Kecemasan Ibu Menghadapi Anak Sulung Pada usia Remaja Prof ...

3 downloads 56 Views 785KB Size Report
Kecemasan Ibu Menghadapi Anak Sulung Pada usia Remaja. Prof. ... bahwa kecemasan yang dialami oleh ibu dapat dilihat dari .... Jenis Kelamin Anak : Laki- laki ..... anak pembangkang. BAB V. A. Simpulan a. Gambaran. Kecemasan. Ibu.
Kecemasan Ibu Menghadapi Anak Sulung Pada usia Remaja Prof. Dr. E. S. Margianti, SE., MM. (Rektor Universitas Gunadarma) Dr. A. M. Heru Basuki, MPsi. (Dekan FakultasPsikologi Universitas Gunadarma) Dessie Ratnasari Susan (Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma) ABSTRAK afeksi yaitu kecemasan pada perasaan individu sehingga menimbulkan kekhawatiran, ketakutan, , kesedihan, Penelitian bertujuan untuk dll. mengetahui tentang kecemasan ibu Faktor-faktor yang menyebabkan menghadapi anak sulung pada usia ibu mengalami kecemasan terhadap remaja dan sebab-sebab terjadinya anak sulung pada usia remaja selain kecemasan ibu menghadapi anak gejala-gejala kecemasan sulung pada usia remaja. Pertanyaan Kata Kunci : Kecemasan, Anak penelitian bagaimana gambaran sulung, dan remaja kecemasan yang dialami ibu dalam menghadapi anak sulung pada usia BAB I remaja dan faktor-faktor apa saja yang Menjadi orangtua nampaknya mempengaruhi kecemasan ibu dalam bukan masalah sederhana. Dalam menghadapi anak sulung pada usia penelitian ini mengapa peneliti remaja. mengambil remaja karena masa remaja Metode yang dipakai dalam adalah masa peralihan dari kanak-kanak penelitian ini adalah penelitian kualitatif menuju kekedewasaan dimana emosi dengan menggunakan triangulasi teori mereka masih sangat labil dan dan sumber yang dianalisis dalam mempunyai rasa ingin tahu yang besar beberapa kasus dikaitkan dengan teoritentang berbagai hal. Hal ini terlihat dari teori yang telah ada. aneka masalah yang timbul pada anak Tehnik yang digunakan dalam remaja. penelitian ini adalah wawancara dengan Dalam penelitian ini mengapa pedoman umum dan observasi yang peneliti mengambil judul tentang ibu dan dilakukan peneliti terhadap tiga orang remaja karena ibu yang paling sering subjek untuk membandingkan berada dirumah untuk mengawasi setiap gambaran dan faktor-faktor kecemasan tingkah laku anaknya terutama yang orangtua dalam menghadapi anak masih remaja, sedangkan mengapa sulung dengan usia remaja. remaja karena remaja adalah masa Hasil penelitian ini menunjukkan transisi dari kanak-kanak menuju bahwa kecemasan yang dialami oleh ibu dewasa dimana emosinya masih labil dapat dilihat dari empat gejala sehingga sering melakukan eksperimen kecemasan yaitu manifestasi kognitif yang tidak memikirkan dampak dimasa yaitu subjek mengalami kecemasan yang akan datang bagi kelangsungan sehingga mengakibatkan sulit perkembangan moralnya. berkonsentrasi, gelisah dan sulit tidur. Berdasarkan kondisi-kondisi Kecemasan yang dimanifestasikan tersebut di atas, disatu sisi orangtua kedalam perilaku motorik sehingga terutama ibu menghendaki yang terbaik menyebabkan subjek melakukan bagi anak sulungnya dan disisi lain gerakan-gerakan tidak beraturan dan remaja berusaha ingin mengekspresikan tidak berarah tanpa disadarinya. perilakunya untuk hidup bebas, Selanjutnya manifestasi secara somatik perbedaan ini akan menimbulkan yaitu kecemasan dalam bentuk reaksi konflik bagi orangtua dan anaknya. fisik dan biologis sehingga Akibatnya akan timbul kecemasan dan menyebabkan subjek berada pada kekhawatiran pada orang tua terutama situasi yang menimbulkan kegelisahan. ibu yang berkaitan dengan rasa ingin Terakhir merupakan kecemasan secara

