbasis bahan baku lokal guna memenuhi kebutuhan energi masyarakat di perdesaan dan mensubstitusi BBM.

4. Peningkatan kesejahteraan petani  Pengembangan rekayasa model kelembagaan dan rumusan kebijakan pembangunan pertanian antisipatif dan responsif yang berpihak kepada petani.  Penyediaan teknologi dan bimbingan kepada petani/kelompok tani di perdesaan dalam penyediaan benih/bibit dan sarana produksi lainnya.

KEMENTERIAN PERTANIAN

28

TERIMA KASIH

Suggest Documents