1

Kecemasan ibu akan mempengaruhi perilaku baik ibu itu sendiri maupun remaja tersebut, karena ibu lebih sering berada di rumah sehingga tahu setiap perkembangan dan pergaulan anak-anaknya terutama anak sulung. Pengaruh bagi ibu, maka ibu akan memberlakukan aturan-aturan ketat yang sifatnya mengekang agar remaja tidak terjerumus kedalam hal-hal yang negatif. Sementara pengaruh bagi anak, anak akan memberontak, nakal, atau melarikan diri dari kenyataan. Remaja mungkin tidak menyukai beberapa nilai-nilai orangtua atau mereka mungkin melihat dengan tepat bahwa beberapa nilai yang dianut orangtua memberikan hasil. Jika orang tua khawatir dan cemas bahwa para remaja mungkin tidak akan menerima nilai-nilai mereka, maka orangtua akan selalu beralih pada dalih bahwa kekuasaan dapat dibenarkan untuk menanamkan nilai-nilai mereka pada anak-anak (Santrock, 1998). Kecemasan akan timbul jika individu menghadapi situasi yang menakutkan. Kecemasan sampai batas tertentu merupakan hal yang normal bagi setiap orang. Mungkin orangtua merasa khawatir akan sesuatu atau anaknya sendiri karena ia pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan pada kejadian serupa dimasa lampau ataupun kejadian yang dialami orang lain (Gunarsa dkk, 1996).

tahunya yang besar tentang berbagai hal, karena belum pernah memiliki pengalaman dalam mengasuh anak maka seorang ibu akan merasakan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dengan perkembangan anak sulungnya. Hal ini karena ibu sangat mengharapkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan normanorma yang berlaku di masyarakat. Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (1994) kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan baru atau yang belum pernah dilakukan. Anak sulung merupakan anak yang istimewa dimata orangtuanya. Sementara itu anak sulung diharapkan kehadirannya, begitu mereka beranjak remaja maka kecemasan orangtua pun akan muncul secara berlebihan pada saat perilaku anaknya menunjukkan perubahan dimana anak sudah tidak mau lagi mendengarkan apa yang dikatakan orang tuanya tetapi lebih suka mendengarkan apa yang dikatakan orang lain (Spock, 1991). Memperhatikan fase-fase perkembangan remaja tersebut di atas terutama dengan adanya perubahan perilaku, seringkali menimbulkan kecemasan bagi orang tua terutama anak sulung. Hal ini karena tidak ada satu orang tua pun yang menghendaki anak remajanya terjerumus dalam kenakalan remaja (Dariyo, 2004). Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (1994) ada beberapa gejala kecemasan yaitu kegelisahan, sulit berkonsentrasi, ketegangan otot, dan gangguan tidur. Kecemasan orangtua terutama ibu akan semakin memuncak manakala anak remajanya sudah tidak mau lagi menuruti orangtuanya dan mengabaikan aturan-aturan yang berlaku dikeluarganya, misalnya : sering membangkang, pulang tidak tepat waktu, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan kekhawatiran yang sangat, karena orangtua takut anaknya terjerumus kedalam perbuatan yang negatif (Dariyo, 2004).

B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, dalam penulisan ini, penulis ingin mengetahui : 1. Bagaimana bentuk-bentuk kecemasan ibu menghadapi anak sulung pada usia remaja ? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ibu mengalami kecemasan menghadapi anak sulung pada usia remaja ? 3. Sumber-sumber kecemasan yang membuat ibu merasa cemas ? C. Tujuan Penelitian

2

sering berdebar-debar tekanan darah tinggi, sering mengalami gangguan pernapasan, sering mengalami anxiety attack. Sue (dalam Yolanda, 2005) berpendapat bahwa gejala kecemasan pada individu terdapat 4 gejala, antara lain gejala kognitif, gejala motorik, gejala somatik, , gejala afektif.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran kecemasan ibu dalam menghadapi anak yang menginjak usia remaja dan mengapa ibu mengalami kecemasan ketika menghadapi anak yang menginjak usia remaja. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Melalui tulisan ini diharapkan dapat membantu para ibu untuk melihat gambaran kecemasan yang dihadapi ibu yang memiliki anak sulung dengan usia remaja.

3. Faktor–faktoryang mempengaruhi kecemasan. Menurut Freeman (dalam Ronikurniawan (Skripsi), 2000) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu : faktor potensial penentu kecemasan (pewaris genetik, penyakit fisik, pengalaman tidak menyenangkan), faktor pencetus kecemasan (masalah fisik, stressor eksternal yang berat, stressor eksternal yang berkepanjangan dan kronis, kepekaan emosi).

2. Manfaat Teoritis Tulisan ilmiah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bidang ilmu psikologi sekaligus menambah khasanah penulisan khususnya dalam psikologi perkembangan remaja tentang kecemasan ibu menghadapi anak sulung pada usia remaja. BAB II

B. Usia Remaja A. Kecemasan 1. Pengertian kecemasan pengertian kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan tegang, ketakutan, dan gelisah yang bersifat subjektif. 2. Gejala-gejala Umum Kecemasan Menurut Supratiknya (1995), antara lain Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was dan keresahan yang bersifat tidak menentu, terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan dan sering merasa tidak mampu, minder, depresi, serta sedih, sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan, rasa tegang menjadikan yang bersangkutan selalu bersikap tegang lamban, bereaksi secara berlebihan terhadap rangsangan yang datang secara tiba-tiba atau yang tidak diharapkan, sering mengeluh bahwa ototnya tegang, mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangannya sering basah,

1. Pengertian Remaja Remaja adalah masa peralihan dimana individu telah meninggalkan masa kanak-kanak dan mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa yang yang berkisar antara usia 12-20 tahun. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja Menurut pandangan Gunarsa dan Gunarsa (dalam Dariyo, 2004) bahwa secara umum terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja :faktor endogen dan faktor eksogen. 3. Perkembangan Usia Remaja Perkembangan Fisik pada Usia Remaja, Perkembangan Sosioemosional pada Usia Remaja, Perkembangan Kognitif pada Usia Remaja. 4. Permasalahan yang Sering Muncul di Usia Remaja Ada beberapa permasalahan yang sering muncul diusia remaja

3

1.

2.

3.

4.

menurut Sitorus (2000) adalah sebagai berikut, antara lain alkoholisme, penyalahgunaan narkoba, perkelahian pelajar, hubungan seksual diluar nikah, rokok. B. Anak Sulung Pengertian Anak Sulung Pengertian anak sulung adalah anak yang dilahirkan pertama dalam keluarga dan menerima perhatian serta kasih sayang yang penuh dari kedua orangtuanya hingga lahir adiknya. Karakteristik Anak Sulung Menurut Hurlock (1997) ada beberapa karakteristik anak sulung antara lain Adanya rasa ingin tahu yang besar, Bersikap tanggung jawab, Mempunyai prestasi yang tinggi, Menyimpan rasa takut, Ambisi yang tinggi, Sifat mengalah. Ciri-ciri Umum Anak Sulung Menurut Hadibroto (2003) Ada beberapa ciri-ciri umum anak sulung yaitu sebagai berikut berperilaku secara matang karena berhubungan dengan orang dewasa, benci terhadap fungsinya sebagai tauladan bagi adik-adiknya dan sebagai pengasuh mereka, cenderung mengikuti kehendak dan tekanan kelompok dan mudah dipengaruhi untuk mengikuti kehendak orangtua, mempunyai perasaan kurang aman dan benci sebagai akibat dari lahirnya adik ang sekarang menjadi pusat perhatian, mengembangkan kemampyuam memimpin sebagai akibat dari harus memikul tanggung jawab dirumah. Kecemasan Ibu Menghadapi Anak Sulung yang Menginjak Usia Remaja Sesuai dengan namanya maka yang dimaksud dengan anak sulung ialah anak yang paling tua atau anak pertama yang lahir dari suatu keluarga. Karena anak tersebut adalah anak pertama maka berarti pengalaman merawat anak, pengalaman mendidik anak belum dimiliki oleh kedua orangtuanya.

BAB III A.Pendekatan Penelitian Menggunakan pendekatan kualitatif B.Karakteristik Subjek Subjek dalam penelitian ini 3 anak perempuan yang berusia antara 17 hingga 22 tahun dan memiliki seorang ayah yang melakukan perkawinan poligami. C.Tahap-tahap Penelitian Tahap penelitian dalam penelitian ini terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian penelitian. D.Teknik Pengumpulan Data Menggunakan teknik wawancara dengan pedoman umum dan teknik observasi tidak berstruktur. E.Alat Bantu Pengumpul Data Dalam penelitian ini menggunakan alat bantu pedoman wawancara, alat perekam dan alat pencatat. F.Keakuratan Penelitian Untuk mencapai keakuratan penelitian, peneliti menggunakan : triangulasi data digunakan dengan cara mencari data dari beberapa sumber subjek penelitian, dari significant other, serta pelaksanaan wawancara lebih dari satu kali, triangulasi peneliti yaitu adanya pengamat diluar penelitian yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen bertindak sebagai pengamat (expert judgement) yang memberi masukan terhadap hasil pengumpulan data, dan triangulasi teori menggunakan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan telah memenuhi syarat. Pada penelitian ini, berbagi teori tentang persepsi seperti pengertian persepsi, komponen-komponen persepsi, proses persepsi, faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi, dan jenis-jenis persepsi. Juga teori tentang poligami seperti pengertian poligami, faktor-faktor poligami, hukum poligami, serta keluarga poligami. G.Teknik Analisis Data

4

Tampak oleh peneliti saat sedang ingin menjawab pertanyaan dari peneliti mata subjek terlihat berkeliling seperti sedang memikirkan sesuatu dan subjek juga sering sekali menanyakan kembali pertanyaan yang sudah diajukan oleh peneliti. Terlihat juga terkadang subjek mengoyang-goyangkan kakinya tanpa sadar. Subjek tampak cemas itu dapat terlihat oleh peneliti setelah mengadakan observasi dan subjek menunjukkan gejala-gejala yang terlihat. Apalagi pada saat menjawab beberapa pertanyaan subjek sempat terbatuk-batuk kecil, hal ini tentunya membuat detakan jantungnya berdetak cukup kencang dan ini dapat diketahui oleh peneliti setelah ditanyakan oleh peneliti. Hasil dan analisis Kognitif • Sulit Konsentrasi dialami subjek ketika subjek dipanggil kesekolah anak sulungnya yang sudah 8 hari bolos sekolah. • Gelisah. Gelisah pun kerap dialami subjek jika teringat dengat perilaku remeja sekarang ini yang melakukan tindakan kriminal. • Sulit Tidur. Apabila anak sulungnya pulang kerumah hingga larut malam tanpa memberi kabar subjek akan merasa kesulitan untuk tidur. Motorik • Berjalan Mondar-Mandir. Apabila subjek sedang menunggu anaknya pulang dari sekolah hingga larut malam, maka subjek akan berjalan mondar-mandir keluar masuk rumah. • Gemetar dan kaki bergoytanggoyang. Gemetar tidak dialami subjek tetapi jika subjek sedang melihat berita kriminal ditelevisi dan melibatkan remaja maka tanp[a sadar kaki subjek bergoyang-goyang. Somatik • Sulit Bernapas Secara Teratur. Tidak selalu subjek merasa sulit

Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini akan dianalisa dengan teknik data kualitatif yang dikemukakan oleh Marshall dan Rossman (1995), yang terdiri dari lima tahapan yaitu : mengorganisasikan data, pengelompokkan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban, menguji asumsi atau permasalahan yang ada terhadap data, mencari alternatif penjelasan bagi data, menulis hasil penelitian. BAB IV A. Subjek Pertama Nama : A.S Usia : 46 tahun Agama : Islam Anak ke : 2 dari 2 bersaudara Pendidikan : SLA Alamat : Depok Usia Anak : 17 Tahun Jenis Kelamin Anak : Laki-laki Observasi Terhadap Kecemasan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Pada saat wawancara, di rumah subjek sedang sepi hanya ditemani dengan keponakannya yang menjadi significant other oleh peneliti. Peneliti juga tidak lupa untuk menanyakan kabar subjek dan anggota keluarga yang lainnya. Ketika peneliti menanyakan kabar anaknya yang pertama subjek bercerita tentang keadaan remaja saat ini dan secara tidak sadar subjek menunjukkan salah satu gejala kecemasannya yaitu menggoyang-goyang kakinya dan mata subjek berkeliling melihat isi rumahnya. Pada saat observasi pertama dilakukan, subjek terkesan sangat kooperatif dengan pertanyaanpertanyaan yang diajukan dan subjek juga merupakan orang yang dapat bekerja sama dengan peneliti. Pada saat pertanyaan pertama diajukan oleh peneliti pada diri subjek, subjek agak lama menjawabnya seperti sedang mencari kata-kata yang tepat untuk dijawab dan sering mengerutkan dahinya.

5

untuk mengulang pertanyaan dan sedikit lama dalam menjawabnya. Tampak oleh peneliti saat sedang ingin menjawab pertanyaan dari peneliti, subjek terlihat mengerutkan dahinya dan sempat terbatuk-batuk kecil serta menggunting-gunting daun yang kering dengan gunting yang sedang dipegangnya. Hal ini menandakan subjek tidak terlalu konsentrasi dalam wawancara ini. Subjek tampak cemas itu dapat terlihat oleh peneliti setelah mengadakan observasi dan subjek menunjukkan gejala-gejala yang terlihat. Apalagi pada saat menjawab pertanyaan subjek sempat terbatuk-batuk kecil, sedikit sulit untuk konsentrasi dengan pertanyaan yang diajukan dan melakukan sesuatu yang tidak perlu seperti menggunting-gunting daundaun kering. Hasil dan Analisis Kognitif • Sulit Konsentrasi. Subjek merasa sulit konsentrasi jika anak subjek sedang bikin masalah, seperti pulang sering terlambat tetapi tidak memberi kabar dan setelah ditanyakan kepada anaknya hanya menjawab main kerumah temannya. Cukup sering anak subjek pulang terlambat ke rumah dan selalu diatas jam 9 malam terutama hampir setiap akhir pekan. • Gelisah. Subjek juga terkadang merasa gelisah karena takut jika anaknya masuk kepergaulan yang salah, karena menurutnya apabila anak sudah jarang dirumah maka apapun bisa saja terjadi termasuk melakukan halhal yang akan merugikannya. Motorik • Berjalan Mondar-mandir. Subjek mengaku dirinya bukan ibu yang terlalu mencemaskan anaknya, tetapi namanya orangtua pasti ada perasaan cemas dan khawatir. Apabila sedang menanti anaknya yang pulang

bernapas secara teratur. Hanya saja kesulitan bernapas yang menyebabkan pekerjaannya terganggu adalah ketika anak sulungnya selama 8 hari tidak masuk sekolah padahal dari rumah pergi seperti biasanya. • Dada Berdebar-debar. Perasaan deg-degan dengan setiap tingkah laku anaknya pasti pernah dirasakan subjek . Tetapi sejauh ini masih biasa saja dan tidak mengganggu pekerjaannya ataupun aktivitasnya. Afektif • Takut dan sedih. Wajar jika seorang ibu merasa takut pada perkembangan anaknya pabila tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Sedangkan sedih yang berlebihan tidak dialami subjek. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Stressor Eksternal yang Berat Subjek mengaku kalau subjek pernah mengalami kehilangan yang menyebabkan orang yang dicintainya pergi yaitu suaminya. Hal ini menimbulkan cemas dan khawatir karena takut jika tidak bisa merawat anaknya dengan baik secara sendirian. B. Subjek kedua Nama : E.S Usia : 47 tahun Agama : Islam Anak ke : 5 dari 8 bersaudara Pendidikan : SPR Alamat : Depok Usia Anak : 18 Tahun Jenis Kelamin Anak: Perempuan Observasi Terhadap Kecemasan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Pada saat wawancara, subjek tidak ditemani oleh siapapun hanya sesekali anak subjek yang paling kecil menemani subjek. Pada saat observasi pertama dilakukan, subjek terkesan biasa saja hanya menjawab pertanyaan yang diajukan saja. Dibeberapa pertanyaan subjek meminta peneliti

6

terlambat subjek berjalan mondar-mandir tetapi tidak terlalu berlebihan seperti kebanyakan orang hanya yang dilakukan subjek adalah duduk walaupun tidak tenang tetapi sambil melamun. • Gemetar & kaki Bergoyanggoyang. Tetapi subjek hanya sering melamun dan tanpa disadarinya kakinya sering bergoyang-goyang, dan menurutnya hal itu bukan merupakan reaksi kecemasannya tetapi hanya kebiasaan subjek. Somatik • Kesulitan Bernapas Secara Teratur. Menurut subjek ia tidak pernah merasa sulit bernapas yang parah. Sulit bernapas subjek akan terjadi apabila anak subjek melakukan sesuatu yang membuat subjek marah sehingga subjek akan marahmarah pada anaknya dan terbawa sampai sulitnya bernapas secara teratur. • Dada Berdebar-debar. Subjek mengatakan apabila anaknya pulang terlambat kerumah dan tidak memberi kabar maka subjek akan merasa dadanya berdebar-debar. Karena menurutnya subjek suka takut kalau anaknya kenapa-kenapa atau melakukan sesuatu yang negatif. Afektif • Takut. Subjek terkadang merasa takut dan tegang apabila melihat perkembangan dan permasalahan remaja saat ini yang semakin membuat para orangtua selalu mawas diri. Tetapi subjek selalu percaya dengan anak-anaknya walaupun ada sedikit perasaan yang membuat dirinya selalu diliputi rasa cemas dan khawatir. Faktor Yang mempengaruhi Kecemasan Masalah Fisik

Apabila penyakit subjek sedang kambuh maka subjek merasa cemas pada anak-anaknya terutama anak sulungnya yang sedang memasuki dunia remaja. Karena walaupun subjek mempunyai suami yang juga sangat memperhatikan anak-anaknya tetap saja caranya berbeda dalam memperhatikan apa yang dilakukan anak-anaknya di luar. C. Subjek ketiga Nama :AW Usia : 44 tahun Agama : Islam Anak ke : 3 dari 4 bersaudara Pendidikan : SMEA Alamat : Depok Usia Anak : 19 Tahun Jenis Kelamin Anak : Laki-laki Observasi Terhadap Kecemasan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Pada saat wawancara dan observasi dilakukan subjek tidak ditemani oleh siapapun, semua anggota keluarganya sedang ada kegiatan di luar rumah Pada saat observasi pertama dilakukan, subjek terkesan sangat antusias dalam menjawab pertanyaan. Hal ini terlihat ketika menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan masalah remaja, subjek menjawab dengan suara yang tegas. Tampak oleh peneliti saat ingin menjawab beberapa pertanyaan subjek terlihat mengerutkan dahinya dan meminta peneliti untuk mengulanginya. Hal ini menandakan konsentrasi subjek sedikit berkurang karena berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan anaknya mulai mengganggu pikirannya. Subjek tampak cemas dapat dilihat dari kurangnya konsentrasi subjek pada pertanyaan yang diajukan seperti memainkan bendabenda yang dipegangnya dan sering bolak-balik kebelakang lalu kembali lagi ke ruang tamu. Hasil dan Analisis Kognitif

7





Sulit Konsentrasi. Subjek mengatakan perilaku anaknya cukup membuat dirinya sulit konsentrasi jika sedang mengajar. Hal ini dikarenakan anak subjek jika sudah keluar rumah maka pulangnya selalu diatas jam 10. Ini berlangsung hampir setiap malam, jika sudah begitu subjek akan menunggu sampai anaknya pulang. • Gelisah. Subjek juga terkadang merasa gelisah karena takut jika anaknya terjerumus dalam pergaulan yang salah, karena menurutnya apabila anak sudah jarang dirumah maka apapun bisa saja terjadi termasuk melakukan hal-hal yang merugikannya. • Sulit Tidur. Subjek bercerita kalau dia sedang merasa cemas dengan anaknya yang selalu pulang diatas jam 10 malam, maka yang dilakukan subjek adalah menunggunya sampai pulang. Sering subjek merasa susah untuk tidur, walaupun anaknya sudah pulang tetapi kenginannya untuk tidur dengan tenang sulit dilakukannya. Motorik • Berjalan Mondar-mandir. Jika sedang menunggu anaknya pulang kerumah subjek tidak tenang menantinya, seperti duduk yang selalu berpindahpindah mulai dari duduk diruang keluarga, di ruang tamu, sampai di teras rumahnya. Mondarmandir adalah kebiasaan subjek jika sedang mengalami cemas yang berkaitan dengan anaknya. • Gemetar dan Kaki Goyanggoyang. Subjek berkata apabila subjek hanya mengingat atau berpikir tentang permasalahn remaja saat ini, ia tidak akan menunjukkan perilaku yang macam-macam hanya saja ia menjadi sering melamun mengingat anaknya yang cukup sulit diatur. Somatik

Sulit Bernapas Teratur. Menurut subjek setiap ia menunggu anaknya pulang yang terlewat malam maka jantungnya akan berdetak cukup kencang yang kadang jika kondisinya sedang tidak sehat akan membuat kesulitan bernapas secara teratur. • Dada Berdebar-debar. Jantung yang berdebar-debar selalu dirasakannya hampir disetiap malam jika anaknya pulang lewat dari jam 10 malam. Menurut subjek seharusnya hal ini sudah terbiasa tetapi ketakutan subjek pada anaknya jika terjadi sesuatu padanya akan membuat dirinya akan sangat merasa bersalah. Afektif • Takut. Subjek menjelaskan kalau dirinya sangat takut jika anaknya terjerumus pergaulan yang salah dan memakai obatobatan yang terlarang. Walaupun sejauh ini hal itu tidak terjadi tetapi apapun bisa saja terjadi melihat anaknya kini sudah mulai merokok. • Sedih. Jika sedang melamun subjek sering merasa sedih dengan perilaku anaknya yang seperti itu. Walaupun sampai saat ini masih biasa saja tapi ketakutan itu selalu muncul. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan. Pengalaman Tidak Menyenangkan Menurut subjek dirinya pernah mengalami pengalaman tidak menyenangkan berkaitan dengan perilaku anak sulungnya yang menyebabkan ia sedikit protektif pada anak-anaknya terutama anaknya yang pertama. Dulu waktu anaknya masih duduk dibangku SD kelas 6 ia pernah menemukan rokok di saku celana sekolahnya saat subjek sedang mencuci bajunya. Ketika itu subjek marah besar dan langsung memanggil anaknya yang saat itu sedang tidur. Stresor Eksternal Yang Panjang

8

Masalah fisik yang dialami ketiga subjek pun hampir sama yaitu kesulitan bernapas secara teratur. Jika ketika subjek mengalami hal tersebut maka ketiga subjek akan merasakan hal sama yaitu cemas pada perilaku anak-anak mereka. c. Pengalaman tidak Menyenangkan Pengalaman tidak menyenangkan menjadi salah satu penyebab dari seseorang mengalami kecemasan yang berlebihan seperti yang dialami oleh ketiga subjek. d. Stressor Eksternal yang Berat Kemunculan stressor yang berat seperti perginya orang yang dicintai dapat memunculkan reaksi kecemasan. Hal ini dialami subjek 1 ketika subjek harus bercerai dengan suaminya sekitar 2 tahun lalu. Karena menurut subjek jika terjadi sesuatu pada dirinya seperti mempunyai penyakit yang cukup parah maka tidak akan ada orang yang memperhatikan penuh setiap tingkah laku anak-anaknya terutama anak sulungnya. Dalam hal ini subjek 2 dan subjek 3 tidak mengalami stressor eksternal yang berat. e. Stressor Eksternal yang Berkepanjangan Stressor Eksternal yang berkepanjangan dapat pula memunculkan reaksi kecemasan yang berlebihan, seperti pada subjek 3 karena profesi subjek ini adalah seorang guru SD maka beban yang ditanggung lebih besar apabila datang waktunya pembagian raport. Pada hal ini subjek 1 dan subjek 3 tidak mengalami stressor eksternal yang berkepanjangan. B. Saran Saran yang diajukan peneliti terhadap penetian ini adalah sebagai berikut, Bagi anak sulung, lebih mendekatkan diri pada keluarga serta terbuka pada setiap masalahmasalahnya, bagi orangtua, memberikan pendidikan keagamaan dan pendidikan tentang seksagar anak-

Selain permasalahan anaknya dirumah subjek juga merasa cemas dengan para murid-murid yang diajarnya. Jika sudah selesai masa ujian disinilah masalah mulai timbul, banyak diantara mereka mendapat nilai yang tidak memuaskan padahal menurut subjek dirinya sudah benarbenar mengajarnya. Masalah Fisik Jika sedang cemas dan khawatir subjek sangat takut kalau sesuatu yang buruk terjadi padanya. Karena sering merasa gelisah jantung pun berdetak menjadi kencang dan membuat subjek kesulitan dalam bernapas serta tekanan darah menjadi tidak stabil. Hal ini menjadikan subjek merasakan cemas dan takut apabila terjadi sesuatu padanya nanti, karena jika hal itu benar-benar terjadi maka perhatian dengan setiap perilaku anak sulungnya akan berkurang mengingat anak sulungnya termasuk anak pembangkang. BAB V A. Simpulan a. Gambaran Kecemasan Ibu Menghadapi Anak Sulung pada Usia Remaja Dari hasil penelitian ketiga subjek, dapat ditarik beberapa simpulan bahwa secara umum ketiga subjek mengalami kecemasan namun tidak semua subjek melewati karakteristik kecemasan. Karakteristik kecemasan tersebut dapat diketahui secara kognitif, motorik, somatik, dan afektif. b. Gambaran faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Ibu Menghadapi Anak Sulung pada Usia Remaja a. Perilaku Anak Pada umumnya ketiga subjek merasakan setiap perilaku anakanaknya terutama anak sulungnya termasuk kedalam perilaku yang masih dalam batas biasa seperti pada umumnya. b. Masalah Fisik

9

Gordon, T. (1989). Menjadi Orang tua Efektif. Jakarta : Gramedia.

anak remaja mereka menyadari betapa pentingnya hal tersebut di jaman sekarang ini serta untuk bekal merekan nantinya, bagi masyarakat, agar tidak berpikir secara negatif khususnya kepada anak-anak remaja, justru masyarakat memberikan arahan yang terbaik agar anak-anak remaja tersebut dapat berkarya dan berproduktivitas, bagi pemerintah agar lebih peduli dengan kurangnya sarana dan prasarana bagi remaja untuk mengekspresikan hobi dan tingkah lakunya kearah yang positif, sepertimenyediakan sarana olahraga. Apabila pemerintah benar-benar menyediakan hal tersebut maka akan mengurangi kegiatan remaja yang sifatnya negatif, untuk penelitian selanjutnya, agar lebih mengembangkan penelitian mengenai kecemasan ibu menghadapi anak sulung pada usia remaja agar para orangtua dan anakanaknya terutama anak sulung dapat lebih menempatkan diri mereka sebagaimana mestinya.

Hadibroto, (2003). Misteri Perilaku Anak Sulung, Tengah, Bungsu dalam Mengenal Urutan Kelahiran untuk Memahami diri dan Orang lain. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hurlock, E. B. (1997). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga Kaplan, H. I., Sadock, B. J. & Grebb, J. A. (1994). Synopsis of Psychiatry : Sinopsis psikiatri. Alih Bahasa : Kusuma, W. Jakarta : Binarupa Aksara. Kartono, K. (1989). Psikologi Wanita. Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Edisi 1. Bandung : Penerbit Alumni. Monks, F. J., Knoers, A. M. P. & Haditono, S. T. (2002). Psikologi Perkembangan.Yogyakarta : Gadjah Mada University Pers. Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

DAFTAR PUSTAKA Atwater, E. (1990). Psychology of Adjusment Personal Growth In a Changing World. 2nd Edition. Englewood Clifts. New Jersey : Prentice Hall.

Narbuko, C & Achmadi, A. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta. PT. Bumi Aksara. Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi ( LPSP3 ) Universitas Indonesia.

Budimoeldjono. (2001). Kecemasan. http://www. Geocities.com Chaplin, J. P. (2001). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Rice, F. P. (1996). The Adolescence 1 : Development, Relationships, and Culture. Boston : University Of Maire.

Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor : Ghalia Indonesia. Fausiah, F. & Widury, J. 2003. Bahan Ajar Psikologi Abnormal. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Ronikurniawan, A. (2000). Hubungan Intensitas Mendengarkan Lagu Bertema Rohaniah Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pengajaran Sekolah Luar Biasa Pangudi Luhur. Skripsi. Depok : Fakultas Psikologi. Universitas Gunadarma.

Gerungan. W. A. (2002). Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama.

10

Santrock, J. W. (1998). Adolescence. Dallas : University Of Texas. Sarwono, S. D. (2002). Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Jakarta : Bina Aksara. Sitorus, M. (2000). Sosiologi. Bandar Lampung. PT. Gelora Aksara Pratama. Sobur, A. (1991). Anak Masa Depan. Bandung : Angkasa. Supratiknya. (1995). Psikologi Abnormal. Yogyakarta : Lembaga Penelitian Universitas Sanata Darma. Willis, S. (1994). Problema Remaja dan Pemecahannya .Bandung : Angkasa. Yolanda, D. (2005). Gambaran Kecemasan pada Karyawan yang Berstatus Kontrak. Skripsi. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Http://www.epsikologi.com/remaja/250402.htm

11